Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KERONTIK DENGAN


HIPERTENSI

RATNA PANJI ASTUTI


NIM. JNX0190048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya
tugas asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada
Ny. Y di desa Rengaspendawa RT 06 RW 02 ” ini dapat selesai.
Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk
memenuhi tugas stase Gerontik dan syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir
stase.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan
ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan
berbagai kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan
asuhan keperawatan ini selanjutnya.
Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Brebes, Desember 2019

Penulis
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan..................................................................................................................3
C. Manfaat................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI PENYAKIT HIPERTENSI.......................................5
A. Pengertian............................................................................................................5
B. Etiologi................................................................................................................5
C. Manifestasi Klinik...............................................................................................7
D. Patofisiologi........................................................................................................7
E. Pathway Hipertensi............................................................................................10
F. Prognosis Hipertensi..........................................................................................11
G. Komplikasi Hipertensi.......................................................................................11
BAB III TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK.........12
A. Pengkajian.........................................................................................................12
B. Analisa Masalah................................................................................................12
C. Penegakan Diagnosa..........................................................................................12
D. Perumusan Intervensi........................................................................................12
E. Implementasi......................................................................................................12
F. Evaluasi..............................................................................................................13
BAB IV KESIMPUAN DAN SARAN.................................................................14
A. Kesimpulan........................................................................................................14
B. Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Proses menua lansia mempengaruhi berbagai aspek kehidupan yaitu


sosial, ekonomi dan terutama kesehatan karena semakin bertambahnya usia
seseorang maka fungsi organ tubuh juga semakin menurun. Menua adalah
dimana suatu keadaan yang akan terjadi dikehidupan manusia (Dewi, 2014).
Menurut Unidop (2017) jumlah lanjut usia di dunia akan terus mengalami
penambahan dibandingkan dengan jumlah kelompok usia lainnya. Pada tahun
2015 dan 2030 jumlah lanjut usia diseluruh dunia akan meningkat menjadi 56
persen dari 901 juta menjadi lebih dari 1,4 miliar, sedangkan di tahun 2030
jumlah usia 60 keatas akan melebihi dari pada usia muda sekitar yang berusia 14
sampai 24 tahun.

Berdasarkan data penduduk, bahwa diperkirakan pada tahun 2017


terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Dipredeksi
jumlah lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33.69 juta), tahun 2030
(40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Data tersebut menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan Negara dengan struktur penduduk menuju tua (ageing
population).dan berdasarkan hasil persentase penduduk lanjut usia di Indonesia
tahun 2017 Sumatera Barat termasuk urutan ke 6 yaitu 9,25% (Kemenkes
RI,2017). Berdasarkan Profil Kesehatan Tahun 2013, jumlah penduduk lansia di
Kota Padang adalah 82.790 orang, meningkat 1,03% dari jumlah penduduk pada
tahun 2012 (Dinas Kesehatan Kab. Brebes, 2014).
Berdasarkan data dari Kemenkes RI (2014), angka rasio ketergantungan
lansia terus meningkat karena baik secara alamiah maupun akibat penyakit lansia
akan mengalami penurunan derajat kesehatan. Dengan semakin bertambahnya
usia, individu lansia akan lebih rentan terhadap keluhan fisik.
Pemerintah Indonesia saat ini berupaya untuk meningkatkan
kesejahteraan lansia, salah satunya yang menjadi perhatian serius adalah
perubahan Undang undang Nomor 13 tahun 1998, ini merupakan usulan dari
masyarakat dengan adanya perkembangan permasalahan dan kebijakan lansia
secara nasional dan global. Dalam kesempatan ini Kementerian Sosial
menyerahkan draf perubahan UU Nomor 13 tahun 1998 dari masyarakat kepada
Ketua Komisi VIII DPR RI. Harapannya agar dapat segera masuk ke Program
Legislasi Nasional (Prolegnas). Dalam draf UU ini, dituangkan berbagai
upaya meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan lansia, upaya untuk
pemenuhan hak-hak lansia, peninjauan batasan usia lansia, dan mengoptimalkan
peran lembaga masyarakat yang independen agar dapat berperan aktif dalam
meningkatkan kesejahteraan lanjut usia (Kemenkes RI, 2018)
Pemerintah saat ini juga berupaya melaksanakan program Puskesmas
Santun Lansia merupakan puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan
lengkap kepada penduduk lansia yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitative. Tujuan program Puskesmas Santun Lansia adalah untuk


meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan penduduk lanjut usia untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat (Kemenkes RI, 2017)
Gangguan mental yang sering dijumpai pada lansia yaitu insomnia. Salah
satu perubahan lansia adalah perubahan pola tidur. Perubahan pola tidur ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu psikologis, biologis, penggunaan obat-
obatan, alkohol dan lingkungan yang menganggu serta kebiasaan buruk, juga
dapat menyebabkan gangguan tidur (Carpenito, 2012). Banyaknya persoalan
lanjut usia seiring dengan meningkatnya jumlah lansia di Indonesia
mengakibatkan munculnya beberapa fenomena seperti perubahan strukural dan
fisiologis salah satunya kesulitan untuk tidur atau insomnia (Sitralita, 2010) Efek
fisik yang disebabkan oleh insomnia adalah seperti kelelahan, dan konsentrasi
berkurang (tidak fokus). Efek sosial yang disebabkan oleh insomnia adalah
berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti sulit berprestasi kurang menikmati
hubungan sosial dengan keluarga dan lingkungan sekitar, sering minder, tidak
mudah bersosialisasi (Wulandari, 2011).
Insomnia merupakan gejala yang dapat mengganggu aktivitas dan
produktifitas lansia. Terapi untuk penderita Insomnia dapat berupa farmakologi
dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi berupa terapi obat-obatan, sedangkan
terapi nonfarmakologi memiliki kelebihan dibandingkan terapi farmakologi
yang tidak menimbulkan ketergantungan dan efek samping. Menurut
Ghadafi (2010) Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat diterapkan untuk
menurunkan insomnia pada lansia adalah Terapi al zikir.
Terapi zikir merupakan penanganan nonfarmakologi yang dapat
bermanfaat bagi lansia dengan insomnia karena tidak memiliki efek samping.
Ketika seseorang berzikir dengan memasukkan, menghidupkan sifat-sifat serta
asma-asma allah swt yang akan memberikan kekuatan bagi tubuh dan
memberikan suatu kekuatan spiritual yang membuat jiwa merasa nyaman,
tentram, serta seimbang. Dengan keadaan tubuh yang seimbang maka dapat
mengembalikan dan menormalkan fungsi organ tubuh seperti sedia kala (Zamry,
2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Reflio (2014) tentang pengaruh
terapi al-zikir terhadap kualitas tidur lansia terjadi penurunan rata-rata kualitas
tidur (score PSQI) yang artinya adanya perbaikan kualitas tidur dan Terapi zikir
termasuk efektif dalam meningkatkan kualitas tidur lansia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Agar mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan


penyakit hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
yang mengalami gangguan rasa nyaman (nyeri).
b. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
hipertensi yang mengalami insomnia.
c. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
yang mengalami risiko jatuh.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjelaskan cara mengatasi penyebab kekambuhan hipertensi
seperti kualitas tidur sehingga dapat digunakan sebagai kerangka dalam
mengembangkan terapi hipertensi non farmakologi agar tidak
meningkaktan nyeri pada lansia.

2. Bagi Petugas Kesehatan


Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi tambahan
informasi bagi petugas kesehatan khususnya mengenali nyeri pada lansia
terhadap tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi.
3. Bagi lansia
Dapat meningkatkan kualitas tidur sebagai upaya untuk melakukan
kontrol untuk meningkatkan rasa nyaman.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS PENYAKIT

HIPERTENSI

A. Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah


persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg
dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
 populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.
(Smeltzer,2001) Menurut WHO tekanan darah sama
dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi.

B. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompadarah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi dan meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan
pasti penyebabnya, data- data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Kebiasaan hidup
d. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah :
a) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
b) Kegemukan atau makan berlebihan
c) Stress
d) Merokok
e) Minum alcohol
f) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison,
epineprin ) Sedangkan penyebab hipertensi
sekunder adalah :
g) Ginjal ; Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis
tubular akut dan Tumor.
h) Vascular ; Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis,
Aneurisma, Emboli kolestrol, dan Vaskulitis.
i) Kelainan endokrin ; DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidismed
j) Saraf ; Stroke, Ensepaliti.
k) Obat – obatan ; Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat
dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan.
Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis. Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis
beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak
nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada
medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan
 pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi
perubahan structural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001). Pada usia
lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga
tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,
1999).
E. Patway Hipertensi
F. Prognosis Penyakit

Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol,


hiperkolesterole-mia, intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya
mempengaruhi prognosis dari penyakit hipertensi esensial pada lansia.
Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi pertama kali, maka
semakin buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani.
Penatalaksanaan dan derajat hipertensi juga mempengaruhi prognosisnya.
(Fauci AS et al, 1998).

G. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang
terkena tekanan darah.
b. Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui
pembuluh tersebut.
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,glomelurus. Dengan
rusaknya glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional
ginjal,nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hiposik
dan kematian.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)dapat terjadi terutama pada hipertensi
maligna.Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf pusat (Huda
Nurarif & Kusuma H, 2015).
BAB III
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
GORENTIK

A. Pengkajian
Proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan meliputi :
1. Fisik ; wawancara
2. Pemeriksaan fisik ; Head to toe, sistem tubuh
3. Psikologis
4. Sosial ekonomi
5. Spiritualyara
Pengkajian dasar meliputi; temperatur, nadi,pernafasan,tekanan
darah,berat badan,tingkat orientasi,memori, pola tidur, penyesuaian
psikososial.
Sistem tubuh meliputi’ Sistem persyarafan,kardiovaskuler,
gastrointestinal,genitovrinarius, sistem kulit,sistem muskuloskletal.

B. Analisis Masalah
Pada tahap ini masalah yang di alami oleh lansia tersebut dianalisis satu
persatu berdasarkan prioritas masalah untuk dapat di selesaikan.

C. Penegakan Diagnosa
Setelah masalah di ananalisis kemudian penegakan diagnosa berdasarkan
masalah yang dialami oleh lansia tersebut.

D. Perumusan intervensi
Untuk menentukan apa yang dapat dilakukan perawat terhadap pasien dan
pemilihan intervensi keperawatan yang tepat.
E. Implementasi
Tahap dimana perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
intervensi/ perencanaan yang telah ditentukan.
F. Evaluasi
Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan/ dilakukan dan
mengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai yang
telah ditetapkan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi.
Penyebab Hipertensi adalah :
1. Keturunan
2. Hormonal
3. Metabolik
4. Emosi
5. Kebiasaan Diet
Adapun tanda dan gejala hipertensi adalah :
1. Sakit Kepala
2. Pusing
3. Mudah marah
4. Rasa berat di tengkuk
5. Mudah lelah
6. Mata berkunang-kunang
Akibat lanjut dari hipertensi adalah :
1. Stroke
2. Gagal ginjal
3. Jantung koroner

B. Saran
Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan Hipertensi :
1. Klien diberi support untuk mempercepat penyembuhan
2. Memberikan perawatan dan perhatian kepada klien dalam proses
perawatan.
3. Klien di beri pengertian tentang penyakit yang dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth 2002. Buku Ajar : Keperawatan medikal Bedah


Vol 2, Jakarta, EGC.

Marilynn E Doenges,dkk,2000,Rencana Asuhan Keperawatan,Penerbit


Buku Kedokteran, EGC, Jakarta

http://www.scribd.com/doc/45725767/hipertensi-pada-lansia
diakses tanggal 27 Juni 2019

http://www.scribd.com/doc/80375223/LP-Hipertensi-Pada-Lansia
diakses tanggal 27 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai