Anda di halaman 1dari 33

UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DAN KEMADIRIAN PADA PASIEN

GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKO


KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2020

MINI PROJECT

Oleh:

dr. Mhd. Galihka Ayatullah

PROGRAM INTERSHIP PERODE III


BAGIAN ROTASI PUSKESMAS
INTERSHIP PUSKESMAS BANGKO
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mini
project yang berjudul “Upaya Peningkatan Kesehatan dan Kemandirian pada Pasien
Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Kabupaten Merangin Tahun
2020” sebagai salah satu syarat untuk dapat melewati program instership rotasi
puskesmas periode III tahun 2021.
Terwujudnya mini project ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai
pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. dr. Asril Naiboho sebagai Kepala Puskesmas Bangko beserta seluruh staf atas
bimbingan dan bantuan dalam penulisan dan pengumpulan data.
2. dr. Fiza Pebriyanti yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
memberikan ilmu yang sangat berguna ketika diskusi selama melewati program
instership rotasi puskesmas periode III tahun 2021 ini.
3. Bapak Rozak, selaku Pemegang Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas Bangko.
Penulis menyadari bahwa mini project ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan tugas Miniproject ini. Akhir kata dengan segala kekurangan yang ada,
penulis berharap semoga Miniproject ini dapat bermanfaat terutama kepada pembaca
dan penulis sendiri.

Jambi, November 2021

Mhd. Galihka Ayatullah

2
DAFTAR ISI

JUDUL..............................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5
1.1 Latar Belakang............................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................8
2.1 Defenisi.......................................................................................................8
2.2 Epidemiologi...............................................................................................8
2.3 Etiologi.......................................................................................................9
2.4 Patofisiologi................................................................................................11
2.5 Gejala..........................................................................................................12
2.6 Tilikan.........................................................................................................13
2.7 Tingkat Pengetahuan dan Presepsi.............................................................13
BAB III PROFIL PUSKESMAS BANGKO................................................15
3.1 Profil Puskesmas Bangko...........................................................................15
BAB IV METODE PENGUMPULAN DATA.............................................20
3.1 Rancangan Penelitian..................................................................................20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................20
3.3 Defenisi Operasional..................................................................................20
3.4 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................20
BAB V HASIL PENELITIAN.......................................................................21
5.1 Gambaran Umum Penelitian.......................................................................21
5.2 Rencana Usulan Inovasi.............................................................................23

3
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................30
6.1 Kesimpulan.................................................................................................30
6.2 Saran...........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................31
Lampiran.........................................................................................................32

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama untuk
mencapai derajat kesehatan yang lebih baik di wilayah kerjanya. 1 Puskesmas merupakan
kunci dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat melalui
pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga merupakan strategi pendekatan pelayanan
terintergrasi antara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) yang didasari oleh data dan informasi profil kesehatan keluarga.
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, serta mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna,
serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi luhur
sebagai manusia dalam keseharian (seperti pekerjaan dan sosial). Gangguan jiwa
merupakan diagnosis, berbeda dengan masalah kesehatan jiwa. Pada masalah kesehatan
jiwa mungkin saja terdapat gejala, tetapi bukan kumpulan gejala lengkap, tidak
berlangsung lama, dan belum menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari. Sehingga,
Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) merupakan orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup
sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
Data World Health Organization (2016) menunjukkan terdapat sekitar 35 juta
orang menderita depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta
47,5 juta mengalami demensia. Selain itu, menurut WHO (2017) gangguan yang banyak
terjadi juga selain depresi adalah gangguan cemas. Diperkirakan 4,4% dari populasi
global menderita gangguan depresi dan 3,6% dari gangguan kecemasan. Jumlah
penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara tahun 2005 hingga 2015.
Depresi menjadi

5
penyebab terbesar kecacatan. Lebih dari 80% penyakit ini dialami orang-orang yang
tinggal di negara berkembang. Indonesia menunjukkan penambahan jumlah kasus
gangguan jiwa yang dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, dan sosial dengan
keanekaragaman penduduknya. Hal tersebut dapat berdampak pada penambahan beban
negara dan penurunan produktivitas sumber daya manusia jangka panjang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat mini project
dengan judul upaya peningkatan kesehatan dan kemandirian pada pasien gangguan jiwa
di wilayah kerja Puskesmas Bangko tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang dibahas dalam
penelitian ini adalah upaya peningkatan kesehatan dan kemandirian pada pasien
gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Bangko kabupaten Merangin.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kesehatan dan kemandirian pada pasien gangguan jiwa
di wilayah kerja Puskesmas Bangko Kabupaten Merangin Tahun 2020
.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas bangko.
2. Meningkatkan upaya kesahatan pada pasien dengan gangguan jiwa di wilayah
kerja puskesmas bangko.
3. Menurunkan jumlah penderita gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas bangko.
4. Terdeteksi dan tertanggulanginya masalah kesehatan jiwa secara dini di wilayah
kerja puskesmas bangko.
5. Mengoptimalkan penderita gangguan jiwa yang mulai membaik untuk lebih
mandiri.

6
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian yaitu:
1. Bagi Peneliti
Penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan mengenai upaya pelayanan
kesehatan jiwa terhadap pasien gangguan jiwa.
2. Bagi Puskesmas
Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan jiwa terhadap pasien gangguan jiwa.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan mengenai skizofrenia dan
mengetahui serta sadar akan adanya upaya dalam pelayanan kesehatan jiwa
terhadap pasien gangguan jiwa.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan jiwa sebagai
suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi
pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress atau disabilitas. Psikotik adalah
gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang
terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh. Orang
dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat yaitu orang yang memiliki gengguan jiwa yang
dengan ciri psikotik hingga menganggu fungsi kehidupan, atau dikenal dengan
skizofrenia.

2.2. Epidemiologi
Menurut WHO, mengambil data dari The Lancet, skizofrenia menjangkit hampir
20 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2017.2 Menurut data dari Riskesdas tahun
2018, prevalensi rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga dengan gangguan
jiwa atau psikosis di Indonesia sebesar 6,7 permil, dan untuk di Provinsi Jambi sendiri
mencapai 6,58 permil, serta khususnya di Kota Jambi mencapai 7,36 permil.

2.3 Etiologi
Skizofrenia didiskusikan seolah-olah sebagai suatu penyakit tunggal namun
katagori diagnostiknya mencakup sekumpulan gangguan, mungkin dengan kausa yang
heterogen, tapi dengan gejala perilaku yang sedikit banyak yang serupa .

Faktor-faktor yang menyebabkan skizofrenia, antara lain :


1. Faktor Genetik
Dapat dipastikan bahwa terdapat kontribusi genetik pada beberapa, atau seluruh
bentuk skizofrenia. Sebagai contoh, pada individu yang memiliki saudara dengan
kelainan skizofrenia akan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk terpapar
skizofrenia juga daripada individu yang tidak memiliki saudara dengan skizofrenia.

8
Kemungkinan tersebut berhubungan dengan tingkat kedekatan individu dan saudaranya
yang menderita skizofrenia.

2. Faktor Biokimia
Faktor biokimiawi terdiri atas aktivitas dopamine. Skizofrenia disebabkan
karena terlalu banyaknya aktivitas dopaminergic. Neuron dopaminergic dalam jalur
mesokortikal dan jalur mesolimbic berjalan dari badan selnya diotak tengah menuju
neuron dopaminergic di sistem limbik dan korteks serebral.

3. Faktor Psikososial
Faktor ketiga stressor psikososial adalah setiap keadaan yang menimbulkan
perubahan dalam hidup seseorang sehingga memaksa seseorang untuk melakukan
penyesuaian diri, guna menanggulangi stressor (tekanan mental). Masalah stressor
psikososial dapat digolongkan dalam masalah perkawinan, masalah hubungan
interpersonal. Faktor keluarga dan faktor psikosial lain (penyakit fisik, korban
kecelakaan atau bencana alam, masalah hukum, perkosaan, dan lain-lain).

2.4 Patofisiologi
Hipotesis dopamin, teori patofisiologi tertua, mengemukakan bahwa psikosis
disebabkan oleh dopamin berlebihan di otak. Hipotesis ini mengikuti penemuan bahwa
klorpromazin, obat antipsikotik pertama, adalah antagonis dopamin postsinaps

Gambar 2.2.Jalur dopaminergik pada otak manusia (Crocker, 1994)

9
Dopamin adalah modulator neurotransmiter yang lama dipahami memainkan
peran penting dalam skizofrenia. Empat jalur dopamin utama telah terlibat dalam
neurobiologi skizofrenia dan efek samping obat antipsikotik: (1) mesolimbik, (2)
mesokorteks, (3) nigrostriatal, dan (4) tuberoinfundibular.

a. Hiperaktif jalur dopamin mesolimbik dapat mendasari beberapa gejala positif


skizofrenia. Proyek jalur dopamin mesolimbik memproyeksikan dari sel-sel tubuh
dopaminergik di daerah tegmental ventral batang otak ke terminal akson di salah satu
daerah limbik otak, yaitu nucleus accumbens pada striatum ventral. Jalur ini
diperkirakan memiliki peran penting dalam beberapa perilaku emosional, termasuk
gejala positif psikosis, seperti delusi dan halusinasi. Jalur dopamin mesolimbik juga
penting untuk motivasi, kesenangan, dan penghargaan.

Gambar 2.2.Jalur dopaminergik pada otak manusia (Crocker, 1994)

b. Jalur mesokorteks juga muncul dari batang otak namun diproyeksikan ke daerah
korteks. Gejala negatif dan kognitif skizofrenia mungkin terkait dengan penurunan
aktivitas di jalur mesokorteks, yang dapat menyebabkan penurunan neurotransmisi
dopamin di daerah korteks seperti korteks prefrontal.

10
c Proyek jalur nigrostriatal dari substantia nigra ke ganglia basal. Jalur dopamin
nigrostriatal adalah bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal, dan mengendalikan
gerakan motorik. Kekurangan dalam dopamin di jalur ini menyebabkan gangguan
gerakan termasuk penyakit Parkinson, ditandai dengan kekakuan, akinesia/bradikinesia,
dan tremor.

d Jalur tuberoinfundibular, yang memproyeksikan dari hipotalamus ke hipofisis


anterior. Biasanya, neuron ini aktif dan menghambat pelepasan prolaktin.

2.5 Gejala
Tsuang membagi dua gejala skizofrenia secara garis besar : gejala positif dan
gejala negatif Gejala negatif muncul dan mendominasi pada fase “prodromal‟ dan
“residual‟ dari skizofrenia.
Gejala positif diartikan secara umum sebagai tingkah laku yang tidak ditemui di
orang normal, sedangkan gejala negatif adalah gejala-gejala yang berhubungan dengan
tingkah laku pasif pasien namun cenderung tidak terlihat dan diabaikan oleh orang-
orang sekitar. Gejala positif muncul dan mendominasi tingkah laku paseien pada fase
“aktif” skizofrenia.

a. Gejala Negatif
Gejala Negatif Skizofrenia mencakup afek mendatar atau menumpul, miskin
bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang merawat diri, kurang motivasi,
anhedonia, dan penarikan diri secara social. Gejala negatif dari pasien skizofrenia
cenderung berkaitan dengan gangguan ekspresi emosi dan kurangnya kapasitas pasien
untuk merespon lingkungan di sekitar pasien yang sebagian besar bersifat dinamis.

b. Gejala Positif
Gejala-gejala ini meliputi delusi/waham, halusinasi, dan ilusi. Berdasarkan dari
letak gangguan, gejala-gejala positf ini bisa diklasifikasikan sebagai:
1. Gangguan persepsi : Mengganggu persepsi, atau kemampuan untuk menyadari
stimulus yang datang melalui indera.
2. Gangguan kognitif : Mempengaruhi pemrosesan informasi

11
3. Gangguan emosi atau motorik : Karena gejala-gejala ini sangat mudah untuk
dikenali, bahkan oleh orang awam, gejala-gejala positif ini memiliki peran penting
dalam membangun gambaran umum pasien skizofrenia.

Halusinasi auditorik adalah kelainan persepsi yang paling umum terjadi pada
kasus skizofrenia. Sering sekali, halusinasi auditori ini datang dalam bentuk suara-suara
yang terkadang memberikan komentar dan menyisipkan persepsi tersendiri pada pasien
skizofrenia. Beberapa bentuk halusinasi lain diantaranya : Halusinasi visual, halusinasi
penciuman (misalnya mencium wewangian), ataupun halusinasi somatik yang
merupakan persepsi pasien terhada organ tubuhnya. Ilusi diartikan sebagai persepsi
yang muncul sebagai respon dari stimulus-stimulus tertentu (sebagai contoh, pasien
skizofrenia menganggap takut dengan tali karena menganggap talisebagai ular).
Delusi/waham merupakan kepercayaan yang salah atau keyakinan palsu yang dianut
pasien secara sadar tanpa adanya stimulus dari luar.11

2.6 Tilikan
Insight/Tilikan adalah kesadaran dan pemahaman pasien terhadap keadaan
sakitnya.
Derajat insight.
1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit
2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan tetapi
menyangkal pada saat bersamaan
3. 3.Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar, medis
atau faktor organik yang tidak diketahui.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada
dirinya
5. Tilikan intelektual, yaitu pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan kegagalan
dalam penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau terganggu, tanpa
menerapkan pengetahuannya untuk pengalaman dimasa mendatang.
6.
Tilikan emosional yang sebenarnya yaitu kesadaran emosional terhadap motif-
motif perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala. Ada kesadaran yang
menyebabkan perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang.

12
Keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan
orang- orang penting dalam kehidupannya.12

2.7 Tingkat Pengetahuan dan Persepsi

Tingkat pengetahuan adalah hasil pemahaman yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhap objek tertentu. Pengetahuan merupakan sesuatu yang
sangat penting untuk membentuk perilaku terbuka dalam bersosial. Pengetahuan adalah
domain yang sangat penting terhadap tindakan seseorang. Tingkatan pengetahuan dalam
domain kognitif mencakup. 13
a. Tahu
Tahu adalah tingkatan yang paling rendah. Seseorang dikatakan tahu jika dapat
menyebutkan, mendefinisikan, menguraikan dan menyatakan, tahu adalah
mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan
materi dengan benar.
c. Penerapan
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada kondisi nyata.
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan materi atau objek ke dalam
komponen kecil, tetapi masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
e. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan komponen dalam bentuk
keseluruhan yang baru
f. Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan melakukan penilaian terhadap materi atau objek.
Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang
didahului oleh perhatian sehingga masyarakat mampu mengetahui dan mengartikan
tentang hal yang diamati baik dari luar maupun dalam diri. Persepsi orang tentang
penyakit mental memiliki pengaruh pada sikap terhadap orang yang sakit mental.14

13
2.8 Proses Terjadinya Pengetahuan Dan Persepsi
Proses terbentuknya pengetahuan berlangsung secara aktif dan dinamis. Faktor
seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif, dan lingkungan sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan.13 masuknya perhatian berasal dari beberapa faktor
eksternal yang terdiri dari ukuran, kontras, intensitas, gerakan dan sesuatu yang baru
dan faktor internal yaitu proses stimulus oleh apa yang terjadi diluar dirinya melalui
penginderaan seperti mata, kulit, lidah, telinga, dan hidung tetapi tidak semua memiliki
kekuatan penginderaan yang sama.persepsi kemudian dilanjutkan dengan proses kognisi
yaitu individu yang memiliki tingkat kognisi yang buruk cenderung akan memiliki
presepsi yang buruk terhadap objek yang dipersepsikan.10

2.9 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dan Perspsi


Faktor terbentuknya pengetahuan dimulai dari seseorang belajar yang akan
menghasilkan pengalaman dengan realitas baik, realitas buruk, realitas pribadi, alam,
maupun realitas sosial. Dalam pengambilan keputusan pengetahuan yang dimiliki
seseorang berperan penting.13 faktor terbentuknya persepsi dimulai dari mempersiapkan
stimulus visual visual berupa bentuk yang akan menggolongkannya menjadi dua bagian
yaitu objek dan latar. Objek adalah bentuk yang masuk dalam perhatian, seperti benda.
Latar adalah suatu tanpa bentuk yang membantu mentapkan lokasi dari objek yang kita
lihat. Terhadap dua faktor yang mempengaruhi persepsi yang pertama yaitu faktor
eksternal adalah karakteristik dari objek persepsi yang terdiri dari kontras, sesuatu yang
baru dan sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak dan faktor internal adalah
bagaimana seseorang menginterprestasikan stimulus yang dilihat karena stimulus yang
sama dapat dipersepsikan secara berbeda pada orang dengan skizofrenia. Faktor internal
terdiri dari pengalaman atau pengetahuan, kebutuhan, dan dukungan.14

14
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

3.1 Profil Puskesmas Bangko


1. Deskripsi Singkat Puskesmas Bangko
Gambaran umum Puskesmas Bangko adalah:
a. No. KodePuskesmas 05050101
b. No. Kode Pos 37312
c. No Telp. : 0746-21265
d. Nama Puskesmas : Bangko
e. Kecamatan : Bangko
f. Kabupaten : Merangin
g. Provinsi : Jambi
Puskesmas bangko mempunyai luas wilayah kerja ±384 km² yang terdiri dari 2
kelurahan dan 2 desa yang berada tepat di kota bangko yang berarti aksesnya cukup
mudah dijangkau dari semua desa. Adapun nama-nama desa di wilayah kerja puskesmas
bangko sebagai berikut:

Tabel 3.1 Nama-nama Desa Wilayah Kerja Puskesmas Bangko


Nama Kecamatan Nama Desa/ Kelurahan Jumlah Dusun/ Lingkungan
Kecamatan Bangko Kel. Pasar AtasBangko 5 Lingkungan
Kel. Pasar Bangko 5 Lingkungan
Desa Sungai Kapas 6 Dusun
Desa Kungkai 6 Dusun

Umumnya geografi desa berbukit dan sedikit dataran. Masing-masing desa dapat
ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Dengan jarak tempuh dari desa
dengan puskesmas berkisarantara 6-12 km, dengan waktu tempuh ±1 jam, 2 kelurahan
yang berada di pusat kota bangko merupakan jalur lintas sumatera yang mempunyai
faktor resiko tinggi terhadap masalah kesehatan.

15
Wilayah puskesmas bangko memiliki batas-batas wilayah
sebagaiberikut: Utara : berbatasan dengan Kelurahan
pematang kandis Selatan : berbatasan dengan desa kungkai
Timur : berbatasan dengan Kecamatan batang mesumai
Barat : berbatasan dengan Kecamatan bangko barat

Gambar 3.1 Peta Wilayah KerjaPuskesmasBangko

Distribusi jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko berjumlah


16.498 orang dan mayoritas mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Puskesmas
Bangko mempunyai sarana pelayanan sebagai berikut:

16
Tabel 3.2 SaranaPelayananPuskesmasBangko
No. Nama Sarana Jumlah Keterangan
1. Puskesmas 1 Puskesmas Bangko
2. Puskesmas Pembantu 1 Pustu Sungai Kapan
3. Polindes 1 Polindes Sungai Kapas
4. Mobil Ambulance 2
5. Sepeda Motor 7

Adapun sumberdaya tenaga petugas puskesmas bangko adalah dokter umum 5


orang, doktergigi 1 orang, tenaga kesehatan masyarakat 9 orang, apoteker 1 orang,
asisten apoteker 3 orang, perawat 12 orang, sarjana keperawatan 1 orang, perawat gigi 2
orang, bidan 27 orang, nutrisionis 2 orang, administrasi 2 orang, LCPK 2 orang, sanitasi
1 orang, laboratorium 2 orang, dan cleaning service 2 orang.
Berdasarkan Surat Keputusan Kementrian Kesehatan No. 00128g/FKTP-
Reg/VIII/2019 Tanggal 07 Oktober 2019, Puskesmas Bangko ditetapkan status
akreditasi utama.
Motto Puskesmas Bangko adalah “Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, tulus
dan ikhlas”. Tata nilai Puskesmas Bangko adalah CAKAP, berikut penjabaran tata nilai
Puskesmas Bangko adalah:
1. Cepat. Setiap kegiatan haruscepat, tanggap dalam menyelesaikan permasalahan
yang ada.
2. Akurat. Akurat dalam memberikan pengobatan
3. Komunikatif. Komunikatif dalam memberikan informasi
4. Aman. Aman dalam bertindak berdasarkan prinsip keselamatan kerja
5. Prima. Prima dalam memberikan pelayanan kesehatan dengansenyum, salam,
sapa dan santun.

Adapun visi dari Puskesmas Bangko adalah “Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan
Dasar Yang Berkualitas”. Untuk mencapai visi tersebut, maka Puskesmas Bangko
menetapkan misinya sebagai berikut :

17
1. Memberikan pelayanan yang bermutu, proaktif, terjangkau dan terintegrasi
2. Menjadikan puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat
3. Sebagai pusat penggerak peran serta masyarakat
4. Manajemen yang transparan pada setiap program.

Adapunjenis-jenis pelayanan yang ada di Puskesmas Bangko adalah :


1. Upaya Kesehatan Perorangan
a. Pelayanan pemeriksaan umum
b. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
c. Pelayanan KIA/KB dan MTBS
d. Pelayanan administrasi
e. Pelayanan laboratorium
f. Pelayanan farmasi
g. Pemeriksaan IVA Test
h. Konsultasi (Sanitasi, Gizi, KIA/KB, Remaja)
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial
a. Pelayanan KIA/KB
b. Pelayanan Promosi kesehatan
c. Pelayanan gizi
d. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
e. Pelayanan kesehatan lingkungan
3. Upaya Kesehatan Pengembangan
a. Pelayanan Kesehatan olahraga
b. Pelayanan Bina Kesehatan Kerja
c. Pelayanan Bina Kesehatan Tradisional
d. Pelayanan upaya kesehatan gigi masyarakat
e. Pelayanan kesehatan jiwa
f. Pelayanan Kesehatan Usila
g. Perawatan Kesehatan Masyarakat
h. Pelayanan P2 (IVA Test, PMS dan HIV-AIDS, Rabies)

18
4. Inovasi puskesmas
a. Santun Lansia
b. IVA Test dan CBE
c. Terapi berhenti merokok
d. Homecare

19
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder
dari pemegang Program Pengembangan mengenai kesehatan jiwa di wilayah kerja
Puskesmas Bangko Tahun 2020.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bangko dan di ambil data dari program
Pengembangan mengenai kesehatan jiwa di wilayah kerja puskesmas Bangko tahun
2020

4.3 Definisi Operasional


Data umum dan khusus diolah dengan mengikuti kaidah-kaidah pengolahan data,
yaitu misalnya dengan menghitung rata-rata, cakupan, dan lain-lain.

4.4 Teknik Pengumpulan Data


Data didapatkan langsung dari data upaya kesehatan pengembangan mengenai
kesehatan jiwa tahun 2020 Puskesmas Bangko yang telah di rekap serta langsung
mewawancarai pemegang Program kesehatan jiwa di Puskesmas Bangko.

20
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Penelitian


Telah dilakukan penelitian survei deskriptif dengan judul gambaran Program
Kesehatan Jiwa di wilayah kerja Puskesmas Bangko Kabupaten Merangin Tahun 2020.
Pengambilan data dilakukan dengan cara pengambilan data sekunder mengenai cakupan
indikator Kesehatan Jiwa di wilayah kerja Puskesmas Bangko tahun 2020.

Tabel 5.1 Laporan EKP Tentang Kesehatan Jiwa

No Jenis satua Target Target Pencapaia Cakupan


Kegiatan n sasara Indikat n (H) Sub- Varia
n (T) or (%) var bel
(SV) (V)
Penemuan
dan
penanganan
kasus
gangguan
perilaku,
1 Kasus 99999 0 0 0
gangguan
jiwa, Napza,
dan lain lain
dari rujukan
kader dan
87,50
masyarakat
Penanganan
kasus
kesehatan
2 Kasus 3 100 3 100.00
jiwa, melalui
rujukan ke
RS/Spesialis
Deteksi dan
penanganan
3 Kasus 32 100 24 75,00
kasus jiwa (
gangguan

21
perilaku,
gangguan
jiwa,
gangguan
psikosomatis
, masalah
napza dll)
yang datang
berobat di
puskesmas

Pada tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa, cakupan tercapainya program


Kesehatan Jiwa dipuskesmas bangko adalah sebesar 68,75 %. Dimana terbagi dalam 3
kelompok kegiatan. Pertama, penemuan dan penanganan kasus gangguan perilaku,
gangguan jiwa, masalah Napza, dan lain lain dari rujukan kader dan masyarakat
memiliki angka cakupan pencapaian sebesar 00,00%, Kedua Penanganan kasus
kesehatan jiwa, melalui rujukan ke RS/Spesialis, kegiatan ini memiliki cakupan sebesar
100,00%, dan terakhir, Kegiatan Deteksi dan penanganan kasus jiwa ( gangguan
perilaku, gangguan jiwa, gangguan psikosomatis , masalah napza dll) yang datang
berobat di puskesmas memiliki angka cakupan capaian sebesar 75,00 %. Jika dilihat
berdasarkan dari laporan EKP tahun 2020 mengenai kesehatan jiwa, diurutkan bahwa
kegiatan yang belum mencapai target maksimal adalah Deteksi dan penanganan kasus
jiwa ( gangguan perilaku, gangguan jiwa, gangguan psikosomatis , masalah napza dll)
yang datang berobat di puskesmas.

Tabel 5.2 Laporan Kasus pasien jiwa

No Nama Desa Jumlah Jumlah Jumlah


Penduduk Rt/Kadus Pasien Jiwa
1 Kel. Pasar Atas Bangko 5.483 5 Lingkungan 6
2 Kel. Pasar Bangko 2.635 5 Lingkungan 1
3 Desa Kungkai 2.974 7 Dusun 18
4 Desa Sungai Kapas 5.294 7 Dusun 7
JUMLAH 16.386 23 32

22
Berdasarkan dari tabel 5.2 mengenai laporan kesehatan jiwa diwilayah kerja
puskesmas bangko tahun 2020, dapat dilihat bahwa jumlah pasien jiwa saat ini
berjumlah 32 orang. Dimana Desa Kelurahan Pasar atas bangko memiliki 6 pasien jiwa,
kelurahan pasar bangko memiliki 1 pasien jiwa, desa kungkai memilik 18 pasien jiwa,
dan desa sungai kapas memiliki 7 pasien jiwa. Berdasarkan dari tabel diatas, jika dilihat
dan diurutkan, didapatkan bahwa desa kungkai memiliki jumlah pasien jiwa paling
Banyak yaitu 18 orang.

5.2 Rencana Usulan Inovasi WAKESWA


Dalam rangka meningkatkan program upaya kesehtan jiwa, maka Puskesmas
Bangko membuat program WAKESWA (Gerakan Masyarakat Sadar Kesehatan
Jiwa) . Warung Kesehatan Jiwa adalah suatu tempat pelayanan yang di gunakan untuk
memberikan pelayanan kesehatan jiwa terhadap orang dengan gangguan jiwa, baik
pemeriksaan fisik, konseling , pengobatan, pembinaan pasien jiwa yang sudah mulai
membaik untuk bisa hidup lebih mandiri dengan kegiatan yang bisa di lakukan.

5.3 Kriteria Warung Kesehatan Jiwa


a. Adanya tempat pelayanan kesehatan jiwa, dalam hal ini di tempatkan di
PONKESDES/POLINDES/PUSTU.
b. Adanya pelayanan kesehatan dasar.
c. Adanya petugas puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa
(dokter/perawat/bidan).
d. Adanya kader kesehatan jiwa yang membantu memberikan pembinaan
kepada pasien jiwa yang hampir sembuh, agar ada kegiatan yang positif untuk
membantu pasien agar lebih mandiri.

5.4 Indikator Keberhasilan Warung Kesehatan Jiwa


i. Indikator masukan (input)
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan
yang telah ada dalam pembentukan Warung Kesehatan Jiwa.
ii. Indikator proses

23
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan dalam pelaksanaan pelayan kesehatan jiwa, berfungsi/tidaknya
Warung Kesehatan Jiwa, berfungsi/tidaknya sistem pelayana di Warung
Kesehatan Jiwa.
iii. Indikator keluaran (output)
Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil
kegiatan yang dicapai dan dilaporkan
iv. Indikator dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dari
hasil kegiatan yang dilakukan

5.5 Karakteristik keluarga yang berisiko mengalami masalah psikososial,


gangguan jiwa dan sehat jiwa
- Resiko terjadinya masalah psikososial

Tabel 5.3 Resiko masalah psikososial

NO FAKTOR RESIKO
1. Kehilangan anggota keluarga, atau orang yang dicintai
2. Kehilangan pekerjaan,
3. Kehilangan harta benda,
4. Kehilangan anggota tubuh
5. Penyakit fisik kronis : Hipertensi , TBC, DM, Jantung, Ginjal,
6. Rheumatik
Hamil dan postpartum

B Gangguan jiwa
Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya fungsi
jiwa (ingatan, pikiran, penilaian/persepsi, komunikasi, aktivitas, motivasi, belajar)
sehingga menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan fungsi sosial
(interaksi/bergaul). Penyebab gangguan jiwa adalah ketidakmampuan seseorang

24
beradaptasi dengan masalah. Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana
saja. Perilaku yang menunjukkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah sangat
beragam seperti tabel berikut :

Tabel 5.4 Perilaku yang menunjukan tanda gangguan jiwa

NO CIRI PERILAKU
1. Sedih berkepanjangan dalam waktu lama
2. Kemampuan melakukan kegiatan sehari – hari (kebersihan, makan, minum,
aktivitas) berkurang
3. Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas)
4. Marah – marah tanpa sebab
5. Bicara atau tertawa sendiri
6. Mengamuk
7. Menyendiri
8. Tidak mau bergaul
9. Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri
10. Mengatakan atau mencoba bunuh diri

C. Sehat Jiwa
Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada
gangguan jiwa atau resiko masalah psikososial.

5.6 Pemeriksaan Fisik


a. Pengertian
Pemeriksaan fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh
pasien baik secara lokal atau (head to toe) guna memperoleh informasi/data dari
keadaan pasien secara komprehensif untuk menegakan suatu diagnosa
keperawatan maupun kedokteran.
Tujuan :

- Untuk mencari masalah keperawatan

25
- Untuk menegakan / merumuskan diagnosa keperawatan/kedokteran
- Untuk membantu proses rencana keperawatan dan pengoatan

Prosedur tindakan pemeriksaan fisik dari kepala sampai ujung kaki :


Dengan catatan sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat harus melakukan
kontrak dengan pasien, yang di dalamnya ada penjelasan maksud dan tujuan,
waktu yang di perlukan dan terminasi/mengakhiri.
Tahap-tahap pemeriksaan fisik haruslah dilakukan secara urut dan menyeluruh
dan dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut :
1. Kulit, rambut dan kuku
2. Kepala meliputi : mata, hidung, telinga dan mulut
3. Leher : posisi dan gerakan trachea
4. Dada : jantung dan paru
5. Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam
6. Genetalia
7. Kekuatan otot /muskuloskeletal
8. Neurologi

5.7 Konseling
Pengertian :
Konseling kesehatan jiwa adalah merupakan proses yang melibatkan seseorang
konselor yang berusaha membantu orang lain (konseling) dalam mencapai
pemahaman dirinya (self-understanding), membuat keputusan dan pemecahan
masalah.

Tujuan :

1. Mengubah perilaku yang salah penyesuaian.

2. Kesehatan mental yang positif.

3. belajar membuat keputusan.

4. Mencegah munculnya masalah.

26
Langkah – langkah :
1. Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika
perkembangan klien. Konselor mendorong klien untuk mengemukakan
keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu.
2. Goal setting, yaitu langkah untuk. merumuskan tujuan konseling
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assesment konselor dan
klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling.
3. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik
konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan
yang menjadi tujuan konseling.
4. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan
konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai
dengan tujuan konseling.
5. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.

5.8 Pengobatan
Pengertian
Memberikan perawatan secara continue terus berubah untuk mempertahankan
dan memulihkan kesehatan

Tujuan :
Mengurangi gejala dan memperbaiki penyebab kondisi yang di alami.

Langkah – langkah :
1. Psikofarmakologi
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan
memberikan terapi obat-obatan yang akan di tujukan pada gangguan fungsi
neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapi
obat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun.

27
2. Psikoterapi

28
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
psikofarmakologi dan telah mencapai tahap dimana kemampuan menilai realitas
sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah membaik. Psikoterapi ini
bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus
asa dan semangat juangnya. Psikoterapi Re-duktif dimaksudkan untuk
memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan
pendidikan di waktu lalu. Psikoterapi rekontruktif dimaksudkan untuk
memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi
kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit. Psikologi kognitif dimaksudkan
untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika.
Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang
terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri. Psikoterapi
keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya .
2. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita
selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap menkonsumsi
obat psikofarmaka.
3. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian
kitab suci. Menurut Ramachandra dalam Yosep (2007), telah mengatakan
serangkaian penelitian terhadap pasien pasca epilepsi sebagian besar
mengungkapkan pengalaman spiritualnya sehingga semua yang dirasa menjadi
sirna dan menemukan kebenaran tertinggi yang tidak di alami pikiran biasa
merasa berdekatan dengan cahaya Ilahi.

29
4. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting di lakukan sebagai persiapan penempatan kembali
keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini diberikan kegiatan sesuai kemampuan
pasien. Berupa kegiatan bekerja membantu penimbangan kelapa sawit dan
membuat pengolahan ubi menjadi tape

5.10 Pendokumentasian
a. Pengertian
Pendokumentasian adalah menuliskan seluruh tindakan yang dilakukan.
b. Tujuan
Melalui pendokumentasian diharapkan perkembangan kondisi kesehatan pasien
dan keluarga serta seluruh kegiatan yang telah dilakukan di desa siaga sehat jiwa
tercatat dengan baik.
c. Bentuk dokumentasi
Bentuk dokumentasi dapat berupa : Buku kegiatan, Rekam Medis dan atau Foto.

5.11 Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan Jiwa di Warung Kesehatan Jiwa di
wilayah kerja puskesmas bangko dilakukan setiap tiga bulan pada hari Senin
minggu ketiga dengan melibatkan lintas program dan jaringan yang ada di
puskesmas Bangko. Tenaga kesehatan yang melayani adalah dokter, perawat dan
bidan pemegang wilayah

30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
mengenai upaya peningkatan kesehatan dan kemandirian pada paisen gangguan jiwa di
wilayah kerja puskesmas bangko tahun 2020
Gambaran program kesehatan jiwa diwilayah kerja puskesmas bangko tahun 2020
a. Cakupan program kesehatan jiwa diwilayah kerja puskesmas bangko tahun 2020
masih belum maksimal yaitu 87,50 %.
b. Peneliti mengusulkan inovasi berupa WAKESWA (Warung Kesehatan Jiwa)
untuk memaksimalkan program kesehatan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas
Bangko.
c. Peniliti mengharapkan peningkatan cakupan program kesehatan jiwa di Wilayah
Kerja Puskesmas Bangko.

6.2 Saran
Dari hasil penelitian telah dilakukan oleh peneliti mengenai upaya peningkatan
kesehatan dan kemandirian pada pasien gangguan jiwa diwilayah kerja puskesmas
bangko tahun 2020, maka peneliti mengajukan hal-hal sebagai berikut :
- Bagi peneliti selanjutnya
Semoga penelitian ini dapat diteruskan ke tahap yang lebih tinggi untuk
meningkatkan dan mempertahankan cakupan program kesehatan jiwa di
Wilayah Kerja Puskesmas Bangko.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk Petugas Puskesmas. Depkes RI. Jakarta;
2007
2. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2016
3. Modul Pelatihan keluarga Sehat. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2018
4. Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan
Keluarga. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2016
5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 – 2025.
Depkes RI. Jakarta; 2009
6. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Depkes RI. Jakarta; 2016
7. Profil Puskesmas bangko Tahun 2019. Bangko; 2019

32
LAMPIRAN

33

Anda mungkin juga menyukai