MINI PROJECT
Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mini
project yang berjudul “Upaya Peningkatan Kesehatan dan Kemandirian pada Pasien
Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bangko Kabupaten Merangin Tahun
2020” sebagai salah satu syarat untuk dapat melewati program instership rotasi
puskesmas periode III tahun 2021.
Terwujudnya mini project ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai
pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. dr. Asril Naiboho sebagai Kepala Puskesmas Bangko beserta seluruh staf atas
bimbingan dan bantuan dalam penulisan dan pengumpulan data.
2. dr. Fiza Pebriyanti yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
memberikan ilmu yang sangat berguna ketika diskusi selama melewati program
instership rotasi puskesmas periode III tahun 2021 ini.
3. Bapak Rozak, selaku Pemegang Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas Bangko.
Penulis menyadari bahwa mini project ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan tugas Miniproject ini. Akhir kata dengan segala kekurangan yang ada,
penulis berharap semoga Miniproject ini dapat bermanfaat terutama kepada pembaca
dan penulis sendiri.
2
DAFTAR ISI
JUDUL..............................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5
1.1 Latar Belakang............................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................8
2.1 Defenisi.......................................................................................................8
2.2 Epidemiologi...............................................................................................8
2.3 Etiologi.......................................................................................................9
2.4 Patofisiologi................................................................................................11
2.5 Gejala..........................................................................................................12
2.6 Tilikan.........................................................................................................13
2.7 Tingkat Pengetahuan dan Presepsi.............................................................13
BAB III PROFIL PUSKESMAS BANGKO................................................15
3.1 Profil Puskesmas Bangko...........................................................................15
BAB IV METODE PENGUMPULAN DATA.............................................20
3.1 Rancangan Penelitian..................................................................................20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................20
3.3 Defenisi Operasional..................................................................................20
3.4 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................20
BAB V HASIL PENELITIAN.......................................................................21
5.1 Gambaran Umum Penelitian.......................................................................21
5.2 Rencana Usulan Inovasi.............................................................................23
3
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................30
6.1 Kesimpulan.................................................................................................30
6.2 Saran...........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................31
Lampiran.........................................................................................................32
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
penyebab terbesar kecacatan. Lebih dari 80% penyakit ini dialami orang-orang yang
tinggal di negara berkembang. Indonesia menunjukkan penambahan jumlah kasus
gangguan jiwa yang dipengaruhi oleh faktor biologis, psikologis, dan sosial dengan
keanekaragaman penduduknya. Hal tersebut dapat berdampak pada penambahan beban
negara dan penurunan produktivitas sumber daya manusia jangka panjang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat mini project
dengan judul upaya peningkatan kesehatan dan kemandirian pada pasien gangguan jiwa
di wilayah kerja Puskesmas Bangko tahun 2020.
6
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian yaitu:
1. Bagi Peneliti
Penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan mengenai upaya pelayanan
kesehatan jiwa terhadap pasien gangguan jiwa.
2. Bagi Puskesmas
Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan kesehatan jiwa terhadap pasien gangguan jiwa.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan mengenai skizofrenia dan
mengetahui serta sadar akan adanya upaya dalam pelayanan kesehatan jiwa
terhadap pasien gangguan jiwa.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan jiwa sebagai
suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi
pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress atau disabilitas. Psikotik adalah
gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang
terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau atau aneh. Orang
dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat yaitu orang yang memiliki gengguan jiwa yang
dengan ciri psikotik hingga menganggu fungsi kehidupan, atau dikenal dengan
skizofrenia.
2.2. Epidemiologi
Menurut WHO, mengambil data dari The Lancet, skizofrenia menjangkit hampir
20 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2017.2 Menurut data dari Riskesdas tahun
2018, prevalensi rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga dengan gangguan
jiwa atau psikosis di Indonesia sebesar 6,7 permil, dan untuk di Provinsi Jambi sendiri
mencapai 6,58 permil, serta khususnya di Kota Jambi mencapai 7,36 permil.
2.3 Etiologi
Skizofrenia didiskusikan seolah-olah sebagai suatu penyakit tunggal namun
katagori diagnostiknya mencakup sekumpulan gangguan, mungkin dengan kausa yang
heterogen, tapi dengan gejala perilaku yang sedikit banyak yang serupa .
8
Kemungkinan tersebut berhubungan dengan tingkat kedekatan individu dan saudaranya
yang menderita skizofrenia.
2. Faktor Biokimia
Faktor biokimiawi terdiri atas aktivitas dopamine. Skizofrenia disebabkan
karena terlalu banyaknya aktivitas dopaminergic. Neuron dopaminergic dalam jalur
mesokortikal dan jalur mesolimbic berjalan dari badan selnya diotak tengah menuju
neuron dopaminergic di sistem limbik dan korteks serebral.
3. Faktor Psikososial
Faktor ketiga stressor psikososial adalah setiap keadaan yang menimbulkan
perubahan dalam hidup seseorang sehingga memaksa seseorang untuk melakukan
penyesuaian diri, guna menanggulangi stressor (tekanan mental). Masalah stressor
psikososial dapat digolongkan dalam masalah perkawinan, masalah hubungan
interpersonal. Faktor keluarga dan faktor psikosial lain (penyakit fisik, korban
kecelakaan atau bencana alam, masalah hukum, perkosaan, dan lain-lain).
2.4 Patofisiologi
Hipotesis dopamin, teori patofisiologi tertua, mengemukakan bahwa psikosis
disebabkan oleh dopamin berlebihan di otak. Hipotesis ini mengikuti penemuan bahwa
klorpromazin, obat antipsikotik pertama, adalah antagonis dopamin postsinaps
9
Dopamin adalah modulator neurotransmiter yang lama dipahami memainkan
peran penting dalam skizofrenia. Empat jalur dopamin utama telah terlibat dalam
neurobiologi skizofrenia dan efek samping obat antipsikotik: (1) mesolimbik, (2)
mesokorteks, (3) nigrostriatal, dan (4) tuberoinfundibular.
b. Jalur mesokorteks juga muncul dari batang otak namun diproyeksikan ke daerah
korteks. Gejala negatif dan kognitif skizofrenia mungkin terkait dengan penurunan
aktivitas di jalur mesokorteks, yang dapat menyebabkan penurunan neurotransmisi
dopamin di daerah korteks seperti korteks prefrontal.
10
c Proyek jalur nigrostriatal dari substantia nigra ke ganglia basal. Jalur dopamin
nigrostriatal adalah bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal, dan mengendalikan
gerakan motorik. Kekurangan dalam dopamin di jalur ini menyebabkan gangguan
gerakan termasuk penyakit Parkinson, ditandai dengan kekakuan, akinesia/bradikinesia,
dan tremor.
2.5 Gejala
Tsuang membagi dua gejala skizofrenia secara garis besar : gejala positif dan
gejala negatif Gejala negatif muncul dan mendominasi pada fase “prodromal‟ dan
“residual‟ dari skizofrenia.
Gejala positif diartikan secara umum sebagai tingkah laku yang tidak ditemui di
orang normal, sedangkan gejala negatif adalah gejala-gejala yang berhubungan dengan
tingkah laku pasif pasien namun cenderung tidak terlihat dan diabaikan oleh orang-
orang sekitar. Gejala positif muncul dan mendominasi tingkah laku paseien pada fase
“aktif” skizofrenia.
a. Gejala Negatif
Gejala Negatif Skizofrenia mencakup afek mendatar atau menumpul, miskin
bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang merawat diri, kurang motivasi,
anhedonia, dan penarikan diri secara social. Gejala negatif dari pasien skizofrenia
cenderung berkaitan dengan gangguan ekspresi emosi dan kurangnya kapasitas pasien
untuk merespon lingkungan di sekitar pasien yang sebagian besar bersifat dinamis.
b. Gejala Positif
Gejala-gejala ini meliputi delusi/waham, halusinasi, dan ilusi. Berdasarkan dari
letak gangguan, gejala-gejala positf ini bisa diklasifikasikan sebagai:
1. Gangguan persepsi : Mengganggu persepsi, atau kemampuan untuk menyadari
stimulus yang datang melalui indera.
2. Gangguan kognitif : Mempengaruhi pemrosesan informasi
11
3. Gangguan emosi atau motorik : Karena gejala-gejala ini sangat mudah untuk
dikenali, bahkan oleh orang awam, gejala-gejala positif ini memiliki peran penting
dalam membangun gambaran umum pasien skizofrenia.
Halusinasi auditorik adalah kelainan persepsi yang paling umum terjadi pada
kasus skizofrenia. Sering sekali, halusinasi auditori ini datang dalam bentuk suara-suara
yang terkadang memberikan komentar dan menyisipkan persepsi tersendiri pada pasien
skizofrenia. Beberapa bentuk halusinasi lain diantaranya : Halusinasi visual, halusinasi
penciuman (misalnya mencium wewangian), ataupun halusinasi somatik yang
merupakan persepsi pasien terhada organ tubuhnya. Ilusi diartikan sebagai persepsi
yang muncul sebagai respon dari stimulus-stimulus tertentu (sebagai contoh, pasien
skizofrenia menganggap takut dengan tali karena menganggap talisebagai ular).
Delusi/waham merupakan kepercayaan yang salah atau keyakinan palsu yang dianut
pasien secara sadar tanpa adanya stimulus dari luar.11
2.6 Tilikan
Insight/Tilikan adalah kesadaran dan pemahaman pasien terhadap keadaan
sakitnya.
Derajat insight.
1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit
2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan tetapi
menyangkal pada saat bersamaan
3. 3.Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar, medis
atau faktor organik yang tidak diketahui.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada
dirinya
5. Tilikan intelektual, yaitu pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan kegagalan
dalam penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau terganggu, tanpa
menerapkan pengetahuannya untuk pengalaman dimasa mendatang.
6.
Tilikan emosional yang sebenarnya yaitu kesadaran emosional terhadap motif-
motif perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala. Ada kesadaran yang
menyebabkan perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang.
12
Keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan
orang- orang penting dalam kehidupannya.12
Tingkat pengetahuan adalah hasil pemahaman yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhap objek tertentu. Pengetahuan merupakan sesuatu yang
sangat penting untuk membentuk perilaku terbuka dalam bersosial. Pengetahuan adalah
domain yang sangat penting terhadap tindakan seseorang. Tingkatan pengetahuan dalam
domain kognitif mencakup. 13
a. Tahu
Tahu adalah tingkatan yang paling rendah. Seseorang dikatakan tahu jika dapat
menyebutkan, mendefinisikan, menguraikan dan menyatakan, tahu adalah
mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami
Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan
materi dengan benar.
c. Penerapan
Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada kondisi nyata.
d. Analisis
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan materi atau objek ke dalam
komponen kecil, tetapi masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
e. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan komponen dalam bentuk
keseluruhan yang baru
f. Evaluasi
Evaluasi adalah kemampuan melakukan penilaian terhadap materi atau objek.
Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang
didahului oleh perhatian sehingga masyarakat mampu mengetahui dan mengartikan
tentang hal yang diamati baik dari luar maupun dalam diri. Persepsi orang tentang
penyakit mental memiliki pengaruh pada sikap terhadap orang yang sakit mental.14
13
2.8 Proses Terjadinya Pengetahuan Dan Persepsi
Proses terbentuknya pengetahuan berlangsung secara aktif dan dinamis. Faktor
seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif, dan lingkungan sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan.13 masuknya perhatian berasal dari beberapa faktor
eksternal yang terdiri dari ukuran, kontras, intensitas, gerakan dan sesuatu yang baru
dan faktor internal yaitu proses stimulus oleh apa yang terjadi diluar dirinya melalui
penginderaan seperti mata, kulit, lidah, telinga, dan hidung tetapi tidak semua memiliki
kekuatan penginderaan yang sama.persepsi kemudian dilanjutkan dengan proses kognisi
yaitu individu yang memiliki tingkat kognisi yang buruk cenderung akan memiliki
presepsi yang buruk terhadap objek yang dipersepsikan.10
14
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
Umumnya geografi desa berbukit dan sedikit dataran. Masing-masing desa dapat
ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Dengan jarak tempuh dari desa
dengan puskesmas berkisarantara 6-12 km, dengan waktu tempuh ±1 jam, 2 kelurahan
yang berada di pusat kota bangko merupakan jalur lintas sumatera yang mempunyai
faktor resiko tinggi terhadap masalah kesehatan.
15
Wilayah puskesmas bangko memiliki batas-batas wilayah
sebagaiberikut: Utara : berbatasan dengan Kelurahan
pematang kandis Selatan : berbatasan dengan desa kungkai
Timur : berbatasan dengan Kecamatan batang mesumai
Barat : berbatasan dengan Kecamatan bangko barat
16
Tabel 3.2 SaranaPelayananPuskesmasBangko
No. Nama Sarana Jumlah Keterangan
1. Puskesmas 1 Puskesmas Bangko
2. Puskesmas Pembantu 1 Pustu Sungai Kapan
3. Polindes 1 Polindes Sungai Kapas
4. Mobil Ambulance 2
5. Sepeda Motor 7
Adapun visi dari Puskesmas Bangko adalah “Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan
Dasar Yang Berkualitas”. Untuk mencapai visi tersebut, maka Puskesmas Bangko
menetapkan misinya sebagai berikut :
17
1. Memberikan pelayanan yang bermutu, proaktif, terjangkau dan terintegrasi
2. Menjadikan puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat
3. Sebagai pusat penggerak peran serta masyarakat
4. Manajemen yang transparan pada setiap program.
18
4. Inovasi puskesmas
a. Santun Lansia
b. IVA Test dan CBE
c. Terapi berhenti merokok
d. Homecare
19
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
20
BAB V
HASIL PENELITIAN
21
perilaku,
gangguan
jiwa,
gangguan
psikosomatis
, masalah
napza dll)
yang datang
berobat di
puskesmas
22
Berdasarkan dari tabel 5.2 mengenai laporan kesehatan jiwa diwilayah kerja
puskesmas bangko tahun 2020, dapat dilihat bahwa jumlah pasien jiwa saat ini
berjumlah 32 orang. Dimana Desa Kelurahan Pasar atas bangko memiliki 6 pasien jiwa,
kelurahan pasar bangko memiliki 1 pasien jiwa, desa kungkai memilik 18 pasien jiwa,
dan desa sungai kapas memiliki 7 pasien jiwa. Berdasarkan dari tabel diatas, jika dilihat
dan diurutkan, didapatkan bahwa desa kungkai memiliki jumlah pasien jiwa paling
Banyak yaitu 18 orang.
23
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang
dilaksanakan dalam pelaksanaan pelayan kesehatan jiwa, berfungsi/tidaknya
Warung Kesehatan Jiwa, berfungsi/tidaknya sistem pelayana di Warung
Kesehatan Jiwa.
iii. Indikator keluaran (output)
Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil
kegiatan yang dicapai dan dilaporkan
iv. Indikator dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dari
hasil kegiatan yang dilakukan
NO FAKTOR RESIKO
1. Kehilangan anggota keluarga, atau orang yang dicintai
2. Kehilangan pekerjaan,
3. Kehilangan harta benda,
4. Kehilangan anggota tubuh
5. Penyakit fisik kronis : Hipertensi , TBC, DM, Jantung, Ginjal,
6. Rheumatik
Hamil dan postpartum
B Gangguan jiwa
Gangguan jiwa adalah kelainan perilaku yang disebabkan oleh rusaknya fungsi
jiwa (ingatan, pikiran, penilaian/persepsi, komunikasi, aktivitas, motivasi, belajar)
sehingga menyebabkan adanya hambatan dalam melakukan fungsi sosial
(interaksi/bergaul). Penyebab gangguan jiwa adalah ketidakmampuan seseorang
24
beradaptasi dengan masalah. Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana
saja. Perilaku yang menunjukkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah sangat
beragam seperti tabel berikut :
NO CIRI PERILAKU
1. Sedih berkepanjangan dalam waktu lama
2. Kemampuan melakukan kegiatan sehari – hari (kebersihan, makan, minum,
aktivitas) berkurang
3. Motivasi untuk melakukan kegiatan menurun (malas)
4. Marah – marah tanpa sebab
5. Bicara atau tertawa sendiri
6. Mengamuk
7. Menyendiri
8. Tidak mau bergaul
9. Tidak memperhatikan penampilan/kebersihan diri
10. Mengatakan atau mencoba bunuh diri
C. Sehat Jiwa
Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada
gangguan jiwa atau resiko masalah psikososial.
25
- Untuk menegakan / merumuskan diagnosa keperawatan/kedokteran
- Untuk membantu proses rencana keperawatan dan pengoatan
5.7 Konseling
Pengertian :
Konseling kesehatan jiwa adalah merupakan proses yang melibatkan seseorang
konselor yang berusaha membantu orang lain (konseling) dalam mencapai
pemahaman dirinya (self-understanding), membuat keputusan dan pemecahan
masalah.
Tujuan :
26
Langkah – langkah :
1. Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika
perkembangan klien. Konselor mendorong klien untuk mengemukakan
keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu.
2. Goal setting, yaitu langkah untuk. merumuskan tujuan konseling
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assesment konselor dan
klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling.
3. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik
konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan
yang menjadi tujuan konseling.
4. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan
konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai
dengan tujuan konseling.
5. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses konseling.
5.8 Pengobatan
Pengertian
Memberikan perawatan secara continue terus berubah untuk mempertahankan
dan memulihkan kesehatan
Tujuan :
Mengurangi gejala dan memperbaiki penyebab kondisi yang di alami.
Langkah – langkah :
1. Psikofarmakologi
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan
memberikan terapi obat-obatan yang akan di tujukan pada gangguan fungsi
neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapi
obat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun.
27
2. Psikoterapi
28
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
psikofarmakologi dan telah mencapai tahap dimana kemampuan menilai realitas
sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah membaik. Psikoterapi ini
bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus
asa dan semangat juangnya. Psikoterapi Re-duktif dimaksudkan untuk
memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan
pendidikan di waktu lalu. Psikoterapi rekontruktif dimaksudkan untuk
memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi
kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit. Psikologi kognitif dimaksudkan
untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika.
Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang
terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri. Psikoterapi
keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya .
2. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita
selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap menkonsumsi
obat psikofarmaka.
3. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, memanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian
kitab suci. Menurut Ramachandra dalam Yosep (2007), telah mengatakan
serangkaian penelitian terhadap pasien pasca epilepsi sebagian besar
mengungkapkan pengalaman spiritualnya sehingga semua yang dirasa menjadi
sirna dan menemukan kebenaran tertinggi yang tidak di alami pikiran biasa
merasa berdekatan dengan cahaya Ilahi.
29
4. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting di lakukan sebagai persiapan penempatan kembali
keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini diberikan kegiatan sesuai kemampuan
pasien. Berupa kegiatan bekerja membantu penimbangan kelapa sawit dan
membuat pengolahan ubi menjadi tape
5.10 Pendokumentasian
a. Pengertian
Pendokumentasian adalah menuliskan seluruh tindakan yang dilakukan.
b. Tujuan
Melalui pendokumentasian diharapkan perkembangan kondisi kesehatan pasien
dan keluarga serta seluruh kegiatan yang telah dilakukan di desa siaga sehat jiwa
tercatat dengan baik.
c. Bentuk dokumentasi
Bentuk dokumentasi dapat berupa : Buku kegiatan, Rekam Medis dan atau Foto.
30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
mengenai upaya peningkatan kesehatan dan kemandirian pada paisen gangguan jiwa di
wilayah kerja puskesmas bangko tahun 2020
Gambaran program kesehatan jiwa diwilayah kerja puskesmas bangko tahun 2020
a. Cakupan program kesehatan jiwa diwilayah kerja puskesmas bangko tahun 2020
masih belum maksimal yaitu 87,50 %.
b. Peneliti mengusulkan inovasi berupa WAKESWA (Warung Kesehatan Jiwa)
untuk memaksimalkan program kesehatan jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas
Bangko.
c. Peniliti mengharapkan peningkatan cakupan program kesehatan jiwa di Wilayah
Kerja Puskesmas Bangko.
6.2 Saran
Dari hasil penelitian telah dilakukan oleh peneliti mengenai upaya peningkatan
kesehatan dan kemandirian pada pasien gangguan jiwa diwilayah kerja puskesmas
bangko tahun 2020, maka peneliti mengajukan hal-hal sebagai berikut :
- Bagi peneliti selanjutnya
Semoga penelitian ini dapat diteruskan ke tahap yang lebih tinggi untuk
meningkatkan dan mempertahankan cakupan program kesehatan jiwa di
Wilayah Kerja Puskesmas Bangko.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk Petugas Puskesmas. Depkes RI. Jakarta;
2007
2. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2016
3. Modul Pelatihan keluarga Sehat. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2018
4. Petunjuk Teknis Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan
Keluarga. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: 2016
5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 – 2025.
Depkes RI. Jakarta; 2009
6. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Depkes RI. Jakarta; 2016
7. Profil Puskesmas bangko Tahun 2019. Bangko; 2019
32
LAMPIRAN
33