Anda di halaman 1dari 29

TUGAS ANALISIS PROGRAM GIZI DAN KEBIJAKAN PENGAN

POS PELAYANAN TERPADU (POSYANDU)

Oleh :

Lutfiana Mardhatilla

NIM : 2213101010

Dosen Pengampu : Prof. Dr. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, M.sc., PhD., SpGK

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS FORT DE KOCK
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini ,sebagaimana dibuat sebagai tugas Analisis Program

Gizi dan Kebijakan Pangan mengenai Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

Di dalam penulisan ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan

pada tulisan ini namun, penulis berharap tulisan ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi

semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, atas segala

amal kebaikan dan bantuannya.

Penulis

Lutfiana Mardhatilla

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4

1.1 Latar belakang ....................................................................................................... 4


1.2 Tujuan penulisan ................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 5

2.1 Definisi Posyandu ................................................................................................. 5

2.2 Sejarah Posyandu .................................................................................................. 5

2.3 Pelaksanaan sistem 5 meja .................................................................................... 7

2.4 Pemantauan Status Gizi Balita .............................................................................. 9

2.5 KMS (Kartu Menuju Sehat) .................................................................................. 11

2.6 Penilaian Posyandu ............................................................................................... 14

2.7 Sistem Pelaporan Status Gizi di Masyarakat ........................................................ 17

2.8 Posyandu Lansia .................................................................................................... 18

2.9 Posbindu ................................................................................................................ 21

2.10 Masalah Kesehatan di Indonesia ........................................................................... 24

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak azasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,
diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa,
agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini perlu dilakukan karena kesehatan bukanlah
tanggung jawab pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah
dan masyarakat, termasuk swasta.s

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia dengan mengoptimalkan potensi


tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata, apabila sistim pelayanan
kesehatan yang berbasis masyarakat seperti Posyandu dapat dilakukan secara efektif dan
efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan kesehatan anak,
ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas.

1.2 Tujuan Penulisan

2. Untuk mempelajari dan memahami mengenai Posyandu, status gizi serta masalah

kesehatan di Indonesia yang berkaitan dengan gizi masyarakat

3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah analisis program gizi dan kebijakan pangan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari
petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Pelayanan kesehatan dasar di
Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima)
kegiatan, yakni Kesehatan lbu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi,
dan penanggulangan diare. (Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, 2011).
Posyandu adalah lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan yang mewadahi
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan sosial dasar yang pelaksanaannya dapat
diintegrasikan dengan layanan lainnya sesuai potensi daerah

3.2 Sejarah Posyandu

Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari


kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen
Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud dengan PKMD ialah strategi pembangunan
kesehatan yang menerapkan prinsip gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan
agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan penyelesaian
masalah kesehatan yang dilakukan bersama petugas kesehatan secara lintas program dan
lintas sector terkait. Diperkenalkannya PKMD pada tahun 1975 mendahului kesepakatan

5
internasional tentang konsep yang sama, yangdikenal dengan nama Primary Health Care
(PHC), seperti yang tercantum dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978.
Pada tahap awal, kegiatan PKMD yang pertama kalidiperkenalkan di Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam pelbagai bentuk. Kegiatan PKMD untuk
perbaikan gizi, dilaksanakan melalui Karang Balita, sedangkan untuk penanggulangan diare,
dilaksanakan melalui Pos Penanggulangan Diare, untuk pengobatan masyarakat di perdesaan
melalui Pas Kesehatan, serta untuk imunisasi dan keluarga berencana, melalui Pos lmunisasi
dan Pos KB Desa.

Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat
yang seperti ini, di sampingmenguntungkan masyarakat, karena memberikan kemudahan
bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, ternyata juga menimbulkan
berbagai masalah, antara lain pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak, menyulitkan
koordinasi, serta memerlukan lebih banyak sumber daya. Untuk mengatasinya, pada tahun
1984 dikeluarkanlah lnstruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan
Menteri Dalam Negeri, yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke
dalam satu wadah yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kegiatan
yang dilakukan, diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi, yang sesuai dengan konsep GOBI - 3F (Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast
Feeding, lmunization, Female Education, Family Planning, dan Food Suplementation),
untuk Indonesia diterjemahkan ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu KIA, KB, lmunisasi,
Gizi dan penanggulangan diare.
Pencanangan Posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara massal untuk
pertama kali oleh Kepala Negara Republik Indonesia pada tahun 1986 di Yogyakarta,
bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak saat itu Posyandu tumbuh
dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi perkembangan yang sangat luar biasa, yakni dengan
keluarnya lnstruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan
Pembinaan Mutu Posyandu. Melalui instruksi ini, seluruh kepala daerah ditugaskan untuk
meningkatkan pengelolaan mutu Posyandu. Pengelolaan Posyandu dilakukan oleh satu
Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu yang merupakan tanggung jawab
bersama antara masyarakat dengan Pemerintah Daerah (Pemda). . (Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu, 2011).

6
2.3 Pelaksanaan Sistem Lima Meja

Pelaksanaan Posyandu sistem 5 meja (Vivi Novita, 2014) :

 Kegiatan Di MEJA 1

1. Pendaftaran Balita

a. Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita

b. Bila anak sudah memiliki KMS, berarti bulan lalu anak sudah ditimbang. Minta

KMSnya, namanya dicatat pada secarik k KMSnya, namanya dicatat pada secarik

kertas. Kertas ertas. Kertas ini diselipkan di KMS, ini diselipkan di KMS, kemudian

ibu balita diminta membawa anaknya menuju tempat penimbangan.

c. Bila anak belum punya KMS, berarti baru bulan ini ikut penimbangan atau KMS

lamanya hilang. Ambil KMS baru, kolomnya diisi secara lengkap, nama anak dicatat

7
pada secarik kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu KMS,

kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke tempat penimbangan.

2. Pendaftaran ibu hamil

a. Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil.

b. Ibu hamil yang tidak membawa balita diminta langsung menuju ke meja 4 untuk

mendapat pelayanan gizi oleh kader serta pelayanan oleh petugas kesehatan di meja 5.

c. Ibu yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada secarik kertas, dan ibu

menyerahkan kertas itu langsung kepada petugas kesehatan di meja 5.

 Kegiatan di MEJA 2

a. Penimbangan anak dan balita, hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas

yang terselip di KMS. Selipkan kertas ini kembali ke dalam KMS.

b. Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilakan menu meja 3, meja pencatatan.

 Kegiatan di MEJA 3

a. Buka KMS balita yang bersangkutan.

b. Pindahkan hasil penimbangan anak dari secarik kertas ke KMSnya.

c. Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS.

d. Bila ada Kartu Kelahiran, catatlah bulan lahir ana Bila ada Kartu Kelahiran, catatlah bulan

lahir anak dari kartu tersebut. dari kartu tersebut.

e. Bila tidak ada Kartu Kelahiran tetapi ibu ingat, Bila tidak ada Kartu Kelahiran tetapi ibu

ingat, catatlah bulan lahir anak sesuai ingatan tatlah bulan lahir anak sesuai ingatan

ibunya.

8
f. Bila ibu tidak ingat dan hanya tahu umur anaknya yang sekarang, perkirakan bulan lahir

anak dan catat.

 Kegiatan di MEJA 4

a. Penyuluhan untuk semua orang tua balita. Mintalah KMS anak, perhatikan umur dan hasil

penimbangan pada bulan ini. Kemudian ibu balita diberi penyuluhan.

b. Penyuluhan untuk semua ibu hamil. Anjurkan juga agar ibu memeriksakan kehamilannya

sebanyak minimal 5 kali selama kehamilan pada petugas kesehatan atau bidan

c. Penyuluhan untuk semua ibu menyusui mengenai pentingnya ASI, kapsul iodium/garam

iodium dan vitamin A.

 Kegiatan di MEJA 5

Kegiatan di meja 5 adalah kegiatan pelayanan kesehatan dan pelayanan KB, imunisasi

serta pemberian oralit. Kegiatan ini dipimpin dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari

Puskesmas.

2.4 Pemantauan Status Gizi Balita

Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam

mengembangkan kualitas sumber daya manusia, sebagai indikator keberhasilan pembangunan

suatu bangsa. Dalam hal ini gizi memiliki pengaruh terhadap kecerdasan dan produktivitas kerja

sumber daya manusia (Almatsier, 2001).

9
1. Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks (Buku Saku Pemantauan Status Gizi. 2017 ) yaitu
:
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U), adalah berat badan anak yang dicapai pada umur
tertentu
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), adalah tinggi badan anak yang dicapai pada
umur tertentu
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) , adalah berat badan anak dibandingkan
dengan tinggi badan yang dicapai.

Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan baku pertumbuhan WHO

2. Z - score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB normal menurut baku
pertumbuhan WHO.
3. ContohperhitunganZscoreBB/U:(BBanak–BBstandar)/standardeviasiBBstandar
4. Batasan untuk kategori status gizi balita menurut indeks BB/U, TB/U, BB/TB menurut
WHO dapat dilihat pada tabel “pengertian kategori status gizi balita”

Tabel Pengertian Kategori Status Gizi Balita (Kepmenkes. 2010)


Indikator Status Gizi Z - Score

Gizi buruk < -3,0 SD

Gizi kurang -3,0 SD s/d < -2,0 SD


BB / U

Gizi baik -2,0 SD s/d 2,0 SD

Gizi lebih > 2,0 SD

Sangat pendek < -3,0 SD

10
Pendek -3,0 SD s/d < -2,0 SD

TB / U
Normal ≥-2,0 SD

Sangat kurus < -3,0 SD

Kurus -3,0 SD s/d < -2,0SD


BB / TB

Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD

Gemuk > 2,0 SD

Pengertian (Buku Saku Pemantauan Status Gizi. 2017) :

Underweight / Berat Badan Kurang / Gizi Kurang : gabungan gizi buruk dan gizi kurang
Stunting / Pendek : gabungan sangat pendek dan pendek
Wasting / Kurus : gabungan sangat kurus dan kurus

2.5 KMS (Kartu Menuju Sehat)

Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal balita
berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U) dan berdasarkan jenis
kelamin.
Fungsi dan Kegunaan KMS Balita (Kemenkes. 2021)
a. Fungsi KMS Fungsi utama KMS ada 3, yaitu:
1. Sebagai alat untuk pemantauan pertumbuhan balita.
Pada KMS dicantumkan grafik pertumbuhan normal balita, yang dapat digunakan
untuk menentukan apakah seorang balita tumbuh normal, atau mengalami gangguan
pertumbuhan. Bila grafik berat badan balita mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS,
artinya balita tumbuh baik, kecil risiko balita untuk mengalami gangguan pertumbuhan.

11
Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, balita
kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.
2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan balita terutama penimbangan berat badan, pemberian
ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan, kejadian sakit, dll.
3. Sebagai alat edukasi.
Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan gizi misalnya untuk menimbang anak secara
rutin dan merujuk ke tenaga kesehatan jika berat badan tidak naik, berada dibawah garis
merah dan di atas garis oranye.

b. Kegunaan KMS
1) Bagi balita.
Sebagai alat deteksi dini gangguan pertumbuhan balita untuk menapis dan
mencegah terjadinya masalah gizi sejak dini.

2) Bagi orang tua balita.


Dengan menimbang balita setiap bulan di Posyandu atau fasilitas penimbangan
lainnya, orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Apabila ada
indikasi gangguan pertumbuhan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi (berat
badan di atas garis oranye), orang tua balita dapat melakukan konsultasi kepada tenaga
kesehatan untuk mendapatkan tindakan perbaikan sesuai anjuran, seperti memberikan
makan bergizi seimbang dan aman, mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dan saran-saran lainnya.

3) Bagi kader kesehatan.


KMS digunakan kader kesehatan untuk mencatat berat badan balita, melakukan
ploting dan menilai hasil penimbangan. Kader dapat memberikan penyuluhan tentang
asuhan dan pemberian makanan balita. Bila berat badan balita tidak naik atau di bawah
garis merah atau di atas garis oranye, kader melaporkan ke tenaga kesehatan terdekat,
agar balita mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

12
4) Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan dapat menganalisis status pertumbuhan balita menggunakan
KMS untuk kemudian melakukan tindak lanjut yang diperlukan. Selain itu tenaga
kesehatan juga dapat mengetahui riwayat pemberian ASI eksklusif. Bila anak tidak
mendapatkan ASI maka petugas harus memberikan konseling sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi ibu. Tenaga kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh
masyarakat dan tim penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam
kegiatan pemantauan pertumbuhan. Tenaga kesehatan dapat membina kader kesehatan
dalam pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di posyandu. KMS juga dapat digunakan
sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita tentang pertumbuhan anak, serta
pentingnya ASI eksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunya
anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya

Jenis KMS Balita KMS balita dibedakan untuk anak laki-laki dan untuk anak
perempuan karena pola pertumbuhannya yang berbeda, mulai dari berat dan panjang
lahir dan pola pertambahannya. Contohnya: rata-rata berat badan lahir anak laki-laki
lebih berat dibandingkan anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna biru
dan terdapat tulisan Untuk Laki-Laki. KMS untuk anak perempuan berwarna merah
muda dan terdapat tulisan Untuk Perempuan.

13
2.6 Penilaian Posyandu

Perkembangan masing-masing posyandu tidak sama. Dengan demikian,pembinaan yang

dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat

perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode dan alat Tingkat Perkembangan

Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirinan Posyandu. Tujuan telaah adalah

untuk mengetahui identifikasi tingkat perkembangan Posyandu yang secara umum

dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut (DepKes RI,2006) :

1. Posyandu Pratama

Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan

bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni

kurang dari 5 orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di

samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi

masyarakat serta menambah jumlah kader.

2. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari

8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi

cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang

dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan

mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader

dalam mengelola kegiatan Posyandu.

14
3. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih

dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan

kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan,

serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh

masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja

Posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain :

a) Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman

masyarakat tentang dana sehat.

b) Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat, dengan

cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat,

terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk kepentingan Posyandu

mengikutsertakan pengurus Posyandu.

4. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan

lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih,

cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program

tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh

masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja

Posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program

dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi

memperbanyak macam program tambahan sesuai denganmasalah dan kemampuan

masing-masing yang dirumuskan melalui pendekatan PKMD.

15
Keberhasilan posyandu dapat terlihat dari pencapaian SKDN, dimana SKDN

adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN, dimana balok

tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang memiliki KMS

(K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang dan naik berat

badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan

digunakan untuk memantau pertumbuhan balita (Depkes RI, 2003).

Balita baru yang diperiksa kesehatannya sekaligus dicek tumbuh kembangnya

oleh Petugas Puskesmas / Puskesmas Pembantu Polindes di dalam maupun diluar

Institusi Kesehatan seperti di Posyandu. Balita yang naik berat badannya adalah Balita

yang pada waktu ditimbang di fasilitas kesehatan atau posyandu mengalami kenaikan

berat badan sesuai pedoman apabila dibandingkan dengan hasil penimbangan

sebelumnya.

Posyandu balita identik dengan tugas kaum perempuan atau ibu mengantar

anaknya, tetapi pada posyandu ayah peduli peran serta juga kepedulian para ayah

mengantar ke posyandu, serta adanya kader laki – laki yang turut memberikan pelayanan,

sehingga kesehatan juga tumbuh kembang anak akan semakin baik. Sehingga deran

adanya peran dan keterlibatan ayah dalam kegiatan posyandu dapat diharapkan

meningkatkan derajat kesehatan balita,dan dapat terciptanya keluarga yang sadar akan

kesehatan, dengan cara rutin membawa balitanya datang ke posyandu. Sehingga dapat

terciptanya pencapaian SKDN sesuai dengan capaian nasional (Mudhawaroh,2020).

16
2.7 Sistem Pelaporan Status Gizi di Masyarakat (e-PPGBM)

PPGBM adalah kepanjangan dari Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis

Masyarakat. Sedangkan e-PPGBM adalah aplikasi untuk melakukan pelaporan tersebut

(Petunjuk Teknis Sistem Informasi Gizi Terpadu, Kemenkes 2019).

Pada Sigizi Terpadu terdapat modul elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis

Msyarakat (e-PPGBM) yaitu modul yang digunakan untuk mencatat secara elektronik

data individu sasaran lengkap dengan nama dan alamat yang bersumber dari Posyandu.

Aplikasi e-PPGBM ini pertama kali diperkenalkan oleh Kementerian Kesehatan RI pada

akhir tahun 2017. Sistem Informasi Kesehatan yang baik adalah sistem informasi yang

mampu menghasilkan data/informasi yang akurat dan tepat waktu. Faktanya dalam hal

manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat, Sistem Informasi

aplikasi e-PPGBM ini belum banyak berperan karena belum menghasilkan data/informasi

yang akurat dan tepat waktu. (Masayu Meidiawani, dkk 2021).

Aplikasi e-PPGBM juga bisa menampilkan rekap data hasil entri pada menu

sebelumnya. Saat ini laporan yang terdapat pada aplikasi e-PPGBM terbagi sebagai

berikut (Petunjuk Teknis Sistem Informasi Gizi Terpadu, Kemenkes 2019):

1. Daftar Balita berdasarkan Status Gizi

Laporan ini berfungsi untuk melihat daftar balita pada wilayah tertentu

berdasarkan status gizi tertentu. Untuk melihat laporan ini dapat dilakukan dengan

mengakses menu Laporan → Anak → Daftar Balita berd Status Gizi

17
2. Rekap Balita berdasarkan Status Gizi.

Laporan ini berfungsi untuk melihat rekap balita berdasarkan status gizi tertentu

pada wilayah tertentu. Untuk melihat laporan ini dapat di lakukan dengan mengakses

menu Laporan → Balita → Rekap Balita berd Status Gizi.

3. Daftar status gizi Ibu Hamil

Laporan ini berfungsi untuk melihat daftar Ibu Hamil pada wilayah tertentu

berdasarkan status gizi tertentu. Untuk melihat laporan ini dapat dilakukan dengan

mengakses menu Laporan → Ibu Hamil → Daftar Status Gizi Ibu Hamil

4. Laporan Rekap Sasaran

Laporan rekap sasaran berfungsi untuk menyajikan data rekapitulasi sasaran yang

ada (telah dientri) ke dalam aplikasi PPGBM. Untuk melihat laporan rekap sasaran

dapat dilakukan dengan mengakses menu Laporan → Rekap Sasaran

Penggunaan e-PPGBM bertujuan agar tenaga pelaksana gizi dan pemangku

kebijakan di daerah lebih mudah dalam mengamati permasalahan gizi di wilayah

mereka untuk selanjutnya mengambil keputusan terhadap dan tindakan apa yang akan

dilakukan, baik secara komunitas maupun individu. (Masayu Meidiawani, dkk 2021).

2.8 Posyandu Lansia

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan

kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya

dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor

pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik

beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Kader Posyandu adalah

18
orang dewasa, baik laki–laki atau perempuan yang mau bekerja secara sukarela

melakukan kegiatan–kegiatan kemasyarakatan terkait dengan kesejahteraan lanjut usia.

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun. (Pedoman Pelaksanaan

Posyandu Lanjut Usia, 2010).

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain (BKKBN Golantang,

2020) :

1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia

2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam

pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia

lanjut.

Pelaksanaan kegiatan posyandu lansia dengan menggunakan sistem 5 meja yaitu:

1. Meja 1: Pendaftaran

Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah

terdaftar di buku register langsung menuju meja selanjutnya.

2. Meja 2: Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah

3. Meja 3: Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat

Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan

darah, berat badan, tinggi badan.

4. Meja 4: Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan.

5. Meja 5: Pelayanan medis

19
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi

kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan ringan.

Pada pelaksanaan posyandu lansian ini dibantu oleh kader. Pengertian Kader

Lansia adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat,

yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering

dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa

dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya

dalam program pelayanan kesehatan.

Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut (BKKBN Golantang, 2020)

a. Tugas-Tugas Kader

1. Tugas sebelum hari buka Posyandu (H - Posyandu) yaitu berupa tugas – tugas

persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik.

2. Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas untuk

melaksanakan pelayanan 5 meja.

3. Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu berupa tugas - tugas

setelah hari Posyandu.

b. Tugas-Tugas Kader Pada Pelaksanaan Posyandu Lansia

1. Tugas-tugas kader Posyandu pada H - atau pada saat persiapa hari Posyandu,

meliputi :

20
a. Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat

peraga, obat-obatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan lain-lain.

b. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberi tahu para lansia

untuk datang ke Posyandu, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa

membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk datang ke Posyandu

c. Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu menyampaikan rencana

kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sector

bisa hadir pada hari buka Posyandu.

d. Melaksanakan pembagian tugas : menentukan pembagian tugas diantara kader

Posyandu baik untuk persiapan untuk pelaksanaan

2.9 Posbindu

Posbindu merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi

dini dan pemantauan faktor risiko Penyakit Tidak Menular Utama yang dilaksanakan

secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi

merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik,

obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini

faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas

pelayanan kesehatan dasar. .(Petunjuk Teknis Posbindu PTM, Kemenkes 2012).

Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung

dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan

21
akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.(Petunjuk Teknis Posbindu PTM, Kemenkes

2012).

Tujuan Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan

dini faktor risiko PTM. Sasaran Kegiatan Sasaran utama adalah kelompok masyarakat

sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas. .(Petunjuk Teknis

Posbindu PTM, Kemenkes 2012).

Pelaku Kegiatan Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan

yang telah ada atau beberapa orang dari masing-masing

kelompok/organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu

PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan

faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria Kader

Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan

kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM. .(Petunjuk Teknis Posbindu PTM, Kemenkes

2012).

Bentuk Kegiatan Posbindu PTM meliputi 10 (sepuluh) kegiatan yaitu .(Petunjuk

Teknis Posbindu PTM, Kemenkes 2012).:

1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang

riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan

sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta

informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan

dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan

berkala sebulan sekali

22
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar

perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan

sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk

anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran

lengan atas.

3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun sekali bagi

yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru

dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan

peakflowmeter pada anak dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana

sebaiknya dilakukan oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih.

4. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang

riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan

sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta

informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan

dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan

berkala sebulan sekali.

5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan

5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risi ko PTM 6 bulan sekali dan

penderita dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk

pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

ada di lingkungan kelompok masyarakat tersebut.

23
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya

minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan

tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif

dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan

tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh

bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter

terlatih di Puskesmas .

7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi kelompok

pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,

perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya)

8. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu

PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat

bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya.

9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan

jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.

10. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya dengan

pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam

penanganan pra-rujukan.

2.10 Masalah Kesehatan Di Indonesia (Study Guide Stunting dan Upaya Pencegahannya)

Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam

mengembangkan kualitas sumber daya manusia, sebagai indikator keberhasilan

24
pembangunan suatu bangsa. Saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi

yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu

masalah kekurangan gizi yang masih cukup tinggi di Indonesia adalah pendek (stunting)

dan kurus (wasting) pada balita serta masalah anemia dan kurang energi kronik (KEK)

pada ibu hamil.

Permasalahan gizi disebabkan oleh penyebab langsung seperti asupan makanan

yang tidak adekuat dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung

permasalahan gizi adalah masih tingginya kemiskinan, rendahnya sanitasi lingkungan,

ketersediaan pangan yang kurang, pola asuh yang kurang baik, dan pelayanan kesehatan

yang belum optimal.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 berdasarkan indikator

BB/U menunjukkan secara nasional prevalensi gizi buruk-kurang pada tahun 2013 adalah

19,6% yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Terus terjadi peningkatan

prevalensi gizi buruk-kurang dibandingkan hasil Riskesdas pada tahun sebelumnya

dimana pada tahun 2007 prevalensi gizi buruk-kurang adalah sebesar 18,4% dan tahun

2010 sebesar 17,9%.

Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius, bila prevalensi gizi buruk-kurang

antara 20,0-29,0 % dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ≥30% (WHO, 2010).

Prevalensi nasional gizi buruk-kurang pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti

masalah gizi buruk- kurang di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

mendekati prevalensi tinggi (Riskesdas, 2013).

25
Berdasarkan indikator TB/U, prevalensi pendek (stunting) secara nasional pada

tahun 2013 adalah sebesar 37,2% dimana terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010

(35,6%) dan 2007 (36,8%). Prevalensi pendek sebesar 37,2% terdiri dari 18,0% sangat

pendek dan 19,2% pendek. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat, bila prevalensi

pendek adalah sebesar 30–39% dan serius, bila prevalensi pendek ≥40% (WHO 2010).

Berdasarkan hasil Riskesdas (2013) menunjukkan secara keseluruhan prevalensi

anak balita kurus dan sangat kurus menurun dari 13,6% pada tahun 2007 menjadi 12,1%

pada tahun 2013. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi

kurus antara 10,0%-14,0%. dan dianggap kritis bila ≥15,0 % (WHO 2010). Pada tahun

2013, secara nasional prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1%, yang berarti

masalah kurus di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.

26
BAB III

KESIMPULAN

Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan

bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat

dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

Selain Posyandu pada balita, juga terdapat Posyandu Lansia untuk usia 60 tahun ke atas

dan Posbindu untuk usia 15 tahun ke atas. Dalam pelaksanaannya baik posyandu balita,

posyandu lansia dan posbindu ini dibantu oleh kader kesehatan. Saat melaksanakannya ini

menggunakan system 5 meja, yang terdiri dari pendaftaran, penimbangan, pencatatan,

penyuluhan dan pelayanan kesehatan.

Dengan adanya Posyandu Balita diharapkan dapat menurunkan angka gizi buruk dan

stunting pada balita dan anak. Dengan adanya Posyandu lansia diharapkan dapat menurunkan

angka kesakitan dan kematian pada lansia. Dan dengan adanya posbindu dapat meningkatkan

tingkat kesehatan pada masyarakat usia 15 tahun ke atas.

27
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta: Depkes RI, 2006. hlm. 11.

Depkes RI, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta: Depkes RI, 2006. hlm. 6.

Vivi Novita. 2014. Lima Meja Posyandu. Diunduh dari https://id.scribd.com 5 Meja Posyandu.

Diunduh tanggal 18 Februari 2022

Almatsier S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pemantauan Status Gizi. 2017.

Direktorat Gizi Masyarakat

Kepmenkes No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi

anak

Kementerian kesehatan Republik Indonesia. 2021. Petunjuk Teknis Penggunaan Kartu Menuju

Sehat Balita (KMS). Direktorat Gizi Masyarakat

Atikah.dkk, 2018. Buku referensi Study guide–stunting dan upaya Pencegahannya Bagi

mahasiswa kesehatan masyarakat.Banjar Baru.

Ismawati C, dkk. Posyandu Desa Siaga.Jogjakarta : Nuha Medika. 2010

Mudhawaroh.dkk,2020. Pengaruh kegiatan posyandu ayah terhadap pencapaian skdn di

Posyandu desa pulo gebang dan posyandu desa gubus banaran Wilayah kerja

puskesmas tembelang kabupaten jombang: Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal

of Midwifery), Vol 6, No. 1:Jombang.

Petunjuk Teknis Sistem Informasi Gizi Terpadu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Tahun 2019.

28
Masayu Meidiawani, Misnaniarti, Rizma Adlia Syakurah. Jurnal kepuasan pengguna aplikasi e-

PPGBM berdasarkan kualitas system model kesuksesan DeLone – Mc Lean. Volume 5,

Nomor 1, April 2021

Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasinal Lanjut Usia, Jakarta, 2010

BKKBN Golantang, Program Posyandu Lansia, 20 Mei 2020, diakses dari :

https://golantang.bkkbn.go.id/program-posyandu-lansia

Petunjuk teknis Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM), Kementerian

Kesehatan Republin Indonesia, 2012

Atikah Rahayu, . dkk 2018. Study Guide Stunting dan Upaya Pencegahannya Bagi Mahasiswa

Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai