Oleh :
Lutfiana Mardhatilla
NIM : 2213101010
Dosen Pengampu : Prof. Dr. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, M.sc., PhD., SpGK
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini ,sebagaimana dibuat sebagai tugas Analisis Program
Gizi dan Kebijakan Pangan mengenai Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Fakultas
Di dalam penulisan ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
pada tulisan ini namun, penulis berharap tulisan ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi
semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, atas segala
Penulis
Lutfiana Mardhatilla
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak azasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan,
diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa,
agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat, dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini perlu dilakukan karena kesehatan bukanlah
tanggung jawab pemerintah saja, namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah
dan masyarakat, termasuk swasta.s
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
2. Untuk mempelajari dan memahami mengenai Posyandu, status gizi serta masalah
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah analisis program gizi dan kebijakan pangan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari
petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya. Pelayanan kesehatan dasar di
Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima)
kegiatan, yakni Kesehatan lbu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi,
dan penanggulangan diare. (Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, 2011).
Posyandu adalah lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan yang mewadahi
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan sosial dasar yang pelaksanaannya dapat
diintegrasikan dengan layanan lainnya sesuai potensi daerah
5
internasional tentang konsep yang sama, yangdikenal dengan nama Primary Health Care
(PHC), seperti yang tercantum dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978.
Pada tahap awal, kegiatan PKMD yang pertama kalidiperkenalkan di Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam pelbagai bentuk. Kegiatan PKMD untuk
perbaikan gizi, dilaksanakan melalui Karang Balita, sedangkan untuk penanggulangan diare,
dilaksanakan melalui Pos Penanggulangan Diare, untuk pengobatan masyarakat di perdesaan
melalui Pas Kesehatan, serta untuk imunisasi dan keluarga berencana, melalui Pos lmunisasi
dan Pos KB Desa.
Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat
yang seperti ini, di sampingmenguntungkan masyarakat, karena memberikan kemudahan
bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, ternyata juga menimbulkan
berbagai masalah, antara lain pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak, menyulitkan
koordinasi, serta memerlukan lebih banyak sumber daya. Untuk mengatasinya, pada tahun
1984 dikeluarkanlah lnstruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan
Menteri Dalam Negeri, yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke
dalam satu wadah yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kegiatan
yang dilakukan, diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi, yang sesuai dengan konsep GOBI - 3F (Growth Monitoring, Oral Rehydration, Breast
Feeding, lmunization, Female Education, Family Planning, dan Food Suplementation),
untuk Indonesia diterjemahkan ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu KIA, KB, lmunisasi,
Gizi dan penanggulangan diare.
Pencanangan Posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara massal untuk
pertama kali oleh Kepala Negara Republik Indonesia pada tahun 1986 di Yogyakarta,
bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak saat itu Posyandu tumbuh
dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi perkembangan yang sangat luar biasa, yakni dengan
keluarnya lnstruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan
Pembinaan Mutu Posyandu. Melalui instruksi ini, seluruh kepala daerah ditugaskan untuk
meningkatkan pengelolaan mutu Posyandu. Pengelolaan Posyandu dilakukan oleh satu
Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu yang merupakan tanggung jawab
bersama antara masyarakat dengan Pemerintah Daerah (Pemda). . (Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu, 2011).
6
2.3 Pelaksanaan Sistem Lima Meja
Kegiatan Di MEJA 1
1. Pendaftaran Balita
b. Bila anak sudah memiliki KMS, berarti bulan lalu anak sudah ditimbang. Minta
KMSnya, namanya dicatat pada secarik k KMSnya, namanya dicatat pada secarik
kertas. Kertas ertas. Kertas ini diselipkan di KMS, ini diselipkan di KMS, kemudian
c. Bila anak belum punya KMS, berarti baru bulan ini ikut penimbangan atau KMS
lamanya hilang. Ambil KMS baru, kolomnya diisi secara lengkap, nama anak dicatat
7
pada secarik kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu KMS,
b. Ibu hamil yang tidak membawa balita diminta langsung menuju ke meja 4 untuk
mendapat pelayanan gizi oleh kader serta pelayanan oleh petugas kesehatan di meja 5.
c. Ibu yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada secarik kertas, dan ibu
Kegiatan di MEJA 2
a. Penimbangan anak dan balita, hasil penimbangan berat anak dicatat pada secarik kertas
b. Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilakan menu meja 3, meja pencatatan.
Kegiatan di MEJA 3
c. Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS.
d. Bila ada Kartu Kelahiran, catatlah bulan lahir ana Bila ada Kartu Kelahiran, catatlah bulan
e. Bila tidak ada Kartu Kelahiran tetapi ibu ingat, Bila tidak ada Kartu Kelahiran tetapi ibu
ingat, catatlah bulan lahir anak sesuai ingatan tatlah bulan lahir anak sesuai ingatan
ibunya.
8
f. Bila ibu tidak ingat dan hanya tahu umur anaknya yang sekarang, perkirakan bulan lahir
Kegiatan di MEJA 4
a. Penyuluhan untuk semua orang tua balita. Mintalah KMS anak, perhatikan umur dan hasil
b. Penyuluhan untuk semua ibu hamil. Anjurkan juga agar ibu memeriksakan kehamilannya
sebanyak minimal 5 kali selama kehamilan pada petugas kesehatan atau bidan
c. Penyuluhan untuk semua ibu menyusui mengenai pentingnya ASI, kapsul iodium/garam
Kegiatan di MEJA 5
Kegiatan di meja 5 adalah kegiatan pelayanan kesehatan dan pelayanan KB, imunisasi
serta pemberian oralit. Kegiatan ini dipimpin dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari
Puskesmas.
Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
suatu bangsa. Dalam hal ini gizi memiliki pengaruh terhadap kecerdasan dan produktivitas kerja
9
1. Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks (Buku Saku Pemantauan Status Gizi. 2017 ) yaitu
:
a. Berat Badan Menurut Umur (BB/U), adalah berat badan anak yang dicapai pada umur
tertentu
b. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), adalah tinggi badan anak yang dicapai pada
umur tertentu
c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) , adalah berat badan anak dibandingkan
dengan tinggi badan yang dicapai.
Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan baku pertumbuhan WHO
2. Z - score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB normal menurut baku
pertumbuhan WHO.
3. ContohperhitunganZscoreBB/U:(BBanak–BBstandar)/standardeviasiBBstandar
4. Batasan untuk kategori status gizi balita menurut indeks BB/U, TB/U, BB/TB menurut
WHO dapat dilihat pada tabel “pengertian kategori status gizi balita”
10
Pendek -3,0 SD s/d < -2,0 SD
TB / U
Normal ≥-2,0 SD
Underweight / Berat Badan Kurang / Gizi Kurang : gabungan gizi buruk dan gizi kurang
Stunting / Pendek : gabungan sangat pendek dan pendek
Wasting / Kurus : gabungan sangat kurus dan kurus
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal balita
berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur (BB/U) dan berdasarkan jenis
kelamin.
Fungsi dan Kegunaan KMS Balita (Kemenkes. 2021)
a. Fungsi KMS Fungsi utama KMS ada 3, yaitu:
1. Sebagai alat untuk pemantauan pertumbuhan balita.
Pada KMS dicantumkan grafik pertumbuhan normal balita, yang dapat digunakan
untuk menentukan apakah seorang balita tumbuh normal, atau mengalami gangguan
pertumbuhan. Bila grafik berat badan balita mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS,
artinya balita tumbuh baik, kecil risiko balita untuk mengalami gangguan pertumbuhan.
11
Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, balita
kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.
2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan balita terutama penimbangan berat badan, pemberian
ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan, kejadian sakit, dll.
3. Sebagai alat edukasi.
Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan gizi misalnya untuk menimbang anak secara
rutin dan merujuk ke tenaga kesehatan jika berat badan tidak naik, berada dibawah garis
merah dan di atas garis oranye.
b. Kegunaan KMS
1) Bagi balita.
Sebagai alat deteksi dini gangguan pertumbuhan balita untuk menapis dan
mencegah terjadinya masalah gizi sejak dini.
12
4) Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan dapat menganalisis status pertumbuhan balita menggunakan
KMS untuk kemudian melakukan tindak lanjut yang diperlukan. Selain itu tenaga
kesehatan juga dapat mengetahui riwayat pemberian ASI eksklusif. Bila anak tidak
mendapatkan ASI maka petugas harus memberikan konseling sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi ibu. Tenaga kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh
masyarakat dan tim penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam
kegiatan pemantauan pertumbuhan. Tenaga kesehatan dapat membina kader kesehatan
dalam pelaksanaan pemantauan pertumbuhan di posyandu. KMS juga dapat digunakan
sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita tentang pertumbuhan anak, serta
pentingnya ASI eksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunya
anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya
Jenis KMS Balita KMS balita dibedakan untuk anak laki-laki dan untuk anak
perempuan karena pola pertumbuhannya yang berbeda, mulai dari berat dan panjang
lahir dan pola pertambahannya. Contohnya: rata-rata berat badan lahir anak laki-laki
lebih berat dibandingkan anak perempuan. KMS untuk anak laki-laki berwarna biru
dan terdapat tulisan Untuk Laki-Laki. KMS untuk anak perempuan berwarna merah
muda dan terdapat tulisan Untuk Perempuan.
13
2.6 Penilaian Posyandu
Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirinan Posyandu. Tujuan telaah adalah
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan
bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni
kurang dari 5 orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di
samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat.
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari
8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi
cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang
14
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan
kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan,
serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja
Posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain :
b) Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat, dengan
cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat,
4. Posyandu Mandiri
lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih,
cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program
tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja
dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi
15
Keberhasilan posyandu dapat terlihat dari pencapaian SKDN, dimana SKDN
adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN, dimana balok
tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang memiliki KMS
(K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang ditimbang dan naik berat
badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan
Institusi Kesehatan seperti di Posyandu. Balita yang naik berat badannya adalah Balita
yang pada waktu ditimbang di fasilitas kesehatan atau posyandu mengalami kenaikan
sebelumnya.
Posyandu balita identik dengan tugas kaum perempuan atau ibu mengantar
anaknya, tetapi pada posyandu ayah peduli peran serta juga kepedulian para ayah
mengantar ke posyandu, serta adanya kader laki – laki yang turut memberikan pelayanan,
sehingga kesehatan juga tumbuh kembang anak akan semakin baik. Sehingga deran
adanya peran dan keterlibatan ayah dalam kegiatan posyandu dapat diharapkan
meningkatkan derajat kesehatan balita,dan dapat terciptanya keluarga yang sadar akan
kesehatan, dengan cara rutin membawa balitanya datang ke posyandu. Sehingga dapat
16
2.7 Sistem Pelaporan Status Gizi di Masyarakat (e-PPGBM)
Pada Sigizi Terpadu terdapat modul elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis
Msyarakat (e-PPGBM) yaitu modul yang digunakan untuk mencatat secara elektronik
data individu sasaran lengkap dengan nama dan alamat yang bersumber dari Posyandu.
Aplikasi e-PPGBM ini pertama kali diperkenalkan oleh Kementerian Kesehatan RI pada
akhir tahun 2017. Sistem Informasi Kesehatan yang baik adalah sistem informasi yang
mampu menghasilkan data/informasi yang akurat dan tepat waktu. Faktanya dalam hal
aplikasi e-PPGBM ini belum banyak berperan karena belum menghasilkan data/informasi
Aplikasi e-PPGBM juga bisa menampilkan rekap data hasil entri pada menu
sebelumnya. Saat ini laporan yang terdapat pada aplikasi e-PPGBM terbagi sebagai
Laporan ini berfungsi untuk melihat daftar balita pada wilayah tertentu
berdasarkan status gizi tertentu. Untuk melihat laporan ini dapat dilakukan dengan
17
2. Rekap Balita berdasarkan Status Gizi.
Laporan ini berfungsi untuk melihat rekap balita berdasarkan status gizi tertentu
pada wilayah tertentu. Untuk melihat laporan ini dapat di lakukan dengan mengakses
Laporan ini berfungsi untuk melihat daftar Ibu Hamil pada wilayah tertentu
berdasarkan status gizi tertentu. Untuk melihat laporan ini dapat dilakukan dengan
mengakses menu Laporan → Ibu Hamil → Daftar Status Gizi Ibu Hamil
Laporan rekap sasaran berfungsi untuk menyajikan data rekapitulasi sasaran yang
ada (telah dientri) ke dalam aplikasi PPGBM. Untuk melihat laporan rekap sasaran
mereka untuk selanjutnya mengambil keputusan terhadap dan tindakan apa yang akan
dilakukan, baik secara komunitas maupun individu. (Masayu Meidiawani, dkk 2021).
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan
dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Kader Posyandu adalah
18
orang dewasa, baik laki–laki atau perempuan yang mau bekerja secara sukarela
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun. (Pedoman Pelaksanaan
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain (BKKBN Golantang,
2020) :
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
lanjut.
1. Meja 1: Pendaftaran
Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah
2. Meja 2: Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan darah
Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan
4. Meja 4: Penyuluhan
19
Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi
Pada pelaksanaan posyandu lansian ini dibantu oleh kader. Pengertian Kader
Lansia adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat,
dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa
Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut (BKKBN Golantang, 2020)
a. Tugas-Tugas Kader
1. Tugas sebelum hari buka Posyandu (H - Posyandu) yaitu berupa tugas – tugas
persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik.
2. Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa tugas-tugas untuk
3. Tugas sesudah hari buka posyandu (H + Posyandu) yaitu berupa tugas - tugas
1. Tugas-tugas kader Posyandu pada H - atau pada saat persiapa hari Posyandu,
meliputi :
20
a. Menyiapkan alat dan bahan : timbangan, tensimeter, stetoskop, KMS, alat
kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sector
2.9 Posbindu
dini dan pemantauan faktor risiko Penyakit Tidak Menular Utama yang dilaksanakan
secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi
merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik,
obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini
faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas
Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung
dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan
21
akibat kecelakaan dan tindak kekerasan.(Petunjuk Teknis Posbindu PTM, Kemenkes
2012).
dini faktor risiko PTM. Sasaran Kegiatan Sasaran utama adalah kelompok masyarakat
sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas. .(Petunjuk Teknis
PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan
Posbindu PTM antara lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan
kegiatan berkaitan dengan Posbindu PTM. .(Petunjuk Teknis Posbindu PTM, Kemenkes
2012).
riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan
sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta
dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan
22
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar
perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan
sekali. Analisa lemak tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk
lengan atas.
yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan penderita gangguan paru-paru
peakflowmeter pada anak dimulai usia 13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana
riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan
sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta
dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan
5. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan
5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risi ko PTM 6 bulan sekali dan
pemeriksaan Gula darah dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
23
6. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan sebaiknya
minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA positif, dilakukan
tindakan pengobatan krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif
dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan
bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter
terlatih di Puskesmas .
7. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi kelompok
PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat
9. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak hanya dilakukan
jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun perlu dilakukan rutin setiap minggu.
pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat sederhana dalam
penanganan pra-rujukan.
2.10 Masalah Kesehatan Di Indonesia (Study Guide Stunting dan Upaya Pencegahannya)
Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
24
pembangunan suatu bangsa. Saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi
yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu
masalah kekurangan gizi yang masih cukup tinggi di Indonesia adalah pendek (stunting)
dan kurus (wasting) pada balita serta masalah anemia dan kurang energi kronik (KEK)
yang tidak adekuat dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung
ketersediaan pangan yang kurang, pola asuh yang kurang baik, dan pelayanan kesehatan
BB/U menunjukkan secara nasional prevalensi gizi buruk-kurang pada tahun 2013 adalah
19,6% yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Terus terjadi peningkatan
dimana pada tahun 2007 prevalensi gizi buruk-kurang adalah sebesar 18,4% dan tahun
antara 20,0-29,0 % dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ≥30% (WHO, 2010).
Prevalensi nasional gizi buruk-kurang pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti
masalah gizi buruk- kurang di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
25
Berdasarkan indikator TB/U, prevalensi pendek (stunting) secara nasional pada
tahun 2013 adalah sebesar 37,2% dimana terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010
(35,6%) dan 2007 (36,8%). Prevalensi pendek sebesar 37,2% terdiri dari 18,0% sangat
pendek dan 19,2% pendek. Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat, bila prevalensi
pendek adalah sebesar 30–39% dan serius, bila prevalensi pendek ≥40% (WHO 2010).
anak balita kurus dan sangat kurus menurun dari 13,6% pada tahun 2007 menjadi 12,1%
pada tahun 2013. Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi
kurus antara 10,0%-14,0%. dan dianggap kritis bila ≥15,0 % (WHO 2010). Pada tahun
2013, secara nasional prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1%, yang berarti
masalah kurus di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius.
26
BAB III
KESIMPULAN
Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
Selain Posyandu pada balita, juga terdapat Posyandu Lansia untuk usia 60 tahun ke atas
dan Posbindu untuk usia 15 tahun ke atas. Dalam pelaksanaannya baik posyandu balita,
posyandu lansia dan posbindu ini dibantu oleh kader kesehatan. Saat melaksanakannya ini
Dengan adanya Posyandu Balita diharapkan dapat menurunkan angka gizi buruk dan
stunting pada balita dan anak. Dengan adanya Posyandu lansia diharapkan dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian pada lansia. Dan dengan adanya posbindu dapat meningkatkan
27
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta: Depkes RI, 2006. hlm. 11.
Depkes RI, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta: Depkes RI, 2006. hlm. 6.
Vivi Novita. 2014. Lima Meja Posyandu. Diunduh dari https://id.scribd.com 5 Meja Posyandu.
Almatsier S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pemantauan Status Gizi. 2017.
anak
Kementerian kesehatan Republik Indonesia. 2021. Petunjuk Teknis Penggunaan Kartu Menuju
Atikah.dkk, 2018. Buku referensi Study guide–stunting dan upaya Pencegahannya Bagi
Posyandu desa pulo gebang dan posyandu desa gubus banaran Wilayah kerja
Petunjuk Teknis Sistem Informasi Gizi Terpadu, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2019.
28
Masayu Meidiawani, Misnaniarti, Rizma Adlia Syakurah. Jurnal kepuasan pengguna aplikasi e-
Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi Nasinal Lanjut Usia, Jakarta, 2010
https://golantang.bkkbn.go.id/program-posyandu-lansia
Petunjuk teknis Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM), Kementerian
Atikah Rahayu, . dkk 2018. Study Guide Stunting dan Upaya Pencegahannya Bagi Mahasiswa
29