Anda di halaman 1dari 26

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SCHEDEL PADA

KLINIS SROKE DI INSTALASI RADIOLOGI


RSU. MAYJEN H.A THALIB
KOTA SUNGAI PENUH

Laporan Kasus PKL II

DISUSUN :

INDAH YULIA SARI FUTRI

2110070140060

PROGRAM STUDI DIII RADIOLOGI FAKULTAS VOKASI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Karya Tulis :Teknik Pemeriksaan Radiografi Schedel Pada Klinis


Stroke Di Instalasi Radiologi RSU Mayjen H.A Thalib
Kota Sungai Penuh 2023
Nama : Indah Yulia Sari Futri
NPM : 2110070140060

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi tugas Praktek Kerja


Lapangan II dan dinyatakan layak untuk mengikuti Ujian Seminar Laporan
Kasus di Program Studi DIII Radiologi Fakultas Vokasi Universitas
Baiturrahmah Padang.

Sungai Penuh 2023


Clinical Instruktur,

(.....................................)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena dengan


rahmatkarunia serta taufik dan hidayah-nya peneliti dapat menyelesaikan
Laporan PKL I yang berjudul “TEKNIK PEMERIKSAAN SCHEDEL
PADA KLINIS STROKE DI INSTALASI RADIOLOGI RSU
MAYJEN H.A THALIB KOTA SUNGAI PENUH”

Dalam penyusunan Makalah ini penulis menyadari bahwa tanpa


bantuan dan dukungan dari pihat terkait, Makalah sulit untuk
diselesaikan. Untuk itu peneliti menyampaikan ucapan terimakasih
kepada yang terhormat :
1. Yurnaini, AMR selaku Clinical Instruktur sekaligus Kepala Ruangan
InstalasiRadiologi RSU Mayjen H.A. Thalib Kota Sungai Penuh
2. Legif Leboka Sepra, S.Tr.Kes. selaku Clinical Instruktur.
3. Seluruh petugas radiografer di Instalasi Radiologi di RSU Mayjen H.A
Thalib Kota Sungai Penuh.
4. Santa Mareta, Amd. Rad, SKM, M. Kes. selaku supervisor.
5. Pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Besar harapan
penulis agar pembaca berkenan memberikan unpam balik berupa kritik dan
saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi manfaat bagi
berbagai pihak. Aamiin

Sungai Penuh, 2023

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Radiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang proses

pembuatan gambar (pencitraan) dari organ tubuh manusia dengan

menggunakan radiasi sinar-x sebagai sumber pencatat gambar Ilmu radiologi

memiliki perananyang sangat penting dalam bidang kedokteran dan bidang

pelayanan kesehatan. Instalasi Radiologi Rumah Sakitmerupakan salah satu

unit penunjang medic dan dilaksanakan oleh suatu unit pelayanan yang

disebut Instalasi Radiologi, yang memiliki tujuan untuk memberikan

pelayanan pemeriksaan profesional dengan hasil berupa gambar/image untuk

membantu para dokter dalam menegakkan diagnose pasien yang ditangani

(Rahmaddian,2018).

Schedel adalah tulang tengkorak yang terdiri dari kubah (calvaria)

dan basis kranii, dimana bagian superior dari tulang tengkorak berbentuk

bulat, lebar dan berfungsi untuk melapisi otak. Schedel dibedakan menjadi

dua bagian berdasarkan susunan anatomisnya yaitu Neurocranium dan

Viscerocranium ( Sukamanto, 2016)

Sinar-x merupakan gelombang elektro-magnetik, dimana dalam

proses terjadinya memiliki energi yang berbeda- beda. Perbedaan tersebut

didasarkan pada energi kinetik elektron.Sinar-x yang terbentuk ada yang

memiliki energy rendah sekali sesuai dengan energy elektron pada saat

timbulnya sinar-x. Juga ada yang berenergi tinggi, yakni berenergi sama

dengan energi kinetik elektron pada saat menumbuk target anode.


Terbentuknya sinar-x dapat terjadi apabila partikel bermuatan, elektron

misalnya, mengalami perlambatan yang diakibatkan adanya interaksi dengan

suatu material (Zayadi, 2019).

Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya

gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah

yang mensuplai darah ke otak. Stroke terjadi karena terganggunya suplai darah

ke otak yang dikarenakan pecahnya pembuluh darah atau karena tersumbatnya

pembuluh darah. Tersumbatnya pembuluh darah menyebabkan terpotongnya

suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada

jaringan otak. Gejala umum yang terjadi pada stroke yaitu wajah, tangan atau

kaki yang tiba-tiba kaku atau mati rasa dan lemah, biasanya terjadi pada satu

sisi tubuh.(Dinata, Safrita, & Sastri, 2012)

Cranium membungkus dan melindungi otak. Cranium terdiri dari os

frontal yang membentuk dahi, langit-langit rongga nasal dan langit-langit

rongga orbita, os parietal yang membentuk sisi dan langit-langit cranium, os

temporal yang membentuk dasar dan bagian sisi dari cranium, etmoid yang

merupakan struktur penyangga penting dari rongga nasal dan berperan dalam

pembentukan orbita mata dan os spenoid yang membentuk dasar anterior

cranium. (Nuraini,2021)

Menurut Merril’s Atlas Radiographic Positioning Volume Two

(2003) pemeriksaan schedel menggunakan proyeksi AP, PA, Lateral, AP

Axial, dan PA Axial. Pada proyeksi lateral di teori disebutkan pasien

semiprone, dengan objek menempel pada kaset, IOML sejajar dengan film.
Central ray tegak lurus terhadap film, dan central point berada pada 5cm

diatas Meatus Acusticus Externa.

Selama penulis praktek kerja lapangan di RSU Mayjen H.A Thalib

Kota Sungai Penuh, penulis menjumpai teknik pemeriksaan schedel proyeksi

lateral dengan posisi pasien supine dan objek tidak menempel pada kaset.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik mengangkat hal ini

menjadi studi kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Schedel Pada

Klinis Stroke di Instalasi Radiologi RSU Mayjen H.A Thalib Kota

Sungai Penuh”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik pemeriksaan schedel proyeksi lateral dengan

klinis stroke di Instalasi Radiologi RSU Mayjen H.A Thalib

Kota Sungai Penuh?

2. Bagaimana hasil radiograf schedel proyeksi lateral dengan kaset

tidak menempel pada objek di RSU Mayjen H.A Thalib Kota

Sungai Penuh?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari laporan kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi schedel

proyeksi lateral dengan kaset tidak menempel pada objek.

2. Untuk mengetahui hasil radiograf dari schedel proyeksi lateral

dengan kaset tidak menempel pada objek.


D. Manfaat Penelitian

1. Penulis

Dengan penelitian ini penulis dapat menambah

pengalaman dan wawasan terhadap ilmu pengetahuan

tentang pemeriksaan radiologi schedel pada kasus stroke.

Untuk memenuhi tugas laporan kasus praktek kerja

lapanga II.

2. Pembaca

Agar pembaca dapat menambah dalam harfiah ilmu

pengetahuan dan wawasan serta memberikan pemahaman

pada teknik pemeriksaan radiografi schedel pada kasus

stroke.

3. Institusi

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan

informasi yang berguna yang berguna sebagai referensi

tentang teknik pemeriksaan radiografi schedel dengan klinis

stroke.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Rumah Sakit RSU Mayjen H.A. Thalib Kota Sungai Penuh

Gambar 2. 1 RSU Mayjen H.A Thlaib Kota Sungai Penuh

Rumah Sakit RSU Mayjen H.A.Thalib, Rumah Sakit Umum

milik Pemerintah Daerah Kabuten Kerinci yang dimana pada awalnya

Bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Rumah Sakit ini berdiri

pada tahun 1953. Rumah Sakit ini berlokasi di jalan Jendral Basuki

Rahmat. Pada tahun 1972, rumah sakit ini berstatus sebagi RSUD

Kabupaten Kerinci. Saat itu Rumah Sakit ini mengalami perkembangan

yang cukup baik sehingga diresmikan sebagai RSUD dengan klasifikasi

tipe D. Sering berkembangnya zaman serta dalam usaha memenuhi

tuntutan masyarakat terhadap layanan Rumah Sakit, pada tahun 1999,

rumah sakit ini dinaikkan kalsifikasi tipe C dengan fasilitas tempat tidur

sebanyak 70 buah dan dibangun diatas tanah seluas 70x80x41 Ha.

Tanggal 11 November 2005, RSUD Kabupaten Kerinci berubah nama

menjadi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci dengan fasilitas

tempat tidur sebanyak 102 buah. RSU Mayjen H.A.Thalib melayani

rujukan bagi 18 puskesmas, beberapa klinik serta rumah sakit swasta

yang ada di Kabupaten Kerinci dan juga rumah sakit kabupaten sekitar.
Adapun Visi dari RSU Mayjen H.A.Thalib adalah suatu instansi yang

memberikan pelayanan kepada masyarakat, berusaha selalu

mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan, dan

6menetapkan satu arah yang dijabarkan dalam sebuah visi dan misi. Visi

nya yaitu : “Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan yang Prima dan

Paripurna” .

B. Sinar-X

1. Sejarah Sinar-X

Sinar X ditemukan pertama kali oleh fisikawan

berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8

November 1895. Saat itu Roentgen bekerja dengan tabung sinar

katoda di laboratoriumnya Universitas Wurzbug. Dia mengamati

nyala lampu kehijau-hijau pada dinding tabung tersebut. Nyala

hijau itu akhirnya diketahui bahwa sinar tersebut tak lain adalah

gelombang cahaya yang dipancarkan oleh dinding kaca tabung.

Roentgen selanjutnya mencoba membungkus dengan cara

merekatkan seluruh permukaan tabung sinar katoda dengan

lembaran karton hitam yang cukup tebal. Hal ini dimaksudkan

agar tidak ada cahaya tampak yang dapat keluar dari dalam

tabung. Selanjutnya ia memadamkan semua lampu di

laboratorium tempat eksperimennya berlangsung. (Mukhlis

Akhadi,2020).
Dalam suasana kegelapan itu, Ketika Roentgen

menyalakan sumber tegangan listrik tabung untuk

penelitiaanya, secara tidak sengaja ia mengamati adanya

pancaran seberkas cahaya redup yang muncul pada

permukaan pelat barium platinosianida yang kebetulan

terletak dimeja penopang peralatan eksprimennya, berada

pada jarak 90 cm dari tabung. Ketika dijauhkan dari tabung,

pelat ternyata masih tetap berpendar. Cahaya redup itu bahkan

masih tertangkap oleh pelat ketika posisinya digeser hingga

jarak 2 meter dari tabung. Jika sumber listrik dipadamkan,

maka cahaya berpendar pun hilang. Roentgen segera

menyadari bahwa sejenis sinar yang tidak kelihatan telah

muncul dari dalam tabung sinar katoda. Karena sebelumnya

tidak pernah dikenal, maka sinar ini diberi nama sinar X.

namun untuk menghargai jasa beliau dalam penemuan ini

maka sinar X itu juga dinamai sinar Roentgen.

Sinar-x adalah sarana utama pembuatan gambaran

radiograf yang dibangkitkan dengan suatu sumber daya listrik

yang tinggi, sehingga sinar-x merupakan radiasi buatan

(Indrati Rini et al, 2017).

2. Proses Terjadinya Sinar-X

Sinar X diproduksi dalam tabung yang hampa udara,

didalamnya terdapat filamensebagai katoda dan bidang target


sebagai anoda. Filamen dipanaskan sehingga membentuk

awan-awan elektron. Antara anoda dan katoda diberi beda

potensial yang tinggi, yang menyebabkan elektron dengan

kecepatan tinggi , yang menyebabkan elektron bergerak

dengan kecepatan tinggi hingga menumbuk bidang target.

Hasil dari peristiwa ini selanjutnya terbentuk radiasi sinar-

X yang berkisar 1% dari jumlah energi yang disalurkan dan

99% akanmembentuk panas pada katoda ( Bushong 2013).

3. Sifat-Sifat Sinar-X
Sinar-X merambat keluar dari fokus menurut garis lurus.

a. Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup besar.

b. Sinar-X mampu mengionisasi materi yang dilaluinya.

c. Sinar-X tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet

atupun medan listrik.

d. Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film yang

dilaluinya.

C. Computer Radiography (CR)

1. Pengertian Computer Radiografi (CR)


Computer Radiography (CR) merupakan suatu sistem

atau proses untuk mengubah sistem analog pada konvensional

radiografi menjadi digital radiografi. Computer Radiography

adalah proses digitalisasi gambar yang menggunakan imaging

plate untuk akusisi data gambar X- Ray (Ballinger, 1999).


Merupakan teknologi digital yang mendukung pengembangan

komputer berbasis sistem informasi dan prosessing. Radiograf

yang dihasilkan CR akan terformat dalam bentuk digital

sehingga dapat dimanipulasi untuk mendapatkan hasil yang

maksimal (Ballinger, 1999).

2. Komponen Computer Radiografi

a. Imagin Plate (IP)

Pada CR, bayangan laten tersimpan dalam IP yang

terbuat dari unsure phosphor tepatnya adalah barium

fluorohide phosphor. Bagian bagian dari IP adalah

sebagai berikut :

1) Lapisan pelindung

2) Lapisan phosphor

3) Lapisan penguat

4) Lapisan belakang

b. Kaset CR

Kaset CR memiliki ciri ringan, kuat dan dapat

digunakan berulang-ulang. Kaset CR berfungsi

sebagai pelindung IP dan tempat menyimpan IP

serta sebagai alat dalam memudahkan proses

transfer IP menuju alat CR Reader. Secara umum

kaset CR terbungkus dengan plastik hanya pada


bagian belakang terbuat dari lembaran tipis

aluminium yang berfungsi untuk menyerap sinar-

X. ukuran pada kaset CR terdiri dari 18 cm x 24

cm, 24 cm x 30 cm, 35 cm x 35 cm dan kadang

dijumpai dengan ukuran 35 cm x 43 cm.

c. CR Reader

IP dalam kaset yang telah disinari harus

dimasukkan dalam alat pembaca CR. Alat

pembaca CR berfungsi untuk menstimulus

elektron yang terperangkap pada IP menjadi

bentuk cahaya biru yang dikirim ke PMT

(photomultiplier tube) yang selanjutnya dirubah

kedalam bentuk signal analog. Selanjutnya signal

analog dirubah menjadi digital oleh ADC (analog

digital converter) dan dikirim ke kemputer untuk

ditampilkan dalam monitor (Utami,2016;24)

3. Proses terbentuknya gambaran pada CR

Computed Radiography (CR) merupakan sistem

radiografi yang dapat mengubah sinyal analog menjadi sinyal

digital sehingga mudah diproses dengan pengolahan citra,

untuk menangani ketidaktetapan kualitas citra dari kekeliruan

dalam pencahayaan. (D. R. Ningtias, et al, 2016).


Pada prinsipnya, CR merupakan proses digitalisasi

mengunakan image plate yang memiliki lapisan kristal

photostimulable. Sinar-X yang keluar dari tabung akan

mengenai bahan/objek yang memiliki densitas tinggi akan

lebih banyak menyerap sinar-X yang kemudian diteruskan dan

ditangkap oleh image plate. Siklus pencitraan CR dasar

mempunyai tiga langkah, yaitu: pemaparan, readout, dan

menghapus. (D. R. Ningtias, et al, 2016).

Pada proses pembacaan (readout) di dalam reader ini,

sinar-x yang disimpan dalam image plate diubah menjadi

sinyal listrik oleh laser untuk selanjutnya dapat menghasilkan

citra (radiograf) sehingga dapat dilakukan pemrosesan citra

digital. (D. R. Ningtias, et al, 2016).

D. Anatomi

Tulang tengkorak (schedel) dapat dibagi menjadi neurocranium

dan viscerocranium. Neurocranium dibagi menjadi calvaria cranii dan

basis cranii, sedangkan viscerocranium (sphlancnocranium) adalah

tulang-tulang facial termasuk os mandibula.(Putri,2020)


1. Neurocranium
a. Calvaria cranii

Calvaria cranii terdiri dari sebagian os frontale, os

parietale,dan os occipitale. Di antara ossa itu ada

articulatio berjenis sinathrosis yaitu sutura. Di bagian

dalam dari calvaria cranii juga ada sulcus sinus sagittalis,

granulationes arachnoidale, dan bangunan penting

lainnya(putri,2020).
b. Basis Crani
Basis cranii terdiri dari sebagian os frontale,

os temporale, os ethmoidale, os sphenoidale, dan os

occipitale. Basis cranii terdiri dari 3 fossae, yaitu

fossa cranii anterior, fossa cranii medial, dan fossa

cranii posterior. Tiap fossa memiliki foramina, sulci,

danbangunan-bangunan lainnya yang memiliki

fungsinya (putri,2020)

2. Viscerocranium
Terdiri atas os nasale, os zygomatica, os lacrimale,

conchae nasale inferior, vomer, os palatina, dan maxillae.

Mandibula bukan bagian dari viscerocranium, tapi ia termasuk

bagian regio wajah (Putri, 2020)


E. Stroke

1. Definisi

Stroke hemoragik adalah suatu penyakit yang

disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di sekitar atau

di dalam otak, sehingga suplai darah ke jaringan otak akan

tersumbat. Darah yang pecah bisa membanjiri jaringan otak

yang ada disekitarnya, sehingga fungsi otak akan terganggu

(Kanggeraldo, Sari, & Zul, 2018). Stroke hemoragik terjadi

pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya

pembuluh darah yang ada di dalam otak, sehingga darah

menggenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan sel di

dalam otak (Setiawan, 2021).

Stroke hemoragik merupakan stroke yang terjadi

karena pecahnya pembuluh darah, sehingga mengakibatkan

darah di otak mengalir ke rongga sekitar jaringan otak.

Seseorang yang menderita stroke hemoragik akan

mengalam penurunan kesadaran, karena kebutuhan oksigen

dan nutrisi yang dibawa oleh darah ke otak tidak terpenuhi

akibat pecahnya pembuluh darah (Ainy & Nurlaily, 2021).

2. Klasifikasi

a. Perdarahan Intraserebral (PIS)

Perdarahan intraserebral diakibatkan oleh

pecahnya pembuluh darah intraserebral sehingga


darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian

masuk ke dalam jaringan otak. Bila perdarahan

luas dan secara mendadak sehingga daerah otak

yang rusak cukup luas, maka keadaan ini biasa

disebut ensepaloragia (Junaidi, 2018).

Perdarahan intraserebral menyumbang

sekitar 10%-20% dari semua stroke dan

berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas

yang lebih besar daripada stroke iskemik (Garg &

Biller, 2022). Perdarahan Intraserebral

diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah

intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh

darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan

otak. Penyebab Perdarahan Intraserebral biasanya

karena hipertensi yang berlangsung lama lalu

terjadi kerusakan dinding pembuluh darah dan

salah satunya adalah terjadinya mikroaneurisma.

Faktor pencetus lain adalah stresfisik, emosi,

peningkatan tekanan darah mendadak yang

mengakibatkan pecahnya pembuluh darah.

Sekitar 60-70% Perdarahan Intraserebral

disebabkan oleh hipertensi. Penyebab lainnya

adalah deformitas pembuluh darah bawaan,


kelainan koagulasi. Bahkan, 70% kasus berakibat

fatal, terutama apabila perdarahannya luas (masif)

(Setiawan, 2021).

b. Perdarahan subarachnoid (PSA)

Perdarahan subarachnoid adalah

masuknya darah keruang subarachnoid baik dari

tempat lain (perdarahan subarachnoid sekunder)

dan sumber perdarahan berasal dari rongga

subarachnoid itu sendiri (perdarahan

subarachnoid primer). enyebab yang paling sering

dari PSA primer adalah robeknya aneurisma (51-

75%) dan sekitar 90% aneurisma penyebab PSA

berupa aneurisma sakuler congenital, angioma (6-

20%), gangguan koagulasi (iatrogenic/obat anti

koagulan), kelainan hematologic (misalnya

trombositopenia, leukemia, anemia aplastik),

tumor, infeksi (missal vaskulitis, sifilis,

ensefalitis, herpes simpleks, mikosis, TBC), serta

trauma kepala (Junaidi, 2018)

Sebagian kasus Perdarahan subarachnoid

terjadi tanpa sebab dari luar tetapi sepertiga kasus

terkait dengan stres mental dan fisik. Kegiatan

fisik yang menonjol seperti :mengangkat beban,


menekuk, batuk atau bersin yang terlalu keras,

mengejan dan hubungan intim (koitus) kadang

bisa jadi penyebab (Junaidi, 2018).

3. Patofisiolgi

Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya

pembuluh darah yang disertai ekstravasasi darah ke

parenkim otak akibat penyebab nontraumatis. Stroke

perdarahan sering terjadi pada pembuluh darah yang

melemah. Penyebab kelemahan pembuluh darah tersering

pada stroke adalah aneurisma dan malaformasi

arteriovenous (AVM). Ekstravasasi darah ke parenkim otak

ini berpotensi merusak jaringan sekitar melalui kompresi

jaringan akibat dari perluasan hematoma.

Faktor predisposisi dari stroke hemoragik yang

sering terjadi adalah peningkatan tekanan darah.

Peningkatan tekanan darah adalah salah satu faktor

hemodinamika kronis yang menyebabkan pembuluh darah

mengalami perubahan struktur atau kerusakan vaskular.

Perubahan struktur yang terjadi meliputi lapisan elastik

eksternal dan lapisan adventisia yang membuat pembuluh

darah mendadak dapat membuat pembuluh darah pecah.

Ekstravasasi darah ke parenkim otak bagian dalam

berlangsung selama beberapa jam dan jika jumlahnya besar


akan memengaruhi jaringan sekitarnya melalui peningkatan

tekanan intrakranial. Tekanan tersebut dapat menyebabkan

hilangnya suplai darah ke jaringan yang terkena dan pada

akhirnya dapat menghasilkan infark, selain itu, darah yang

keluar selama ekstravasasi memiliki efek toksik pada

jaringan otak sehingga menyebabkan peradangan jaringan

otak. Peradangan jaringan otak ini berkontribusi terhadap

cedera otak sekunder setelahnya. Proses dan onset yang

cepat pada stroke perdarahan yang cepat, penanganan yang

cepat dan menjadi hal yang penting (Haryono & Sari

Utami, 2019) .

Stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh

darah didalam otak sehingga darah menutupi atau

menggenangi ruang-ruang pada jaringan sel otak, dengan

adanya darah yang menggenangi dan menutupi ruang-ruang

pada jaringan sel otak tersebut maka akan menyebabkan

kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan fungsi

kontrol pada otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak

sekitar pembuluh darah yang pecah (intracerebral

hemoragie) atau juga dapat terjadi genangan darah masuk

kedalam ruang disekitar otak (subarachnoid hemoragik) dan

bila terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal dan bahkan

sampai ber ujung kematian. Biasanya keadaan yang sering


terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya dinding

pembuluh darah akibat tertimbun plak atau arteriosclerosis

bisa akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala

tekanan darah tinggi (Setiawan, 2021).

F. Teknik Pemeriksaan

1. Posterior Anterior (PA)

Posisi Pasien tengkurap atau posisi duduk. Pusatkan

bidang midsagital tubuh pasien ke garis tengah grid.

Tempelkan dahi dan hidung pasien dimeja pemeriksaan.

Lenturkan siku pasien, tempatkan lengan dalam posisi yang

nyaman. Dengan posisi objek sesuaikan fleksi leher pasien

sehingga OML tegak lurus dengan bidang IR. Jika pasien

berbaring telentang. Sejajarkan bidang mjdsagital secara

tegak lurus dengan IR. Hal ini dilakukan dengan

menyesuaikan margin lateral orbit atau EAM dengan jarak

yang sama dari bagian atas meja. Gerakkan kepala pasien,

dan pusatkan IR ke bagian tengah hidung. Kaset ukuran

24cm x 30cm. Central Ray tegak lurus terhadap objek.

Central point menembus nasion. ( Merril’s Atlas vol2,

2003).
Kriteria gambaran Tampak tulang frontal , crita

galli, internal auditory canal, frontal dan anterior sinus

etmoid, petrous ridge, greter dan sayap spenoid dan dorsum

sella.

gambar 2. 2 Proyeksi PA gambar 2. 3 Hasil Radiograf PA

2. Anterior Posterior

Posisi pasien diposisikan pasien terlentang dengan

bidang midsagital tubuh berada di tengah ke kisi-kisi. Posisi

objek pastikan bahwa bidang midsagital dan OML tegak

lurus dengan IR. Kaset 24cm x 30cm, central ray tegak

lurus ke IR, central point glabela. ( Merril’s Atlas vol2,

2003).
gambar 2. 4 Proyeksi AP gambar 2. 5 Hasil Radiograf AP

Kriteria gambaran Seluruh kepala tampak pada

proyeksi antero posterior, batas atas verteks, batas

bawah simphysis menti, kedua sisi tidak terpotong kepala

simetris. Tampak Sinus frontalis, maksilaris, sinus

ethmoidalis, dan crista galli Os frontalis tampak jelas.

3. Proyeksi Lateral

Tempatkan pasien dalam posisi duduk tegak atau

posisi setengah tengkurap. Jika posisi setengah tengkurap,

mintalah pasien bertumpu pada lengan bawah dan lutut

yang ditekuk pada sisi yang ditinggikan. Dengan sisi yang

paling dekat dengan IR, letakkan satu tangan di bawah

daerah mandibula dan tangan yang berlawanan di daerah

parietal atas pasien kepala untuk membantu

mengarahkannya ke posisi lateral yang benar posisi yang

benar. Sesuaikan kepala pasien sehingga bidang midsagital

sejajar dengan bidang dari IR. Jika perlu, letakkan

penyangga di bawah sisi rahang bawah untuk mencegahnya


melorot. Sesuaikan fleksi leher pasien sehingga IOML

tegak lurus dengan tegak lurus dengan tepi depan IR. IOML

juga juga harus sejajar dengan sumbu panjang IR.

gambar 2. 6 proyeksi lateral gambar 2. 7 hasil radiograf lateral

4. Proyeksi PA Axial

Posisi pasien atur pasien dalam posisi berdiri atau

prone. Posisi objek letakkan hidung dan dahi pasien di atas

meja pemeriksaan. Fleksikan leher hingga OML tegak lurus

kaset. MSP tubuh diatur tepat dipertengahan meja

pemeriksaan. Sinar Pusat arahkan sinar 15º caudad. Pilihan

lain arah sinar pusat 25º terhadap kaset sampai 30º dan titik

bidik keluar dari nasion.

gambar 2. 8 proyeksi PA Axial gambar 2. 9 hasil radiograf PA Axial


Kreteria radiograf: Tampak tulang frontal , crita

galli, internal auditory canal, frontal dan anterior sinus

etmoid, petrous ridge, greter dan sayap spenoid dan dorsum

sella.

5. Proyeksi AP Axial

Posisi Pasien: Atur pasien dalam posisi berdiri atau tidur di

meja pemeriksaan. b)Posisi Objek: (1) Tekan dagu, hingga

Orbitomeatal Line(OML) tegak lurus terhadap meja

pemeriksaan. Jika pasien tidak kooperatif tekan leher

pasien sehingga Infraorbitomeatal Line (IOML) tegak lurus

dengan meja pemeriksaan. Tambahkan alat bantu

radiolusent dibawah kepala jika diperlukan (2) Luruskan

midsagital plane (MSP) terhadap sinar pusat sampai garis

tengah grid (3) Pastikan kepala tidak ada rotasi (4) Pastikan

vertex tengkorak masuk luas lapangan sinar x (5) c)Sinar

Pusat: (1) Sudutkan 300 terhadap OML atau 370

terhadap(IOML), jika dagu pasien tidak memungkinkan

untuk ditekan sehingga OML tegak lurus terhadap kaset

bahkan dengan alat bantu yang diletakkan di kepala, maka

IOML dapat di tempatkan tegak lurus terhadap kaset

dengan sinar pusat disedutkan 370 caudad. Sudut 300

antara OML dan kaset untuk menampakkan gambaran

anatomi yang sama.

Anda mungkin juga menyukai