Anda di halaman 1dari 29

PERBANDINGAN HASIL ANATOMI CLAVICULA PROYEKSI

PA AXIAL DENGAN PENYUDUTAN 250 DAN 00 CAUDAL DI


INSTALASI RADIOLOGI

PROPOSAL

Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Ahli Madya Teknik Radiologi

DISUSUN OLEH:
Shafira Mufty Fortuna Br Harahap
18002033 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK RADIOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS

PEKANBARU 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Instalasi radiologi merupakan instalasi penunjang dalam suatu rumah

sakit. Pemeriksaan radiologi dibagi menjadi pemeriksaan kedokteran

nuklir,radioterapi dan juga radiodiagnostik. Pada pemeriksaan

radiodiagnostik terdiri dari pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging

(MRI), Computer Tomography (CT-Scan), Ultrasonografi (USG),

pemeriksaan khusus yang menggunakan media kontras, pemeriksaan dental

X-Ray, Pemeriksaan mammografi, dan juga pemeriksaan konvensional,

Pemeriksaan radiografi konvensional merupakan pemeriksaan yang

menggunakan sinar-X untuk melihat adanya kelainan traumatis maupun

kelainan patologis yang dapat bertujuan menegakkan diagnosa dokter

(Rasad, 2005)

Penegakan diagnosa membutuhkan imejing atau penggambaran organ-

organ tubuh yang mengalami kelainan fisiologis maupun patologis. Oleh

karena itu diperlukan suatu media untuk menggambarkan keadaan organ

yang mengalami kelainan fisiologis maupun patologis. Penemuan sinar-X

pada tahun 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen, sangat membantu dalam
memvisualisasikan organ yang mengalami kelainan (Rini Indrati, dkk,

2017).

Menurut Patel (2015), Sinar-X merupakan bagian dari spektrum

elektromagnetik, dipancarkan akibat pengeboman anoda wolfram oleh

elektron-elektron bebas dari suatu katoda. Film polos dihasilkan oleh

pergerakan oleh elektron-elektron tersebut melintasi pasien dan

menampilkan film radiografik.

Pada setiap teknik pemeriksaan radiologi hal pertama yang harus

dilakukan adalah bagaimana memproyeksikan objek secara baik dan tepat

sehingga mampu menghasilkan gambaran radiografi yang optimal pada

objek yang akan diperiksa sehingga dapat menghasilkan diagnosa yang

akurat dan informatif (Bontrager and John, 2014)

Clavicula adalah tulang panjang dengan curvatura ganda yang

memiliki tiga bagian utama yaitu memiliki dua sisi ujung dan bagian

tengah yang memanjang. Bagian lateral atau acromial clavicula bersendi

dengan Acromion Scapula disebut dengan acromioclavicular joint

yang dapat diraba dari permukaan kulit. Clavicula bagian medial atau

disebut dengan atas sternum.Persendian itu disebut dengansternoclavicular

joint (Bontrager,2018).

Pemeriksaan Radiografi Clavicula menggunakan beberapa proyeksi

yang bisa digunakan diantaranya adalah proyeksi Antero posterior (AP),


Antero Posterior (AP) Axial, Antero Posterior (AP) Axial Lordotic,

Postero Anterior (PA) dan Postero Anterior (PA) Axial, Proyeksi

Tangensial dan Tarrant Method. Pemeriksaan AP Axial Clavicula

menggunakan penyudutan sebesar 150-300 ke arah cephalad, sedangkan

pada proyeksi AP Axial Lordotic sudut yang digunakan sebesar 0 0-

150 ke arah cephalad. Proyeksi PA Axial juga menggunakan

penyudutan sinar sebesar 0 0-150 namun ke arah caudad

(Frank,2012)dan Ballinger (2003). Sedangkan proyeksi yang sering

dilakukan di rumah sakit adalah proyeksi AP dan PA. Namun pada proyeksi

PA berdasarkan pengalaman penulis dilapangan sering dijumpai permintaan

dokter dengan penyudutan 25˚ caudal sedangkan berdasarkan teori literatul

proyeksi PA ini dilakukan dengan penyudutan 0˚-150 caudal.

Dari perbedaan variasi derajat penulis tertarik untuk melakukan

penelitan yang akan dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah dengan judul “

Perbandingan Hasil Anatomi Clavicula Proyeksi PA Axial Dengan

Penyudutan 25 0 Dan 0 0 Caudal Di Instalasi Radiologi”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tatalaksana pemeriksaan Clavicula Proyeksi PA Axial

Dengan Penyudutan 25 0 Dan 0 0 Caudal Di Instalasi Radiologi ?

2. Bagaimakah perbandingan anatomi radiograf pemeriksaan Clavicula

Proyeksi PA Axial Dengan Penyudutan 250 Dan 00 Caudal Di Instalasi

Radiologi ?
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tatalaksana pemeriksaan Clavicula Proyeksi PA Axial

Dengan Penyudutan 250 Dan 00 Caudal Di Instalasi Radiologi.

2. Untuk mengetahui perbandingan anatomi radiograf pemeriksaan

Calvicula Proyeksi PA Axial Dengan Penyudutan 250 dan 00 Caudal Di

Instalasi Radiologi.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari karya tulis ilmiah adalah :

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan responden

mengenai perbandingan anatomi radiograf pemeriksaan Clavicula Proyeksi PA

Axial Dengan Penyudutan 250 Dan 00 Caudal Di Instalasi Radiologi.

2. Bagi Penulis

Dengan penelitian ini maka penulis dapat menambah pengalaman dan

pengetahuan dibidang Radiodiagnostik terutama pemeriksaan Clavicula

Proyeksi PA Axial.

3. Bagi Radiografer Rumah Sakit

Menambah ilmu pengetahuan seorang Radiografer tentang

pelaksanaan teknik pemeriksaan Clavicula Proyeksi PA Axial. Sehingga

kiranya dapat memahi dari pemeriksaan Clavicula ini.


4. Bagi Institusi DIII Radiologi Stikes Awalbros Pekanbaru

Dapat menambah wawasan dalam harfiah ilmu pengetahuan yang

dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan dosen di perpustakaan program

studi Diploma III Teknik Radiologi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Awal

Bros Pekanbaru.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Sinar-X

a. Sejarah Sinar X

Rontgent (Seorang ahli fisika dari Universitas Wurzburd, Jerman

yang) pada tahun 1895. Pada awal penemuannya, sinar-X tidak secara

langsung digunakan untuk kedokteran. Namun lama kelamaan seiring

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ketika itu, maka

akhirnya sinar-X digunakan untuk bidang kedokteran (Sri lestari, 2019).

Sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu ia melihat

timbulnya sinar fluorosensi yang berasal dari Kristal barium platino-

cynide dalam tabung crookes yang dialiri listrik. Kemudian ia menyadari

bahwa fenomena ini merupakan baru, sehingga dengan gigihnya Wilhelm

Conrad Roentgen berusaha melanjutkan penelitian ini. Sampai pada

akhirnya ditemukan sinar baru atau disebut dengan sinar-X. Kemudian

orang menyebutnya sebagai sinar roentgen sebagai bentuk penghormatan

kepada Wilhelm Conrad Roentgen (Rahman, 2009).


b. Pengertian Sinar X

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromaknetik yang sejenis

dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi

dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar-x bersifat

heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat.

Perbedaan antara sinar-x dengan sinar elektromagnetik lainnya juga

terletak pada panjang gelombang, dimana panjang gelombangnya sinar-x

sangat pendek, yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang

kelihatan, karena gelombang cahaya pendek itu, maka sinar-x dapat

menembus benda-benda (Rasad, 2015).

c. Proses Terjadinya Sinar X

Menurut Asih Puji Utami (2018), terbentuknya sinar-X terjadi

bermula dari aliran arus listrik menuju filaman katoda. Pemanasan

filamen katoda atau sering disebut dengan proses termionik, akan

melepaskan elektron terluar dari atom filamen katoda dan berkumpul

disekitar katoda. Selanjutnya diberikan beda potensial tinggi antara anoda

dan katoda mengakibatkan kumpulan elektron tersebut bergerak dan

menumbuk anoda. Tumbukan elektron pada anoda dihentikan mendadak

atau terjadi pengereman.


Gambar 2.1 proses terjadinya sinar-X (Rini Indrati, 2017)

d. Sifat-sifat sinar-X

1) Sinar-X merambat keluar dari fokus menurut garis lurus.

2) Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup besar.

3) Sinar-X mampu mengionisasi materi yang dilaluinya.

4) Sinar-X tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet atupun medan

listrik.

5) Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film yang dilaluinya.

e. Klasifikasi sinar-X

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis

dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi

dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar-X bersifat

heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan

antara sinar-X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada

panjang gelombang, dimana panjang gelombang sinar-X sangat pendek,

yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang kelihatan. Karena

panjang gelombang yang pendek itu, maka sinar-X dapat menembus

benda-benda (Sjahriar Rasad, 2014).


2. Digital Radiografi

Sebagian besar sistem digital radiografi (tanpa kaset) menggunakan

bahan penyerap sinar-X yang dipasang pada flat panel detector atau charged

coupled device (CCD) untuk membentuk gambar (Christi, 2018).

a. Komponen Digital Radiografi

Adapun komponen dari Digital Radiografi, yaitu :

1. Pesawat sinar-X

Pesawat sinar-X atau pesawat Roentgen adalah suatu alat yang

digunakan untuk melakukan diagnosa medis dengan menggunakan sinar-

X. Sinar-X yang dipancarkan dari tabung diarahkan pada bagian tubuh

yang akan didiagnosa. Berkas sinar-X tersebut akan menembus bagian

tubuh dan akan ditangkap oleh film, sehingga akan terbentuk gambar dari

bagian tubuh yang disinari. Sebelum pengoperasian pesawat sinar-X perlu

dilakukan setting parameter untuk mendapatkan sinar-X yang

dikehendaki. Parameter-parameter tersebut adalah tegangan tinggi, arus

tabung dan waktu paparan (Sjahriar Rasad, 2016).

Pesawat sinar X diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-

kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, alat

pembatas berkas, dan peralatan penunjang lainnya (Sjahriar Rasad, 2016).


Gambar 2.2. Pesawat Rontgen Stationary

( Rumah Sakit Awal Bros Ujung Batu )

1. Detektor

 Digital Radiografi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu

penangkapan tidak langsung dan penangkapan langsung. Perangkat

digital radiograf tangkapan tidak langsung menyerap sinar-X dan

mengubahnya menjadi cahaya. Cahaya tersebut dideteksi oleh area-CCD

atau thin-film transistor (TFT) dan kemudian diubah menjadi sinyal

listrik yang dikirim ke komputer untuk diproses.

Perangkat penangkapan langsung, mengubah sinar-X yang timbul

secara langsung menjadi sinyal listrik, biasanya menggunakan

fotokonduktor sebagai penyarap sinar-X, dan mengirim sinyal listrik ke

komputer untuk di proses.

Seiring kemajuan teknologi, beberapa perusahaan mulai

mengembangkan detektor, pertama menggunakan teknologi CCD yang

dikembangkan oleh militer, dan tak lama menggunakan TFT Array.

(Christi, 2018).
b. Prinsip Kerja DR (Digital Radiography)

Prinsip kerja teknologi DR pada detektor yang melakukan

perubahan sinar-X menjadi signal listrik. Perubahan ini sangat penting

karena hanya signal listrik yang dapat dirubah menjadi bentuk signal

digital. Tanpa perubahan ini mustahil terbentuk digitalisasi. Signal listrik

yang terbentuk merupakan representasi dari jumlah intensitas transmisi

sinar-X setelah melewati tubuh pasien. Selanjutnya signal digital dirubah

kembali dalam bentuk analog sehingga dapat ditampilkan di monitor

komputer, untuk selanjutnya dilakukan cetak pada film atau penyimpanan

data gambar pada perangkat penyimpanan seperti hardisk. Flashdisk,

atau compact disk (Asih Puji Utami dkk, 2018).

Teknologi DR dibagi menjadi dua yaitu konversi langsung dan

konversi tidak langung.

1) Teknologi DR konversi langsung (direct converting)

Teknologi DR perubahan langsung hanya melakukan satu kali

perubahan. Tidak seperti pada CR (Computed Radiography). DR

konversi langsung merubah sinar-X langsung menjadi sinyal listrik tanpa

melalui proses konversi cahaya dan menghasilkan signal digital.

2) Teknologi DR konversi tidak lamgsung (indirect converting)

Teknologi pada DR perubahan tidak lansung (indirect converting),

tidak seperti pada terknologi DR konversi langsung. DR konversi tidak

langsung melakukan dua tahap perubahan mirip dengan


teknologi CR. Konversi pertama terjadi saat detektor menerima

sinar-X yang selanjutnya merubahnya menjadi cahaya. Selanjutnya

perubahan kedua terjadi saat cahaya yang dihasilkan dirubah menjadi

sinyal listrik yang selanjutnya dirubah menjadi signal digital. Dua tahap

perubahan ini yang membedakan teknologi antara DR perubahan

langsung dan DR perubahan tidak langsung (Asih Puji Utami dkk, 2018).

3. Anatomi Clavicula

Clavicula adalah tulang panjang dengan curvatura ganda yang

memiliki tiga bagian utama yaitu dus sisi ujung dan bagian tengah

yang memanjang. Bagian lateral atau Acromial Clavicula bersendi

dengan Acromion Scapula disebut dengan Acromioclavicular Joint

yangdapat diraba dari permukaan kulit. Clavicula bagian medial atau

disebut dengan Sternal Extremity brsendi dengan Manubrium yang

merupakan bagian atasStrenum. Persendian itu disebut dengan

Sternoclavicular Joint (Bontrager,2018)

Secara umum, pada pria dan wanita terdapat perbedaan

ukuran dan bentuk os Clavicula, pada wanita biasanya lebih

pendek dan kurang melengkung, sebaliknya pada pria cenderung

lebih tebal, panjang dan lebih melengkung (Bontrager,2018)

Clavicula memiliki bentuk seperti huruf “S”. Clavicula

berartikulasi dengan tulang Sternum (dalam) dan Scapula pada ujung


Acromion (luar). Ujung dalam berbentuk piramid sedangkan ujung

luar berbentuk pipih dan mirip Procesus Acromion Scapula. Ujung luar

berartikulasi dengan Acromion. Tulang Clavicula terletak persis di

bawah kulit dan mudah di raba sepanjang strukturnya. Dari ujung

Strenum tulang mula-mula melengkung ke dalam kemudian ke

belakang. Tulang Clavicula mempertahankan posisi Scapula dan bila

tulang ini patah bahu akan jatuh ke depan dan kebawah. Clavicula

merupakan satu-satunya tulang yang menghubungkan tulang-

tulang ekstremmitas atas dengan rangka ksila karena Scapula tidak

berartikulasi dengan Coste maupun Columna Vertebralis. Clavicula

memudahkan patah akibat benturan pada bahu karena tertekan antara

Sternum dan titik benturan. Clavicula sebenarnya lebih patah, bila tidak

akan terjadi cedera kepala pada leher. Leher mempunyai banyak struktur

penting dalam sistem gerak.

Gambar 2.3 Anatomi clavicula (Sobotta,2003)

Keterangan:
Facies Articularis Sternalis

Impressio Ligament Costoclavikularis

Foramen Nutricium

Sternal Extremity

Sulcus Musculi Subclavii

Tuberculum Conoideum

Linea Trapezoidea

Extremitas Acromialis

Facies Articularis Acromialis

Corpus Clavicula

Adapun fungsi dari os clavicula, yaitu berguna untuk :

- Sebagai pengganjal untuk menjauhkan anggota gerak atas dari bagian

dada supaya lengan dapat bergerak leluasa.

- Meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh

(aksial).

Walaupun dikelompokkan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu-

satunya yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang

lainnya. Clavicula tersusun dari tulang spons

4. Fisiologi Clavicula

Clavicula adalah tulang panjang dengan curvatura ganda yang

memiliki tiga bagian utama yaitu dus sisi ujung dan bagian tengah
yang memanjang. Bagian lateral atau Acromial Clavicula bersendi

dengan Acromion Scapula disebut dengan Acromioclavicular Joint

yangdapat diraba dari permukaan kulit. Clavicula bagian medial atau

disebut dengan Sternal Extremity brsendi dengan Manubrium yang

merupakan bagian atasStrenum. Persendian itu disebut dengan

Sternoclavicular Joint (Bontrager,2018)

Fisiologi fraktur clavicula menurut Helmi (2012) adalah tulang

pertama yang mengalami proses pergerasan selama perkembangan embrio

pada minggu ke lima dan enam. Tulang clavicula, tulang humerus bagian

proksimal dan tulang scapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang

clavicula ini membantu mengangkat bahu ke atas, keluar, dan kebelakang

thorax.

5. Patologi Clavicula

Patologi adalah perjalanan klinis suatu penyakit dari awal sampai dengan

akhir.Berikut ini merupakan beberapa indikasi pada pemeriksaan

clavicula, yaitu :

a. Dislokasi

Dislokasi didefenisikan sebagai terlepasnya keseluruhan tulang

dari mangkuk sendi. Sedangkan luksasi tidak semua tulang atau


hanya sebagian dari tulang yang terlepas dari mangkok sendi (Asih

Puji Utami dkk, 2018).

b. Fraktur

Secara umum fraktur clavicula menurut Armis (2002)

diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu

1. Fraktur pada sepertiga tengah clavicula (insiden kejadian 75% -

80%). Pada daerah ini tulang lemah dan tipis serta umumnya

terjadi pada pasien muda.

2. Fraktur atau patah tulang clavicula terjadi pada distal ( insiden

kejadian 15%).

3. Fraktur clavicula pada sepertiga proksimal (5% pada kejadian

ini berhubungan dengan cidera neurovaskuler).

c. Distal Clavicular Osteolysis (DCO)

Merupakan penyakit yang sering terjadi pada atlet angkat besi yaitu pada

bagian sendi acromioclavicular joint karena tekanan yang tinggi pada

pertemuan clavicula dengan acromion. Ultrasonografi medis

menggambarkan penyakit ini merupakan resorpsi distal clavicula sebagai

erosi korteks yang tak teratur, sedangkan acromion tetap utuh. Yang

mungkin terjadi pada penderita penyakit ini adalah pembengkakan

jaringan lunak, ketidakstabilan sendi dan pembengkakan tulang sendi

d. Degenerasi Tulang Clavicula


Merupakan penipisan tulang yang abnormal pada os clavicula yang

ditandai oleh berkurangnya massa dan mineral tulang sehingga

menyebabkan kondisi tulang menjadi rapuh, keropos, dan mudah patah.

Degenerasi tulang ini termasuk penyakit gangguan metabolisme, dimana

tubuh tidak mampu menyerap dan menggunakan bahan-bahan untuk

proses pertulangan secara normal, seperti zat kapur = kalsium, phospat,

dan bahan-bahan lainnya.

6. Teknik Pemeriksaan

a. Proyeksi PA Axial

Tujuan pemeriksaan: menampakan ujungproximal Os Clavicula

mengalami superposisi dengan Costae.

Posisi pasien : Pasien tidur telungkup di atas meja pemeriksaan

atau berdiri menghadap standar kaset.

Posisi objek : Clavicula di tempatkan tepat pada pertengahan

meja pemeriksaan atau Bucky Stand.

Berkas sinar : Menyudut 0° –15° caudal pada pertengahan Os

Clavicula.

Titik bidik : Pada pertengahan Os Clavicula.

FFD : 100 cm.

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm Melintang.


Kriteria gambaran : Clavicula berada di atas Scapula dan Coste, 1/3

Clavicula seperposisi dengan 1 dan 2 batas tulang dan

trabekula tampak jelas.

Gambar 2.4. Posisi Pasien Proyeksi Posterio Anterior Axial( Frank,2012)

Gambar2.5.Radiograf Posterio Anterior Axial(Frank,2012)

7. Kualitas Radiograf
Kualitas radiograf adalah tingkat baik atau buruknya suatu radiograf yang

dilihat dari seberapa membantu radiograf tersebut agar operator dapat

menentukan diagnosis, rencana perawatan, dan evaluasi perawatan dengan

tepat. kualitas radiograf ditentukan dari dalam beberapa protokol penilaian yang

terbagi menjadi beberapa faktor, sepert yang akan dijabarkan dibawah ini :

a. Kontras

Kontras adalah tingkat perbedaan kepadatan antara dua area pada

radiograf. Kontras antara berbagai bagian gambar merupakan salah

satu kriteria penilaian kualitas dalam suatu gambaran, dimana semakin

besar kontrasnya maka semakin banyak ftur yang terlihat. Kontras terdiri

dari dua jenis:

1) kontras objek, dimana didefnisikan sebagai rasio intensitas radiasi yang

ditransmisikan melalui area jaringan/organ yang berbeda dari

komponen yang dievaluasi. Hal ini bergantung pada perbedaan

penyerapan sinar X dalam objek. Perbedaan penyerapan dalam sebuah

objek merupakan hal yang wajar dan ini akan mempengaruhi tampilan

gambar pada radiograf berupa perbedaan tngkat kontras yang berbeda.

Pada saat sinar-X dihasilkan, dikeluarkan energi yang cukup besar,

energi ini kemudian dipancarkan ke objek yang memiliki tngkat

ketebalan yang berbeda. Semakin besar sinar yang diabsorpsi oleh

jaringan dikatakan pada radiograf sebagai objek dengan kontras tnggi,


sebaliknya semakin sedikit sinar yang diabsorpsi jaringan maka

dikatakan objek memiliki kontas paling tinggi.

2) kontras film, dimana didefnisikan sebagai kemampuan film untuk

menyerap dan menolak sinar yang masuk ke dalam film. Semakin

banyak sinar yang diterima film maka film akan semakin gelap atau

berkontras tinggi, sedangkan apabila sinar lebih sedikit mengenai film

dikatakan sebagai kontras tinggi.

b. Densitas

Densitas radiograf merujuk pada derajat atau gradasi kehitaman dari

radiograf. Hal tersebut bergantung pada jumlah paparan radiasi

yang mencapai daerah tertentu pada film. Daerah yang sedikit atau tdak

sama sekali terkena paparan foton sinar-x akan tergambar abu-abu atau

translusen pada radiograf. Radiograf yang baik memiliki densitas yang baik

sehingga klinisi dapat membedakan daerah hitam (ruang udara), daerah

putih (email, dan tulang), dan daerah abu-abu (jaringan lunak). Hal yang

mempengaruhi densitas adalah miliamper, kilovoltage, dan waktu

eksposur. Makin tinggi miliamper maka densitas juga meningkat

karena sinar-X yang lebih banyak. Makin tinggi puncak kilovoltage,

densitas juga makin tinggi karena sinar-x yang mengenai film memiliki

lebih tinggi energi. Makin lama waktu eksposur maka makin tinggi

densitas karena akan semakin banyak sinar-x yang mengenai film.

Penilaian terhadap densitas hampir serupa dengan kontras. Densitas


lebih menjabarkan ketebalan dan kepadatan jaringan yang ada di dalam

objek, sedangkan kontras objek lebih menjabarkan densitas antara

objek dan bukan objek.

c. Ketajaman atau sharpness

Ketajaman atau sharpness merujuk pada kemampuan sinar-X untuk

memproduksi garis batas terluar yang jelas. Ketajaman merupakan

komponen penting yang harus terpenuhi pada radiograf. Hal yang

mempengaruhi ketajaman adalah ukuran focal spot, makin kecil focal spot

maka makin bagus ketajaman, komposisi film, film yang bagus

mengandung kristal yang lebih kecil yang dapat meningkatkan ketajaman

dan pergerakan yang tidak diinginkan, bisa dari pasien

atau dari film.

d. Detail

Detail merupakan kemampuan radiograf untuk menampilkan

perbedaan dari setiap bagian anatomi. Hasil sebuah radiograf yang mampu

memperlihatkan struktur yang kecil dari organ yang difoto. Kriteria

kualitas ini didapat jika pada ukuran objek besar ataupun kecil, detail yang

dihasilkan dapat diamat dengan baik dan jelas.


B. Kerangka Teori

Prosedur kerangka teori ini dapat ditunjukan oleh diagram dibawah ini :

Sinar-X

Sejarah sinar- Proses Sifat-sifat sinar- Klasifikasi


X terjadinya sinar- X sinar-X
X

Komponen pesawat sinar-X

Digital Radiography
(DR)

Anatomi Os Clavicula

Fisiologi Os Clavicula

Patologi Os Clavicula

Teknik pemeriksaan Os Clavicula

Proyeksi Os Clavicula

Posterior Anterior Axial

Informasi Anatomi
C. Penelitian Terkait

Berikut ini penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Karya Tulis Ilmiah

ini antara lain :

1. Sebuah penelitian dilakukan oleh Ryan pada tahun 2018 dengan judul

“Perbedaan Sudut Arah Penyinaran Untuk Mendapatkan Hasil Gambaran

Yang Optimum Pada Pemeriksaan Os Clavicula Dengan Posisi Pasien Yang

Berbeda”. Alasan penulis menjadikan penelitian ini sebagai penelitian terkait

adalah karena sama-sama mengangkat masalah tentang prosedur atau

penatalaksanaan clavicula pada perbedaan sudut arah penyinaran.

Perbedaannya terletak pada permasalahan yang akan dibahas yaitu mengapa

pada penelitian jurnal tersebut menggunakan proyeksi AP Axial 25 0 Cepalad

dan PA Axial 250 Caudal.

Sedangkan pada karya tulis ilmiah ini penulis ingin menggunakan

proyeksi yang berbeda yaitu menggunakan proyeksi PA Axial 25 0 dan 00

Caudal,serta penulis ingin mencari tau bagaiman hasil radiograf dari

proyeksi tersebut.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah

dirumuskan.

Ho : Tidak Ada perbandingan variasi penyudutan sinar-x pemeriksaan

Clavicula proyeksi PA Axial dengan Variasi Sudut 25° dan 0° caudal.


H1 : Ada perbandingan variasi penyudutan sinar-x pemeriksaan Clavicula

proyeksi PA Axial dengan Variasi Sudut 25° dan 0° caudal.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian Karya Tulis Ilmiah ini

yaitu bersifat kuantitatif dengan study eksperimen. Metode eksperimen dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan untuk

mengetahui perbandingan variasi penyudutan sinar-x pemeriksaan clavicula

pada proyeksi PA Axial untuk mendapatkan informasi anatomi yang optimal.

Analisis inferensia yang digunakan adalah uji Fridman.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah volunteer atau pasien sukarelawan

yang bersedia dilakukan pemeriksaan radiologi Clavicula proyeksi PA

Axial di Instalasi Rasdiologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

2. Sampel
Pengambilan sampel diambil menggunakan purposive sampling

sebanyak 3 volunteer. Pemilihan sampel didasarkan terhadap subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi

1) Volunteer boleh berjenis kelamin perempuan atau laki-laki

2) Bersedia menjadi informan

b. Kriteria eksklusi

Volunteer yang tidak bersedia menjadi informan

C. Definisi Operasional.

Definisi Operasional adalah penentuan kontrak atau sifat yang akan

dipelajari sehingga menjadi variable yang dapat diukur (Sugioyono,2012:31).

Adapun variable yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Variabel Bebas (Variabel independent)

Variabel Bebas merupakan variabel yang memperngaruhi atau

yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependent

(terikat). Variabel bebas dalam peneletian ini adalah informasi

anatomi variasi penyudutan sinar-x pemeriksaan clavicula dengan

penyudutan 25˚ dan 0˚ caudal (variable x)

2) Variabel Terikat (Variabel dependen)


Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat,karena adanya variabel bebas. Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah informasi anatomi pemeriksaan

clavicula proyeksi PA Axial (variabel y).

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data untuk Karya Tulis Ilmiah ini adalah di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020 di RSUD Arifin Achmad

Provinsi Riau.

E. Alat Pengumpulan Data

Dalam menunjang Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengumpulkan data dengan

cara sebagai berikut :

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Form surat persetujuan menjadi volunter

b. Form surat kesediaan menjadi responden

c. Kamera

d. Form kuisioner

e. Pesawat sinar-X
f. Digital Radiography

g. Responden sebanyak 2 radiolog

2. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan clavicula

proyeksi PA Axial pada pasien sebanyak 3 sample. Hasil radiograf pada dua

variasi penyudutan sinar-x sebesar 25° dan 0° caudal diberikan kepada

responden berupa informasi citra anatomi.

3. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan uji kappa untuk menyamakan

persepsi antar responden (radiolog). Data dari hasil responden berupa data

ordinal yang akan diolah dan dianalisa dengan program SPSS dengan Uji

Friedman Test.

a. Karakteristik

Analisis komperatif adalah suatu analisis yang bersifat membandingkan.

Menguji hipotesis komperatif berarti menguji parameter populasi yang

berbentuk perbandingan. Pemilihan analisis komparatif dengan metode

pengujian friedman disebabkan karena jumlah variabel yang digunakan

adalah 4 variabel. Analisis ini dikategorikan kedalam analisis

multivariat. Jenis data yang bersifat ordinal dan sifat variabel yang

independen mengakibatkan pemilihan metode pengujian pada penelitian

ini menggunakan pengujian friedman.

b. Uji kappa
Koefisien chon’s kappa digunakan untuk mengukur keeratan dari 2

variabel pada tabel kontingens yang diukur pada kategori yang sama atau

untuk mengetahui tingkat kesepakatan dari 2 juri dalam menilai.

C. Alur Penelian

Perbandingan Anatomi Radiograf Pemeriksaan Claviicula


Proyeksi PA Axial Dengan Penyudutan 250 Caudal dan 00 Di
Instalasi Radiologi.

Prosedur pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan
Clavicula dengan penyudutan
Clavicula dengan penyudutan
sinar-x di Rumah Sakit Arifin
sinar-x menurut treori
Achmad Pekanbaru

1. Bagaimanakah tatalaksana pemeriksaan Clavicula dengan penyudutan sinar-x

di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru?

2. Mengapa terjadi perbedaan teknik pemeriksaan Clavicula antara teori dengan

Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru?

3. Bagaimana hasil radiograf Clavicula dengan menggunakan penyudutan sinar-

x 250 dan 00 caudal?

Pengumpulan Data

Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai