Anda di halaman 1dari 29

1

PERBANDINGAN ANATOMI RADIOGRAF PEMERIKSAAN


KNEE JOINT PROYEKSI LATERAL DENGAN VARIASI
FLEXI 20˚,30˚ DAN 45˚

PROPOSAL

Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar


Ahli Madya Teknik Radiologi

DISUSUN OLEH:
UMMU HABIBA
18002038

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK RADIOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS
PEKANBARU
2021
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Instalasi radiologi merupakan instalasi penunjang dalam suatu

rumah sakit. Pemeriksaan radiologi dibagi menjadi pemeriksaan

kedokteran nuklir,radioterapi dan juga radiodiagnostik. Pada

pemeriksaan radiodiagnostik terdiri dari pemeriksaan Magnetic

Resonance Imaging (MRI), Computer Tomography (CT-Scan),

Ultrasonografi (USG), pemeriksaan khusus yang menggunakan media

kontras, pemeriksaan dental X-Ray, Pemeriksaan mammografi, dan juga

pemeriksaan konvensional, Pemeriksaan radiografi konvensional

merupakan pemeriksaan yang menggunakan sinar-X untuk melihat

adanya kelainan traumatis maupun kelainan patologis yang dapat

bertujuan menegakkan diagnosa dokter (Rasad, 2005)

Sinar-X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang

sejenis dengan gelombang radio,cahaya sinar ultraviolet,panas,dan

mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek yang dapat

menembus organ tubuh manusia (Jumini, 2018)

Pemeriksaan radiografi sangat dibutuhkan untuk menegakkan

diagnosa yang terdapat kelainan pada tubuh manusia,karena hasil

gambaran radiografi mampu menggambarkan struktur dan anatomi tubuh

manusia (Long,Rollins dan Smith,2016)


3

Pada setiap teknik pemeriksaan radiologi hal pertama yang harus

dilakukan adalah bagaimana memproyeksikan objek secara baik dan

tepat sehingga mampu menghasilkan gambaran radiografi yang optimal

pada objek yang akan diperiksa sehingga dapat menghasilkan diagnosa

yang akurat dan informatif (Bontrager and John, 2014)

Knee joint adalah salah satu sendi yang paling kompleks dalam

tubuh manusia yang terdiri dari tulang femur,tibia,fibula,dan patella yang

disatukan oleh ligamen yang kompleks.ligamen ini bekerja sebagai

pemberi stabilitas bagi sendi lutut. Sendi lutut berisi dua meniscus yaitu

meniscus lateral dan menicul medial. Mereka berada pada daerah atas

tibia,dan memiliki bentuk yang tebal pada tepi luar sendi dan lancip

menuju kearah bagian atas tibia. Pada puncak tibia terdapat tulang rawan

yang menyatuan kondilus dan sendi lutut. Menicus ini berfungsi sebagai

peredam guncangan (Frank,2012).

Pada teknik pemeriksaan radiograf knee joint memiliki beberapa

proyeksi yaitu Ap, Ap Obligue,Ap Axial,lateral,Ap weight

bearing,PA,PA Axial,PA weight bearing. Sedangkan proyeksi yang

sering dilakukan di rumah sakit adalah proyeksi AP dan Lateral. Namun

pada proyeksi lateral berdasarkan pengalaman penulis dilapangan sering

dijumpai permintaan dokter dengan flexi 45˚ sedangkan berdasarkan

teori literatul proyeksi lateral ini dilakukan dengan flexi 20˚ sampai 30˚.

Pada teknik pemeriksaan knee joint posisi pasien dengan

melenturkan lutut 20° hingga 30° untuk proyeksi lateral. Latihan


4

tambahan mengencangkan otot dan tendon yang mungkin kabur

informasi diagnostik penting di ruang sendi. Patela ditarik ke dalam

sulkus interkondilaris, juga mengaburkan detail jaringan lunak dari efusi

atau perpindahan bantalan lemak (Bontrager,2018). Biasanya flexi 20°

hingga 30° untuk proyeksi lateral disukai karena posisi ini rileks otot

untuk menunjukkan hasil maksimal volume rongga sendi (Frank,2012)

Dari perbedaan variasi derajat flexi penulis tertarik untuk

melakukan penelitan yang akan dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “ Perbandingan Anatomi Radiograf Pemeriksaan Knee

Joint Proyeksi Lateral dengan Variasi Flexi 20°,30° dan 45°”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tatalaksana pemeriksaan Knee Joint Proyeksi Lateral

dengan Variasi Flexi 20°,30°, dan 45° ?

2. Bagaimakah perbandingan anatomi radiograf pemeriksaan Knee Joint

Proyeksi Lateral dengan Variasi Flexi 20°,30°, dan 45° ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tatalaksana pemeriksaan Knee Joint Proyeksi

Lateral dengan Variasi Flexi 20°,30°, dan 45°.

2. Untuk mengetahui perbandingan anatomi radiograf pemeriksaan

Knee Joint Proyeksi Lateral dengan Variasi Flexi 20°,30°, dan 45°.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari karya tulis ilmiah adalah :

1. Bagi Responden
5

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

responden mengenai perbandingan anatomi radiograf pemeriksaan

Knee Joint Proyeksi Lateral dengan Variasi Flexi 20°,30°, dan 45°

2. Bagi Penulis

Dengan penelitian ini maka penulis dapat menambah pengalaman

dan pengetahuan dibidang Radiodiagnostik terutama pemeriksaan

Knee Joint Proyeksi Lateral.

3. Bagi Radiografer Rumah Sakit

Menambah ilmu pengetahuan seorang Radiografer tentang

pelaksanaan teknik pemeriksaan Knee Joint Proyeksi Lateral.

Sehingga kiranya dapat memahi dari pemeriksaan knee joint ini.

4. Bagi Institusi DIII Radiologi Stikes Awalbros Pekanbaru

Dapat menambah wawasan dalam harfiah ilmu pengetahuan yang

dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan dosen di perpustakaan

program studi Diploma III Teknik Radiologi Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Awal Bros Pekanbaru.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Sinar-X

a. Sejarah Sinar-X

Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Roentgen pada bulan

November 1895. Awal mula penemuan sinar-X didasari atas

ketertarikan Wilhelm Conrad Roentgen pada tabung Croock yang

telah diberikan aliran listrik sehingga memunculkan berkas warna

cahaya biru. Munculnya fenomena ini disebabkan karena pemberian

tegangan listrik tinggi memberikan lompatan listrik dari katoda

bermuatan negative menuju anoda bermuatan positif (Utami dkk,

2018). Sinar-x merupakan sarana utama pembuatan gambar radiograf

yang di bangkitkan dengan suatu sumber daya listrik yang tinggi,

sehingga sinar-X merupakan radiasi buatan (Indrati Rini, dkk, 2017).

b. Proses terjadinya sinar-X

Kutub negatif merupakan filament. Filament tersebut akan terjadi

panas jika ada arus listrik yang mengaliri panas, menyebabkan emisi

(keluarnya elektron) pada filament tersebut. Peristiwa emisi karena

proses pemanasan disebut dengan termionik. Filament adalah katoda

(elemen negatif). Kutub positif (anoda) merupakan target, dimana

electron cepat akan menumbuknya, terbuat dari tungaten maupun

molybdenum, tergantung kualitas Sinar-X yang ingin dihasilkan.


7

Apabila terjadi beda tegangan yang tinggi antara kutub positif (anoda)

dan kutub negatif (katoda) maka electron pada katoda anak menuju ke

anoda dengan sangat cepat. Akibat tumbukan yang sangat kuat dari

electron katoda maka electron orbit yang ada pada atom target

(anoda) akan terpental keluar. Terjadi kekosongan electron pada

orbital atom target yang terpental tersebut, maka electron orbital yang

lebih tinggi berpindah ke electron selalu saling mengisi tempat yang

kosong, jadi ada electron lain yang keluar dalam rangka terjaga

kestabilan atom. Akibat perpindahan electron dari orbit yang lebih

luar (energi besar) ke yang lebih dalam (energi lebih rendah), maka

terjadi sisa energi. Sisa energi tersebut akan dikeluarkan dalam

pencaran foton dalam bentuk sinar-X karakteristik. Jika elektron yang

bergerak mendekati inti atom (nuklea) dan dibelokan atau terjadi

pengereman maka terjadi sinar-X bremstrahalung (Rini Indrati, 2017).

Gambar 2.1 Proses Sinar-X (Toto Trikasjono, dkk 2015).


8

c. Sifat-sifat sinar-X

1) Sinar-X merambat keluar dari fokus menurut garis lurus.

2) Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup besar.

3) Sinar-X mampu mengionisasi materi yang dilaluinya.

4) Sinar-X tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet atupun medan

listrik.

5) Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film yang dilaluinya.

d. Klasifikasi sinar-X

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang

sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet,

tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar-X

bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak

terlihat. Perbedaan antara sinar-X dengan sinar elektromagnetik

lainnya juga terletak pada panjang gelombang, dimana panjang

gelombang sinar-X sangat pendek, yaitu hanya 1/10.000 panjang

gelombang cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombang yang

pendek itu, maka sinar-X dapat menembus benda-benda (Sjahriar

Rasad, 2014).

2. Digital Radiografi

Sebagian besar sistem digital radiografi (tanpa kaset)

menggunakan bahan penyerap sinar-X yang dipasang pada flat panel

detector atau charged coupled device (CCD) untuk membentuk gambar

(Christi, 2018).
9

a. Komponen Digital Radiografi

Adapun komponen dari Digital Radiografi, yaitu :

1) Pesawat sinar-X

Pesawat sinar-X atau pesawat Roentgen adalah suatu alat yang

digunakan untuk melakukan diagnosa medis dengan menggunakan

sinar-X. Sinar-X yang dipancarkan dari tabung diarahkan pada

bagian tubuh yang akan didiagnosa. Berkas sinar-X tersebut akan

menembus bagian tubuh dan akan ditangkap oleh film, sehingga

akan terbentuk gambar dari bagian tubuh yang disinari. Sebelum

pengoperasian pesawat sinar-X perlu dilakukan setting parameter

untuk mendapatkan sinar-X yang dikehendaki. Parameter-

parameter tersebut adalah tegangan tinggi, arus tabung dan waktu

paparan (Sjahriar Rasad, 2016).

Pesawat sinar X diagnostik yang lengkap terdiri dari sekurang-

kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-

X, alat pembatas berkas, dan peralatan penunjang lainnya (Sjahriar

Rasad, 2016).

Gambar 2.2. Pesawat sinar-X (Bruce W. Long, 2015)


10

2) Detektor

Digital Radiografi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu

penangkapan tidak langsung dan penangkapan langsung.

Perangkat digital radiograf tangkapan tidak langsung menyerap

sinar-X dan mengubahnya menjadi cahaya. Cahaya tersebut

dideteksi oleh area-CCD atau thin-film transistor (TFT) dan

kemudian diubah menjadi sinyal listrik yang dikirim ke komputer

untuk diproses.

Perangkat penangkapan langsung, mengubah sinar-X yang

timbul secara langsung menjadi sinyal listrik, biasanya

menggunakan fotokonduktor sebagai penyarap sinar-X, dan

mengirim sinyal listrik ke komputer untuk di proses.

Seiring kemajuan teknologi, beberapa perusahaan mulai

mengembangkan detektor, pertama menggunakan teknologi CCD

yang dikembangkan oleh militer, dan tak lama menggunakan TFT

Array. (Christi, 2018).

b. Prinsip Kerja DR (Digital Radiography)

Prinsip kerja teknologi DR pada detektor yang melakukan

perubahan sinar-X menjadi signal listrik. Perubahan ini sangat penting

karena hanya signal listrik yang dapat dirubah menjadi bentuk signal

digital. Tanpa perubahan ini mustahil terbentuk digitalisasi. Signal

listrik yang terbentuk merupakan representasi dari jumlah intensitas

transmisi sinar-X setelah melewati tubuh pasien. Selanjutnya signal


11

digital dirubah kembali dalam bentuk analog sehingga dapat

ditampilkan di monitor komputer, untuk selanjutnya dilakukan cetak

pada film atau penyimpanan data gambar pada perangkat penyimpanan

seperti hardisk. Flashdisk, atau compact disk (Asih Puji Utami dkk,

2018).

Teknologi DR dibagi menjadi dua yaitu konversi langsung dan

konversi tidak langung.

1) Teknologi DR konversi langsung (direct converting)

Teknologi DR perubahan langsung hanya melakukan satu

kali perubahan. Tidak seperti pada CR (Computed Radiography).

DR konversi langsung merubah sinar-X langsung menjadi sinyal

listrik tanpa melalui proses konversi cahaya dan menghasilkan

signal digital.

2) Teknologi DR konversi tidak lamgsung (indirect converting)

Teknologi pada DR perubahan tidak lansung (indirect

converting), tidak seperti pada terknologi DR konversi langsung.

DR konversi tidak langsung melakukan dua tahap perubahan mirip

dengan teknologi CR. Konversi pertama terjadi saat detektor

menerima sinar-X yang selanjutnya merubahnya menjadi cahaya.

Selanjutnya perubahan kedua terjadi saat cahaya yang dihasilkan

dirubah menjadi sinyal listrik yang selanjutnya dirubah menjadi

signal digital. Dua tahap perubahan ini yang membedakan


12

teknologi antara DR perubahan langsung dan DR perubahan tidak

langsung (Asih Puji Utami dkk, 2018).

3. Anatomi

a. Anatomi Knee Joint

Sendi merupakan penghubung antara tulang yang berfungsi sebagai

penggerak hubungan antara tulang sehingga menyebabkan manusia dapat

bergerak. Sendi lutut merupakan sendi yang paling sering dibebani. Sendi

lutut juga merupakan sendi yang banyak sekali bergerak dan dibebani

berat badan dalam (Wibowo,2008).

Knee Joint atau sendi lutut adalah salah satu sendi kompleks dalam

tubuh manusia. Knee joint terdiri dari femur,tibia,fibula,dan patella

disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh ligament

(Ballinger,2012).

Knee Joint adalah sendi engsel dengan perubahan dan yang

dibentuk kedua kondilus femur yang bersendi dengan permukaan superior

kondilus tibia. Patella terletak di atas permukaan pateler yang halus pada

femur dan diatas itu patella meluncur sewaktu sendi bergerak. Patella

berada di depan bagian-bagian persendian yang utama, tetapi tidak masuk

kedalam formasi sendi lutut. (Pearce,2018).


13

Gambar 2.3. Anatomi Knee Joint

( Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2016 )

Keterangan Gambar :

1. Patellar Surface 5. Anterior Cruciate Ligamen

2. Posterior Cruciate Ligament 6. Lateral Meniscus

3. Medial Meniscus 7.Fibular Collateral Ligament

4. Tibial Collateral Ligament

Gambar 2.4. Knee Joint Sagital

( Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2016 )


14

Keterangan gambar :

1. Patella 5.Femur

2. Meniscus 6.Synovial Fluid

3. Articular Cartilage 7.Meniscus

1) Femur

Femur merupakan tulang terpanjang pada tubuh yang bersendi

dengan acetabulus dalam membentuk persendian panggul. Pada bagian

distal femur,terdapat dua condylus yang dipisahkan oleh cekungan fossa

intercondiloidea yaitu condylus medialis dan condylus lateralis

(Pearce,2013). Pada bagian anterior distal femur terdapat facies patellaris

yang bersendi dengan patella membentu sendi yang dinamakan

patellafemoral joint sedangkan pada bagian inferior distal femur bertemu

denga tibia membentuk sendi yang dinamakan tibiofemoral.


15

Gambar 2.5. Anatomi Femur(Bontrager, 2018).

2) Patella

Patella atau tempurung lutut merupakan tulang sesampid atau

tulang baji yang berkembang didalam tendon otot kuadrisep

ekstensor.permukaan bagian anteriornya kasar,sedangkan permukaan

posteriornya halus dan bersendi dengan bagian pateler pada ujung bawah

femur. Terletak dibagian depan knee joint tetapi tidak termasuk

didalamnya (Pearce,2013).

Gambar 2.6. Anatomi Patella (Bontrager, 2018).

3) Os. Tibia

Tulang kering atau os tibia merupakan kerangka utama dari

tungkai bagian bawah dan terletak dibagian sebelah medial dari tulang

betis atau fibula. Tibia merupakan tulang yang berbentuk seperti pipa

dengan sebuah batang dan mempunyai dua ujung. Ujung bagian atas

memperlihatkan adanya condylus lateral dan condylus medial. Condylus

tersebut berada pada bagian paling atas dan paling pinggir dari tulang

(Pearce.2013).

4) Os Fibula
16

Os Fibula merupakan tulang tungkai bagian bawah yang terletak

disebelah lateral. Ujung atasnya berbentuk kepala dan bersendi dengan

bagian belakang luar dari tibia tetapi tidak termasuk dalam formasi

articulatio genu (Pearce,2013).

Gambar 2.7. Anatomi Cruris (Bontrager, 2018).

4. Fisiologi Knee Joint

Knee joint merupakan sendi yang paling rentan karena menopang

berat dan muatan tekanan saat melakukan pergerakan yang fleksibel.

Ketika berjalan, knee joint dapaat menyokong 1,5 kali berat tubuh,

memnjat tangga 3-4 kali berat tubuh dan pada saat berjongkok sekitar 8

kali lipat.

Knee joint adalah sendi sinovial yang menghubungkan os femur

dengan os tibia. Terdapat dua sendi pada knee joint yaitu tibiofemoral
17

joint, yang menghubungkan os tibia dan os femu. Patellofemoral joint

yang menyambungkan patella dengan os femur. Dua sendi ini bekerja

sama untuk membentuk sebuah modifikasi sendi engsel yang

memungkinkan untuk knee joint menekuk dan melurus, namun juga

sedikit memutar dari samping ke samping.

Knee joint menganggung sebagian besar berat tubuh. Ketika

duduk, os tibia dan os femur bersentuhan. Ketika berdiri os tibia dan os

femur bersentuhan membentuk sebuah unit yang stabil.

Osteokinematika gerakan fleksi dan ekstensi pada bidang sagital

dengan lingkup gerak sendi fleksi antara 120-130º, bila posisi  hip fleksi

penuh, dan dapat mencapai 140º, bila hip ekstensi penuh, untuk gerakan

ekstensi, lingkup gerak sendi antara 0 – 10º gerakan putaran pada bidang

rotasi dengan lingkup gerak sendi untuk endorotasi antara 30 – 35º,

sedangkan untuk eksorotasi antara 40-45º dari posisi awal mid posision.

Saat fleksi, femur rolling ke arah  belakang dan sliding ke belakang,

untuk gerakan  ekstensi, rolling ke depan dan sliding  ke belakang. Saat

tibia yang bergerak fleksi adapun ekstensi  maka rolling maupun sliding

bergerak searah, saat fleksi maka rolling maupun sliding bergerak searah,

saat  fleksi  rolling dan sliding ke arah belakang, sedangkan saat ekstensi

rolling  dan sliding bergerak ke arah depan.


18

5. Patologi Knee Joint

Berikut ini merupakan beberapa indikasi pada pemeriksaan knee joint,

yaitu :

a. Dislokasi

Dislokasi merupakan cedera yang sering terjadi pada sendi

dimana ujung dari tulang pada sendi tersebut terlepas dari

posisi yang sebenarnya,dislokasi pada ekstremitas bawah yang

sering terjadi yaitu pada sendi lutut. Akan menjai sangat

berbahaya karena sering terjadi lesi pada arteri poplitea yang

telah memberi nutrisi pada tungkai bagian bawah (Nurul,2020).

b. Fraktur

Fraktur merupakan terputusnya keutuhan dari tulang,umumnya

terjadi akibat trauma. Fraktur digolongkan sesuai dengan jenis

dan arah dari garis fraktur tersebut.

c. Osteoarthritis

Osteoarthritis merupakan kondisi yang ditandai dengan nyeri

dan kaku pada daerah persendian. Pada osteoarthritis terjadi

kerusakan di kartilago sendi, yang diikuti oleh peningkatan

produksi jaringan pada batas sendi (Rhomas Dewi,2015).

Penyebab langsung osteoarthritis belum diketahui dengan

jelas,tetapi aea beberapa factor resiko yang dapat dihubungkan


19

dengan munculnya gejala dari osteoarthritis ini sudah mulai

diketahui (Ayustawati,2013).

Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu :

1) Adanya Riwayat osteoarthritis pada angota keluarga.

2) Adanya trauma pada daerah persendian

3) Sendi menahan beban yang berlebihan

4) Berat badan diatas rata-rata

d. Tumor tulang

Tumor tulang adalah kondisi yang terjadi jika sel-sel tulang

tumbuh secara abnormal. Sel-sel tulang yang tumbuh tidak

terkontrol dapat membentuk pembesaran, tonjolan atau tumor

pada tulang (Ashar, 2014).

6. Teknik Pemeriksaan

a. Proyeksi Lateral

Posisi pasien : Atur pasien untuk memutar badan ke sisi yang

sakit. Pastikan bahwa pelvis tidak mengalami rotasi.

Atur pasien untuk meletakkan knee didepan dan

luruskan knee yang diperiksa dibelakangnya. Knee

yang lain dapat ditempatkan didepan knee yang

sakit untuk fiksasi.

Posisi objek : Fleksikan knee 20º-30º. Letakkan fiksasi dibawah

ankle.

Berkas sinar : Sudut sinar 5º hingga 7º cephalad.


20

Titik bidik : Diarahkan menuju knee joint 1 inchi (2,5 cm)

distal ke medial epicondylus.

FFD : 100 cm.

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm Melintang.

Kriteria gambaran : Tampak distal femur, proksimal tibia dan fibula,

dan patella terlihat dalam posisi lateral.

Femoropatellar dan knee joint terbuka. Terlihat soft

tissue.

Gambar 2.8. Knee Joint Proyeksi Lateral ( Bontranger, K.L. 2014 )

Gambar 2.9. Knee Joint proyeksi Lateral

( Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2016 )


21

Keterangan Gambar :

1. Femur 4. Tibia plateu

2. Femoral Condylus 5.Tibia

3. Patella 6.Fibula

1. Kualitas Radiograf

Kualitas radiograf adalah tingkat baik atau buruknya suatu radiograf

yang dilihat dari seberapa membantu radiograf tersebut agar operator dapat

menentukan diagnosis, rencana perawatan, dan evaluasi perawatan dengan

tepat. kualitas radiograf ditentukan dari dalam beberapa protokol penilaian

yang terbagi menjadi beberapa faktor, sepert yang akan dijabarkan dibawah

ini :

a. Kontras

Kontras adalah tingkat perbedaan kepadatan antara dua area pada

radiograf. Kontras antara berbagai bagian gambar merupakan salah

satu kriteria penilaian kualitas dalam suatu gambaran, dimana semakin

besar kontrasnya maka semakin banyak ftur yang terlihat. Kontras

terdiri dari dua jenis:

1) kontras objek, dimana didefnisikan sebagai rasio intensitas radiasi

yang ditransmisikan melalui area jaringan/organ yang berbeda dari

komponen yang dievaluasi. Hal ini bergantung pada perbedaan

penyerapan sinar X dalam objek. Perbedaan penyerapan dalam


22

sebuah objek merupakan hal yang wajar dan ini akan

mempengaruhi tampilan gambar pada radiograf berupa perbedaan

tngkat kontras yang berbeda. Pada saat sinar-X dihasilkan,

dikeluarkan energi yang cukup besar, energi ini kemudian

dipancarkan ke objek yang memiliki tngkat ketebalan yang berbeda.

Semakin besar sinar yang diabsorpsi oleh jaringan dikatakan pada

radiograf sebagai objek dengan kontras tnggi, sebaliknya semakin

sedikit sinar yang diabsorpsi jaringan maka dikatakan objek

memiliki kontas paling tinggi.

2) kontras film, dimana didefnisikan sebagai kemampuan film untuk

menyerap dan menolak sinar yang masuk ke dalam film. Semakin

banyak sinar yang diterima film maka film akan semakin gelap atau

berkontras tinggi, sedangkan apabila sinar lebih sedikit mengenai

film dikatakan sebagai kontras tinggi.

b. Densitas

Densitas radiograf merujuk pada derajat atau gradasi kehitaman

dari radiograf. Hal tersebut bergantung pada jumlah paparan radiasi

yang mencapai daerah tertentu pada film. Daerah yang sedikit atau tdak

sama sekali terkena paparan foton sinar-x akan tergambar abu-abu atau

translusen pada radiograf. Radiograf yang baik memiliki densitas yang

baik sehingga klinisi dapat membedakan daerah hitam (ruang udara),

daerah putih (email, dan tulang), dan daerah abu-abu (jaringan lunak).

Hal yang mempengaruhi densitas adalah miliamper, kilovoltage, dan


23

waktu eksposur. Makin tinggi miliamper maka densitas juga meningkat

karena sinar-X yang lebih banyak. Makin tinggi puncak kilovoltage,

densitas juga makin tinggi karena sinar-x yang mengenai film memiliki

lebih tinggi energi. Makin lama waktu eksposur maka makin tinggi

densitas karena akan semakin banyak sinar-x yang mengenai film.

Penilaian terhadap densitas hampir serupa dengan kontras. Densitas

lebih menjabarkan ketebalan dan kepadatan jaringan yang ada di dalam

objek, sedangkan kontras objek lebih menjabarkan densitas antara

objek dan bukan objek.

c. Ketajaman atau sharpness

Ketajaman atau sharpness merujuk pada kemampuan sinar-X

untuk memproduksi garis batas terluar yang jelas. Ketajaman

merupakan komponen penting yang harus terpenuhi pada radiograf. Hal

yang mempengaruhi ketajaman adalah ukuran focal spot, makin kecil

focal spot maka makin bagus ketajaman, komposisi film, film yang

bagus mengandung kristal yang lebih kecil yang dapat meningkatkan

ketajaman dan pergerakan yang tidak diinginkan, bisa dari pasien

atau dari film.

d. Detail

Detail merupakan kemampuan radiograf untuk menampilkan

perbedaan dari setiap bagian anatomi. Hasil sebuah radiograf yang

mampu memperlihatkan struktur yang kecil dari organ yang difoto.


24

Kriteria kualitas ini didapat jika pada ukuran objek besar ataupun kecil,

detail yang dihasilkan dapat diamat dengan baik dan jelas.

B. Kerangka Teori

Prosedur kerangka teori ini dapat ditunjukan oleh diagram dibawah ini :

Sinar-X

Sejarah sinar-X Proses terjadinya Sifat-sifat sinar- Klasifikasi


sinar-X X sinar-X

Komponen pesawat sinar-X

Digital Radiography
(DR)

Anatomi os knee joint

Fisiologi os knee joint

Patologi os knee joint

Teknik pemeriksaan os knee joint

Proyeksi os knee joint

Anterior Posterior Axial Outlet


25

Informasi Anatomi

C. Penelitian Terkait

Berikut ini penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Karya Tulis

Ilmiah ini antara lain :

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang

telah dirumuskan.

Ho : Tidak Ada perbandingan variasi penyudutan pemeriksaan knee

joint proyeksi lateral dengan Variasi Flexi 20°,30°, dan 45°.

H1 : Ada perbandingan variasi penyudutan pemeriksaan knee joint

proyeksi lateral dengan Variasi Flexi 20°,30°, dan 45°.


26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian Karya Tulis Ilmiah

ini yaitu bersifat kuantitatif dengan study eksperimen. Metode eksperimen

dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan untuk mengetahui perbandingan variasi penyudutan flexi

pemeriksaan knee joint pada proyeksi lateral untuk mendapatkan informasi

anatomi yang optimal. Analisis inferensia yang digunakan adalah uji

Fridman.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah volunteer atau pasien

sukarelawan yang bersedia dilakukan pemeriksaan radiologi knee joint

proyeksi lateral di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

2. sSampel

Pengambilan sampel diambil menggunakan purposive sampling

sebanyak 5 volunteer. Pemilihan sampel didasarkan terhadap subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi
27

1) Volunteer boleh berjenis kelamin perempuan atau laki-laki

2) Bersedia menjadi informan

b. Kriteria eksklusi

Volunteer yang tidak bersedia menjadi informan

C. Definisi Operasional.

Definisi Operasional adalah penentuan kontrak atau sifat yang

akan dipelajari sehingga menjadi variable yang dapat diukur

(Sugioyono,2012:31).

Adapun variable yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Variabel Bebas (Variabel independent)

Variabel Bebas merupakan variabel yang memperngaruhi

atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable

dependent (terikat). Variabel bebas dalam peneletian ini adalah

informasi anatomi variasi penyudutan flexi pemeriksaan knee

joint dengan penyudutan 20˚,30˚ dan 45˚ (variable x)

2) Variabel Terikat (Variabel dependen)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat,karena adanya variabel bebas. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah informasi anatomi

pemeriksaan knee joint proyeksi lateral (variabel y).

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
28

Lokasi Penelitian ini dilakukan di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020 di RSUD Arifin Achmad

Provinsi Riau.

E. Alat Pengumpulan Data

Dalam menunjang Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengumpulkan data

dengan cara sebagai berikut :

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Form surat persetujuan menjadi volunter

b. Form surat kesediaan menjadi responden

c. Kamera

d. Form kuisioner

e. Pesawat sinar-X

f. Computer Radiography

g. Responden sebanyak 3 radiolog

2. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan knee

joint proyeksi lateral pada pasien sebanyak 5 sample. Hasil radiograf

pada tiga variasi penyudutan sebesar 20°,30°dan 45° diberikan kepada

responden berupa informasi citra anatomi.

3. Pengolahan dan Analisa Data


29

Pengolahan data dilakukan dengan uji kappa untuk menyamakan

persepsi antar responden (radiolog). Data dari hasil responden berupa

data ordinal yang akan diolah dan dianalisa dengan program SPSS

dengan Uji Friedman Test.

a. Karakteristik

Analisis komperatif adalah suatu analisis yang bersifat

membandingkan. Menguji hipotesis komperatif berarti menguji

parameter populasi yang berbentuk perbandingan. Pemilihan analisis

komparatif dengan metode pengujian friedman disebabkan karena

jumlah variabel yang digunakan adalah 4 variabel. Analisis ini

dikategorikan kedalam analisis multivariat. Jenis data yang bersifat

ordinal dan sifat variabel yang independen mengakibatkan pemilihan

metode pengujian pada penelitian ini menggunakan pengujian

friedman.

b. Uji kappa

Koefisien chon’s kappa digunakan untuk mengukur keeratan dari 2

variabel pada tabel kontingens yang diukur pada kategori yang sama

atau untuk mengetahui tingkat kesepakatan dari 2 juri dalam menilai.

Anda mungkin juga menyukai