Anda di halaman 1dari 29

TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRA LUMBAL PROYEKSI

ANTEROPOSTERIOR (AP) DAN LATERAL


PADA KASUS Low Back Pain (LBP) DI INSTALASI
RADIOLOGI RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Praktik Kerja Lapangan I

Disusun oleh :
KARIN FEBRITA ANDRYANI
NIM. 16.010.46

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK RONTGEN


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
1
TAHUN 2017
HALAMAN PERSETUJUAN

Dengan ini laporan kasus “TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRA


LUMBAL PROYEKSI ANTEROPOSTERIOR (AP) DAN LATERAL PADA
KASUS Low Back Pain (LBP) DI INSTALASI RADIOLOGI RS
MUHAMMADIYAH LAMONGAN” yang disusun oleh :
Nama : KARIN FEBRITA ANDRYANI
NIM : 16.010.46
Periode : 30 Oktober – 09 Desember 2017

Telah diperiksa dan disetujui untuk dijadikan laporan kasus sebagai


salah satu aspek penilaian dalam menjalankan Praktik Kerja Lapangan I
Program Studi Diploma III Teknik Rontgen STIKES Widya Husada
Semarang di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan.

Lamongan, Desember 2017


Clinical Instructure

M. Ariful Efendi

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “TEKNIK
PEMERIKSAAN VERTEBRA LUMBAL PROYEKSI ANTEROPOSTERIOR
(AP) DAN LATERAL PADA KASUS Low Back Pain (LBP) DI INSTALASI
RADIOLOGI RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN”
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik Kerja
Lapangan I semester III Prodi D-III Teknik Rontgen STIKES Widya
Husada Semarang, yang bertempat di Instalasi Radiologi RS
Muhammadiyah Lamongan. Laporan ini terwujud dengan baik berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Nanik Suraningsih, S.ST, M.Kes selaku Ketua Prodi DIII TRO
STIKES Widya Husada Semarang.
2. Bapak M. Ariful Effendi selaku Ketua Instalasi Radiologi dan Clinical
Instruktur PKL I di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan.
3. Seluruh Dokter Spesialis Radiologi, Radiografer dan Staf Instalasi
Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan.
4. Seluruh Dosen dan Staf Prodi DIII TRO STIKES Widya Husada
Semarang.
5. Pihak-pihak lain yang terlibat dan membantu dalam penulisan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan di laporan berikutnya. Penulis berharap semoga laporan kasus
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

3
Semarang, 27 November 2017

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................. i
Halaman Persetujuan ................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................. iii
Daftar Isi ....................................................................................................... iv
Daftar Gambar .............................................................................................. v
Daftar Lampiran ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Vertebra Lumbal .................................................. 4
2.2 Patofisiologi Low Back Pain (LBP) ..................................... 8
2.3 Teknik Pemeriksaan Vertebra Lumbal ............................... 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Paparan Kasus ................................................................... 13
3.2 Pembahasan ..................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................... 20
4.2 Saran ................................................................................. 20
Daftar Pustaka .............................................................................................. 22

4
Lampiran ...................................................................................................... 23

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aspek Superior Vertebra Lumbalis (Merrills, 2003) .................. 7


Gambar 2.2 Aspek Lateral Vertebra Lumbalis (Merrills, 2003) ..................... 7
Gambar 2.3 Aspek Posterior Vertebra Lumbalis (Merrills, 2003) .................. 8
Gambar 2.4 Posisi Anteroposterior (AP) (Merrills, 2003) .............................. 10
Gambar 2.5 Radiograf Anteroposterior (AP) (Merrills, 2003) ........................ 11
Gambar 2.6 Posisi Lateral (Merrills, 2003) ................................................... 12
Gambar 2.7 Radiograf Lateral (Merrills, 2003) ............................................. 12
Gambar 3.1 Posisi Anteroposterior (AP) (RSML, 2017) .............................. 15
Gambar 3.2 Radiograf Anteroposterior (AP) (RSML, 2017) .......................... 16
Gambar 3.3 Posisi Lateral (RSML, 2017) .................................................... 17
Gambar 3.4 Radiograf Lateral (RSML, 2017) ............................................... 17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permintaan Foto (RSML, 2017) ....................................... 23

5
Lampiran 2 Hasil Bacaan Dokter (RSML, 2017) .......................................... 24

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan
penggunaan semua modalitas yang menggunakan Radiasi untuk diagnosis
dan prosedur terapi dengan menggunakan panduan Radiologi, termasuk
teknik pencitraan dan penggunaan Radiasi dengan sinar-X dan zat radioaktif
(PERBAPETEN. NO.8, 2011).

6
Vertebra lumbal merupakan tulang vertebra terbesar. Vertebra ini
adalah yang terkuat di Columna Vertebra karena beban berta badan
meningkat menuju bawah bagian akhir vertebra. Karena alasan ini, diskus
tulang rawan antara vertebra lumbalis inferior adalah lokasi umum terjadi
cedera dan proses patologis (Bontrager, 2010).
Low Back Pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha (Rakel, 2002).
Dalam laporan kasus ini penulis fokus pada pemeriksaan vertebra
lumbal pada kasus Low Back Pain (LBP). Secara teori ada dua proyeksi
dasar yang digunakan dalam pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low
Back Pain (LBP) yaitu, Anteroposterior (AP) dengan genu sedikit fleksi
bertujuan untuk mendapatkan kurvatura vertebra lumbal sesuai dengan
posisi anatomi, dan Lateral di bagian terbawah thorax dan genu diberi
pengganjal bertujuan untuk mendapatkan garis vertebra yang horizontal.
Namun pada pelaksanaanya di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah
Lamongan untuk pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low Back Pain
(LBP) pada proyeksi Anteroposterior (AP) kedua genu tidak sedikit fleksi dan
proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan genu tidak diberi pengganjal.

Dengan alasan di atas, penulis tertarik mengangkatnya sebagai


laporan kasus dengan judul, “TEKNIK PEMERIKSAAN VERTEBRA
LUMBAL PROYEKSI ANTEROPOSTERIOR (AP) DAN LATERAL PADA
KASUS Low Back Pain (LBP) DI INSTALASI RADIOLOGI RS
MUHAMMADIYAH LAMONGAN”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut:

7
1.2.1. Bagaimana teknik pemeriksaan vertebra lumbal proyeksi
Anteroposterior (AP) dan Lateral pada kasus Low Back Pain (LBP) di
Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan?
1.2.2. Mengapa pada pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low Back
Pain (LBP) di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan pada
proyeksi Anteroposterior (AP) kedua genu tidak sedikit fleksi dan
proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan genu tidak diberi
pengganjal?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1.2.3. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan vertebra lumbal proyeksi
Anteroposterior (AP) dan Lateral pada kasus Low Back Pain (LBP) di
Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan.
1.2.4. Untuk mengetahui alasan pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus
Low Back Pain (LBP) di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah
Lamongan pada proyeksi Anteroposterior (AP) kedua genu tidak
sedikit fleksi dan proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan genu
tidak diberi pengganjal.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan laporan kasus ini adalah sebagai berikut:
1.4.1. Menambah wawasan tentang pemeriksaan radiologi khususnya pada
pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low Back Pain (LBP).
1.4.2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi mahasiswa radiologi,
khususnya mahasiswa DIII Teknik Rontgen STIKES Widya Husada
Semarang dalam melakukan pemeriksaan radiologi dengan kasus
Low Back Pain (LBP).

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Vertebra Lumbal


Vertebra lumbal merupakan tulang vertebra terbesar. Vertebra ini
adalah yang terkuat di Columna Vertebra karena beban berta badan
meningkat menuju bawah bagian akhir vertebra. Karena alasan ini, diskus
tulang rawan antara vertebra lumbalis inferior adalah lokasi umum terjadi
cedera dan proses patologis (Bontrager, 2010).
Pearce (2002) menjelaskan, vertebra lumbalis atau ruas tulang
pinggang adalah yang terbesar. Badannya sangat besar dibandingkan
dengan vertebra yang lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus
spinosusnya lebar dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus transversusnya
panjang dan langsing.
Vertebra lumbalis terdiri dari 5 ruas tulang dengan 5 pasang facet
joints yang disebut juga dengan apophyseal atau zygapophyseal joints.
Susunan anatomis dan fungsi pada regio lumbal, terbagi dalam segmentasi
regional sebagai berikut :
2.1.1 Thoracolumbal Junction
Merupakan daerah perbatasan fungsi antara lumbal dengan
thorac spine dimana thorakal12 arah superior facet geraknya terbatas,
sedangkan arah facies inferior pada bidang sagital gerakan utamanya
flexion-extension yang luas. Pada gerakan lumbal spine ‘memaksa’
thorakal12 hingga thorakal10 mengikutinya.
2.1.2 Lumbal Spine
Vertebra lumbalis lebih besar dan tebal membentuk kurva
lordosis dengan puncak L3 sebesar 2–4 cm, menerima beban sangat
besar dalam bentuk kompresi maupun gerakan. Stabilitas dan
gerakannya ditentukan oleh facet, diskus, ligament dan otot disamping
corpus itu sendiri. Berdasarkan arah permukaan facet joint maka facet
joint cenderung dalam posisi bidang sagital sehingga pada regio

9
lumbal menghasilkan dominan gerak yang luas yaitu fleksi - ekstensi
lumbal.
2.1.3 Lumbosacral Joint
L5-S1 merupakan daerah yang menerima beban sangat berat
mengingat lumbal mempunyai gerak yang luas sementara sacrum rigid
(kaku). Akibatnya lumbosacral joint menerima beban gerakan dan
berat badan paling besar pada regio lumbal.
2.1.4 Diskus Intervertebralis
Diantara dua corpus vertebra dihubungkan oleh diskus
intervertebralis, merupakan fibrocartilago kompleks yang membentuk
artikulasi antara corpus vertebra, dikenal sebagai symphisis joint.
Diskus intervertebralis pada orang dewasa memberikan kontribusi
sekitar ¼ dari tinggi spine. Diskus juga dapat memungkinkan gerak
yang luas pada vertebra.
Setiap diskus terdiri atas 2 komponen yaitu; Nukleus pulposus
yang merupakan substansia gelatinosa yang berbentuk jelly
transparan, mengandung 90% air, dan sisanya adalah collagen dan
proteoglycans yang merupakan unsur-unsur khusus yang bersifat
mengikat atau menarik air. Yang kedua Annulus fibrosus yang
tersusun oleh sekitar 90 serabut konsentrik jaringan collagen, secara
mekanis annulus fibrosus berperan sebagai coiled spring (gulungan
pegas) terhadap beban tension dengan mempertahankan corpus
vertebra secara bersamaan melawan tahanan dari nukleus pulposus
yang bekerja seperti bola. Diskus intervetebralis akan mengalami
pembebanan pada setiap perubahan postur tubuh. Tekanan yang
timbul pada pembebanan diskus intervertebralis disebut tekanan
intradiskal.
Menurut Nachemson (1964), tekanan intradiskal berhubungan
berat dengan perubahan postur tubuh. Nachemson meneliti tekanan
intradiskal pada lumbal yaitu pada L3-L4 karena L3-L4 menerima
beban intradiskal yang terbesar pada regio lumbal.

10
Dari penelitian Nachemson menunjukan bahwa tekanan
intradiskal saat berbaring antara 15 – 25 kp dan tidur miring menjadi 2
x lebih besar dari berbaring. Pada saat berdiri tekanan intradiskal
sekitar 100 kp dan tekanan tersebut menjadi lebih besar saat duduk
tegak yaitu 150 kp. Peningkatan tekanan terjadi saat berdiri
membungkuk dari 100 kp menjadi 140 kp, begitu pula saat duduk
membungkuk tekanan intradiskal meningkat menjadi 160 kp.
Peningkatan tekanan dapat mencapai 200 kp lebih jika mengangkat
barang dalam posisi berdiri membungkuk dan duduk membungkuk.
2.1.5 Facet Joint
Sendi facet dibentuk oleh processus articularis superior dari
vertebra bawah dengan processus articularis inferior dari vertebra
atas. Sendi facet termasuk dalam non-axial diarthrodial joint. Setiap
sendi facet mempunyai cavitas articular dan terbungkus oleh sebuah
kapsul. Gerakan yang terjadi pada sendi facet adalah gliding yang
cukup kecil.
Ligament utama dari tulang lumbal (lumbar spine) sama seperti
yang ada pada cervikal bawah dan tulang thorakal, yaitu ligamentum
longitudinale anterior merupakan ligamen yang tebal dan kuat, dan
berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan ektensi lumbal.
Ligamentum longitudinal posterior ligamen ini sangat sensitif ligamen
ini berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal.
Ligamentum flavum, ligamen ini mengandung lebih banyak serabut
elastin daripada serabut kolagen dibandingkan dengan ligamen-
ligamen lainnya pada vertebra. Ligamen ini mengontrol gerakan fleksi
lumbal. Ligamentum supraspinosus dan interspinosus, ligamen ini
berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal, serta
ligamentum intertransversum yang berfungsi mengontrol gerakan
lateral fleksi kearah kontralateral.

11
Gambar 2.1 Aspek Superior Vertebra Lumbalis (Merrills Tenth
Edition, 2003)

Gambar 2.2 Aspek Lateral Vertebra Lumbalis (Merrills Tenth


Edition, 2003)

12
Gambar 2.3 Aspek Posterior Obliq Vertebra Lumbalis
(Merrills Tenth Edition, 2003)

2.2 Patofisiologi Low Back Pain (LBP)


Low Back Pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha (Rakel, 2002).
LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik
(Maher, Salmond & Pellino, 2002).
Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP
terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
2.2.1 Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang
secara tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara
beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang

13
atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka
traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat
hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada
kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan
spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan
awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian
analgesik.
2.2.2 Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari
3 bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali.
Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada
waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.

2.3 Teknik Pemeriksaan Vertebta Lumbal


2.3.1 Persiapan Pasien
Pasien BAB/BAK lebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan
(bila memungkinkan). Baju yang dipakai pasien (baju dalam dan baju
luar) dilepas, diganti dengan baju pasien dari rumah sakit.
2.3.2 Persiapan Alat
1. Pesawat Sinar X
2. Bucky table atau stasionary grid
3. Kaset ukuran 35 x 43 cm atau 30 x 40 cm
4. Film ukuran 35 x 43 cm atau 30 x 40 cm
5. Marker R atau L
6. Alat fiksasi
7. Processing film

14
2.3.3 Proyeksi Pemeriksaan
1. Proyeksi Anteroposterior (AP)
Posisi Pasien : pada posisi AP supine/recumbent/tiduran, kaki
ditekuk sehingga punggung benar-benar
menempel pada meja pemeriksaan  bila kaki
lurus (ekstensio) maka lengkung lordosis lumbal
akan meningkat sehingga terjadi distorsi gambar.
Posisi Objek : MSP tubuh pada pertengahan meja
pemeriksaan, kedua bahu simetris, kedua lengan
fleksi, tangan berpegangan di atas dada atau
lurus disamping tubuh, tidak ada rotasi pada
pelvis.
Central Ray : vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Center Point : pada MSP tubuh setinggi L4-L5 (crista illiaca) jika
menggunakan kaset 35 x 43 cm. CP setinggi L3
(4 cm diatas crista illiaca) jika menggunakan
kaset 30 x 40 cm.
FFD : 100 cm.
Eksposi : pengeksposan dilakukan ketika pasien ekspirasi
penuh (ekspirasi tahan napas).

Gambar 2.4 Posisi Anteroposterior (AP) (Merrills Tenth


Edition, 2003)

15
A B

Gambar 2.5 Radiograf Posisi Anteroposterior (AP). A,


radiograf tanpa keterangan. B, radiograf dengan
keterangan. (Merrills Tenth Edition, 2003)

2. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien : pasien diposisikan supine/recumbent/tiduran.
Posisi Objek : pasien tidur miring kearah yang sakit, kepala di
beri bantal, hip dan knee di tekuk, kedua knee
saling bertumpuk dan diberi pengganjal
diantaranya, Bagian terbawah thorax diganjal
dengan pengganjal non-opaque sehingga sumbu
panjang vertebra benar-benar horizontal, MCP
pada pertengahan meja, kedua lengan fleksi di
depan tubuh.
Central Ray : bila bagian terbawah thorax diganjal (vertikal
tegak lurus terhadap kaset), bila tidak diganjal
(menyudut 5 derajat ke arah caudad untuk pria
dan 8 derajat ke arah caudad untuk wanita).

16
Center Point : pada MSP tubuh setinggi L4-L5 (crista illiaca) jika
menggunakan kaset 35 x 43 cm. CP setinggi L3
(4 cm diatas crista illiaca) jika menggunakan
kaset 30 x 40 cm.
FFD : 100 cm.

A B

Gambar 2.6 Posisi Lateral. A, arah sinar vertical tegak


lurus kaset. B, arah sinar menyudut. (Merrills Tenth
Edition, 2003)

A B

Gambar 2.7 Radiograf Posisi Lateral. A, ukuran kaset 30 x 40


cm. B, ukuran kaset 35 x 43 cm. (Merrills Tenth Edition, 2003)

17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Paparan Kasus


3.1.1 Identitas Pasien
Sebagai studi kasus di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah
Lamongan, penulis mengambil kasus dari pasien sebagai berikut:
Nama Lengkap : Ny. M
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Takeharjo RT 02 RW 04 Soloku
No. Rekam Medik : 70.83.98
Waktu pemeriksaan : Senin, 27 November 2017, Pukul 10.58.30
Permintaan Foto : Vertebra Lumbal AP/Lateral
Diagnosa/Ket. Klinik : Low Back Pain (LBP)
Dokter Pengirim : dr. Fajar Admayana, Sp.PD

3.1.2 Riwayat Klinis Pasien


Pasien datang ke instalasi radiologi diantar oleh keluarga dengan
membawa surat permintaan foto dari dokter spesialis interne klinik.
Pasien dalam keadaan kooperatif dan merintih kesakitan pada bagian
pinggangnya.

3.1.3 Teknik Pemeriksaan


Dalam pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low Back Pain
(LBP) di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan tidak
memerlukan persiapan khusus cukup dengan memberikan
penjelasan kepada pasien mengenai jalannya pemeriksaan. Pasien
diminta melepaskan benda-benda disekitar obyek pemeriksaan yang
dapat mengganggu gambaran radiograf dengan dibantu oleh
keluarga pasien. Teknik pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan

18
surat permintaan dari dokter pengirim yaitu vertebra lumbal proyeksi
Anteroposterior (AP) dan Lateral.

3.1.4 Pelaksanaan Teknik Pemeriksaan Vertebra Lumbal pada Kasus Low


Back Pain (LBP)
1. Persiapan pasien :
Pasien melepas benda-benda yang dapat mengganggu gambaran
radiograf.
2. Persiapan Alat :
a. Pesawat Sinar X (Digital Radiography)
Merk : GE
Tipe/model : Brivo OEC Flourostar 7900
Jenis alat : X-RAY Digital
Nomor seri : 79-512551
Tahun pemasangan : 2015
kV maksimum : 110 kV
mA/mAs maksimum : 20 mA
b. Tabung Sinar X(insert tube)
Merk : GE
Tipe/model : DF-151R
Nomor seri :4JOD442
Tahun produksi : 2014
c. Meja Pemeriksaan
d. Work Station (Ruang Operator)
e. Film ukuran 26 x 36 cm
f. Printer Film
3. Proteksi Radiasi
Proteksi Radiasi yang diusahakan di Instalasi Radiologi RS
Muhammadiyah Lamongan dalam pemeriksaan vertebra lumbal
pada kasus Low Back Pain (LBP) adalah sebagai berikut:

19
a. Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi selama pemeriksaan
berlangsung adalah dengan berlindung di ruang work station
(ruang operator) yang dindingnya telah dilapisi Pb dan selain
itu yaitu dengan selalu menggunakan film badge selama
bekerja.
b. Proteksi radiasi untuk pasien adalah dengan menghindari
semaksimal mungkin pengulangan foto dan mengatur luas
lapangan penyinaran (kolimasi) secukupnya.
c. Proteksi radiasi untuk masyarakat umum adalah dengan tidak
mengizinkan pihak-pihak yang tidak berkepentingan berada di
ruang pemeriksaan.
4. Proyeksi Pemeriksaan
1. Proyeksi Anteroposterior (AP)
Posisi Pasien : supine di atas meja pemeriksaan, kedua kaki
diatur lurus.
Posisi Objek : MSP tubuh pada pertengahan meja
pemeriksaan, kedua bahu simetris, kedua
lengan lurus disamping tubuh, tidak ada
rotasi pada pelvis.
Central Ray : vertikal tegak lurus terhadap detektor.
Center Point : pada MSP setinggi L3-L4.
FFD : 100 cm.

Gambar 3.1 Posisi Anteroposterior (AP), vertebra


lumbal (RS Muhammadiyah Lamongan, 2017)

20
Gambar 3.2 Radiograf posisi Anteroposterior (AP),
vertebra lumbal (RS Muhammadiyah Lamongan, 2017)

Struktur yang tampak :


a. Tampak profil AP vertebrae lumbal (corpus, intervertebral
disk, processus spinosus, processus transversus).
b. Tampak sacrum, coccyx dan symphisis pubis.
c. Kedua sacroilliaca joint simetris.

2. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien : pasien tidur atau supine di atas meja
pemeriksaan.
Posisi Objek : pasien tidur miring kearah yang sakit, hip
dan knee di tekuk, kedua knee saling
bertumpuk, MCP pada pertengahan meja,
kedua lengan fleksi di depan tubuh.
Central Ray : vertikal tegak lurus terhadap detektor.
Center Point : pada MCP tubuh setinggi crista illiaca.
FFD : 100 cm.

21
Gambar 3.3 Posisi Lateral,vertebra lumbal (RS
Muhammadiyah Lamongan, 2017)

Gambar 3.4 Radiograf Posisi Lateral, vertebra lumbal


(RS Muhammadiyah Lamongan, 2017)

Struktur yang tampak :


a. Tampak vertebra lumbal dari aspek lateral (foramen
intervertebral, intervertebral joint, processus spinosus,
pedicle, corpus, processus articularis).
b. Tampak lumbosacral joint.
c. Tampak sacrum dan coccyx dari aspek lateral.

22
3.2 Pembahasan
3.2.1 Teknik Pemeriksaan Vertebra Lumbal proyeksi Anteroposterior
(AP) dan Lateral pada Kasus Low Back Pain (LBP) di Instalasi
Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan.
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan
pemeriksaan sama halnya dengan pemeriksaan pada umumnya
yaitu memperisapkan alat yang digunakan untuk pemeriksaan. Di
Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan Pesawat sinar-
X yang digunakan adalah pesawat Digital Radiography (DR),
sehingga radiografer tidak perlu mempersiapkan kaset, marker,
ataupun mengatur faktor aksposi (kV, mAs). Radiografer cukup
memilih protokol yang tepat sesuai objek yang akan diperiksa agar
kualitas radiograf yang dihasilkan sesuai standar yang diinginkan.
Untuk persiapan pasien, tidak ada persiapan khusus kecuali
memastikan tidak ada benda-benda yang dapat mengganggu
gambaran radiograf di sekitar bagian tubuh pasien yang akan di
foto khususnya pada bagian sekitar perut dan mengganti dengan
baju pasien yang sudah di sediakan. Dalam posedur pemeriksaan,
ada perbedaan antara teori (Merrills Tenth Edition, 2003) dengan
pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Radiologi RS
Muhammadiyah Lamongan yaitu dalam hal persiapan objek atau
posisi objek.
Pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low Back Pain
(LBP) di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan dalam
proyeksi Anteroposterior (AP) genu pasien tidak di fleksikan jadi
kurvatura vertebra lumbal tidak sesuai dengan posisi anatomi dan
cenderung terlalu lordotic, dan pada proyeksi Lateral di bagian
terbawah thorax dan genu tidak diberi pengganjal, diberi
pengganjal bertujuan untuk mendapatkan garis vertebra yang
horizontal. Jika bagian terbawah thorax dan genu tidak diberi
pengganjal maka arah sinar harus menyudut jika pria 5 derajat

23
kearah caudad dan wanita 8 derajat kearah caudad karena
tergantung ukuran pelvis pada anatomi, namun arah sinar vertikal
tegak lurus terhadap detektor.

3.2.2 Alasan Pemeriksaan Vertebra Lumbal pada kasus Low Back Pain
(LBP)di RS Muhammadiyah Lamongan pada proyeksi
Anteroposterior (AP) kedua genu tidak sedikit fleksi dan proyeksi
Lateral di bagian terbawah thorax dan genu tidak diberi
pengganjal.
Pada pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low Back
Pain (LBP) pada proyeksi Anteroposterior (AP) kedua genu tidak
sedikit fleksi dan proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan
diantara kedua genu tidak diberi pengganjal karena beberapa
alasan:
a. Untuk proyeksi Anteroposterior (AP) kedua genu tidak sedikit
di fleksikan karena tergantung kondisi pasiennya. Jika pasien
tidak kesakitan maka kedua genu bisa difleksikan, jika
kesakitan maka kedua kaki lurus.
b. Untuk proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan diantara
kedua genu tidak diberi pengganjal karena persiapan pasien
terlalu lama dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada
hasil radiograf.
c. Gambaran radiograf sudah cukup untuk menegakkan
diagnosa.

24
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dari masalah dalam kasus ini,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
4.1.1 Teknik pemeriksaan pada kasus Low Back Pain (LBP) pada
Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan adalah
proyeksi Anteroposterior (AP) genu pasien tidak di fleksikan dan
pada proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan genu tidak
diberi pengganjal.
4.1.2 Pada proyeksi Anteroposterior (AP) kedua genu tidak di fleksikan
karena tergantung kondisi pasiennya. Jika pasien tidak kesakitan
maka kedua genu bisa difleksikan, jika kesakitan maka kedua
kaki lurus. Pada proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan
diantara kedua genu tidak diberi pengganjal karena persiapan
pasien terlalu lama dan tidak ada perbedaan yang signifikan
pada hasil radiograf.

4.2 Saran
4.2.1 Pada proyeksi Anteroposterior (AP) pada kasus Low Back Pain
(LBP) sebaiknya kedua genu sedikit fleksi agar kurvatura
vertebra lumbal sesuai dengan posisi anatominya dan diskus
intervertebral lebih membuka.
4.2.2 Pada proyeksi Lateral apabila arah sinar vertikal tegak lurus
terhadap detektor sebaiknya pasien diberi bantal dan pada
bagian terbawah thorax serta diantara kedua genu diberi
pengganjal agar mendapatkan garis vertebra yang horizontal,
bila tidak diberi pengganjal arah sinar dapat disudutkan 5 derajat

25
ke arah caudad untuk pria dan 8 derajat ke arah caudad untuk
wanita.

26
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Kenneth L. 2010. Textbook of Radiographic Positioning and Related


Anatomy. Missouri: Mosby, Inc.

Merrill, Vinita, et.al. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic Positions & Radiologic
Procedures. Missouri: Mosby, Inc.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24616/Chapter%20II.pdf;s
equence=4. Diunduh pada 14 November 2017.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56213/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y. Diunduh pada 18 November 2017.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Keselematan dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional. Dalam https://jdih.bapeten.go.id/files/1_000155_1.pdf. Diunduh
pada 27 November 2017.

27
LAMPIRAN

Lampiran 1

28
Lampiran 2

29

Anda mungkin juga menyukai