Disusun oleh :
KARIN FEBRITA ANDRYANI
NIM. 16.010.46
M. Ariful Efendi
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “TEKNIK
PEMERIKSAAN VERTEBRA LUMBAL PROYEKSI ANTEROPOSTERIOR
(AP) DAN LATERAL PADA KASUS Low Back Pain (LBP) DI INSTALASI
RADIOLOGI RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN”
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik Kerja
Lapangan I semester III Prodi D-III Teknik Rontgen STIKES Widya
Husada Semarang, yang bertempat di Instalasi Radiologi RS
Muhammadiyah Lamongan. Laporan ini terwujud dengan baik berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Nanik Suraningsih, S.ST, M.Kes selaku Ketua Prodi DIII TRO
STIKES Widya Husada Semarang.
2. Bapak M. Ariful Effendi selaku Ketua Instalasi Radiologi dan Clinical
Instruktur PKL I di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan.
3. Seluruh Dokter Spesialis Radiologi, Radiografer dan Staf Instalasi
Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan.
4. Seluruh Dosen dan Staf Prodi DIII TRO STIKES Widya Husada
Semarang.
5. Pihak-pihak lain yang terlibat dan membantu dalam penulisan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan di laporan berikutnya. Penulis berharap semoga laporan kasus
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
3
Semarang, 27 November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................. i
Halaman Persetujuan ................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................. iii
Daftar Isi ....................................................................................................... iv
Daftar Gambar .............................................................................................. v
Daftar Lampiran ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Vertebra Lumbal .................................................. 4
2.2 Patofisiologi Low Back Pain (LBP) ..................................... 8
2.3 Teknik Pemeriksaan Vertebra Lumbal ............................... 9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Paparan Kasus ................................................................... 13
3.2 Pembahasan ..................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................... 20
4.2 Saran ................................................................................. 20
Daftar Pustaka .............................................................................................. 22
4
Lampiran ...................................................................................................... 23
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
5
Lampiran 2 Hasil Bacaan Dokter (RSML, 2017) .......................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
6
Vertebra lumbal merupakan tulang vertebra terbesar. Vertebra ini
adalah yang terkuat di Columna Vertebra karena beban berta badan
meningkat menuju bawah bagian akhir vertebra. Karena alasan ini, diskus
tulang rawan antara vertebra lumbalis inferior adalah lokasi umum terjadi
cedera dan proses patologis (Bontrager, 2010).
Low Back Pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut
bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri
juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal
paha (Rakel, 2002).
Dalam laporan kasus ini penulis fokus pada pemeriksaan vertebra
lumbal pada kasus Low Back Pain (LBP). Secara teori ada dua proyeksi
dasar yang digunakan dalam pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low
Back Pain (LBP) yaitu, Anteroposterior (AP) dengan genu sedikit fleksi
bertujuan untuk mendapatkan kurvatura vertebra lumbal sesuai dengan
posisi anatomi, dan Lateral di bagian terbawah thorax dan genu diberi
pengganjal bertujuan untuk mendapatkan garis vertebra yang horizontal.
Namun pada pelaksanaanya di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah
Lamongan untuk pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low Back Pain
(LBP) pada proyeksi Anteroposterior (AP) kedua genu tidak sedikit fleksi dan
proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan genu tidak diberi pengganjal.
7
1.2.1. Bagaimana teknik pemeriksaan vertebra lumbal proyeksi
Anteroposterior (AP) dan Lateral pada kasus Low Back Pain (LBP) di
Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan?
1.2.2. Mengapa pada pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low Back
Pain (LBP) di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan pada
proyeksi Anteroposterior (AP) kedua genu tidak sedikit fleksi dan
proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan genu tidak diberi
pengganjal?
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
lumbal menghasilkan dominan gerak yang luas yaitu fleksi - ekstensi
lumbal.
2.1.3 Lumbosacral Joint
L5-S1 merupakan daerah yang menerima beban sangat berat
mengingat lumbal mempunyai gerak yang luas sementara sacrum rigid
(kaku). Akibatnya lumbosacral joint menerima beban gerakan dan
berat badan paling besar pada regio lumbal.
2.1.4 Diskus Intervertebralis
Diantara dua corpus vertebra dihubungkan oleh diskus
intervertebralis, merupakan fibrocartilago kompleks yang membentuk
artikulasi antara corpus vertebra, dikenal sebagai symphisis joint.
Diskus intervertebralis pada orang dewasa memberikan kontribusi
sekitar ¼ dari tinggi spine. Diskus juga dapat memungkinkan gerak
yang luas pada vertebra.
Setiap diskus terdiri atas 2 komponen yaitu; Nukleus pulposus
yang merupakan substansia gelatinosa yang berbentuk jelly
transparan, mengandung 90% air, dan sisanya adalah collagen dan
proteoglycans yang merupakan unsur-unsur khusus yang bersifat
mengikat atau menarik air. Yang kedua Annulus fibrosus yang
tersusun oleh sekitar 90 serabut konsentrik jaringan collagen, secara
mekanis annulus fibrosus berperan sebagai coiled spring (gulungan
pegas) terhadap beban tension dengan mempertahankan corpus
vertebra secara bersamaan melawan tahanan dari nukleus pulposus
yang bekerja seperti bola. Diskus intervetebralis akan mengalami
pembebanan pada setiap perubahan postur tubuh. Tekanan yang
timbul pada pembebanan diskus intervertebralis disebut tekanan
intradiskal.
Menurut Nachemson (1964), tekanan intradiskal berhubungan
berat dengan perubahan postur tubuh. Nachemson meneliti tekanan
intradiskal pada lumbal yaitu pada L3-L4 karena L3-L4 menerima
beban intradiskal yang terbesar pada regio lumbal.
10
Dari penelitian Nachemson menunjukan bahwa tekanan
intradiskal saat berbaring antara 15 – 25 kp dan tidur miring menjadi 2
x lebih besar dari berbaring. Pada saat berdiri tekanan intradiskal
sekitar 100 kp dan tekanan tersebut menjadi lebih besar saat duduk
tegak yaitu 150 kp. Peningkatan tekanan terjadi saat berdiri
membungkuk dari 100 kp menjadi 140 kp, begitu pula saat duduk
membungkuk tekanan intradiskal meningkat menjadi 160 kp.
Peningkatan tekanan dapat mencapai 200 kp lebih jika mengangkat
barang dalam posisi berdiri membungkuk dan duduk membungkuk.
2.1.5 Facet Joint
Sendi facet dibentuk oleh processus articularis superior dari
vertebra bawah dengan processus articularis inferior dari vertebra
atas. Sendi facet termasuk dalam non-axial diarthrodial joint. Setiap
sendi facet mempunyai cavitas articular dan terbungkus oleh sebuah
kapsul. Gerakan yang terjadi pada sendi facet adalah gliding yang
cukup kecil.
Ligament utama dari tulang lumbal (lumbar spine) sama seperti
yang ada pada cervikal bawah dan tulang thorakal, yaitu ligamentum
longitudinale anterior merupakan ligamen yang tebal dan kuat, dan
berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan ektensi lumbal.
Ligamentum longitudinal posterior ligamen ini sangat sensitif ligamen
ini berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal.
Ligamentum flavum, ligamen ini mengandung lebih banyak serabut
elastin daripada serabut kolagen dibandingkan dengan ligamen-
ligamen lainnya pada vertebra. Ligamen ini mengontrol gerakan fleksi
lumbal. Ligamentum supraspinosus dan interspinosus, ligamen ini
berperan sebagai stabilisator pasif saat gerakan fleksi lumbal, serta
ligamentum intertransversum yang berfungsi mengontrol gerakan
lateral fleksi kearah kontralateral.
11
Gambar 2.1 Aspek Superior Vertebra Lumbalis (Merrills Tenth
Edition, 2003)
12
Gambar 2.3 Aspek Posterior Obliq Vertebra Lumbalis
(Merrills Tenth Edition, 2003)
13
atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka
traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat
hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak
jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada
kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan
spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan
awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan pemakaian
analgesik.
2.2.2 Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari
3 bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali.
Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada
waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.
14
2.3.3 Proyeksi Pemeriksaan
1. Proyeksi Anteroposterior (AP)
Posisi Pasien : pada posisi AP supine/recumbent/tiduran, kaki
ditekuk sehingga punggung benar-benar
menempel pada meja pemeriksaan bila kaki
lurus (ekstensio) maka lengkung lordosis lumbal
akan meningkat sehingga terjadi distorsi gambar.
Posisi Objek : MSP tubuh pada pertengahan meja
pemeriksaan, kedua bahu simetris, kedua lengan
fleksi, tangan berpegangan di atas dada atau
lurus disamping tubuh, tidak ada rotasi pada
pelvis.
Central Ray : vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Center Point : pada MSP tubuh setinggi L4-L5 (crista illiaca) jika
menggunakan kaset 35 x 43 cm. CP setinggi L3
(4 cm diatas crista illiaca) jika menggunakan
kaset 30 x 40 cm.
FFD : 100 cm.
Eksposi : pengeksposan dilakukan ketika pasien ekspirasi
penuh (ekspirasi tahan napas).
15
A B
2. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien : pasien diposisikan supine/recumbent/tiduran.
Posisi Objek : pasien tidur miring kearah yang sakit, kepala di
beri bantal, hip dan knee di tekuk, kedua knee
saling bertumpuk dan diberi pengganjal
diantaranya, Bagian terbawah thorax diganjal
dengan pengganjal non-opaque sehingga sumbu
panjang vertebra benar-benar horizontal, MCP
pada pertengahan meja, kedua lengan fleksi di
depan tubuh.
Central Ray : bila bagian terbawah thorax diganjal (vertikal
tegak lurus terhadap kaset), bila tidak diganjal
(menyudut 5 derajat ke arah caudad untuk pria
dan 8 derajat ke arah caudad untuk wanita).
16
Center Point : pada MSP tubuh setinggi L4-L5 (crista illiaca) jika
menggunakan kaset 35 x 43 cm. CP setinggi L3
(4 cm diatas crista illiaca) jika menggunakan
kaset 30 x 40 cm.
FFD : 100 cm.
A B
A B
17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
surat permintaan dari dokter pengirim yaitu vertebra lumbal proyeksi
Anteroposterior (AP) dan Lateral.
19
a. Proteksi radiasi untuk pekerja radiasi selama pemeriksaan
berlangsung adalah dengan berlindung di ruang work station
(ruang operator) yang dindingnya telah dilapisi Pb dan selain
itu yaitu dengan selalu menggunakan film badge selama
bekerja.
b. Proteksi radiasi untuk pasien adalah dengan menghindari
semaksimal mungkin pengulangan foto dan mengatur luas
lapangan penyinaran (kolimasi) secukupnya.
c. Proteksi radiasi untuk masyarakat umum adalah dengan tidak
mengizinkan pihak-pihak yang tidak berkepentingan berada di
ruang pemeriksaan.
4. Proyeksi Pemeriksaan
1. Proyeksi Anteroposterior (AP)
Posisi Pasien : supine di atas meja pemeriksaan, kedua kaki
diatur lurus.
Posisi Objek : MSP tubuh pada pertengahan meja
pemeriksaan, kedua bahu simetris, kedua
lengan lurus disamping tubuh, tidak ada
rotasi pada pelvis.
Central Ray : vertikal tegak lurus terhadap detektor.
Center Point : pada MSP setinggi L3-L4.
FFD : 100 cm.
20
Gambar 3.2 Radiograf posisi Anteroposterior (AP),
vertebra lumbal (RS Muhammadiyah Lamongan, 2017)
2. Proyeksi Lateral
Posisi Pasien : pasien tidur atau supine di atas meja
pemeriksaan.
Posisi Objek : pasien tidur miring kearah yang sakit, hip
dan knee di tekuk, kedua knee saling
bertumpuk, MCP pada pertengahan meja,
kedua lengan fleksi di depan tubuh.
Central Ray : vertikal tegak lurus terhadap detektor.
Center Point : pada MCP tubuh setinggi crista illiaca.
FFD : 100 cm.
21
Gambar 3.3 Posisi Lateral,vertebra lumbal (RS
Muhammadiyah Lamongan, 2017)
22
3.2 Pembahasan
3.2.1 Teknik Pemeriksaan Vertebra Lumbal proyeksi Anteroposterior
(AP) dan Lateral pada Kasus Low Back Pain (LBP) di Instalasi
Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan.
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan
pemeriksaan sama halnya dengan pemeriksaan pada umumnya
yaitu memperisapkan alat yang digunakan untuk pemeriksaan. Di
Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan Pesawat sinar-
X yang digunakan adalah pesawat Digital Radiography (DR),
sehingga radiografer tidak perlu mempersiapkan kaset, marker,
ataupun mengatur faktor aksposi (kV, mAs). Radiografer cukup
memilih protokol yang tepat sesuai objek yang akan diperiksa agar
kualitas radiograf yang dihasilkan sesuai standar yang diinginkan.
Untuk persiapan pasien, tidak ada persiapan khusus kecuali
memastikan tidak ada benda-benda yang dapat mengganggu
gambaran radiograf di sekitar bagian tubuh pasien yang akan di
foto khususnya pada bagian sekitar perut dan mengganti dengan
baju pasien yang sudah di sediakan. Dalam posedur pemeriksaan,
ada perbedaan antara teori (Merrills Tenth Edition, 2003) dengan
pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Radiologi RS
Muhammadiyah Lamongan yaitu dalam hal persiapan objek atau
posisi objek.
Pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low Back Pain
(LBP) di Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan dalam
proyeksi Anteroposterior (AP) genu pasien tidak di fleksikan jadi
kurvatura vertebra lumbal tidak sesuai dengan posisi anatomi dan
cenderung terlalu lordotic, dan pada proyeksi Lateral di bagian
terbawah thorax dan genu tidak diberi pengganjal, diberi
pengganjal bertujuan untuk mendapatkan garis vertebra yang
horizontal. Jika bagian terbawah thorax dan genu tidak diberi
pengganjal maka arah sinar harus menyudut jika pria 5 derajat
23
kearah caudad dan wanita 8 derajat kearah caudad karena
tergantung ukuran pelvis pada anatomi, namun arah sinar vertikal
tegak lurus terhadap detektor.
3.2.2 Alasan Pemeriksaan Vertebra Lumbal pada kasus Low Back Pain
(LBP)di RS Muhammadiyah Lamongan pada proyeksi
Anteroposterior (AP) kedua genu tidak sedikit fleksi dan proyeksi
Lateral di bagian terbawah thorax dan genu tidak diberi
pengganjal.
Pada pemeriksaan vertebra lumbal pada kasus Low Back
Pain (LBP) pada proyeksi Anteroposterior (AP) kedua genu tidak
sedikit fleksi dan proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan
diantara kedua genu tidak diberi pengganjal karena beberapa
alasan:
a. Untuk proyeksi Anteroposterior (AP) kedua genu tidak sedikit
di fleksikan karena tergantung kondisi pasiennya. Jika pasien
tidak kesakitan maka kedua genu bisa difleksikan, jika
kesakitan maka kedua kaki lurus.
b. Untuk proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan diantara
kedua genu tidak diberi pengganjal karena persiapan pasien
terlalu lama dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada
hasil radiograf.
c. Gambaran radiograf sudah cukup untuk menegakkan
diagnosa.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dari masalah dalam kasus ini,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
4.1.1 Teknik pemeriksaan pada kasus Low Back Pain (LBP) pada
Instalasi Radiologi RS Muhammadiyah Lamongan adalah
proyeksi Anteroposterior (AP) genu pasien tidak di fleksikan dan
pada proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan genu tidak
diberi pengganjal.
4.1.2 Pada proyeksi Anteroposterior (AP) kedua genu tidak di fleksikan
karena tergantung kondisi pasiennya. Jika pasien tidak kesakitan
maka kedua genu bisa difleksikan, jika kesakitan maka kedua
kaki lurus. Pada proyeksi Lateral di bagian terbawah thorax dan
diantara kedua genu tidak diberi pengganjal karena persiapan
pasien terlalu lama dan tidak ada perbedaan yang signifikan
pada hasil radiograf.
4.2 Saran
4.2.1 Pada proyeksi Anteroposterior (AP) pada kasus Low Back Pain
(LBP) sebaiknya kedua genu sedikit fleksi agar kurvatura
vertebra lumbal sesuai dengan posisi anatominya dan diskus
intervertebral lebih membuka.
4.2.2 Pada proyeksi Lateral apabila arah sinar vertikal tegak lurus
terhadap detektor sebaiknya pasien diberi bantal dan pada
bagian terbawah thorax serta diantara kedua genu diberi
pengganjal agar mendapatkan garis vertebra yang horizontal,
bila tidak diberi pengganjal arah sinar dapat disudutkan 5 derajat
25
ke arah caudad untuk pria dan 8 derajat ke arah caudad untuk
wanita.
26
DAFTAR PUSTAKA
Merrill, Vinita, et.al. 2003. Merrill’s Atlas of Radiographic Positions & Radiologic
Procedures. Missouri: Mosby, Inc.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/24616/Chapter%20II.pdf;s
equence=4. Diunduh pada 14 November 2017.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56213/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y. Diunduh pada 18 November 2017.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Keselematan dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional. Dalam https://jdih.bapeten.go.id/files/1_000155_1.pdf. Diunduh
pada 27 November 2017.
27
LAMPIRAN
Lampiran 1
28
Lampiran 2
29