Anda di halaman 1dari 26

PENATALAKSANAAN PEMERIKSAAN RADIOGRAFI

ANTEBRACHII DENGAN KASUS FRAKTUR DI INSTALASI


RADIOLOGI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU

Laporan Kasus

Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Kerja Lapangan 1

Oleh :

TENGKU IMAM MAULANA


19002054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK RADIOLOGI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AWAL BROS PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat yang

dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus

Penatalaksanaan Teknik Radiografi Antebrachii dengan Kasus Fraktur di Instalasi

Radiologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau ini.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek

Kerja Lapangan (PKL) 1 Semester III Prodi DIII Radiologi STIKes Awal Bros

Pekanbaru, yang bertempat di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad Provinsi

Riau.

Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Mam Shelly Angella, M.Tr, Kes selaku Ketua Program Studi DIII Teknik

Radiologi STIKes Awal Bros Pekanbaru

2. Bapak Roikhan Ardhi, AMR selaku Clinical Instructure (CI) Praktek

Kerja Lapangan 1 di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

3. Seluruh Radiografer dan Staff Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad

Provinsi Riau

4. Ibu Annisa, S.Tr. Rad selaku Supervisor Institusi

5. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan kasus ini

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan

laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang

i
membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis

juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Pekanbaru, 20 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3
1.4.1 Bagi Peneliti .......................................................................... 3
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian........................................................ 3
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan..................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Anatomi ............................................................................................ 4
2.2 Fisiologi ............................................................................................. 7
2.3 Patologi ............................................................................................. 8
2.4 Teknik Pemeriksaan ........................................................................ 9

BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil .................................................................................................. 13
3.1.1 Persiapan Alat dan Bahan .................................................. 13
3.1.2 Data Pasien ........................................................................... 14
3.1.3 Persiapan Pasien .................................................................. 15
3.1.4 Teknik Pemeriksaan ............................................................ 15
3.1.5 Hasil Radiograf .................................................................... 16
3.2 Pembahasan ..................................................................................... 17

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 19
4.2 Saran ................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Anatomi Antebrachii................................................................. 4


Gambar 2.2 Posisi Antero Posterior (AP) ................................................... 10
Gambar 2.3 Hasil Radiografi Posisi Antreo Posterior (AP) ........................ 11
Gambar 2.4 Posisi Lateral ............................................................................ 12
Gambar 2.5 Hasil Radiograf Posisi Lateral ................................................. 12
Gambar 3.1 Pesawat Rontgen ...................................................................... 13
Gambar 3.2 Kaset ......................................................................................... 14
Gambar 3.3 Digital Radiography.................................................................. 14
Gambar 3.4 Hasil Radiograf Ny Tn. FP ....................................................... 16

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sinar-X merupakan pancaran gelombang gelektromagnetik yang

sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi

dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar-X bersifat heterogen,

panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan antara sinar-X

dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang,

dimana panjang gelombang sinar-X sangat pendek,yaitu hanya 1/10.000

panjang gelombang cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombang yang

pendek itu, makasinar-X dapat menembus benda-benda (Sjahriar, 2009).

Pemeriksaan radiologi merupakan salah satu penunjang diagnosa

selain pemeriksaan laboratorium mikrobiologi dman lain-lain. Pemanfaatan

sinar-X dalam radiodiagnostik sangat menunjang untuk memperkuat

diagnosa. Oleh karena itu diperlukan suatu radiograf yang baik, sehingga

dapat dijadikan sebagai penunjang diagnosa terhadap suatu penyakit yang

diderita oleh suatu pasien (Bontrager, 2014).

Dalam dunia kedokteran salah satu penunjang medis yang diperlukan

dapat untuk mendiagnosa untuk menegakkan salah satu nya adalah bagian

radiologi. Radiologi mampu membantu menegakkan diagnosa dengan

memanfaatkan sinar X (sinar rontgen) yang hasilnya berupa citra radiograf

yaitu dapat memberikan informasi semaksimal mungkin tanpa harus

1
melakukan pengulangan foto yang dapat menambah dosis pada pasien

(Bawosucito, 2016).

Salah satu pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan pada tulang

antebrachii. Antebrachii adalah tulang yang membentuk lengan bawah terdiri

dari os ulna dan os radius yang terletak berdampingan. Tulang radius terletak

di bagian lateral lengan bawah, sejajar dengan kedudukan ibu jari. Oleh

karena itu lengan bawah bagian lateral disebut juga dengan radial. Di pihak

lain, os ulna berkedudukan sejajar dengan jari kelingking sehingga bagian

lengan ini disebut juga bagian medial (Wibowo & Paryana, 2009).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengambil

judul “Penatalaksanaan pemeriksaan antebrachii dengan klinis fraktur di

Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut :

1.2.1 Apa pengertian dari fraktur?

1.2.2 Bagaimana patofisiologi fraktur?

1.2.3 Bagaimana prosedur pemeriksaan radiografi antebrachii dengan klinis

fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan

penelitian adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari fraktur

2
1.3.2 Untuk mengetahui patofisiologi fraktur

1.3.3 Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan antebrachii dengan klinis

fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi penulis

Menambah informasi dan wawasan tentang prosedur

penatalaksanaan pemeriksaan radiografi antebrachii dengan klinis

fraktur dan kriteria gambaran yang baik dan benar pada pemeriksaan

tersebut.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan menjadi suatu masukan dalam upaya peningkatan

kualitas pelayanan kesehatan di Instalasi Radiologi RSUD Arifin

Achmad Provinsi Riau.

1.4.3 Bagi STIKes Awal Bros Pekanbaru

Menambah pustaka laporan kasus tentang penatalaksanaan

pemeriksaan radiografi antebrachi dengan klinis fraktur.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Antebrachii adalah tulang yang membentuk lengan bawah terdiri dari

os ulna dan os radius yang terletak berdampingan. Tulang radius terletak di

bagian lateral lengan bawah, sejajar dengan kedudukan ibu jari. Oleh karena

itu lengan bawah bagian lateral disebut juga dengan radial. Di pihak lain, os

ulna berkedudukan sejajar dengan jari kelingking sehingga bagian lengan ini

disebut juga bagian medial (Wibowo & Paryana, 2009).

Gambar 2.1 Anatomi Os Antebrachii

2.1.1 Radius

Radius adalah tulang lateral lengan bawah. Ujung atasnya

bersendi dengan humerus pada articulation cubiti dengan ulna pada

articulation radioulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi dengan os

4
scaphoideum dan lunatum pada articulation carpalis dan dengan ulna

pada articulation radioulnaris distal. Pada ujung atas radius terdapat

caput yang berbentuk bulat kecil (Helen, 2012).

2.1.1.1 Ujung atas radius

Radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk

kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan

kapitulum dari humerus. Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan

takik radial dari ulna. Di bawah kepala terletak leher, dan di

bawah serta di sebelah proksimal dari leher ada tuberositas radii,

yang dikaitkan pada tendon dari insersi otot bisep (Pearce C.

Evelyn, 2009).

2.1.1.2 Batang radius

Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar

daripada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah.

Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam

beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan

kepada flexor pronator yang letaknya dalam di sebelah posterior

memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam

lengan bawah dan tangan ligamentum interosa berjalan dari

radus ke ulna dan memisahkan otot belakang dari yangdepan

lengan bawah (Pearce C. Evelyn, 2009).

5
2.1.1.3 Ujung bawah radius

Agar berbentuk segi empat dan masuk dalam formasi

dua buah sendi. Persendian anterior dari ujung bawah radius

bersendi dengan skafoid (os navikular radii) dan tulang

semilunar (linatum) dalam formasi persendian pergelangan

tangan. Permukaan di sebelah proksimal dari ujung bawah

bersendi dengan kepala dari ulna dalam formasi persendian

radio-ulnar inferor. Sebelah lateral dari ujung bawah

diperpanjang ke bawah menjadi prosesus stiloid radius (Pearce

C. Evelyn, 2009).

2.1.2 Ulna

Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang

mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang

sebelah proksimal dan lengan bawah dan lebih panjang dari radius atau

tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah (Helen,

2012).

2.1.2.1 Ujung atas ulna

Kuat dan tebal, dan masuk dalam formasi sendi siku.

Prosesus olekranon menonjol ke atas di sebelah belakang dan

tepat masuk di dalam fossa olekranon dari humerus. Prosesus

koronoideus dari ulna menonjol di depannya, lebih kecil dari

pada prosesus olekranon dan tepat masuk di dalam fossa

koronoid dari humerus bila siku dibengkokan (Helen, 2012).

6
2.1.2.2 Batang ulna

Semakin mendekati ujung bawah makin mengecil.

Memberi ikatan kepada otot yang mengendalikan gerakan dari

pergelangan tangan dan jari. Otot-otot flexor dating dari

permukaan anterior dan otot-otot extensor dari permukaan

posterior. Otot yang mengadakan pronasi atau perputaran ke

depan, dan otot yang mengadan supinasi atau putaran ke

belakang dari lengan bawah juga dikaitkan kepada batang ulna

(Helen, 2012).

2.1.2.3 Ujung bawah ulna

Dua dimensi atau peninggian tembok di atasnya. Sebuah

eminensi kecil bundar, kepala ulna, mengadakan sendi dengan

sisi proksimal dari ujung bawah radius dalam formasi

persendian radio-ulnaris inferior. Sebuah prosesus runcing,

prosesus stiloideus menonjol ke bawah dari belakang ujung

bawah (Helen, 2012).

2.2 Fisiologi

1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan

jaringan lunak.

3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan

pergerakan).

7
4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang

(hematopoiesis).

5. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

2.3 Patologi

Pemeriksaan Ossa Antebrachii ditujukan untuk indikasi patologis

sebagai berikut :

2.3.1 Fraktur

Fraktur adalah patah tulang. Ini dapat berkisar dari retakan tipis

hingga patah. Patah tulang bisa melintang, memanjang di beberapa

tempat, atau menjadi beberapa bagian. Biasanya, patah tulang terjadi

ketika tulang dipengaruhi oleh kekuatan atau tekanan lebih dari yang

dapat didukung (Penny Ursula, 2018).

2.3.1.1 Jenis-jenis fraktur

1. Fraktur komplit

Fraktur komplit yaitu bila garis patah melalui seluruh

penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang.

2. Fraktur tidak komplit

Fraktur tidak komplit yaitu bila garis patah tidak

melalui seluruh penampang tulang.

2.3.1.2 Garis fraktur

1. Fraktur transversal yaitu fraktur yang arahnya melintang pada

tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

8
2. Fraktur oblik yaitu fraktur yang arah garis patahnya

membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan

akibat trauma angulasi juga.

3. Fraktur spiral yaitu fraktur yang arah garis patahnya

berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.

4. Fraktur kompresi yaitu fraktur yang terjadi karena trauma

aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5. Fraktur avulsi yaitu fraktur yang diakibatkan karena trauma

tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

2.3.1.3 Lokasi fraktur

1. 1/3 Proximal

2. 1/3 Medial

3. 1/3 Distal

2.4 Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan

Menurut Franket et all (2012) dalam Buku Merrill’s Atlast Of

Radiographic Positining And Procedures, bahwa Pemeriksaan ossa

antebrachii adalah pemeriksaan secara radiologi dengan menggunakan sinar-

X untuk mendiagnosa adanya kelainan pada ossa antebrachii. Posisi yang

rutin dilakukanya itu proyeksi Antero Posterior (AP) dan Lateral.

1. Proyeksi Antero Posterior (AP)

a. Posisi Pasien : Pasien duduk menghadap meja pemeriksaan, dengan

tangan di atas meja pemeriksaan full ektensi

9
b. Posisi Obyek : Kedua lengan lurus di atas kaset, atur ossa antebrachii

true AP dengan cara mengukur ketinggian yang sama kedua epicondilus

dengan permukaan kaset, gunakan alat fiksasi pada ujung jari tangan,

gunakan selalu apron pada pasien

c. Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.

d. Central Point : Pada pertengahan antebrachii

e. FFD : 90 cm

f. Kolimasi : Batas atas 1/3 distal os humerus dan batas bawah 1/3

proksimal carpal

Gambar 2.2 proyeksi AP

g. Kriteria Radiograf

1) Tampak os radius dan os ulna dalam posisi tidak superposisi

2) Tampak batas bawah adalah gambaran wrist joint dan batas atas

elbow joint

3) Caput radius, ulna dan collum radius dan ulna saling overlaping

4) Epicondilus proksimal dan lateral os humerus tidak mengalami

elongasi dan foreshotened

10
Gambar 2.3 Hasil Radiograf Proyeksi AP

2. Proyeksi Lateral

a. Posisi Pasien : Posisi duduk menyamping meja pada pemeriksaan.

b. Posisi Obyek : Atur lengan bawah fleksi 90 derajat dengan lengan atas

dengan tepi ulna menempel kaset, gunakan alat fiksasi pada ujung jari

tangan, gunakan selalu apron pada pasien.

c. Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.

d. Central Point : Pada mid antebrachii

e. FFD : 90 cm

f. Kolimasi : Batas atas 1/3 distal os humerus dan batas bawah 1/3

proksimal carpal

11
Gambar 2.4 Proyeksi Lateral

g. Kriteria Radiograf

1) Radius dan ulna tampak superposisi pada bagian distal dengan batas

atas elbow joint dan batas bawah wrist joint masuk dalam film

2) Caput Radii dan Prosesus Coronoid superposisi

3) Epicondilus humerus superposisi

4) Elbow kelihatan fleksi

5) Soft tissue dan Trabecula tampak dalam gambaran radiogra

Gambar 2.5 Hasil Radiograf Proyeksi Lateral

12
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Alat dan Bahan

3.1.1.1 Pasawat Rontgen

Adapun spesifikasi dari pesawat radiologi yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Merk Pesawat : SIEMENS

2. kV Maksimum : 150 kV

Gambar 3.1.Pesawat rontgen

3.1.1.2 Kaset

Kaset radiografi konvensional adalah alat yang

didalamnya terdapat screen, screen ini berfungsi untuk

mengubah sinar-x menjadi cahaya tampak yang nantinya akan

berinteraksi dengan film radiografi sehingga terjadilah

penghitaman pada film.

13
Gambar 4.2 Kaset

3.1.1.3 Computed Radiography

Computed Radiography adalah alat perlengkapan X-

ray yang digunakan untuk memproses digitalisasi gambar

yang menggunakan lembar atau photostimulable plate untuk

akusisi data gambar. Adapun spesifikasi dari computed

radiography yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Gambar 4.4. Computed Radiography

3.1.2 Data Pasien

Setelah semua alat dan bahan tersedia, selanjutnya dilanjutkan

dengan mengumpulkan data pasien pada pemeriksaan antebrachii

dengan klinis fraktur, yaitu :

14
a. Nama : Tn. FP

b. Umur/ Jenis kelamin : 17 Tahun/ Laki-laki

c. Klinis : Multiple Trauma

d. Tanggal pemeriksaan : 07 Agustus 2021

e. Pemeriksaan : Antebrachii AP/ Lat

3.1.3 Persiapan pasien

Sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi terhadap pasien,

dilakukan identifikasi pasien dengan mencocokkan data pasien sesuai

dengan form permintaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari

kesalahan-kesalahan dalam pemeriksaan. Pemeriksaan antebrachii

tidak memerlukan persiapan khusus, pasien datang ke instalasi

radiologi dan langsung dapat dilakukan pemeriksaan. Namun pasien

dianjurkan untuk melepaskan benda-benda logam pada bagian lengan

seperti jam tangan dan gelang.

3.1.4 Teknik pemeriksaan

1. Proyeksi Posterior Anterior (PA)

a. Posisi Pasien : Pasien duduk menyamping meja pemeriksaan,

dengan tangan di atas meja pemeriksaan.

b. Posisi Obyek : Lengan diletakkan di atas kaset, atur ossa

antebrachii true PA.

c. Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

d. Central Point : Pada pertengahan antebrachii

e. FFD : 100 cm

15
f. Kolimasi : Batas atas 1/3 distal os humerus dan batas bawah 1/3

proksimal carpal

2. Proyeksi Lateral

a. Posisi Pasien : Posisi duduk menyamping meja pada

pemeriksaan

b. Posisi Obyek : Atur lengan bawah fleksi 90 derajat dengan

lengan atas dengan tepi ulna menempel kaset

c. Central Ray : Vertikal tegak lurus terhadap kaset

d. Central Point : Pada mid antebrachii

e. FFD : 100 cm

f. Kolimasi : Batas atas 1/3 distal os humerus dan batas bawah 1/3

proksimal carpal

3.1.5 Hasil Radiograf

Adapun hasil radiograf pemeriksaan antebrachii pada pasien

Tn. X dapat dilihat pada gambar 4.9.

a c
d

b
e

A B

Gambar 4.9 Hasil radiograf proyeksi, (A) Proyeksi PA, (B) Proyeksi
Lateral

16
Keterangan :
a. processus coronoid
b. corpus ulna
c. processus olecranon
d. caput radii
e. corpus radius
f. processus styloid

Berdasaran hasil radiograf yang dihasilkan pada pasien Tn. FP,

bahwa kondisi pada foto daerah antebrachii proyeksi PA dan lateral

mampu memberikan informasi yang baik dalam penegakan diagnosa,

yaitu tampak secara keseluruhan dari os radius dan os ulna, tampak

batas bawah adalah gambaran wrist joint dan batas atas elbow joint,

caput radius, ulna dan collum radius dan ulna saling overlapping,

epicondilus proksimal dan lateral os humerus tidak mengalami

elongasi dan foreshortened.

3.2 Pembahasan

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan radiografi os antebrachii pada pasien Tn.

FP, tampak patahan pada bagian distal os radius dekstra akibat

kecelakaan yang menyebabkan adanya tekanan langsung pada tulang dan

jaringan lunak. Hal itu menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan lunak

sehingga terjadi fraktur, yang merusak jaringan otot yang signifikan.

2. Pada pemeriksaan antebrachii dengan klinis fraktur pada pasien Tn. FP

di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, dilakukan

dengan posisi pasien duduk menghadap tube X-ray, dengan

menggunakan proyeksi PA dan lateral, Hal ini tidak sejalan dengan teori

17
yang dikemukakan oleh Franket et all (2012) dalam Buku Merrill’s

Atlast Of Radiographic Positining And Procedures, bahwa pemeriksaan

radiografi ossa antebrachii dilakukan dengan proyeksi AP dan Lateral

dengan posisi pasien duduk di atas kursi menghadap tube X-ray.

Peme,riksaan tidak menggunakan proyeksi AP dikarenakan kondisi

pasien yang tidak kooperatif, pasien merasa kesakitan ketika diposisikan

dengan bagian lengan yang di ekstensikan.

18
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan yang penulis lakukan pada laporan kasus di

Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, maka didapatkan

kesimpulan sebagai berikut.

1. Fraktur atau patah tulang adalah kondisi ketika tulang menjadi patah,

retak, atau pecah sehingga mengubah bentuk tulang. Kondisi ini bisa

terjadi karena adanya tekanan kuat pada tulang atau karena kondisi tulang

yang melemah.

2. Patofisiologi fraktur terbuka adalah terjadinya trauma langsung dengan

energi tinggi menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan jaringan

lunak. Hal itu menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan lunak sehingga

terjadi fraktur, biasanya bersifat komunitif, yang merusak jaringan otot

dan neurovaskular yang signifikan. Ketika terdapat luka terbuka, semua

kontaminan disekitar luka dan bahan asing dapat masuk ke dalam korteks

intramuskular dan tulang sehingga komplikasi yang paling sering terjadi

pada kasus fraktur terbuka adalah infeksi.

3. Penatalaksanaan pemeriksaan antebrachii dengam klinis fraktur di

Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tidak memiliki

persiapan khusus pada pasien, pasien cukup melepaskan benda logan pada

daerah lengan seperti gelang dan jam tangan. Proyeksi yang digunakan

19
adalah proyeksi AP dan Lateral dengan posisi pasien duduk. Namun, pada

pasien Tn. FP dilakukan dengan menggunakan proyeksi PA dan lateral

dengan memperhatikan kondisi pasien yang tidak kooperatif. Hasil

gambaran yang didapatkan mampu dalam menegakkan diagnosa terhadap

klinis pada pasien.

5.1 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian pada

penatalaksanaan pemeriksaan antebrachii dengan kasus fraktur, maka

didapatkan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pemberian faktor eksposi pada pemeriksaan antebrachii perlu

diperhatikan agar kualitas gambaran yang dihasilkan lebih baik dan tepat

dalam menegakkan diagnosa pada kasus fraktur.

2. Pemeriksaan antebrachii dengan kasus fraktur di Instalasi Radiologi

RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dilakukan dengan posisi pasien

duduk dengan proyeksi AP dan lateral, hal ini perlu dipertimbangkan

terhadap pasien yang non kooperatif dengan memperhatikan kenyamanan

dan kemampuan pasien dalam melakukan pemeriksaan, sehingga bisa

dilakukan dengan berbaring di atas meja pemeriksaan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Penny, Ursula P. 2019. Patah Tulang (Fraktur): Jenis, Penyebab, Gejala,

Pengobatan, & Pencegahan : Dokter Sehat.

Rasad, Sjahriar. 2009. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai Pustaka.

Kenneth L. Bontrager And John P. Lampignano 2014. Textbook of Radiographic

Positioning and Related Anatomy. Elsevier/Mosby : Medical.

Bawosucito, Nyoman. 2016. Pemeriksaan Elbow Joint Dengan Kasus Curiga

Fracture Di Instalasi Radiologi Rsud Kabupaten buleleng: ATRO BALI

Wibowo, Daniel S. Widjaja Paryana. 2009. Anatomi Tubuh Manusia : Graha

Ilmu, Yogyakarta

Pearce C. Evelyn. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis.

Sonita, Helen. 2012. Anatomi Lengan Bawah.

Anda mungkin juga menyukai