Disusun Oleh:
P1337430218045
SEMARANG
2019
b
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diterima, diperiksa dan disetujui untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 atas mahasiswa Jurusan Teknik
Semarang :
NIM : P1337430218045
Kelas : 2D
Femoris Proyeksi Axial pada Kasus Post ORIF Femur Proksimal di Instalasi
Clinical Instructure
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
“Teknik Pemeriksaan Radiografi Collum Femoris Proyeksi Axial pada Kasus Post
bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa
5. dr. Djati Prasodjo, Sp. Rad., MSC., selaku Kepala Instalasi Radiologi RS
iii
6. Bapak Setiawan Nugroho, S.ST. dan Ibu Benedikta Rosi Emaningtyas,
Yogyakarta,
Yogyakarta,
9. Orang tua tercinta yang selalu memberikan doa, cinta kasih serta dukungan
10. Teman sejawat dan seperjuangan PKL I, Ahmad Nizar Soffil Hikam, di
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang turut
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan dan
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
NIM: P1337430218045
iv
DAFTAR ISI
Axial ..............................................................................................20
v
2.5 Proteksi Radiasi..............................................................................24
vi
DAFTAR GAMBAR
Trauma Association)…...………………………………………………………...16
Gambar 2.7 Posisi pasien dan IR proyeksi collum femoris axial / axiolateral...22
Gambar 2.8 Axial collum femoris, dimana CR tegak lurus dan CP pada collum
femoris……………………………………………………………………………23
Gambar 3.2 Hasil radiogaf collum femoris sinistra proyeksi axial yang telah
Gambar 3.3 Hasil radiograf Pelvis AP pada kasus post ORIF di RS Panti Rapih
Yogyakarta……………………………………………………………………….31
vii
BAB I
PENDAHULUAN
gelombang yang pendek dan mempunyai frekuensi yang tinggi. Teknologi Sinar
bervariasi. Dalam hal ini salah satu pemeriksaan yang memanfaatkan Sinar X
kembali femur yang patah dan dilakukan fiksasi biasanya menggunakan pen atau
platina, tindakan ini disebut ORIF (Open Reduction with Internal Fixation).
Collum femoris merupakan regio antara dasar caput femoris dan linea
corpus femoris dengan sudut inklinisi (Neck Shaft Angle) kurang lebih 125°, hal
1
ini memfasilitasi pergerakan pada sendi coxae dimana tungkai dapat mengayun
kondisi tulang yang fraktur setelah diperbaiki dengan pemasangan platina / pen.
sedangkan untuk teknik pemeriksaan dengan proyeksi Axial baru dipelajari saat
di RS Panti Rapih ini. Selain itu, ditemukan beberapa perbedaan teknik yang
Pemeriksaan Radiografi Collum Femoris Proyeksi Axial pada Kasus Post ORIF
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana prosedur teknik pemeriksaan radiografi pada kasus post ORIF
Yogyakarta?
1.2.2 Mengapa di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada
axial?
kaki pasien yang tidak diperiksa diletakkan atau dikaitkan pada tabung
Panti Rapih Yogyakarta pada kasus post ORIF femur proksimal digunakan
3
Panti Rapih Yogyakarta kaki pasien yang tidak diperiksa diletakkan atau
Manfaat teoritis yang dapat diambil dari penulisan laporan kasus ini adalah
collum femoris proyeksi axial pada kasus post ORIF femur proksimal di
Manfaat praktis yang dapat diambil dari penulisan laporan kasus ini adalah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat yang terdapat pada tubuh kita.
Seluruh berat tubuh ditumpu oleh tulang ini dan sendi terkait (Bontrager, 2018).
1. Caput femoris
2. Collum femoris
3. Linea intertrochanterica
4. Trochanter minor
5. Corpus femoris
6. Tuberculum adductorium
7. Epicondylus medialis
8. Facies patellaris
9. Epicondylus lateralis
5
1. Caput femoris
2. Trochanter major
3. Crista intertrochanterica
4. Tuberositas glutea
9. Facies poplitea
Pada tubuh manusia, femur adalah tulang yang paling panjang dan
besar. Rerata panjang femur laki-laki adalah 48cm dan rerata diameter 2,84 cm
pada pertengahan femur serta dapat menahan 30 kali berat tubuh manusia dewasa
6
(Nareliya & Kumar, 2012). Pada sendi coxae (Hip Joint) terjadi artikulasi antara
caput femoris dengan acetabulum dari tulang coxae. Caput femoris membentuk
sekitar 2/3 dari permukaan spheris. Kecuali pada tempat dimana ada perlekatan
ditutupi oleh kartilago artikularis. Kartilago artikularis ini paling tebal ada pada
anteromedial terhadap arteri femoralis oleh tendon dari otot psoas major, bursa
femoris berbentuk bulat dan halus untuk berartikulasi dengan tulang hip /
coxae. Terdapat cekungan atau lubang di tengah dari caput femoris yang
(Bontrager, 2018)
dan lateral ke arah corpus femoris dan teraba seperti tulang yang menonjol.
7
Trochanter minor berbentuk lebih kecil, tumpul, dan berbentuk eminens
antara collum femoris dan corpus femoris. Posterior trochanter major dan
berbentuk silindris.
Keterangan:
8
Sudut collum femoris ke corpus femoris rata - rata orang dewasa
adalah sekitar 125° dengan varian antar orang yaitu ± 15°, tergantung pada
lebar panggul dan panjang panggul tubuh orang tersebut. Misalnya, pada
sekitar 140°, sudut ini akan lebih kecil (110° - 115°) untuk orang yang
femur adalah sekitar 10° dari vertikal, seperti yang ditnjukkan pada
gambar 2.4.
9
Sudut vertical ini lebih sempit 15° pada seseorang dengan pelvis
lebar dan anggota ekstremitas bawah yang lebih pendek dan hanya
memengaruhi positioning pasien dan sudut arah sumbu sinar / central ray
Sudut lain yang penting antara caput femoris dengan collum femoris
dalam radiografi adalah 15° - 20° anterior caput femoris dengan collum
gambar 2.4). Proyeksi caput femoris agak anterior atau maju sebagai
hasil akibat dari sudut ini. Sudut ini menjadi penting dalam positioning
collum femoris sejajar dengan image receptor (IR) untuk proyeksi true
dimana garis fraktur berada lebih proksimal dari basis collum femoris
dan distal dari caput femoris. Mayoritas fraktur ini terjadi pada usia tua.
10
Penyebabnya yang laing sering adalah karena jatuh akibat gaya yang
fraktur collum femoris akan terjadi. Lokasi yang paling sering menglami
fraktur adalah bagian yang paling lemah yaitu tepat di bawah permukaan
keras.
tungkai bawah / cruris. Hal ini karena caput femoris terikat kuat
collum femoris ini kebanyakan terjadi pada wanita tua (60 tahun ke
11
atas) dimana tulangnya sudah mengalami osteoporosis. Trauma
yang dialami oleh wanita tua ini ini biasanya ringan, seperti jatuh
1. Fraktur subkapital
2. Fraktur transservikal
dislokasi
12
Gambar 2.5 klasifikasi fraktur collum femoris menurut Pauwel
2) Penatalaksanaan
13
b. Fraktur Bergeser (displaced)
yaitu fraktur pada usia muda, fraktur pada usia tua dengan fisik
garis fraktur terjadi mulai dari basis collum ekstrakapsular menuju regio
dengan fatality rate pasca operasi yang tinggi, serta menjadi beban
ekonomi yang berat akibat biaya perawatan pasca trauma yang tinggi.
Banyak terjadi pada orang tua terutama pada wanita (di atas usia 60 tahun).
paha terbentur lantai. Hal ini dapat terjadi karena pada wanita tua, tulang
14
A. Klasifikasi Fraktur Intertrochanter
1) Stabil
2) Tidak Stabil
segmen proksimal, tipe: A1, A2, A3), secara lebih rinci klasifikasi
ini dijelaskan pada gambar 2.6 (Anwar et al., 2007; Mostofi, 2006;
Tipe fraktur ini umumnya tidak stabil dan tergantun pada besar
15
c. Grup A3 mempunyai garis fraktur yang meluas dari kortek
reverse oblique.
Open Reduction with Internal Fixation (ORIF) adalah fiksasi internal dengan
2. Mengurangi nyeri.
16
3. Klien dapat melakukan ADL dengan bantuan yang minimal dan dalam
(T.M.Marrelli, 2007)
1. Fraktur yang tidak stabil dan jenis fraktur yang apabila ditangani dengan
3. Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada struktur
otot tendon.
3. Terdapat infeksi.
17
fraktur parah tak stabil karena kemampuan tulang berputar
b. Lag screw
luar untuk menyamai garis tengah luar dan dalam sekrup. Teknik
18
d. Lempeng kompresi
Karena lebih kuat dari lempeng mini, maka lempeng ini serring
e. Lempeng konstruksi
19
2.4 Prosedur Teknik Pemeriksaan Radiografi Collum Femoris Proyeksi Axial
2.4.1 Pengertian
Persiapan Pasien
celana yang tidak terdapat ritsleting, selain itu pasien juga diminta
pasien tersebut.
3. Grid
5. CR reader
20
2.4.3 Teknik Pemeriksaan Radiografi Collum Femoris Proyeksi Axial
Posisi Pasien
terutama pada pasien yang kurus dan pasien yang alas tidurnya
empuk.
Posisi Objek
1. Tekuk lutut dan ke ataskan pada kaki yang tidak akan diperiksa
2. Periksa untuk memastikan tidak ada rotasi dari pelvis (jarak SIAS
21
5. Putar kaki yang akan diperiksa secara internal 15° - 20° bisa
patologis lainnya.
3. FFD : 102 cm
22
Gambar 2.8 Axial collum femoris, dimana CR tegak lurus dan CP
2. Posisi yang benar: hanya sebagian kecil jika ada dari trochanter
23
Gambar 2.9 Radiograf collum femoris proyeksi axial
(Bontrager, 2018)
dibutuhkan.
berlebihan.
menunda pemeriksaannya.
24
2.5.2 Proteksi bagi petugas
bertugas.
pemeriksaan.
25
BAB III
Nama : Bp. Sm
Umur : 67 tahun
Alamat : Yogyakarta
No. RM : 114xxxx
Pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2019 pasien datang ke Instalasi Radiologi
menggunakan brankard atas rujukan dari dokter dr. Bambang Kisworo, Sp.
OT. setelah pasien melakukan operasi pemasangan platina akibat fraktur yang
dialami pasien atau post-ORIF (Open Reduction with Internal Fixation). Pada
klinis post platina femur sinistra. Selanjutnya pasien melakukan foto rontgen
26
dengan menggunakan proyeksi Pelvis AP dan collum femoris axial sesuai
Merk : HITACHI
kV maksimal : 150 kV
3. Grid ukuran 35 x 43
- PC
- Image reader
- Imaging record
27
3.3.2 Persiapan Pasien
persiapan khusus, hanya saja jika terdapat logam yang menempel atau
Posisi Pasien
Posisi Objek
diperiksa.
collum femoris.
28
3. FFD : ± 95 cm.
4. Ukuran kaset : 35 x 43
5. Ukuran grid : 35 x 43
Kriteria Radiograf
axial
29
1. Caput femoris, collum femoris, dan trochanter tervisualisasi
dengan baik.
diperiksa.
b. Pelvis Proyeksi AP
Posisi Pasien
Posisi Objek
Pengaturan Sinar
symphysis pubis.
3. FFD : 100 cm
4. Ukuran IP : 35 x 43
5. Ukuran grid : 35 x 43
30
Kriteria Radiograf
femur tampak.
31
3. Tak tampak destruksi tulang.
6. Kesan:
baik.
Yogyakarta.
femoris proyeksi axial pada kasus post ORIF femur proksimal yaitu
32
3.4.2 Mengapa di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Panti Rapih
axial pada kasus post ORIF femur proksimal yaitu karena pada teknik
tervisualisasi dengan baik sehingga letak platina dan screw yang telah
AP dan posisi ini juga untuk mempertegas gambaran dari letak platina
untuk tidak diletakkan atau dikaitkan pada tabung kolimator atau sinar-x
kaki pasien yang tidak diperiksa diletakkan atau dikaitkan pada tabung
kolimator atau x-ray, ternyata hal ini bertujuan agar soft tissue kaki
33
pasien yang tidak diperiksa tidak superposisi dengan bagian yang akan
diperiksa khususnya pada caput femoris dan colum femoris karena jika
terdapat pasien dengan soft tissue cenderung besar jika kaki hanya
ditekuk seperti apa yang ada pada textbook hal ini akan menyebabkan
tissue kaki yang tidak diperiksa. Selain itu, hal ini juga untuk
memudahkan pasien sendiri, karena pada saat post ORIF kaki pasien
masih belum dapat dirasakan oleh pasien tersebut akibat dari anastesi
yang diberikan, sehingga jika hanya ditekuk dan menahan untuk kakinya
agar tegak akan susah, jadi lebih dikaitkan pada tabung kolimator.
34
BAB IV
4.1 Kesimpulan
proyeksi axial pada kasus post ORIF femur proksimal karena pada teknik
pasien diletakkan atau dikaitkan pada tabung kolimator atau sinar-x adalah
superposisi soft tissue kaki yang tidak diperiksa dan untuk kenyamanan dan
anastesi.
35
4.2 Saran
axial sebaiknya kaki pasien tidak dikaitkan pada tabung kolimator namun
dibuatkan penyangga untuk kaki sehingga kaki pasien tidak dikaitkan pada
tabung kolimatur atau sinar-x yang beresiko membuat kaki pasien tersterum
atau terbakar terlebih jika kaki pasien besar dan berat akan dapat merusak
tabung tersebut.
36
DAFTAR PUSTAKA
Elsevier.
Paulsen, F., dan Waschke, J. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Jilid 1, Edisi
Jakarta: EGC.
Bucholz, R., dan Heckmann. 2006. Rockwood and Green’s Fractures in Adult,
Reksoprodjo. Soelarto. 2009. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Tangerang: Bina Rupa
Aksara Publiser.
37