Anda di halaman 1dari 35

STUDI KASUS

PEMERIKSAAN CT-SCAN THORAX KONTRAS DENGAN FINE


NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) DENGAN KLINIS S. TUMOR
PARU DEKSTRA

Disusun Oleh:
SYAIDINA HAMZA ARIFIN
151610383023

Program Studi D-IV Teknologi Radiologi Pencitraan


Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan guna
memenuhi tugas Praktek Lapangan Kerja Program Studi Diploma IV Teknologi Radiologi
Pencitraan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga.

Nama : Syaidina Hamza Arifin

NIM : 151610383023

Waktu Pelaksanaan : 15 April – 15 Juni 2019

Tempat Pelaksanaan : Instalasi Radiologi RSUD. Dr. R. Koesma Tuban

Judul Laporan Kasus : “Pemeriksaan CT-Scan Thorax Kontras dengan Fine Needle
Aspiration Biopsy (FNAB) dengan Klinis S. Tumor Paru Dekstra”

Surabaya, Mei 2019

Menyetujui,

Instruktur Klinis Koordinator Program Studi D-IV Teknologi


Radiogi Pencitraaaan

Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Mohammad Sugiantooko, Amd. Rad. Lailatul Muqmiroh, dr. Sp. Rad(K)


NIP. 12.11.1.0002 NIK. 19760720 201504 3 201

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan berkah yang dilimpahkan-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan studi kasus “Pemeriksaan CT-Scan Thorax
Kontras dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) dengan Klinis S. Tumor Paru Dekstra”
ini.
Laporan Studi Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan (PKL) Semester VI, Prodi D-IV Teknologi Radiologi Pemcitraan Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga Surabaya
Dalam penyusunan laporan studi kasus ini tidak akan berhasil tanpa segenap bantuan,
saran, dan bimbingan dari berbagai pihak yang berpengaruh di sekitar penyusun. Untuk itu,
penyusun juga mengucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada:
1. Orang tua penyusun
2. Lailatul Muqmiroh, dr. Sp. Rad(K) selaku Ketua Prodi D-IV Teknologi Radiologi
Fakultas Vokasi Universitas Airlangga
3. Mohammad Sugiantoko, Amd. Rad selaku Intstuktur Klinis Praktek Kerja Lapangan di
Instalasi Radiologi RSUD. dr. R. Koesma Tuban
4. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi Radiologi RSUD. dr. R. Koesma Tuban
5. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus ini
Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan studi
kasus ini. Oleh karena itu, penyusun menerima kritik dan saran yang membangun dan solutif
dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penyusun juga berharap dengan
penyusunan laporan kasus ini bisa bermanfaat bagi penyusun maupun para pembaca.

Surabaya, Mei 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah............................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 2

1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

1.4. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 2

1.5. Manfaat Penulisan ........................................................................ 3

BAB II DASAR TEORI ....................................................................................... 4

2.1. Computed Tomography ................................................................ 4

2.2. Anatomi ......................................................................................... 5

2.3. CT-Scan Thorax Kontras FNAB................................................... 10

2.4. Proteksi Radiasi............................................................................. 16

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................... 17

3.1. Identitas Pasien ............................................................................. 17

3.2. Riwayat Pasien .............................................................................. 17

3.3. Prosedur Pemeriksaan ................................................................... 17

3.4. Hasil Pembacaan Radiograf .......................................................... 19

3.5. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Radiografi Urethrografi ....... 21

iv
3.6. Pembahasan Kasus ........................................................................ 22

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 28

4.1. Kesimpulan ................................................................................... 28

4.2. Saran.............................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA. .......................................................................................... 29

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Dinding Thorax ................................................................................... 5

Gambar 2. Rongga Thorax ................................................................................... 6

Gambar 3. Anatomi Paru ...................................................................................... 8

Gambar 4. Hasil Citra Gambar CT-Scan Thorax Kontras FNAB (Non Kontras) 12

Gambar 5. Hasil Citra Gambar CT-Scan Thorax Kontras FNAB (Kontras)........ 13

Gambar 6. Hasil Citra Gambar CT-Scan Thorax Kontras FNAB (LungWindow)14

Gambar 7. Hasil Citra Gambar CT-Scan Thorax Kontras FNAB (Marker) ........ 15

Gambar 8. Hasil Citra Gambar CT-Scan Thorax Kontras FNAB (Biopsy) ......... 15

Gambar 9. Hasil Pemeriksaann CT-Scan Tn. Sl .................................................. 21

Gambar 10. Film 1 Pemeriksaann CT-Scan Tn. Sl .............................................. 24

Gambar 11. Film 2 Pemeriksaann CT-Scan Tn. Sl .............................................. 25

Gambar 12. Film 3 Pemeriksaann CT-Scan Tn. Sl .............................................. 26

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Radiologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah radiasi
pengion untuk tujuan diagnosis maupun terapi. Seiring berjalannya waktu perkembangan
peralatan radiologi semakin maju dan efisien yang menuntu manusia untuk meningkatkan
kemampuan, kinerja, dan kualitas seorang radiografer. Oleh sebab itu, Praktik Kerja
Lapangan (PKL) merupakan salah satu program yang dapat meningkatkan kemampuan,
keterampilan, dan wawasan mahasiswa D4 Radiologi dalam bidang pemeriksaan radiologi
untuk menghasilkan citra untuk evaluasi suatu diagnosa atau penyakit.
Berbagai tumor jinak dan ganas dapat timbul di paru, tetapi sebagian besar (90-95%)
adalah karsinoma, kekitar 5% adalah karsinoid bronkus, dan 2-5% adlah neoplasma
mesenkeim dan neoplasma lainnya.1
Kanker paru saat ini adalah kanker utama paling sering diidagnosis didunia dan
merupakan kausa tersering kematian akibat kanker diseluruh dunia. Lebih dari 90% kanker
paru-paru berawal dari bronki (saluran udara besar yang masuk ke paru-paru).
Peru adalah tempat tersering untuk metastasik suatu neoplasma. Baik karsinoma
maupun sarcoma yang timbul di bagian lain tubuh dapat menyebar ke paru melaui darah
atau pembuluh limfe atau perkontinuitatum. Pertumbuhan tumor secara langsung kedalam
paru paing sering terjadi pada karsinoma esophagus dan limfoma mediastinum. Banyak
kanker yang berasal dari tempat lain menyebar ke paru-paru. Biasanya kanker ini berasal
dari payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar,
tulang dan kulit
Pemeriksaan pada paru dengan CT-Scan ini mungkin dilakukan karena beberapa
alasan berikut, yaitu untuk mendiagnosa adakah effusi pleura, pneumonia, penyumbatan,
pembuluh darah dan problem respirasi yang timbul sejak lahir, juga tumor, yang berguna
untuk mengevaluasi jenis tumor, mengukur banyaknya cairan dan penanganan lebih lanjut.
Pada kasus diagnosa S. Tumor Paru ini pemeriksaan radiologi dengan penggunaan
CT-Scan sangat efisien untuk dilakukan karena bisa mengevaluasi bagaimana letak Tumor
yang terdapat pada Paru dan dapat terlihat secara 3D dalam potongan axial, sagittal, dan
coronal. Penggunaan CT-Scan juga dapat digunakan sebagai guiding untuk biopsy, yang
berguna sebagai pengambilan sampel tumor. Maka dari itu permintaan dokter pengirim
dari Poli Penyakit Dalam RSUD. dr. R. Koesma untuk menggunakan pemeriksaan dengan
1
modalitas CT-Scan. Hal inilah yang menarik penyusun untuk mengangkat kasus
pemeriksaan CT-Scan Thorax FNAB menjadi laporan studi kasus.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka dapat dirumuskan
data sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax Kontras dengan FNAB dengan
Indikasi S. Tumor Paru Dekstra di Instalasi Radiologi RSUD dr. R. Koesma Tuban?
2. Apakah citra radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi yang
diharapkan?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan pada penggunaan teknik pemeriksaan CT-Scan
Thorax Kontras dengan FNAB?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan pemeriksaan CT-Scan Thorax Kontras
dengan FNAB dengan Indikasi S. Tumor Paru Dekstra.
2. Untuk mengetahui informasi anatomi dan patologi paru
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada penggunaan teknik pemeriksaan
CT-Scan Thorax Kontras dengan FNAB dengan Indikasi S. Tumor Paru Dekstra

1.4. Metode Pengumpulan Data


Dalam penulisan laporan kasus ini, penyusun menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Metode Kepustakaan
Yaitu metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencetak serta mengolah
bahan penelitian. Penulis lakukan pada metode ini yaitu mengumpulkan informasi
dari berbagai buku dan media internet yang berhubungan dengan masalah dan kasus
yang dikemukakan untuk mendukung pembahasan studi kasus.
2. Metode Observasi
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan observasi secara langsung
mengenai teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax Kontras dengan FNAB dengan
Indikasi S. Tumor Paru Dekstra
3. Metode Dokumentasi

2
Yakni metode pengumpulan data dengan mengambil data dari dokumen hasil dari
radiograf.

1.5. Manfaat Penulisan


Manfaat dari pembuatan laporan kasus ini yakni diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca
mengenai patologis yang dapat terjadi pada paru yang menjadi organ utama untuk sistem
respirasi serta tata laksana pemeriksaan CT-Scan Thorax Kontras dengan FNAB.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Computed Tomography


CT Scan (Computed Tomography Scanner) adalah suatu prosedur yang digunakan
untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
Tujuan utama penggunaan ct scan adalah untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti
sususan saraf pusat, otot dan tulang, tenggorokan, rongga perut.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat suatu
kelainan, yaitu:

a. Gambaran lesi dari tumor, hematoma, dan abses


b. Perubahan vaskuler: malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
c. Brain contusion
d. Brain atrofi
e. Hydrocephalus
f. Inflamasi

Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum
dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah
melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah
pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan.
Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang
ditampilkan oleh CT scan tidak tumpang tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh
citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada
foto rontgen), citra CT scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang
diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur
internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis
daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.

4
2.2. Anatomi
2.2.1. Thorax dan Mediastinum
Thorax dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic inlet
dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar adalah dinding thorax yang disusun
oleh vertebra torakal, costae, sternum, muskulus, dan jaringan ikat. Rongga thorax
dibatasi dengan rongga abdomen oleh diafragma. Rongga thorax dapat dibagi ke dalam
dua bagian utama, yaitu: paru-paru (kiri dan kanan) dan mediastinum. Mediastinum
dibagi ke dalam 3 bagian: superior, anterior, dan posterior. Mediastinum terletak diantara
paru kiri dan kanan dan merupakan daerah tempat organ-organ penting thorax selain
paru-paru (yaitu: jantung, aorta, arteri pulmonalis, vena cava, esofagus, trakhea, dll.).
Thoracic inlet merupakan “pintu masuk” rongga thoraks yang disusun oleh:
permukaan ventral vertebra torakal I (posterior), bagian medial dari iga I kiri dan kanan
(lateral), serta manubrium sterni(anterior). Thoracic inlet memiliki sudut deklinasi
sehingga bagian anterior terletak lebih inferior dibanding bagian posterior. Manubrium
sterni terletak kira-kira setinggi vertebra torakal II. Batas bawah rongga thoraks atau
thoracic outlet (pintu keluar thoraks) adalah area yang dibatasi oleh sisi ventral vertebra
torakal XII, lateral oleh batas bawah costae dan anterior oleh processus xiphoideus.

Gambar 1. Dinding Thorax


(Gambar dikutip dari: Moore, Keith L, 2007)

5
Rongga thorax adalah suatu ruangan yang ditutupi oleh dinding thorax, yang terdiri dari
3 kompartemen:
 Dua kompartemen lateral “cavum pulmonal” yang terdiri dari paru-paru dan
pleura
 Satu kompartemen sentral “mediastinum” yang terdiri dari: jantung, pembuluh
darah besar pars thorakalis, trakea pars thorakalis, oesofagus, timus, dn struktur
lainnya (Moore,2007).

Gambar 2. Rongga Thorax


(Gambar dikutip dari: Moore, Keith L, 2007)

Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak di antara
kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan struktur vital. Proes penting
yang melibatkan mediastinum mencakup emfisema, infeksi, perdarahan serta banyak jenis
kista dan tumor primer. Kelainan sistemik seperti karsinoma metastatic dan banyak
penyakit granulomatosa juga bisa terlibat dalam mediastinum. Lesi terutama berasal dari
esophagus, trakea, jantung dan pembuluh darah besar biasanya berhubungan dengan
susunan organik spesifik yang terlibat daripada mediastinum. (Sabiston, 1994)
Batas ruang mediastinum, atas: pintu masuk toraks, bawah: diafragma, lateral: pleura
mediastinalis, posterior: tulang belakang, anterior: sternum. Karena rongga mediastinum
tidak dapat diperluas, maka pembesaran tumor dapat menekan organ penting di sekitarnya
dan dapat mengancam jiwa. Kebanyakan tumor mediastinum tumbuh lambat sehingga

6
pasien sering datang setelah tumor cukup besar, disertai keluhan dan tanda akibat
penekanan tumor terhadap organ sekitarnya.
Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting:

 Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal
ke-5 dan bagian bawah sternum.
 Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma
didepan jantung.
 Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma
dibelakang jantung.
 Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke
diafragma di antara mediastinum anterior dan posterior. (Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia, 2003)
2.2.2. Paru
Paru merupakan bagian dari sistem pernapasan yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan
endotel. Di alveoli inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah.
Paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu kanan dan kiri. Paru kanan, terdiri dari 3 lobus yaitu
lobus pulmo dekstra superior, lobus medialis, dan lobus inferior. Sedangkan paru kiri
mempunyai 2 lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-
belahan yang lebih kecil disebut segmen. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen (3
segmen pada lobus superior; 2 segmen pada lobus medialis dan 5 segmen pada lobus
inferior). Paru kiri mempunyai 8 segmen yaitu; 4 segmen pada lobus superior dan 4 segmen
pada inferior.
Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh-pembuluh darah, getah bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobules terdapat
sebuah bronkhiolus. Di dalam lobulus, bronkhiolus ini bercabang-cabang.

7
Gambar 3. Anatomi Paru
2.2.3 Tumor Paru
Tumor adalah suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal dalam tubuh yang
disebabkan oleh berbagai penyakit seperti keganasan dan infeksi. Tumor paru merupakan
tumor pada jaringan paru yang bersifat jinak ataupun ganas.11 Tumor ganas paru
merupakan tumor yang berasal dari tumor ganas epitel primer saluran pernafasan yang
menginvasi struktur jaringan disekitarnya dan dapat menyebar keseluruh tubuh melalui
aliran darah dan sistem limfatik.
Tumor paru dapat dibagi atas tumor jinak dan ganas, pembagiannya antara lain

8
Penyebab pasti dari kanker paru sampai sekarang belum diketahui, tetapi paparan atau
inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan factor penyebab
utama disamping factor lain seperti kekebalan tubuh, genetic danlain-lain.

9
1. Kebiasaan merokok
Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru
sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering
(1928), melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan
yang bukan merokok. Belakangan, dari beberapa penelitian melaporkan bahwa
perokok pasifpun beresiko terkena kanker paru. Efek rokok bukan saja
mengakibatkan kanker paru, tetapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ
lain seperti esophagus, laring dan mulut. Diperkirakan terdapat metabolit
dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tersebut. Zat –zat
yang bersifat karsinogen (C), karsinogenik (CC), tumor promoter (TP),
mutagen (M) yang telah dibuktikan tersapat dalam rokok.
Etiologi lain yang berhubungan dengan zat karsinogen, seperti: asbestos
(mesotelioma), radiasi ion pada pekertja tambang uranium, radon, arsen,
kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon dan vinil klorida.
2. Polusi udara
Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak polusi
udara dibandingkan yang tinggal dirural.
3. Genetik
Terdapat mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni:
Proto onkogen, tumor supresore gene, gene encoding enzyme.
4. Teori onkogenesis
Teori ini didasari oleh perubahan tampilan gen sipresor tumor dalam
genom (onkogen), dengan cara delesi, insersi. Perubahan tampilan gen kasus ini
menyebabkan sel paru berubah menjadi sel kanker.
1. Diet
Bebepara penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena
kanker paru.

2.3. CT-Scan Thorax Kontras FNAB


CT Scan pada bagian thorax terdapat pemeriksaan pada dada. CT Scan thorax menjadi
pemeriksaan radiologis pilihan untuk mendiagnosis gangguan pada pulmonary, vessels,
cor, dan costae terdapat indikasi. CT Scan dapat menilai anatomi complex ostiomeatal yang
tidak bisa dilakukan pada foto polos (Dua et al., 2005).

10
CT-Scan Thorax dengan kontras dibutuhkan ketika pada daerah thoraks terdapat suatu
suspect mass untuk melihat apakah terdapat feeding artery. Dengan bantuan protokol
FNAB dapat menmperjelas diagnosa tentang karakter dan stase juga jenis ari mass atau
tumor pada paru.

2.4. Teknik CT-Scan Thorax Kontras FNAB


2.4.1. Persiapan Pasien
 Pasien dianjurkan puasa 4-6 jam sebelum pemeriksaan.
 Cek Laboratorium BUN dan Kreatinin dengan nilai >1,5 dan didapatkan dilai
GFR >60
 Melepas benda logam disekitar dada
2.4.2. Alat & Bahan
 Media Kontras Iopamiro 370 80ml (sesuai berat badan pasien 57kg)
 Casa
 Spuit 50cc dengan jarum 18
 Tisu
 Handscoone
 Alkohol
 Pesawat sinar-X CT-Scan
 Needle 25
 Spinocan 25
 Dexamethason inj (obat anti alergi jika diperlukan)
2.4.3. Proyeksi AP
 Posisi pasien
Pasien dipersilahkan mengganti baju dengan baju pasien dan tidur
telentang diatas meja pemeriksaan dengan kedua tangan di atas kepala.
 Posisi objek
Posisi headfirst, badan lurus dengan thorax sejajar dengan MSP.
Sebelum dimasukkan kontras pastikan IV sudah terpasang.
 Prosedur pelaksanaan
Sebelum pemerikasaan dilakukan, dibutuhkan hasil cek laboratorium
untuk mengetahui fungsi ginjal dengan baik karena akan dienjeksikan zat

11
kontras. Dijelaskan persiapan pemeriksaan untuk puasa 4 – 6 jam sebelum
dilakukan CT-Scan.
Setelah ditentukan hari pemeriksaan, pasien datang ke Instalasi
Radiologi, mengganti pakaian dengan baju pasien dan melepaskan benda
logam, lalu mengisi inform concern sebagai persetujuan untuk injeksi kontras
(diperbolehkan keluarga pasien yang bertanda tangan, jika pasien tidak
kooperatif).
Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menunjang
pemeriksaan CT-Scan Kontras dengan FNAB.
 Pengaturan sinar dan eksposi
1) Titik bidik/central point (CP) : Non Kontras, Kontras
 Batas atas Cervical 7
 Batas Bawah Inferior Renal Kanan
ketika sudah ditemukan adanya tumor, luas FOV tergantung dengan
lokasi tumor.
2) Pitch : 0,7
3) Delay :5s
4) Rotation Time : 0,4 s
5) Slice : 5,00 mm
6) Eksposi : Tarik nafas, tahan, dan tidak bergerak
Dihasilkan 28 gambar yang dipilih dari 5 tipe protokol
 Protokol Thorax Non Kontras 9 Gambar (3 Axial, 3 Coronal, 3 Sagittal)
AXIAL CORONAL SAGITTAL

12
Gambar 4. Hasil Citra Gambar CT-Scan Thorax Kontras FNAB (Non Kontras)

 Protokol Thorax Kontras 9 Gambar (3 Axial, 3 Coronal, 3 Sagittal)


AXIAL CORONAL SAGITTAL

13
Gambar 5. Hasil Citra Gambar CT-Scan Thorax Kontras FNAB (Kontras)

 Protokol Thorax Kontras dengan Lung Window 9 Gambae (3 Axial, 3


Coronal, 3 Sagittal))
AXIAL CORONAL SAGITTAL

Gambar 6. Hasil Citra Gambar CT-Scan Thorax Kontras FNAB (LungWindow)


14
 Protokol Thorax Kontras pemasangan Marker 2 Gambar Axial

Gambar 7. Hasil Citra Gambar CT-Scan Thorax Kontras FNAB (Marker)

 Protokol Thorax Kontras setelah pemasangan Marker dan memasukkan


jarum Biopsy 2 Gambar Axial

Gambar 8. Hasil Citra Gambar CT-Scan Thorax Kontras FNAB (Biopsy)

 Kriteria radiograf
1) Tampak Paru dan Mediastinum
2) Hepar
3) Ginjal
4) Tampak Rongga Thorax
5) Flow Parathrachea

15
2.4. Proteksi Radiasi
2.4.1. Proteksi bagi pasien
 Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan dokter
dengan klinis dan posisi yang jelas
 Mengatur kolimasi pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
 Waktu penyinaran sesingkat mungkin
 Pasien menggunakan apron pada bagian krusial dan tidak menutupi
kebutuhan pemeriksaan radiografi

2.4.2. Proteksi bagi keluarga pasien yang membantu pelaksanaan radiografi


 Menggunakan apron pada saat pelaksaanan ekspose jika keluarga
dibutuhkan untuk menemani pasien

2.4.3. Proteksi bagi petugas


 Memakai apron Thyroid Shield
 Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama bertugas
(dosimeter saku, tld, dsb)

2.4.3. Proteksi bagi masyarakat umum di sektiar ruang pemeriksaan radiologi


 Pintu pemeriksaan tertutup rapat dan memastikan tidak ada celah yang
terbuka

16
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. Sl
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 50 Tahun
No. RM : 248151
Pengirim : Ruang Mawar RSUD. dr. R Koesma Tuban
Tanggal Pemeriksaan : 04 Mei 2019
Permintaan Pemeriksaan : CT-Scan Thorax Kontras + FNAB
Diagnosa : S. Tumor Paru
BUN : 13, 9 mg/dL
Kreatinin : 0,85 mg/dL

3.2. Riwayat Pasien


Pada tanggal 02 Mei 2019 pasien masuk Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan
sesak, dan setelah dilakukan penanganan oleh dokter jaga terdapat S. Econdary Malignant
Neoplasm of Lung, dan dirujuk ke Patologi Klinis lalu di Rawat Inapkan di Ruang Mawar.
Setelah itu dirujuk ke Patologi Klinis lagi pada tanggal 03 Mei 2019 dan dikembalikan ke
ruangan rawat inap dan didapatkan klinis S. Bronchus and Lung Benign Neoplasm. Setelah
dikonsulkan pada tanggal 04 Mei 2019 dilakukan pemeriksaan radiografi CT-Scan Thorax
Kontras dengan FNAB dan hasil biopsy langsung diklinisi oleh dokter spesialis Patologi
Anatomi.

3.3. Prosedur Pemeriksaan


3.3.1. Persiapan Alat
1) Pesawat CT-Scan 16 Slices siap pakai
Merk : Siemens Somatom Emotion
Tipe : M-CT-172
No. Seri : 989351104
kV max : 500-800
mA max : 1500
Calibrated : 22 Juni 2016

17
2) Media Kontras Iopamiro 370 80ml (sesuai berat badan pasien 57kg)
3) Casa
4) Spuit 50cc dengan jarum 18
5) Tisu
6) Handscoone
7) Alkohol
8) Pesawat sinar-X CT-Scan
9) Needle 25
10) Spinocan 25
11) Dexamethason inj (obat anti alergi jika diperlukan)
3.3.2. Persiapan Pasien
Pada dasarnya pemeriksaan CT-Scan Thorax Kontras dengan FNAB hanya
membutuhkan hasil labrotarium dari Bun dan Kreatinin dengan nilai lebih dari 1,5
yang dapay dihasilkan nilai GFR lebih dari 60, yang berfungsi sebagai pemeriksaan
fungsi ginjal apakah bisa untuk mengeksresi zat kontras. pasien dianjurkan dihimbau
untuk puasa 4 – 6 jam sebelum pemeriksaan.
Selain itu juga sebelum pemeriksaan radiografi dimulai petugas harus
memastikan data pasien dengan anamnase dan memberitahu prosedur pemeriksaan
kepada pasien agar tidak terjadi kesalahpahaman dari pasien tersebut. Inform concent
juga disertakan untuk persetujuan dari pihak pasien dan keluarga untuk pemeriksaan
dengan peginjeksian zat kontras.
Sebelum pemeriksaan berlangsung pasien diharapkan melepas pakaian dan
menggantinya dengan baju oasien juga melepaskan benda logam.
3.3.3. Teknik Pemeriksaan
1. Teknik CT-Scan Thorax Kontras dengan FNAB
 Posisi pasien
Pasien dipersilahkan mengganti baju dengan baju pasien dan tidur
telentang diatas meja pemeriksaan dengan kedua tangan di atas kepala.
 Posisi objek
Posisi headfirst, badan lurus dengan thorax sejajar dengan MSP.
Sebelum dimasukkan kontras pastikan IV sudah terpasang.
 Prosedur pelaksanaan
Sebelum pemerikasaan dilakukan, dibutuhkan hasil cek laboratorium
untuk mengetahui fungsi ginjal dengan baik karena akan dienjeksikan zat

18
kontras. Dijelaskan persiapan pemeriksaan untuk puasa 4 – 6 jam sebelum
dilakukan CT-Scan.
Setelah ditentukan hari pemeriksaan, pasien datang ke Instalasi
Radiologi, mengganti pakaian dengan baju pasien dan melepaskan benda
logam, lalu mengisi inform concern sebagai persetujuan untuk injeksi kontras
(diperbolehkan keluarga pasien yang bertanda tangan, jika pasien tidak
kooperatif).
Mempersiapkan alat dan bahan, juga protokol yang dibutuhkan untuk
menunjang pemeriksaan CT-Scan Kontras dengan FNAB.
 Pengaturan sinar dan eksposi
1) Titik bidik/central point (CP) : Non Kontras, Kontras
 Batas atas Cervical 7
 Batas Bawah Inferior Renal Kanan
ketika sudah ditemukan adanya tumor, luas FOV tergantung dengan
lokasi tumor.
2) Pitch : 0,7
3) Delay :5s
4) Rotation Time : 0,4 s
5) Slice : 5,00 mm
6) Eksposi : Tarik nafas, tahan, dan tidak bergerak
 Kriteria radiograf
1) Tampak tulang pelvis
2) Ilium, ischium, sacrum dan symphisis pubis terevaluasi
3) Tampak rongga pelvis
4) Tampak kandung kemih
5) Urethra terisi media kontras dengan tidak superposisi dengan symphisis
pubis dan terevaluasi jelas

3.4. Hasil Pembacaan Radiograf


Irisan Reformated tanpa dan dengan kontras
 Tampak lesi solid (39 HU) batas tegas tepi irreguler ukuran sekitar 7,6 x 10,79 x
10,4 cm di segment superior, posterobasal, laterobasal dan medial basal lobus
inferior paru kanan yang pada pemberian kontras tampak contrast enhancement
(66 HU).

19
 Tampak lesi menyebabkan obliterasi bronchus inferior paru kanan dan masuk
mengisi mediastinum medius dan ground glass opacity di sekitar lesi.
 Tampak nodul di segment anterobasal ukuran sekitar 0,74 cm dan segment medial
basal ukuran sekitar 1,21 cm di lobus inferior paru kanan. trachea dan main
bronchus kanan kiri di luar lesi tampak patent.
 Jantung dan pembuluh darah besar tak tampak kelainan.tak tampak infiltrat / nodul
/ fibrosis di kedua lapang paru.
 Tampak pembesaran kelenjar getah bening di parahiler kanan ukuran sekitar 1,9
cm, subcarina ukuran sekitar 2,86 cm, upper-lower paratrachea yang sebagian
mengalami konglomerasi di sisi kanan ukuran sekitar 3,7 cm dan sisi kiri ukuran
sekitar 4,48 cm, supraclavicula kiri 1,98 cm dan colli kiri ukuran sekitar 1,5 cm.
 Cavum pleura kanan kiri normal.tak tampak nodul di hepar dan kelenjar adrenal
kanan kiri.tak tampak proses osteolitik / osteoblastik.
 Tampak kista ginjal kanan ukuran sekitar 0,71 cm di midpole dan ukuran sekitar
0,67 cm di pole bawah.
KESIMPULAN
deskripsi diatas curiga suatu lung mass (T4N3MO, AJCC 2012). kista ginjal
kanan.

20
Gambar 9. Hasil Pemeriksaan CT-Scan Tn. Sl

3.5. Kelebihan dan Kekurangan Teknik CT-Scan Thorax Kontras dengan FNAB
Dengan menggunakan modalitas CT-Scan, dapat terevaluasi organ thorax,
mediastinum, dan paru juga organ disekitarnya dengan baik dan jelas yang terevaluasi
dengan 3 potongan gambaran yaitu Axial, Coronal, dan Sagittal yang membuatnya lebih
spesifik. Guiding dengan FNAB juga memperjelas jenis dan stase tumor yang sebelumnya
sudah dilakukan injeksi kontras pada Tumor melalu Intra Vena pada protokol CT-Scan
Thorax dengan Kontras. Tetapi ketika melaksanakan pemeriksaan ini, pasien akan sedikit
tidak nyaman, karena harus dalam keadan tengkurap ketika dilakukannya FNAB, dan
ditusuk jarum untuk mengambil sample tumor. Radiasi yang diterima pasien juga berlipat,
mulai dari topogram, scanning non kontras, scanning kontras, penempatan marker, dan
evaluasi jarum yang sudah diinjeksikan di lokasi tumor, belum lagi ketika jarum tidak
sesuai dengan lokasi tumor, maka harus ditusuk ulang yang kemudan dilakukan scanning
lagi hingga jarum benar – benar pas.

21
3.6. Pembahasan Kasus
Tumor adalah suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal dalam tubuh
yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti keganasan dan infeksi. Tumor paru
merupakan tumor pada jaringan paru yang bersifat jinak ataupun ganas.
Penyebab pasti dari tumor paru sampai sekarang belum diketahui, tetapi paparan
atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan factor
penyebab utama disamping factor lain seperti kekebalan tubuh, genetic danlain-lain, seperti
kebiasan merokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif, Efek rokok bukan saja
mengakibatkan kanker paru, tetapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti
esophagus, laring dan mulut. Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang
bersifat karsinogen terhadap organ tersebut. Polusi udara, genetic, dan diet pun juga dapat
berpengaruh pada munculnya sel tumor.
Pada pemeriksaan CT-Scan Thorax Kontras Guiding FNAB dengan diagnosa S.
Tumor pada paru, dianjurkan oleh dokter patologi klinis, pasien p-ertama kali datang di
IGD dengan keluhan sesak nafas dan terdapar diagnosa econdary malignant neoplasm of
lung. Setelah dirujuk ke dokter spesialis patologi klinis dan ditemukan diagnosa bronchus
and lung beningn neoplasm, pasien dihimbau untuk dirawat inap karena akan dilakukan
guiding dengan modalitas CT-Scan Thorax Kontras karena memang protokol diagnostik
paling efektif untuk mengetahui jenis massa yang diduga sebagai tumor dan sudah berada
pada stase berapa dengan bantuan dokter spesialis radiologi dan dokter spesialis patologi
anatomi. Sebelum pemeriksaan ini dibutuhkan beberapa persiapan untuk pasien yaitu
keaadan ginjal yang ditampilkan dengan nilai hasil laboratorium BUN dan Kreatinin yang
tidak kurang dari 1,5.
Pemeriksaan diagnostik ini dimulai dari memosisikan pasien, mengatur central
point dengan batas atas cervical 5 atau cervical 7, lalu memulai protokol dengan scan
topogram untuk mengatur batas lapang FOV yang diperlukan untuk pemeriksaan pada
indikasi S. Tumor Paru. Batas FOV adalah mulai dari cervical 7 hingga inferior renal
sinistra.
Pada pemeriksaan CT-Scan Thorax non kontras, bertujuan untuk mengevaluasi
organ secara keseluruhan yang ter-scan apakah terdapat abnormalitas. Pada CT-Scan
Thorax kontras, bertujuan sebagai pembanding dengan non kontras pada organ yang telah
terevalusi oleh citra non kontras, jika pada non kontras pada organ tak tampak enhanced,
tetapi pada kontras tampak enhanced, berarti terdapat sesuatu atau dugaan massa yang
tersuplai oleh pembuluh darah (feeding artery), selain itu pada CT-Scan Thorax kontras

22
juga mengevluasi ketika terdapat lesi dan sebagai pembeda apakah itu massa atau hanya
cairan yang terkandung dalam paru. Pada pemeriksasn ini tidak diperlukan menggunakan
Injector dan penempatan Trigger atau ROI karena tidak dibutuhkan evaluasi 3 Fase (Arteri,
Vena, Delay), tetapi hanya untuk melihat perjalanan kontras dari IV ke lokasi indikasi
tumor pada paru. Maka dari itu penggunaan kontras hanya 80cc dan tidak dicampur dengan
saline atau NaCl karena mengingat CT-Scan hanya 16 Slice, dan dibutuhkan kekentalan
yang sesuai agar enhanced dan tepat terevaluasi sesuai scanning.
Dilakukannya FNAB ketika sudah terdiagnosa sebelumnya sebagai mass dari
dokter spesialis patologi klinis, dan dapat dilihat kontur dan bentuk dari hasil citra CT-Scan
Thorax kontras. Pertama setelah pemeriksaan kontras selesai, dapat terevaluasi posisi
tumor lebih ke anterior atau posterior. Lokasi tumor pada Tn. Sl mendekati bagian
posterior, maka pasien diminta untuk tidur dengan tengkurap (poisis PA), yang bertujuan
untuk memudahkan pengambilan sampel tumor dengan perhitungan jarak dengan Panjang
jarum yang lebih efisien. Setelah itu pemasangan marker dengan perkiraaan sesuai lokasi
tumor, pada Tn. Sl diletakkan disekitar scapula, lalu dilakukan scanning lagi untuk
mengevaluasi penempatan marker sebagai titik dilakukannya biopsy, mengatur juga titik
dari garis X atau sisi coronal yang dapat terlihat dari hasil citra pada monitor sebagai
patokan yang lebih detail untuk dilakukannya biopsy. Langkah selanjutnya adalah
memasukkan jarum biopsy dengan jarum 18 sepanjang 10cm sesuai titik yang sudah
ditentukan lalu dilakukan scaning lagi untuk memastikan apakah sudah mengenai bagian
dari tumor. Jika setelah hasil scanning menghasilkan citra dari jarum sudah mengenai
bagian tumor, maka dapat dilakukan biopsy untuk mendapatkan sample yang diuji di
laboratorium oleh tim dari dokter spesialis Patologi Anatomi.
Pemeriksaan telah selesai dilakukan, setelah semua alat dan bahan sudah dilepas
dari badan pasien, dipersilahkan untuk kembali ke ruangan dibantu oleh perawat.
Didapatkan diagnosa
Filming yang dilakukan pada pemeriksaan CT-Scan Thorax Kontras dengan FNAB
adalah non kontras, kontras, dan lung window. Penggunaan kondisi lung window bertujuan
untuk. Pada pemeriksaan ini dihasilan 3 Film (5x5) dengan susunan:

23
 15 Citra Potongan Axial Non Kontras dan 10 Citra Potongan Coronal Kontras

Gambar 10. Film 1 Pemeriksaan CT-Scan Tn. Sl

24
 15 Citra Potongan Axial Kontras dan 10 Citra Potongan Sagittal Kontras

Gambar 11. Film 2 Pemeriksaan CT-Scan Tn. Sl

25
 15 Citra Potongan Axial Kontras Lung Window, dan 8 Citra Potongan Coronal
Lung Window, dan 2 Potongan Sagital Lung Window

Gambar 12. Film 2 Pemeriksaan CT-Scan Tn. Sl

Meskipun pada pemeriksaan ini pasien akan sedikit tidak nyaman tetapi dengan
dilakukannya CT-Scan Thorax dengan FNAB, dapat dihasilkan diagnosa yang sesuai baik dari
radiologist maupun patologist bagaimana jenis dari tumor ataupun lesi tersebut, tipe stase pada

26
tumor, dan evaluasi flow dari kontras tersebut apakah ada feeding artery, juga organ lain
disekitar thorax yang terevaluasi untuk memperoleh diagnosa maksimal secara keseluruhan.
Akan tetapi ketika tumor atau masss terevaluasi kecil dan mendekati pembuluh darah utama
dan jantung, maka Guiding dengan FNAB tidak akan dilakukan karena memiliki resiko tinggi
dimana jarum dikhawatirkan menusuk pembuluh darah utama dan jantung yang dapat
menyebabkan kecelakaan.

27
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Teknik pemeriksaan radiografi CT-Scan Thorax Kontras dengan FNAB merupakan
Teknik dan protokol yang yang tepat untuk evaluasi thorax dan mediastinum juga organ
disekitar dengan penggunaan media kontras iopamiro dan guiding biopsy oleh dokter
spesiali radiologi dan patologi anatomi.
Dengan menggunakan protokol diagnostik dan biopsy ini ini dapat dihasilkan
informasi penegakkan diagnosa bahwa terdapat curiga suatu lung mass (T4N3MO, AJCC
2012) pada paru yang menunjukkan adanya gambaran gumpalan pada daerah paru - paru
yang membuat pasien sesak, dan selanjutnya akan dilakukan penanganan lebih lanjut untuk
membuat keadaan dan pernafasan pasien kembali normal
Pada pemeriksaan ini pasien mungkin akan tidak nyaman karena dilakukan
dengan posisi tengkurap dan dilakukan tusuk jarum untuk pembambilan sample. Radias
yang diterima juga berlipat karena protokol ini bertujuan sebagai guiding.

4.2. Saran
Pemeriksaan S. Tumor pada paru, seharusnya memang dilakukan dengan
modalitas CT-Scan Thorax Kontras dengan FNAB sebagai guiding, tetapi diperhatikan
untuk tingkat kekentalan kontras agar tidak membuat vena pasien membengkak dan
memperhatikan kelugan pasien. Fakor eskposi juga selalu diperhatikan saat dan tidak ada
pengulangan eksposi, agar pasien memperoleh dosis radiasi yang sesuai dan
menghindarkan dari dampak negatif dari paparan sinar radiasi untuk memperoleh citra
gambar yang dapat dievaluasi dengan baik.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Penanganan Pasien dengan Indikasi Massa Paru.. [Online],


(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64131/Chapter%20II.pdf?sequence=4
&isAllowed=y)
[Diakses 22 Mei 2019]
Anonim, 2015. Modalitas CT-Scan.. [Online],
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/53816/Chapter%20II.pdf;jsessionid=
A42AB48294604BB5696D074618D1DC07?sequence=3)
[Diakses 22 Mei 2019]
Baiti, M., 2014. Tumor Paru.. [Online],
(https://www.academia.edu/8868992/TUMOR_PARU)
[Diakses 24 Mei 2019]
Ballinger, P. W. & Frank, E. D., -. Merrill's Atlas of Radiographic Positions & Radiologic
Procedures. Tenth ed. -: Mosby.
Hamid, A., 2013. Anatomi Toraks.. [Online],
(https://www.scribd.com/doc/139087072/ANATOMI-TORAKS)
[Diakses 23 Mei 2019]
Majid, F., 2011. CT-Scan pada Thorax.. [Online], (https://www.scribd.com/doc/68410597/Ct-
Scan-Pd-Thorax)
[Diakses 21 Mei 2019]
Neira, D., 2014. Anatomi Mediastinum.. [Online],
(https://www.scribd.com/doc/228544804/Anatomi-Mediastinum-bagian-bagian)
[Diakses 22 Mei 2019]
Netter, F. H., 2014. Atlas Of Human Anatomy. Sixth ed, USA : Elsevier inc.
Rachman, L; Dany, F; Rendy Leo. Robbins&Cotran., Dasar Patologis Penyakit.
Ed.7. Jakarta:EGC 2010

Sabiston, David C,. 1994, Buku Ajar Bedah, alih bahasa Petrus Adriyanto, Edisi I, Jilid II,
704-724, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sinta., 2014. Trauma Toraks.. [Online],


(https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/6003005617e640a825ffd14ca9522708.pdf)
[Diakses 24 Mei 2019]

Kanker Paru. Pedoman Diagnosis&Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru


Indonesia.2003

29

Anda mungkin juga menyukai