Anda di halaman 1dari 34

TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN THORAX DENGAN

KONTRAS PADA KASUS TUMOR MEDIASTINUM


DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
DOKTER KARIADI SEMARANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Praktek Kerja Lapangan III

Disusun Oleh :
Ade Cahyanto
26423

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK RONTGEN


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
2009

i
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Ade Cahyanto


NIM : 26423
Judul Laporan : “TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN THORAX DENGAN
KONTRAS PADA KASUS TUMOR MEDIASTINUM DI
INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
DOKTER KARIADI SEMARANG”

Telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan (PKL) III Semester V, Prodi DIII Teknik Rontgen Stikes Widya Husada
Semarang, pada :
Tanggal : 08 Februari 2009
Tempat : Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi
Semarang

Pembimbing,

Hening T.W, SST


NIP 140218329

ii
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Ct-Scan Thorax Dengan
Kontras Pada Kasus Tumor Mediastinum Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang” untuk memenuhi tugas mata kuliah PKL
III Semester V Prodi DIII Teknik Rontgen Stikes Widya Husada Semarang.
Dalam penyusunan laporan karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Nur Utama, BSc, selaku Ketua Program Studi D-III Teknik
Rontgen Stikes Widya Husada Semarang.
2. Seluruh dosen dan staf jurusan Teknik Rontgen Stikes Widya Husada
Semarang.
3. Bapak Hening T.W, SST, selaku pembimbing laporan kasus ini.
4. Seluruh staf Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi
Semarang.
5. Ibu, Bapak, dan ketiga kakakku yang selalu memberi dukungan doa,
moral, dan spiritual.
6. Teman-teman praktek kerja lapangan di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter
Kariadi Semarang.
7. Semua teman-temanku, khususnya Angkatan X Prodi DIII Teknik Rontgen
Stikes Widya Husada Semarang.
8. Umik yang selalu memberikanku support.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Semoga Allah SWT memberi Rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam terselesaikannya laporan laporan studi kasus ini.

iii
Mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca
untuk memperbaiki laporan kasus berikutnya.
Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan mahasiswa Prodi DIII Teknik Rontgen Stikes Widya Husada
Semarang pada khususnya.

Semarang, Januari 2009

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan........................................................................................ ii
Kata Pengantar.................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... v
Daftar Gambar.................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang............................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah........................................................................ 2
1.3.Tujuan Penulisan.......................................................................... 2
1.4.Manfaat Penulisan........................................................................ 2
1.5.Sistematika Penulisan.................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi dan Fisiologi................................................................. 4
2.1.1. Paru-paru....................................................................... 4
2.1.2. Jantung.......................................................................... 5
2.1.3. Mediastinum.................................................................. 5
2.1.4. Tumor Mediastinum...................................................... 6
2.2.Dasar-dasar CT-Scan.................................................................... 8
2.2.1. Komponen-komponen CT-Scan Generasi Ke-II........... 8
2.2.2. Parameter CT-Scan....................................................... 11
2.2.3. Pemeriksaan CT-Scan Thorax....................................... 14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.Identitas Pasien............................................................................ 19
3.2.Riwayat Penyakit......................................................................... 19
3.3.Prosedur Pemeriksaan.................................................................. 19
3.3.1. Persiapan Pasien............................................................ 19
3.3.2. Persiapan Alat............................................................... 19
3.3.3. Persiapan Media Kontras.............................................. 21
3.3.4. Teknik Pemeriksaan...................................................... 21

v
3.3.5. Proteksi Radiasi............................................................ 22
3.4.Hasil Gambar............................................................................... 23
3.5.Hasil Pembacaan Dokter.............................................................. 24
3.6.Pembahasan Masalah................................................................... 25
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan.................................................................................. 26
4.2.Saran............................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 27
LAMPIRAN...................................................................................................... 28

vi
DAFTAR GAMBAR

2.1. Paru-paru.................................................................................................. 4
2.2. Jantung..................................................................................................... 5
2.3. Komponen CT-Scan................................................................................. 11
2.4. Potongan Axial I...................................................................................... 16
2.5. Potongan Axial III.................................................................................... 17
2.6. Potongan Axial X..................................................................................... 18
3.1. Pesawat CT-Scan...................................................................................... 20
3.2. CT-Scan Thorax....................................................................................... 23

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Ilmu kedokteran semakin berkembang yaitu dengan ditemukannya
pemeriksaan secara radiologis terhadap organ tubuh guna mendukung
diagnosa suatu penyakit dengan menggunakan Computed Tomography
Scaning (CT-Scan), yang dikenalkan pertama kali oleh Sir Godfrey Newbold
Hounsfield seorang insinyur dari EMI London dengan James Ambrosse
seorang teknisi dari Atkinson Marley’s Hospital di London Inggris pada
tahun 1970 (Ballinger, 1995).
Computerized Tomography (CT) telah diterima sebagai alat
diagnostik yang berharga dimana-mana. Di Indonesia CT telah dipakai pada
tahun 1983 di Rumah Sakit Pertamina Jakarta, kemudian menyusul di
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit lainnya di luar
Jawa. (Rasad, 1998)
CT-Scan merupakan suatu metode pencitraan gambar yang
memanfaatkan sistem komputer sebagai pengolahan data sinar-X yang telah
mengalami attenuasi dalam tubuh pasien yang diperiksa. Kemudian data
sinar-X tersebut ditangkap dengan beberapa detektor yang dikonversikan
dalam bentuk digit untuk selanjutnya dikirimkan ke komputer. Oleh
komputer diolah, direkonstruksi dan ditampilkan dalam bentuk informasi
anatomis yang tipis dan dikenal dengan istilah Slice Thickness atau disimpan
dalam bentuk memori.
Pemeriksaan CT-Scan Thorax di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang cukup sering dilakukan. Untuk itu
penulis ingin mengetahui serta memahami teknik pemeriksaan CT-Scan
Thorax pada kasus tumor mediastinum yang dilakukan di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang.

1
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis ingin mengkaji lebih lanjut
mengenai teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang dan mengangkatnya dalam
bentuk laporan kasus dengan judul ”TEKNIK PEMERIKSAAN CT-
SCAN THORAX DENGAN KONTRAS PADA KASUS TUMOR
MEDIASTINUM DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG”.

1. 2. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis membatasi rumusan
masalah hanya pada bagaimana prosedur pemeriksaan CT-Scan Thorax
dengan kontras pada kasus tumor mediastinum di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang?

1. 3. Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis mempunyai tujuan
untuk mengetahui teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax dengan kontras pada
kasus tumor mediastinum di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat
Dokter Kariadi Semarang.

1. 4. Manfaat Penulisan
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis berharap manfaat yang
di dapat adalah dapat mengetahui teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax
dengan kontras pada kasus tumor mediastinum di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang.

1. 5. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun laporan ini disusun secara sistematis, adapun
sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN

2
Berisi tentang Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisi tentang anatomi dan fisiologi, peralatan dasar CT-Scan dan
teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil dan pembahasan yang berisi tentang paparan
kasus, dan tata laksana pemeriksaan CT-Scan Thorax di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang.
BAB IV PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Anatomi dan Fisiologi


2.1.1. Paru–Paru
Merupakan alat pernafasan utama, berbentuk kerucut dengan
apex diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari clavicula. Sebagian
besar paru terdiri dari alveoli yang terbantuk dari sel endotel dan
epitel, dibagian inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam
darah dan CO2 keluar dari darah. Paru dibagi menjadi dua bagian
yaitu paru kanan dan kiri. Paru kanan dibagi menjadi tiga lobus dan
paru kiri menjadi dua lobus. Antara lobus kanan dan kiri dipisahkan
oleh suatu fisura. Paru–paru dilapisi oleh suatu selaput yang disebut
pleura, dimana pleura dibagi menjadi 2 bagian; Pleura Viseralis
yaitu Selaput paru yang langsung membungkus paru, dan Pleura
Parietalis yaitu Selaput paru yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut
cavum pleura. Cavum pleura ini hampa udara dan terdapat sedikit
cairan yang meminyaki permukaannya untuk menghindarkan
gesekan antara paru dengan dinding dada pada saat bernafas.

4
Gambar 2.1. Paru–paru (Sobotta, 2000)
2.1.2. Jantung
Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot
jantung merupakan jaringan istimewa karena bentuk dan susunannya
sama dengan otot serat lintang, tetapi cara kerjanya menyerupai otot
polos yaitu di luar kemampuan kita. Bentuknya menyerupai jantung
pisang bagian atasnya tumpul dan disebut juga basis kordis. Di
sebelah bawah agak meruncing yang disebut juga apeks kordis.
Letaknya di dalam rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya
terdapat di sebelah kiri antara costae lima dan enam.

Gambar 2.2. Jantung (Sobotta, 2000)

2.1.3. Mediastinum
Mediastinum merupakan area di dalam dada diantara paru-
paru. Terbagi menjadi mediastinum superior dan inferior oleh garis
imajiner ke arah belakang dari siku dekat sternum (pertemuan
manubrium dengan korpus sternum) ke vertebra thorakal ke-4.
Mediastinun Superior di depan dibatasi oleh manubrium
sterni dan dibelakang oleh empat vertebra Thoracica pertama.
Mediastinum superior terdiri dari:
a. Arkus aorta dan percabangannya

5
b. Vena kava superior dan vena brakhiosefalika
c. Trakhea
d. Duktus torakikus
e. Nervus vagus dan frenikus
f. Oesofagus
g. Kelenjar thymus
Mediastinum inferior didepan dibatasi oleh corpus sterni dan
dibelakang oleh 8 vertebra thoracica bagian bawah. Mediastinum
inferior terdiri dari:
a. Anterior (di sebelah depan jantung) yang meliputi thymus dan
jaringan penunjang
b. Medial yang meliputi jantung dan perikardium serta pembuluh
darah besar.
c. Posterior (di sebelah belakang jantung) yang meliputi aorta
desending, oesofagus, doktus torakikus dan nervus vagus.

2.1.4. Tumor Mediastinum


Tumor / neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang
terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus secara tidak
terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak
berguna bagi tubuh.
Menurut letaknya tumor mediastinum terbagi menjadi:
1. Tumor anterior mediastinum
a. Mesenchymal tumor
Tumor ini terdapat dalam tiga bagian mediastinum,
tetapi lebih banyak ditemukan di bagian anterior
mediastinum.
b. Lipomas dan Lipomatosis
Tumor ini berbentuk lesi yang lipoid, di bagian
anterior jantung, di atas diafragma dan dekat prosesus
xypoideus.

6
c. Lipo Fibro Sarkomas
Selain di anterior mediastinum, tumor ini juga dapat
ditemukan di posterior mediastinum dekat tulang belakang, di
aorta desending dan berbentuk lipoid lesions.
d. Haemangiomas
Tumor ini berbentuk lesi yang solid, dekat apeks
jantung bagian anterior, dekat tulang manubrium dan tepat di
belakang sternal angle.
e. Lymphangiomas
Letak tumor ini hampir sama dengan lipomas dan
lipomatosis. Cuma tumor ini berbentuk crystic lesions/kista.
f. Thymomas
Tumor ini dapat mengenai semua umur tetapi lebih
banyak pada tahap keempat dari kehidupan atau masa
dewasa/produktif. Tumor ini berbentuk lesi yang solid.
g. Teratoma blastomas
Hampir 11 – 17% massa mediastinal adalah teratoma
blastomas maligra/keganasan ditemukan dalam 25 – 30%
kasus dan berupa tumor yang solid. Crystic tumor ditemukan
untuk tumor yang jinak dan hampir 50% tumor mengalami
klasifikasi/penumpukan kalsium.
h. Parathyroid tumor
Tumor ini disebabkan fungsi hormonal dari
parathyroid yang selalu aktif, berdiameter kira-kira 0,5 – 2
cm dan terdapat setelah daerah thyroid di atas dan
pertengahan anterior mediastinum.
2. Tumor mediastinum medial
a. Tumor di trachea
b. Bronchogenic cyst
c. Pleuropericardial (mesothelial) cyst

7
3. Tumor-tumor mediastinum posterior
Kira-kira 30% tumor di posterior mediastinum adalah
ganas.
a. Solid neurogenic tumours
b. Cystic masses
c. Meningoceles
d. Neuro enteric cysts
e. Tumor di oesophagus

2. 2. Dasar-dasar CT-Scan (Tortorici, 1995)


CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer
dan televisi. Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan
adanya detektor. Di dalam komputer terjadi proses pengolahan dan
perekonstruksian gambar dengan penerapan prinsip matematika atau yang
lebih dikenal dengan rekonstruksi algorithma. Setelah proses pengolahan
selesai, maka data yang telah diperoleh berupa data digital yang selanjutnya
diubah menjadi data analog untuk ditampilkan ke layar monitor. Gambar
yang ditampilkan dalam layar monitor selanjutnya diubah menjadi data
analog untuk ditampilkan ke layar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam
layar monitor berupa informasi anatomis irisan tubuh.
2.2.1. Komponen-komponen CT-Scan Generasi Ke II (Tortorici, 1995)
a.Gantry
Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja
pemeriksaan dan meja tersebut dapat bergerak menuju gantry.
Gantry ini terdiri dari beberapa perangkat keras yang
keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu
gambaran. Perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-X,
kolimator, dan detektor.
b. Tabung Sinar-X

8
Berdasarkan strukturnya tabung sinar-X sangat mirip
dengan tabung sinar-X konvensional, namun perbedaannya
terletak pada kemampuannya untuk menahan panas dan output
yang tinggi. Panas yang cukup tinggi dengan elektron-elektron
yang menumbuknya. Ukuran fokal spot yang cukup kecil (kurang
dari 1 mm) sangat dibutuhkan untuk menghasilkan resolusi yang
tinggi.
c.Kolimator
Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur,
membatasi jumlah sinar-X yang sampai ke tubuh pasien serta
untuk meningkatkan kualitas gambar, tidak seperti pada pesawat
radiografi konvensional. CT-Scan menggunakan 2 buah
kolimator. Kolimator pertama diletakkan pada rumah tabung
sinar-X yang disebut pre pasien kolimator dan kolimator yang
kedua diletakkan antara pasien dan detektor yang disebut per
detektor kolimator atau post pasien kolimator.
d. Detektor
Selama eksposi, berkas sinar-X (foton) menembus pasien
dan mengalami perlemahan (attenuasi). Sisa-sisa foton yang telah
terattenuasi kemudian ditangkap oleh detektor. Ketika detektor
menerima sisa-sisa foton tersebut, foton berinteraksi dengan
detektor dan memproduksi sinyal dengan arus yang kecil yang
disebut sinar output analog. Sinyal ini besarnya sebanding
dengan intensitas radiasi yang diterima. Kemampuan penyerapan
detektor yang tinggi akan berakibat kualitas gambar yang
dihasilkan menjadi lebih optimal.
e. Meja Pemeriksaan (Couch)
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk
memposisikan pasien. Meja ini biasanya terbuat dari fiber
karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar-x yang menembus
pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju detektor. Meja ini

9
harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk menopang
tubuh pasien selama meja bergerak ke dalam gantry.
f. Sistem Konsul
Konsul tersedia dalam berbagai variasi. CT-Scan generasi
awal masih menggunakan 2 sistem konsul yaitu untuk
pengoperasian CT-Scan sendiri dan untuk perekaman dan
pencetakan gambar. Model yang terbaru sudah memiliki banyak
kelebihan dan banyak fungsi. Bagian dari sistem konsul ini yaitu:
1. Sistem Kontrol
Pada bagian ini petugas dapat mengontrol parameter-
parameter yang berhubungan dengan beroperasinya CT-Scan
seperti pengaturan kV, mA dan waktu scanning, ketebalan
irisan (Slice thickness), dan lain-lain. Juga dilengkapi dengan
keyboard untuk memasukkan data pasien dan pengontrol
fungsi tertentu dalam komputer.
2. Sistem Pencetakan Gambar
Setelah gambar CT-Scan diperoleh, gambaran tersebut
dipindahkan dalam bentuk film. Pemindahan ini
menggunakan kamera multi format. Cara kerjanya yaitu
kamera merekam gambaran di monitor dan memindahkannya
ke dalam film. Tampilan gambaran di film dapat mencapai 2-
24 gambar tergantung ukuran film (biasanya 8 x 10 inchi atau
14 x 17 inchi).
3. Sistem Perekaman Gambar
Merupakan bagian penting yang lain dari CT-Scan.
Data pasien yang telah ada disimpan dan dapat dipanggil
kembali dengan cepat. Biasanya sistem perekaman ini berupa
disket optik dengan kemampuan penyimpanan sampai ribuan
gambar. Ada pula yang menggunakan magnetic tape dengan
kemampuan penyimpanan data hanya sampai 200 gambar.

10
Gambar 2.3. Komponen CT-Scan (Bontrager, 2001)

2.2.2. Parameter CT-Scan (Tortorici, 1995)


Gambaran pada CT-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari
berkas-berkas sinar-X yang mengalami perlemahan serta menembus
objek, ditangkap detektor, dan dilakukan pengolahan di dalam
komputer. Penampilan gambar yang baik tergantung dari kualitas
gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut
dapat dimanfaatkan dalam rangka untuk menegakkan diagnosa.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam CT-Scan dikenal
beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar
yang optimal.
a.Slice Thickness
Slice Thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari
objek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 - 10 mm
sesuai dengan keperluan klinis. Pada umumnya ukuran yang
tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah,
sebaliknya yang tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail
yang tinggi.
b. Range
Range atau rentang adalah perpaduan atau kombinasi dari
beberapa slice thickness. Sebagai contoh untuk CT-Scan thorax,
range yang digunakan adalah sama yaitu 5-10 mm mulai dari
apeks paru sampai diafragma. Pemanfaatan dari range adalah

11
untuk mendapatkan ketebalan irisan yang sama pada satu
lapangan pemeriksaan.
c.Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung
(mA) dan waktu eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat
dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan. Namun
kadang-kadang pengaturan tegangan tabung diatur ulang untuk
menyesuaikan ketebalan objek yang akan diperiksa (rentangnya
antara 80 – 140 kV). Tegangan tabung yang tinggi biasanya
dimanfaatkan untuk pemeriksaan paru dan struktur tulang seperti
pelvis dan vertebra. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
resolusi gambar yang tinggi sehubungan dengan letak dan
struktur penyusunnya.
d. Field of View (FoV)
Field of View adalah maksimal dari gambaran yang akan
direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada
rentang 12-50 cm. FoV yang kecil maka akan mereduksi ukuran
pixel (picture element), sehingga dalam proses rekonstruksi
matriks gambarannya akan menjadi lebih teliti. Namun, jika
ukuran FoV terlalu kecil maka area yang mungkin dibutuhkan
untuk keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi.
e.Gantry Tilt
Gantry Tilting adalah sudut yang dibentuk antara bidang
vertikal dengan gantry (tabung sinar-x dan detektor). Rentang
penyudutan –250 sampai + 250. Penyudutan dari gantry bertujuan
untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang harus
dihadapi. Di samping itu, bertujuan untuk mereduksi dosis
radiasi terhadap organ-organ yang sensitif seperti mata.

12
f. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom
pada picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian
gambar. Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x
512 (5122) yaitu 512 baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks
ini berpengaruh terhadap resolusi gambar yang akan dihasilkan.
Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi
resolusi yang akan dihasilkan.
g. Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis
(algorithma) yang digunakan dalam merekonstruksi gambar.
Hasil dan karakteristik dari gambar CT-Scan tergantung pada
kuatnya algorithma yang dipilih. Sebagian besar CT-Scan sudah
memiliki standar algorithma tertentu untuk pemeriksaan kepala,
abdomen, dan lain-lain. Semakin tinggi resolusi algorithma yang
dipilih, maka semakin tinggi pula resolusi gambar yang akan
dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti
tulang, soft tissue, dan jaringan-jaringan lain dapat dibedakan
dengan jelas pada layar monitor.
h. Window Width
Window Width adalah rentang nilai computed tomography
yang akan dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan
dalam TV monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan
gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka
hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal
dengan nama nilai computed tomography. Nilai ini mempunyai
satuan HU (Hounsfield Unit) yang diambil dari nama penemu
CT-Scan kepala pertama kali yaitu Godfrey Hounsfield.
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU.
Untuk tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai + 3000
HU. Sedangkan untuk kondisi udara nilai ini adalah air dengan

13
yang dimiliki – 1000 HU. Diantara rentang tersebut merupakan
jaringan atau substansi lain dengan nilai berbeda-beda pula
tergantung pada tingkat perlemahannya. Dengan demikian
penampakan tulang dalam monitor menjadi putih dan
penampakan udara hitam. Jaringan dan substansi lain akan
dikonversi menjadi warna abu-abu yang bertingkat yang disebut
Gray Scale. Khusus untuk darah yang semula dalam
penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih jika
diberi media kontras Iodine.
i. Window Level
Window level adalah nilai tengah dari window yang
digunakan untuk penampakan gambar. Nilainya dapat dipilih
tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur objek
yang diperiksa. Window level ini menentukan densitas gambar
yang akan dihasilkan.

2.2.3. Pemeriksaan CT-Scan Thorax (Tortorici, 1995)


a. Pengertian
Teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax adalah adalah
teknik pemeriksaan radiologi untuk mendapatkan gambaran
irisan atau penampang melintang dari Thorax.
b. Indikasi pemeriksaan
1. Pembedahan aorta
2. Abses atau bengkak
3. Aneurisma
4. Lessi pada hilus atau mediastinal
5. Penyakit pada proses pernapasan
6. Penyakit jantung

14
c. Persiapan Pemeriksaan
1. Persiapan Pasien
Persiapan yang dilakukan sebelum pemeriksaan CT-
Scan Thorax, yaitu puasa selama 4-6 jam sebelum
pemeriksaan dilaksanakan dan melepas benda yang dapat
mengganggu gambaran radiograf.
2. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan untuk pemeriksaan CT-Scan Thorax
yaitu pesawat CT-Scan, Standard infus, plester, tabung
oksigen yang tergolong dalam peralatan non steril.
Sedangkan peralatan sterilnya meliputi alat-alat suntik, spuit,
dan alkohol
3. Persiapan Media kontras
Penggunaan media kontras dalam pemeriksaan CT-
Scan Thorax diperlukan untuk menampakkan struktur-
struktur anatomi tubuh terutama pada organ Thorax.
Pemasukan media kontras dimasukkan melalui injeksi
intravena dan dilakukan scanning pada saat dua puluh detik
setelah pemasukan media kontras dengan injektor.
d. Teknik Pemeriksan
Posisi Pasien : Pasien supine di atas meja
pemeriksaan, mid sagital plane tubuh
tepat digaris tengah meja pemeriksaan,
kedua tangan ditempatkan di atas
kepala berpegangan pada handle,
kedua kaki lurus di atas meja
pemeriksaan.
Posisi Obyek : Batas atas obyek mulai dari cartílago
tiroid sampai dengan tiga jari di bawah
processus xipoideus. Mid Coronal

15
Plane (MCP) diatur pada garis tengah
horizontal.
Prosedur Pemeriksaan : Pasien difiksasi untuk menghindari
gerakan pasien selama pemeriksan
berlangsung. Pasien dilatih untuk
menahan napas selama beberapa detik
dan diinstruksikan kembali.
Scan Parameter
Scanogram : Thorax AP
Range : Apex paru sampai diafragma
Slice tickness : 5-10 mm
FOV : 0°
KV : 137
mAS : 180
Rekonstruksi algoritma : High resolution
Window width : 1000 Hu – 2000 H
Window level : -600 Hu – 700 Hu
e. Hasil CT-Scan
Gambar yang dihasilkan pada CT-Scan Thorax akan
tampak kriteria di bawah ini (Bontrager, 2001)
1. Potongan Axial I

Gambar 2.4. Potongan Axial I (Bontranger, 2001)

Kriteria yang tampak :


a) Vena jantung interna kanan

16
b) Arteri karotis komunis kanan
c) Trachea
d) Sternum
e) Sternoclavicular joint
f)Clavicula
g) Vena jugular interna kiri
h) Arteri subklavia kiri
i) Arteri karotis komunis kiri
j) Vertebra thorakal 2-3
k) Arteri subklavia kanan
l) Processsus acromion dari scapula
m) Caput humerus.

2. Potongan Axial III

Gambar 2.5. Potongan Axial III (Bontranger, 2001)


Kriteria yang Tampak :
a. Vena brachio chepalic kanan
b. Arteri braciocepalic
c. Manubrium
d. Vena brachio chepalic kiri
e. Arteri karotis komunis kiri
f. Arteri subclavia kiri
g. Esophagus
h. Vertebra thorakal 3-4

17
i. Trachea.

3. Potongan Axial X

Gambar 2.6. Potongan Axial X (Bontranger, 2001)

Kriteria yang tampak :


a. Vena cava inferior
b. Atrium kanan
c. Katub trikuspidalis
d. Perikardium
e. Ventrikel kanan
f. Septum interventricular
g. Ventrikel kiri
h. Atrium kiri
i. Aorta desenden
j. Vertebra thorakal 9-10
k. Esophagus
l. Hemidiafragma kanan.

18
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3. 1. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 54 th
Alamat : Semarang
Ruang : C3A
No RM : 5931600
No CT-SCAN : 90320
Diagnosa : Suspect Tumor mediastinum
Dokter Pengirim : Dr. Muchlis

3. 2. Riwayat Penyakit
Pasien mengalami batuk selama 6 bulan, suara parau, telinga terasa
gemrebet, mata bengkak yang kemudian turun ke pipi dan pembengkakan di
leher selama 2 bulan.

3. 3. Prosedur Pemeriksaan
3.3.1. Persiapan Pasien
Persiapan yang dilakukan pasien sebelum pemeriksaan CT-
Scan Thorax pada kasus Tumor Mediastinum, yaitu puasa selama 6
jam sebelum pemeriksaan dilaksanakan. Pasien melepas semua
benda yang dapat mengakibatkan artefak, misalnya resleting, peniti,
dll.

3.3.2. Persiapan Alat


a. Pesawat CT-Scan

19
Untuk menunjang pelaksanaan pemeriksaan CT-Scan
Thorax di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dokter
Kariadi Semarang, alat yang digunakan adalah pesawat CT-Scan
siap pakai dengan spesifikasi sebagai berikut :
Nama pesawat : Somatom Emotion
Merk : Siemens
Type/model : Single Slice
Tube model/no seri : Art 3804890546017
Kondisi Max : 130 kV ; 245 mAs

Gambar 3.1. Pesawat CT-Scan


(Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang)

b. Film
c. Dry View
d. Baju pasien
e. Media kontras non ionik berupa Iopamiro 300mg sebanyak
100cc
f. Spuit ukuran 25 cc
g. Kapas alkohol

20
h. Obat-obat emergency

3.3.3. Persiapan Media Kontras


Media kontras yang digunakan adalah Iopamiro 300 mg,
dimana pemasukan media kontras dilakukan menggunakan injektor
dengan jumlah Iopamiro 100 cc. Pemasukan media kontras
dilakukan setelah pengambilan CT-Scan polos dan dilakukan
scanning kembali pada saat dua puluh detik setelah pemasukan
media kontras dengan injektor.

3.3.4. Teknik Pemeriksaan


Teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax pada kasus Tumor
Mediastinum di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat
Dokter Kariadi Semarang, adalah sebagai berikut :
a.Pasien ditempatkan di atas meja pemeriksaan dengan posisi supine
dan kedua tangan ke atas sejajar dengan kepala. Atur posisi
obyek mulai dari cartílago tiroid sampai dengan tiga jari di
bawah processus xipoideus. Mid Coronal Plane (MCP) diatur
pada garis tengah horizontal.
b. Pertama, dibuat scanogram CT-Scan polos terlebih dahulu untuk
mengetahui kondisi awal sebelum pemasukan kontras.
Scan Parameter
Scanogram : Thorax AP
Range : Apek paru sampai diafragma
Slice Thickness : 5-10 mm
FoV : dipilih sesuai ukuran pasien
Gantry : 00
Window Width : 1000 Hu - 2000 Hu
Window Level : -600 Hu - 400 Hu
c.Kedua, pemasukan media kontras yang berupa Iopamiro 300 mg
sebanyak 100 cc dengan menggunakan injektor, pemasukan

21
media kontras ini dilakukan setelah CT-Scan polos dan dilakukan
scaning kembali setelah kontras masuk.
d. Kemudian setelah dibuat scanogram dan kondisi post kontras,
lalu dibuat kondisi mediastinum dan kondisi lung.
e.Proses Pencetakan Gambar
Setelah scaning selesai dan gambar telah sesuai dengan
yang diinginkan, maka gambar siap dicetak dalam dry view.
Petunjuk teknis pengoperasian pencetak radiograf :
1. Click filming
2. Tentukan jumlah frame yang akan diambil
3. Click sceno/ct
4. Atur gambar yang akan di print ( WW dan WL)

3.3.5. Proteksi Radiasi


Oleh karena adanya efek negatif yang ditimbulkan oleh sinar-
X, maka perlu sekali setiap petugas memperhatikan proteksi radiasi
baik terhadap pasien, petugas itu sendiri serta masyarakat umum
yang berada di sekitar ruang pemeriksaan.
Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dokter
Kariadi Semarang, usaha-usaha yang dilakukan untuk proteksi
radiasi adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan hanya dilakukan atas permintaan dokter.
b. Mengusahakan agar tidak terjadi pengulangan scan.
c. Pintu kamar pemeriksaan dipastikan tertutup dan terkunci pada
saat penyinaran karena radiasi yang dihasilkan oleh pesawat CT-
Scan sangat besar, dan dinding dilapisi timbal (Pb) setebal 2 mm.
d. Selama melakukan penyinaran semua petugas berdiri di belakang
panel control atau di tempat yang terlindung dari radiasi dan
mengawasi pasien melalui jendela kaca timbal.
e. Selama penyinaran berlangsung, tidak boleh ada orang lain di
dalam kamar pemeriksaan.

22
f. Apabila diperlukan seseorang untuk membantu penderita selama
penyinaran dilakukan, ia harus memakai baju proteksi radiasi
(apron).

3. 4. Hasil Gambar
Hasil gambar yang di dapat dari pemeriksaan CT-Scan Thorax pada
kasus Tumor Mediastinum dengan kontras yang di lakukan di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang adalah
sebagai berikut:

Lembar 1 Lembar 2

Lembar 3 Lembar 4
Gambar 3.2. CT-Scan Thorax
(Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang)

23
3. 5. Hasil Pembacaan Dokter
Hasil pembacaan CT-Scan Thorax pada kasus Tumor Mediastinum di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang,
yaitu :
3.5.1. Tampak massa isodens batas tegas tepi irreguler pada segmen 2 paru
kanan pasca pemberian kontras tampak mengalami enhancement
3.5.2. Tampak massa isodens in homogen batas tegas tepi reguler pada
mediastinum anterior, paratracheal, peribronkial dan perikarina
kanan, pasca pemberian kontras tampak mengalami enhanocement
ringan pada bagian tepi
3.5.3. Paru kanan-kiri corakan bronkovaskuler meningkat, tampak kolaps
pada paru kiri segment 10
3.5.4. Bronkus utama kanan menyempit, kiri tampak normal
3.5.5. Tampak efusi pleura dupleks kanan dan kiri
3.5.6. Trakhea tidak tampak terdesak
3.5.7. Oesofagus tak melebar, dinding tak tampak menebal, tak tampak
massa dan pendesakan
3.5.8. Cor tak tampak membesar
3.5.9. Aorta tak tampak melebar, tak tampak kalsifikasi dinding dan
trombus
3.5.10. Tak tampak destruksi tulang.

KESAN :
MASSA PADA PARU KANAN SEGMENT 2.
MASSA PADA MEDIASTINUM ANTERIOR, PARATRACHEAL,
PERIBRONCHIAL DAN PERIKARINA KANAN CENDERUNG
SUATU LIMFADENOPATHI.
EFUSI PLEURA DUPLEKS.
CURIGA KOLAPS PARU KIRI SEGMENT 10.

24
3. 6. Pembahasan Masalah
Berikut ini penulis sampaikan beberapa pendapat mengenai
pelaksanaan pemeriksaan. Teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax pada kasus
Tumor Mediastinum di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat
Dokter Kariadi Semarang adalah menggunakan kontras non ionik berupa
Iopamiro 300 mg. Pemasukan media kontras Iopamiro 300 mg sebanyak
100 cc dengan menggunakan injektor. pemasukan media kontras ini
dilakukan setelah CT-Scan polos dan dilakukan scaning kembali setelah dua
puluh detik kontras masuk.
Besarnya interval yang digunakan tergantung besarnya obyek yang
akan diperiksa. Pada pemeriksaan CT-Scan Thorax pada kasus Tumor
Mediastinum di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Pusat Dokter
Kariadi Semarang ini menggunakan interval 5 mm. Penggunaan interval 5
mm memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah
dapat menghasilkan radiograf yang informatif karena detail yang dihasilkan
bagus. Sedangkan kerugiannya adalah dosis radiasi yang diterima pasien
cukup besar serta menambah beban pesawat karena penggunaan slice yang
lebih banyak. Tetapi hasil radiograf yang dihasilkan dari pemeriksaan CT-
Scan Thorax (pada kasus tumor mediastinum) dengan menggunakan teknik
tersebut sangat informatif guna mendukung dalam mendiagnosa suatu
penyakit.

25
BAB IV
PENUTUP

4. 1. Kesimpulan
4.1.1. CT-Scan Thorax adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan pesawat CT-Scan baik dengan atau tanpa
menggunakan media kontras guna mengetahui kelainan atau
penyakit pada organ yang berada dalam rongga Thorax.
4.1.2. Teknik pemeriksaan CT-Scan Thorax pada kasus Tumor
Mediastinum yang dilakukan pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang adalah pemeriksaan CT-Scan
dengan memakai media kontras dan pengambilan ekspose scaning
dilakukan sebelum penyuntikan kontras dan setelah pemasukan
kontras.
4.1.3. Media kontras yang digunakan pada pemeriksaan CT-Scan Thorax
pada Tumor Mediastinum di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum
Pusat Dokter Kariadi Semarang adalah kontras non ionik berupa
Iopamiro 300mg.
4.1.4. Pemasukan media kontras Iopamiro 300 mg sebanyak 100 cc dengan
menggunakan injektor; pemasukan media kontras melalui intravena
ini dilakukan sebelum pemeriksaan CT-Scan Thorax.

4. 2. Saran
Media kontras merupakan bahan yang dapat digunakan untuk
menampakkan struktur gambar suatu organ tubuh dalam pemeriksaan
radiologi. Jika media kontras yang digunakan jumlahnya kurang tepat, maka
hasilnya juga kurang maksimal sehingga organ tersebut kurang dapat
dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena mempunyai densitas yang
relatif sama. Begitu juga sebaliknya. Jadi, sebaiknya pada pemeriksaan CT-

26
Scan Thorax dilakukan dengan memakai media kontras dalam jumlah yang
tepat agar hasil yang didapat lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, K.L., 2001, Textbook of Radiographic Positioning and Related


Anatomy,
Fifth Edition, St. Louis : The CV Mosby Company
Kristanto, Dr. Diktat Patologi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta Pearce,
Pearce E.C. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.
Syaifuddin, B.A.C. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi ke-2.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.
........., 2003. Radiologi, Edisi 2, Solo : Fakultas Kedokteran Universitas Negeri
Sebelas
Maret.
Sylvia A, Price, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi
IV, Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Wegener, OII. 1982. Tehnique of Computerized Tomography in Whole Body
Computerized Tomography. Associated With Schering Corp. Kenil Worth.
USA.
Tortorici, M. R. 1995. Advance Radiographic and Angiographic Procedures
with an Introduction to Specialized Imaging . Philadelphia : F. A.
Davis Company.

27

Anda mungkin juga menyukai