Anda di halaman 1dari 40

PROSEDUR PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA NON

KONTRAS PADA KASUS DEMENTIA DI INSTALASI

RADIOLOGI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH

Laporan Kasus

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan III

Disusun oleh:

DWIKI DAFFA SETIABUDI


P1337430117049

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN


RADIOTERAPI

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah dilaporkan dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan

guna memenuhi tugas Mata kuliah Praktik Kerja Lapangan III dari Program Studi

D - III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang. Jurusan Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Semarang.

Nama : DWIKI DAFFA SETIABUDI

NIM : P1337430117049

Dengan judul laporan “Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Kepala Non

Kontras Pada Kasus Dementia Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Roemani

Muhammadiyah”

Semarang, 21 Oktober 2019

Pembimbing

Kustriyanti

NIK. 1169

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah dilaporkan dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan

guna memenuhi tugas Mata kuliah Praktik Kerja Lapangan III dari Program Studi

D - III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang. Jurusan Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Semarang.

Nama : DWIKI DAFFA SETIABUDI

NIM : P1337430117049

Dengan judul laporan “Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Kepala Non

Kontras Pada Kasus Dementia Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Roemani

Muhammadiyah”

Semarang, 21 Oktober 2019

Pembimbing

Retno K.

NIP.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul

“Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Kepala Non Kontras Pada Kasus Dementia Di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah”

Penyusunan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu

penugasan dalam praktik kerja lapangan II Jurusan Teknik Radiologi Poltekkes

Kemenkes Semarang. Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis telah banyak

mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu

penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Marsum, BE. Spd Mhp selaku direktur Poltekkes Kemenkes

Semarang.

2. Ibu Fatimah, S.ST, M.Kes, selaku ketua jurusan Radiodiagnostik Dan

Radioterapi Poltekkes Kemenkes Semarang.

3. Ibu Darmini, S.Si, M.Kes, selaku ketua program studi DIII Teknik

Radiologi Poltekkes Kemenkes Semarang.

4. Ibu Kustriyanti dan Ibu Retno, selaku instruktur pembimbing pembuatan

laporan kasus saya di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Roemani

Muhammadiyah.

5. Seluruh radiografer dan staff Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah yang

telah membimbing saya selama PKL III.

6. Seluruh dosen dan staff Jurusan Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi

Poltekkes Kemenkes Semarang.

iii
7. Orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan moral serta materiil.

8. Teman-teman senasib seperjuangan Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi Angkatan 33 Poltekkes Kemenkes Semarang.

9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan kasus Praktik

Kerja Lapangan III.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan. Mengingat keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan

ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi penulis sendiri dan juga bagi pembaca.

Semarang, 21 Oktober 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ......................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................2

C. TUJUAN PENULISAN .....................................................................2

D. MANFAAT PENULISAN .................................................................3

BAB II DASAR TEORI .........................................................................................4

A. ANATOMI OTAK ............................................................................4

B. FISIOLOGI OTAK ............................................................................6

C. PATOLOGI DEMENTIA ..................................................................8

D. KOMPONEN DASAR CT-SCAN ....................................................9

E. PARAMETER CT-SCAN ...............................................................11

F. PROSEDUR PEMERIKSAAN CT-SCAN .....................................16

BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN ..............................................20

A. PAPARAN KASUS .......................................................................20

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN................................................................... 29

v
A. KESIMPULAN ..............................................................................29

B. SARAN ...........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Computer Assisted Tomografi (CAT) atau Computed Tomografi

(CT) diperkenalkan sejak tahun 1970 oleh Goldfrey Housfield seorang

insinyur dari EMI Limited London dengan James Ambrosse seorang teknisi

dari Atkinson Morley’s Hospital di London Inggris Pada tahun 1970

(Balinger, 1995)

CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-x, computer

dan televisi. pada CT-Scan komputer menggantikan perananan film dan

kaset. Prinsip dasarnya yaitu tabung sinar-x memutari pasien dan menyinari

kemudian masing-masing detektor yang berhadapan dengan tabung.sinar x

menangkap sisa-sisa sinar x yang telah menembus pasien. Semua data

dikirimkan ke komputer untuk selanjutnya dilanjutkan pengolahan. Hasil

pengolahan ditampilkan dilayar monitor dalam bentuk penampang bagian

tubuh. ( Rasad, 1992). Keunggulan dari teknologi inilah yang dimanfaatkan

untuk dapat memberikan diagnosa yang lebih tepat terutama kelainan-

kelainan didalam otak seperti adanya tumor (Graber, 2002). Kelebihan dari

CT-Scan dibandingkan dengan radiografi konvensional adalah dapat

membedakan soft tissue, lemak, udara, dan tulang pada irisan crossectional

dan dapat direformat menjadi 3 dimensi sehingga terlihat jelas tanpa

terhalang oleh jaringan (Grainger, 1992).

1
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut

mengenai teknik pemeriksaan CT-Scan kepala di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Roemani Muhammadiyah dengan judul “Prosedur Pemeriksaan CT-

Scan Kepala Pada Kasus Dementia di Instalasi Radiologi Rumah Sakit

Roemani Muhammadiyah”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah ini yaitu

Bagaimana teknik pemeriksaan CT-Scan kepala dengan kasus Dementia

di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini yaitu:

Mengetahui teknik pemeriksaan CT-Scan kepala dengan kasus Dementia

di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah .

2
D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ini adalah:

1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis, pembaca serta civitas

akademika tentang pemeriksaan CT-Scan kepala.

2. Memberi masukan kepada pihak rumah sakit, khususnya pada Instalasai

Radiologi untuk meningkatakan mutu, pelayanan dan hasil radiograf

khususnya pada pemeriksaan CT-Scan kepala.

3
BAB II

DASAR TEORI

A. Anatomi Otak

Otak merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh karena

merupakan pusat dari seluruh tubuh yang mengendalikan fungsi tubuh.

Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang

kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak terganggu, maka kesehatan

tubuh dan mental bisa ikut terganggu. Selain paling penting, otak juga

merupakan organ yang paling rumit.

Gambar 1. Anatomi Otak

1. Cerebrum (Otak Besar)

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga

disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan.

Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan

binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir,

4
analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan

visual. Kecerdasan intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian

ini.

Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.

a) Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari

Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat

alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian

masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol

perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

b) Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor

perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

c) Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan

kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam

bentuk suara.

d) Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan

rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan

interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

2. Cerebellum (Otak Kecil)

Cerebellum terletak pada bagian paling bawah dan belakang

tengkorak, dipisahkan dengan cerebrum oleh fisura transversalis

dibelakangi oleh pons varoli dan diatas medulla oblongata. ( Syifudin

1997 )

5
3. Brainstem (Batang Otak)

Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau

rongga kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung

atau sumsum tulang belakang.Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

a) Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah

bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan

Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon

penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan

tubuh dan pendengaran.

b) Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah

kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya.

Medulla mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung,

sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

c) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat

otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah

kita terjaga atau tertidur.

B. Fisiologi Otak

1. Cerebrum (Otak Besar)

Fungsi Otak Besar :

a. Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu.

b. Pusat persyarafan yang menangani aktifitas mental, akal,

intelegensi, keinginan, dan memori.

6
c. Pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil.

2. Cerebelum (Otak Kecil)

Fungsi Otak Kecil :

a. Arkhiocerebellum (vestibulocerebellum), untuk keseimbangan dan

rangsangan pendengaran ke otak

b. Paleacerebellum (spinocerebellum), sebagai pusat penerima

impuls dan nervus vagus kelopak mata, rahang atas, rahang bawah,

dan otot pengunyah.

c. Neocerebellum (ponto cerebellum), korteks cerebellum menerima

informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan

dan mengatur gerakan sisi badan.

3. Brainstem (Batang Otak)

Fungsi Mesensepalon :

a. Membentuk pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.

b. Memutar mata dan pusat pergerakan mata.

Fungsi Medulla Oblongata :

a. Mengontrol pekerjaan jatung .

b. Mengecilkan pembuluh darah (vaso konstruktor).

c. Pusat pernafasan (respirasi center).

d. Mengontrol kegiatan refleks.

7
Fungsi Pons :

a. Penghubung antara kedua bagian cerebellum dan juga antara

medulla oblongata dengan cerebellum atau otak besar.

b. Pusat saraf nervus trigeminus.

C. Patologi Dementia

Dementia adalah jenis penyakit gangguan otak. Sel-sel otak akan

mati secara bertahap seiring dengan bertambahnya usia. Namun, sel-sel

otak penderita dementia akan mati dengan cepat dan volume otak mereka

akan menyusut, menyebabkan kerusakan parah terhadap fungsi otak.

Pasien penderita dementia bukan saja bisa menjadi pelupa, tetapi juga

memiliki masalah dengan pemahaman, bahasa, pembelajaran, perhitungan,

dan penilaian. Kepribadian dan perilaku mereka juga bisa berubah.

Ada tiga kategori utama dementia:

 Penyakit Alzheimer (AD) merupakan jenis demensia yang paling

umum. Penyebab AD belum diketahui dengan jelas saat ini, dan

merupakan proses degenerasi yang progresif.

 Dementia vaskular dipicu oleh stroke dan gangguan serebrovaskular

yang menyebabkan kerusakan otak. Degenerasi bisa terjadi secara tiba-

tiba dan cepat. 20% dari pasien penderita demensia termasuk ke dalam

kategori ini.

8
 Jenis lain dari dementia bisa disebabkan oleh depresi, kurangnya

asupan nutrisi, hipotiroidisme, dan keracunan obat. Dalam kasus ini,

pasien bisa meringankan kondisi kesehatan mereka dengan pengobatan

tertentu. Beberapa dementia bisa disebabkan oleh gangguan lain

seperti penyakit Parkinson dan AIDS, dll.

D. Komponen Dasar CT Scan

CT-Scan mempunyai 2 komponen utama yaitu scan unit dan

operator konsul. Scan unit biasanya berada di dalam ruang pemeriksaan

sedangkan konsul letaknya terpisah dalam ruang kontrol. Scan unit terdiri

dari 2 bagian yaitu meja pemeriksaan (couch) dan gantry (Bontrager,

2001).

Bagian – bagian dari scan unit :

1. Gantry

Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan

meja tersebut bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa

perangkat yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan

suatu gambaran, perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-X,

kolimator, dan detektor.

 Tabung sinar-X

Berdasarkan strukturnya tabung sinar-X sangat

mirip dengan tabung sinar-X konvensional namun

perbedaannya terletak pada kemampuannya untuk menahan

9
panas dan output yang tinggi. Panas yang cukup tinggi

disebabkan karena perputaran anoda yang tinggi dengan

elektron-elektron yang menumbuknya. Ukuran fokal spot

yang kecil (kurang dari 1 mm) sangat dibutuhkan untuk

menghasilkan resolusi yang tinggi.

 Kolimator

Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi

hambur, membatasi jumlah sinar yang sampai ke tubuh

pasien serta untuk meningkatkan kualitas gambar. CT-Scan

menggunakan 2 buah kolimator yaitu pre patient kolimator

dan pre detector kolimator.

 Detektor

Selama eksposi berkas sinar-X (foton) menembus

pasien dan mengalami perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa

foton yang telah teratenuasi kemudian ditangkap oleh

detektor. Ketika detektor-detektor menerima sisa-sisa foton

tersebut, foton berinteraksi dengan detektor dan

memproduksi sinyal dengan arus yang kecil yang disebut

sinyal output analog. Sinyal ini besarnya sebanding dengan

intensitas radiasi yang diterima. Kemampuan penyerapan

detektor yang tinggi akan berakibat kualitas gambar lebih

optimal. Ada 2 tipe detektor yaitu solid state dan isian gas.

10
2. Meja pemeriksaan (couch)

Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien.

Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini

maka sinar-X yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk

menuju ke detektor. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat

fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama meja bergerak ke

dalam gantry.

3. Sistem konsul

Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih

menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan

sendiri dan untuk perekaman dan untuk pencetakan gambar. Model

yang terbaru sudah memakai sistem satu konsul dimana memiliki

banyak kelebihan dan banyak fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu,

sistem kontrol, sistem pencetak gambar, dan sistem perekaman

gambar.

E. Parameter CT Scan

Dalam CT-Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi

dan output gambar yang optimal. Adapun parameternya adalah :

1. Slice thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek

yang diperiksa. Nilainya dapat dipilh antara 1 mm-10 mm sesuai

dengan keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan

11
gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya ukuran yang tipis akan

menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan meninggi maka akan

timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.

2. Range

Range adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness.

Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang

berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.

3. Faktor eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

eksposi meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu

eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis

pada tiap-tiap pemeriksaan.

4. Field of View (FOV)

FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan

direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang

12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi karena FOV

yang kecil mampu, mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam

rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila ukuran FOV

lebih kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis

menjadi sulit untuk dideteksi.

5. Gantry Tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal

dengan gantry (tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan

12
antara -25 sampai +25 derajat. Penyudutan gantry bertujuan untuk

keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi.

Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi terhadap

organ-organ yang sensitif.

6. Rekonstruksi matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture

element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi

matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam memori

komputer yang berfungsi umtuk merekonstruksi gambar. Pada

umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512

baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap

resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin

tinggi resolusinya.

7. Rekonstruksi Algorithm

Rekonstruksi algorithm adalah prosedur metematis yang digunakan

dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari

gambar CT- Scan tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih.

Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi

resolusi gambar yang akan dihasilkan.

8. Window width

Window width adalah rentang nilai computed tomography yang

dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor.

Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui

13
rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi

menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai Computed

Tomography. Nilai ini mempunyai satuan Hu (Hounsfield Unit).

Tipe jaringan Nilai CT (HU) Penampakan

Tulang +1000 Putih

Otot +50 Abu-abu

Materi putih +45 Abu-abu menyala

Materi abu-abu +40 Abu-abu

Darah +20 Abu-abu

CSF +15 Abu-abu

Air 0

Lemak -100 Abu-abu gelap ke hitam

Paru -200 Abu-abu gelap ke hitam

Udara -1000 Hitam

Tabel 1. Nilai Computed Tomography

Dasar dari pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU. Untuk

tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU.

Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU. Diantara

rentang tersebut merupakan jaringan atau substansi lain dengan nilai

14
yang berbeda-beda pula tergantung pada tingkat perlemahannya.

Dengan demikian maka penampakan tulang dalam layar monitor

menjadi putih dan penampakan udara hitam. Jaringan dan substansi

lain akan dikonversi menjadi warna abu-abu yang bertingkat yang

disebut gray scale. Khusus untuk darah yang semula dalam

penampakannya berwarna abu-abu dapat menjadi putih jika diberi

media kontras iodine.

9. Window level

Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan

untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada

karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window

level menentukan densitas gambar yang akan dihasilkan.

15
F. Prosedur Pemeriksaan CT Scan Kepala

1. Pengertian

Teknik pemeriksaan CT-Scan kepala adalah teknik pemeriksaan

secara radiology untuk mendapatkan informasi anatomis irisan atau

penampang melintang kepala (Brooker, 1986).

Teknik CT Scan kepala dapat dilakanakan dengan menggunakan

teknik runtutan irisan tunggal dan multiple yang bersifat helikal atau

spiral. Khusus untuk CT Scan kepala, ketebalan irisan tidak melebihi 5

mm.

2. Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2001)

a. Tumor, massa, dan lesi

b. Metastase otak

c. Perdarahan intra cranial

d. Aneurisma

e. Abses

f. Artrophy otak

g. Kelainan post trauma (epidural dan subdural hematom)

h. Kelainan kongenital

3. Teknik Pemeriksaan CT Scan Kepala

a. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, hanya saja pasien

harus dijelaskan mengenai instruksi-instruksi yang menyangkut

posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diketahui dengan

16
jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media

kontras. Benda aksesoris seperti gigi palsu, rambut palsu, anting-

anting, penjempit rambut, dan alat bantu pendengaran harus dilepas

terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan karena akan

menyebabkan artefak. Untuk kenyamanan pasien mengingat

pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh

pasien diberi selimut (Brooker, 1986).

b. Persiapan Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan CT Scan kepala dengan

indikasi stroke diantaranya :

1) Pesawat CT Scan

2) Alat-alat fiksasi

3) Selimut

4) Film

c. Teknik Pemeriksaan

1) Posisi Pasien

Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi

kepala dekat dengan gantry (head first).

2) Posisi Objek

Kepala hiperfleksi dan diletakkan pada head holder.

Samping kiri dan kanan kepala pasien diberi pengganjal agar

kepala pasien tidak bergerak. Agar gambaran simetris kepala

17
diposisikan sehingga mid sagital plane kepala sejajar dengan

lampu indikator longitudinal dan interpupilary line sejajar

dengan lampu indikator horizontal. Lengan pasien diletakkan

diatas perut atau disamping tubuh. Gantry di sudutkan 200

terhadap canthomeatal line untuk mengurangi penyinaran ke

arah mata. ( Seeram, 2001 ).

18
3) Scan Parameter

Scanogram Kepala lateral

Range Dari foramen magnum sampai

ke vertex

Slice Thicness 5-10 mm

FOV 19 cm

Gantry Tilt Sudut gantry 200 terhadap

canthomeatal line

kV 120

mA 250

Window Width 0-90 HU (otak supratentorial)

110-160 HU (otak pada fosa

posterior)

2000-3000 HU (tulang)

Window Level 40-45 HU (otak supratentorial)

40 HU (otak pada fosa

posterior)

200-400 HU (tulang)

Tabel 2. Scan Parameter

19
BAB III

PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Kasus

Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, pemeriksaan CT-Scan kepala

dengan kasus Dementia di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Roemani

Muhammadiyah maka didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. G

Umur : 57 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Menoreh

Tanggal Pemeriksaan : 08 Oktober 2019

Permintaan Foto : CT Scan Kepala

Diagnosa : Dementia

No. Foto : 1236

2. Prosedur Pemeriksaan CT Scan Kepala

a. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, hanya benda-

benda yang dapat mengganggu radiograf dilepas, seperti kacamata,

anting-anting dan jepit rambut. Pasien diberi selimut agar tidak

20
dingin dan terasa nyaman. Komunikasi dengan keluarga pasien

sangat diperlukan mengenai prosedur pemeriksaan yang dilakukan.

b. Persiapan Alat dan Bahan

 Pesawat CT Scan

Merk : Siemens Somatom Emotion 16

Tipe : THA Dura 422-MV

kV maks : 130

mA maks : 250

Gambar 2. Pesawat CT Scan

 Selimut

 Head Clamp

 Head Holder

 Pengganjal Kepala

 Body Strap

21
 Film

 Printer

c. Teknik Pemeriksaan

 Posisi Pasien : pasien tidur terlentang (supine) diatas meja

pemeriksaan dangan kepala dekat dengan gantry

 Posisi Objek : kepala diletakkan pada head holder, kepala

difleksikan dan atur kepala hingga lampu indikator

longitudinal sejajar dengan Mid Sagital Plane (MSP)

kepala atau diatur hingga berada di glabella dengan

menambahkan pengganjal di samping telinga agar letak

lampu indikator tepat pada tempatnya. Selanjutnya kepala

difiksasi dengan head clamp. Pasien diberi selimut agar

tidak merasa dingin kemudian lengan pasien diletakkan

disamping tubuh dan difiksasi dengan menggunakan tali

pengikat. Batas atas peeriksaannya adalah dua jari diatas

vertek.

 Proses Pemeriksaan

 Sebelum dilakukan pemeriksaan petugas terlebih

dahulu memasukkan data pasien yang diperlukan ke

komputer, meliputi nama lengkap, ID pasien, alamat

pasien, tanggal lahir, jenis kelamin, dokter

pengirim, ruangan, klinis.

22
 Memilih protocol pemeriksaan kepala yaitu head

first, head routine.

 Melakukan scanning dengan parameter:

Scanogram : Kepala lateral

Range : Basis cranii sampai

vertex

Slice thickness : 2,5 mm

kV : 130

mA : 250

Gambar 3. Scanogram Kepala

 Setelah scanning scanogram selesai, dilanjutkan

dengan melakukan scanning organ.

23
 Kemudian ubah slice thickness yang tadinya 5.0 mm

menjadi 2.5 mm, dan ubah kernelnya menjadi H30s

smooth

 Lalu klik recon.

 Proses Pengolahan Gambar

 Cari data yang tadi sudah di recon, dengan menekan

tombol browser

Gambar 4. (Browser) Tombol untuk mencari data

 Kemudian data dikirim ke 3D atau MPR.

 Perhalus gambar dan atur gambar agar terlihat

simetris. Setelah gambar dirasa sudah cukup

simetris, tetapkan gambar dengan memilih menu

orientation lalu klik tanda plus berwarna merah dan

hijau

Gambar 5. Menu untuk menetapkan gambar

24
 Setelah gambar sudah pasti, langkah selanjutnya

adalah membuat gambar dengan potongan axial

menggunakan menu dibawah.

Gambar 6. Menu untuk membuat potongan

 Setelah potongan sudah diatur, simpan hasil

potongan menggunakan menu dibawah ini.

Kemudian ubah namanya sesuai dengan potongan

yang telah dibuat.

Gambar 7. Menu untuk menyimpan hasil potongan

 Proses Pencetakan Gambar

 Tekan tombol ( gambar 7 ) untuk memilih gambar

yang telah di ubah menjadi potongan axial.

Kemudian masukan ke “Viewing”. Jika gambar

25
sudah tidak perlu di edit langsung saja kirim ke

“Filming”.

 Atur jumlah gambar menjadi 4x5 per lembar, lalu

letakkan potongan axial yang sudah diolah.

 Block lembar yang berisi gambar kemudian atur

propertisenya dengan menambahkan gambaran

reference image.

 Atur besar kecilnya gambar untuk memperindah

gambar yang akan dicetak nantinya.

 Setelah semua dirasa sudah cukup, gambar siap

dicetak.

Gambar 8. Menu untuk mencetak gambar

26
d. Hasil CT Scan dan Bacaan Radiolog

Hasil CT Scan

Gambar 9. Hasil CT-Scan

GAMBAR

Hasil Bacaan Radiolog :

 Tak tampak sub galcal haematom

 Tak tampak fraktur

 Sulcus gyrus cerebri tak melebar

 Sistem ventrikel melebar

27
 Tampak lesi hiperdens dengan kalsifikasi didalamnya

disertai perifokal edema disekitarnya ukuran 7,31 x 4,61 x

4,5 cm pada frontal sinistra mendesak falk cerebri ke

dextra

 Kalsifikasi pleksus choroideus dextra sinistra pineal body

 Batang otak dan cerebellum normal

Kesan :

 Lesi hiperdens dengan kalsifikasi didalamnya disertai

perifokal edema disekitarnya ukuran 7,31 x 4,61 x 4,5

cm pada frontal sinsitra mendesak falk cerebri ke dextra

suspek meningioma

 Pelebaran sistem ventrikel ec desakan massa

 Kalsifikasi pleksus choroideus dextra sinistra, pineal

body

28
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Prosedur pemeriksaan CT Scan kepala dengan dementia di

Instalasi Radiologi Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah

menggunakan pemilihan protokol Head First, range dimulai dari

basis cranii sampai vertek dengan kV 130, mA 250, slice thickness

5 mm, kernel H30s Smooth dan dilakukan pengukuran mid line

shif untuk mengetahui seberapa desakan massa terhadap mid line

shif yang dialami oleh pasien.

B. Saran

 Sebaiknya pada pemeriksaan dilakukan dengan memakai media

kontras yang bertujuan agar hasil yang didapat lebih maksimal.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positioning and Related

Anatomy. Missouri : Mosby, Inc.

Moore, Keith L., Anne M.R.Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta :

Hipokrates

Burgere, F.A. Kornmano, M.1996. Differential Diagnostik in Computet

Tomography. Thieme, stuttgart-New York.2-39.

Bambang B Dasar-dasar Pemeriksaan SC Scan. Dalam : kompulan makalah PKB

Pencitraan CT-Scan kepala. 2002. PDSRI Cabang IX Surakarta. Surakarta

1-4.

Wegener, OII. 1982. Tehnique of Computerized Tomography in Whole Body

Computerized Tomography. Associated With Schering Corp. Kenil

Worth. USA.

Pearce, E.C. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT. Gramedia

Pustaka Utama : Jakarta.

Rasad, S. 1992. Radiologi Diagnostik. FKUI. Jakarta.

Rasad, S. 2000. Radiologi Diagnostik. FKUI. Jakarta.

Syaifuddin, B.A.C. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi ke-2.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.

........., 2003. Radiologi, Edisi 2, Solo : Fakultas Kedokteran Universitas Negeri

Sebelas Maret

vi
Kristanto, Dr. Diktat Patologi. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Sylvia A, Price, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit,

Edisi IV, Buku Kedokteran EGC: Jakarta

vii
LAMPIRAN

Permintaan Foto Rontgen CT-Scan

Form Cek Pasien

viii
Hasil Bacaan/Ekspertise Radiolog

ix

Anda mungkin juga menyukai