Disusun Oleh:
PROGRAM STUDI
DIII RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
2021
KATA PENGANTAR
rahmat dan inayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Kasus yang
PATROL INDRAMAYU”.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek
Kerja Lapangan (PKL) III Semester IV, jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
serta bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
i
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kasus
Kami menyadari, bahwa laporan Praktikum yang kami buat masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi
di masa mendatang.
Semoga laporan Praktikum ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
radiologi RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol Indramayu dan telah disetujui untuk
memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan III Jurusan Teknik
Cirebon.
NIM : 4501.06.19.A.004
Menyetujui:
19870520201101002
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV Penutup
4.1. Kesimpulan............................................................................................44
4.2.Saran........................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Abdomen 4
Gambar 2.2 Anatomi Thorax 8
Gambar 2.3 Wilhelm Conrad Rontgen (Penemu Sinar-x) 13
Gambar 2.4 Proses Terjadinya Sinar-X Bemstrahlung 16
Gambar 2.5 Proses Terjadinya Sinar-X Karakteristik 17
Gambar 2.6 Posisi Pasien (Clark’s) 19
Gambar 2.7 Hasil Radiograf (Clark’s) 19
Gambar 2.8 Posisi Pasien (Clark’s) 20
Gambar 2.9 Hasil Radiograf (Clark’s) 21
Gambar 2.10 Posisi Pasien (Clark’s) 22
Gambar 2.11 Hasil Radiograf (Clark’s) 22
Gambar 2.12 Posisi Pasien (Bontranger’s) 24
Gambar 2.13 Hasil Radiograf (Bontranger’s) 24
Gambar 2.14 Posisi Pasien (Bontranger’s) 25
Gambar 2.15 Hasil Radiograf (Bontranger’s) 26
Gambar 2.16 Posisi Pasien (Bontranger’s) 27
Gambar 2.17 Hasil Radiograf (Bontranger’s) 27
Gambar 2.18 Ilustrasi Prinsip Proteksi Radiasi Eksternal 31
Gambar 2.19 Kolimasi pada Pemeriksaan Radiologi 32
Gambar 3.1 Pesawat Sinar-X RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol 37
Gambar 3.2 Komputer Radiologi RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol 37
Gambar 3.3 Hasil Radiograf RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol 38
Gambar 3.4 Hasil Radiograf RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol 39
Gambar 3.5 Hasil Radiograf RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol 40
BAB I
PENDAHULUAN
terutama dalam bidang kesehatan. Hal ini sangat membantu guna menegakkan
secara umum dapat menunjukan ada tidaknya patologi atau trauma. Informasi
gambaran radiografi yang baik dan tidak mengurangi kenyamanan dari pasien
1
Ketepatan dalam pemilihan teknik radiografi akan menghasilkan gambaran
melihat sistem traktus urinarius dari nier (ginjal) hingga blass (kandung
kemih). Dengan foto BNO dapat menentukan ukuran, bentuk dan posisi, serta
pasien yang dimaksud adalah makan makanan yang rendah serat, urus-urus,
mengganggu gambaran.
Patrol Indramayu?
Patrol Indramayu?
Patrol Indramayu
DASAR TEORI
terluar hingga yang paling dalam adalah kulit, jaringan subkutan, fasia
Oleh karena itu, rongga peritoneum dibentuk dan diisi dengan cairan
yang dikenal sebagai fasia camper, dan lapisan membran yang lebih dalam
aorta, dan vena cava inferior, duodenum (bagian 2 sampai 4), pankreas
(kepala dan tubuh), ureter, usus besar (turun dan naik), kidocys,
1. Lambung
makanan dari
mulut dan melewati diafragma dan masuk ke lambung, dan diikuti
oleh bagian pertama dari usus kecil, yang disebut duodenum. Lambung
2. Hati
Ini adalah organ terbesar di perut, itu ditemukan di sisi kanan atas,
mendetoksifikasi darah.
3. Kandung Empedu
penyerapan lemak.
4. Limpa
5. Pankreas
tubuh kita.
6. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil ditemukan antara lambung dan usus
besar terdiri dari tiga bagian: duodenum, jejunum, dan ileum. Ini adalah
7. Usus Besar
dikirim. Ini berbentuk U, dan terdiri dari sekum, kolon, rektum, lubang
anus, dan usus buntu. Penyerapan air dan elektrolit dan pembentukan
8. Ginjal
kreasi urin, dan pemeliharaan air dan keseimbangan asam dalam tubuh.
Rangka dada atau thorax tersusun atas tulang dan tulang rawan.
oleh sternum dan di samping oleh kedua belas pasang iga, yang melingkari
1) Sternum
tulang iga.
4) Os. Clavicula
5) Diafragma
membentuk lantai dasar dari rongga thorax dan atap dari rongga
udara ditarik masuk oleh paru – paru dan meluas untuk mengisi
2.2 Patofisiologi
atau jalannya makanan dalam usus. Ileus paralitik termasuk salah satu
dimana usus
gagal atau tidakmampu melakukan kontraksi peristaltik untuk
1. Neurologik:
- Pasca operasi
- Pankreatitis
2. Metabolik:
- Uremia - Komplikasi DM
3. Obat-obatan
- Narkotik
- Antikolinergik
- Katekolamin
- Fenotiasin
- Antihistamin
4. Infeksi
- Pneumonia
- Empiema
- Urosepsis
- Peritonitis
pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik ini perlu
pasien bervariasi dari ringan sampai berat bergantung pada penyakit yang
dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar
sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak
pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan
nyeri lepas negatif). Apabila penyakit primernya peritonitis, manifestasi
berwarna biru oleh para peneliti diberi nama dengan “sinar katoda”.
Dkk: 2018)
dari sinar katoda dan bukan karena adanya cahaya luar. (Asih Puji
tabung croock pada kotak hitam yang ditutupi dengan kertas yang
tersebut dengan nama “sinar x”. sebagai indikasi sinar yang belum
1. Clark’s
a. Posisi AP supine
posterior (supine)
rotasi pelvis dan bahu. Pusat sinar pada bagian tengah film
Kriteria Gambar :
radioopaque
Normal
punggung pasien.
FFD : 100 cm
Kriteria Gambar :
gambaran diafragma
Posisi Pasien : berdiri jika kuat atau duduk atau ½ duduk dan
FFD : 100 cm
Kriteria Gambar : -
2. Bontranger’s
1) Abdomen Posisi Supine
Posisi Pasien:
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan Mid Sagital Plane
pasien parallel dengan meja pemeriksaan, dengan kedua kaki
ekstensi dan beri pengganjal pada bagian bawah lutut, agar lebih
nyaman.
Kedua lengan diletakkan di samping tubuh. Pelvis diposisikan agar
anterior superior iliac spines sama jaraknya terhadap meja
pemeriksaan.
Posisi Objek:
Kaset dipasang longitudinal/portrait dan diposisikan agar daerah
Shimphysis Pubis masuk pada batas bawah film.Pertengahan kaset
kira-kira berada pada letak setinggi 1 cm di bawah crista iliaca.
Hal ini berfungsi untuk memastikan agar Shymphisis Pubis masuk
dalam lapangan penyinaran. Pastikan tidak ada rotasi pada bahu
dan pelvis.
Central Ray:
tegak lurus terhadap kaset
CP:
2 inchi setinggi crista iliaca.
Gunakan pemilihan waktu eksposi yang sesingkat
mungkin. Catatan:
Pada pasien yang memiliki abdomen tebal, dapat digunakan
Imobilization Band untuk mengkompresi Soft Tissue dan
mengurangi efek radiasi hambur.
Memastikan marker posisi dan marker anatomi masuk pada daerah
lapangan penyinaran.
Jika pasien tidak memungkinkan untuk dipindah ke meja
pemeriksaan akibat nyeri perut yang berlebih, maka penggunaan
Stationary Grid dapat dilakukan. Penggunaan FFD yang tepat juga
perlu dilakukan begitu juga dengan CR yang harus tepat pada
pertengahan kaset, agar tidak terjadi Cut Off.
Gambar 2.12 posisi pasien (Bontranger’s)
Posisi pasien:
Posisi objek:
Mengatur MSP agar parallel terhadap Stand Buck, maupun Grid dan
kaset. Posisi kaset terpasang secara vertical di belakang punggung
pasien, dan memastikan bagian atau batas atas kaset tidak terpasang
pada bagian bawah mid-sternum.
Central Ray:
Central Point:
Esensi Anatomi:
Catatan:
Untuk proteksi
radiasi eksternal dilakukan ketika sumber radiasi berada diluar
diperhatikan yaitu:
1. Jarak
dengan jarak.
2. Waktu
3. Perisai (pelindung)
keamananya.
Gambar 2.18 Ilustrasi prinsip proteksi radiasi eksternal
Sumber: radiologi dasar 1
masyarakat sekitar.
a. Pembatasan penyinaran
b. Faktor Eksposi
banyak.
Upaya proteksi radiasi dalam mengurangi dosis radiasi
informasi
diagnostik. Banyaknya pilihan dalam mengatur posisi
radiasi.
f. Filter
meter.
Nama : Nn. N
Umur : 19 Tahun
No Radiologi : xxxx38
No RM : 22xxxx
35
3.1.2 Riwayat Penyakit Pasien
a. Pesawat x-ray
berikut:
No seri : 3G0210
Kv Maksimum: 120 Kv
Ma Maksimum: 600 Ma
b. Prosesing DR
berupa flat panel atau chard coupled devices (CCD), dan tidak perlu
digital.
Gambar 3.2 Komputer Radilogi Unit RSUD M.A. Sentot Patrol Indramayu
c. Pelaksanaan pemeriksaan
ketengah / umbilicus
FFD: 100 cm
tubuh
Posisi objek: tubuh diatur true AP, MSP tubuh tegak lurus
terhadap kaset, kaset diletakan dibelakang punggung pasien
FFD: 150 cm
FFD: 150 cm
3.3 Pembahasan
setengah duduk.
mungkin diatur true AP, mid-line tubuh sejajar dengan mid line meja
film distance 90 cm dan faktor eksposi kV 75, mAs 36. Kemudian setelah
diposisikan duduk diatas meja pemeriksaan dengan tubuh tegak atau true
AP, kaset diletakan dibelakang pasien dan arah sinar dari depan pasien,
sejajar dengan mid line meja pemeriksaan, batas atas adalah Prosesus
setengah duduk. Karena dengan thorak up right sudah bisa untuk melihat
perforasi air fluid levels yang bocor masuk ke antara rongga diafragma.
Dan hal ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan telah di sepakati oleh
lanjut. Dari
Hasil expertise:
Pada posisi tegak: air fluid level intraluminal (+), free air
subdiafragma (-).
Kesan:
Ileus paralitik
Ascites
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
sepakati oleh dokter radiolog, dan hal ini telah menjadi SOP RSUD
kV 75
dan mAs 36. Thorak AP up right kV 110 dan mAs 7. Abdomen AP
4.2. Saran
Masrochah, S., Agi,F Trihadidjaya, & Maizza Nadia. (2018). Buku Saku
Protokol Radiorafi. Magelang: Inti Media Pustaka.
Utami, A. P., & dkk. (2020). Radiologi Dasar 1. Semarang: Inti Media Pustaka.
Livingstone AS, Sasa JL. Ileus and obstruction in Haubrich WS, Schaffner F
(eds); Bockus Gastroenterology 5th ed. Philadelphia, WB Saunders Co.,