Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan 3
Disusun Oleh:
IFFATUL ISHMA
NIM: P1337430217078
Laporan ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan guna
Clinical Instructure
RSUD Jombang
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan
Kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) 3.Dalam penulisan laporan kasus tersebut
penulis menemui beberapa kendala. Namun atas bantuan dari berbagai pihak,
maka laporan ini dapat terselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
Semarang,
dan Radioterapi,
3. Ibu Dartini, S.KM, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-IV Teknik
Radiologi,
4. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa kepada
penulis,
iii
7. Seluruh radiografer dan petugas administrasi Instalasi Radiologi RSUD
Jombang
8. Hapsari yang telah menjadi sahabat bahkan keluarga baru selama penulis
10. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan kasus ini,
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan masukan dari
semua pihak. Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk penulis
Penulis
DAFTAR ISI
iv
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. v
DAFTAR TABEL......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan.................................................................. 4
E. Sistematika Penulisan............................................................. 5
B. Patologi Urolithiasis............................................................... 13
E. Proteksi Radiasi...................................................................... 22
A. Paparan Kasus......................................................................... 24
B. Teknik Pemeriksaan................................................................ 25
C. Pembahasan............................................................................ 30
v
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan................................................................................. 38
B. Saran....................................................................................... 39
DAFTAR REFERENSI............................................................................... 40
LAMPIRAN.................................................................................................. 41
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 2.1. Urinary System Anterior View.................................................. 6
vii
Gambar 3.12Hasil gambaran CT Stonografi.................................................. 37
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 2.1. Nilai CT scan pada jaringan yang berbeda dan penampakannya pada
Layar Monitor........................................................................... 18
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tomography Scan (CT-Scan), yang dikenalkan pertama kali oleh Sir Godfrey
Ambrosse, seorang teknisi dari Marley’s Hospital London pada tahun 1970.
(Seeram, 2009)
terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin (Mehmed & Ender,
urin yang membentuk batu seperti zat kalsium, oksalat, asam urat dan/atau zat
yang menghambat pembentukan batu (sitrat) yang rendah (Moe, 2006; Pearle,
yang terbentuk karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu (Grace
kasus ini paling sering ditemukan. Jika kalkuli ditemukan pada ureter dan
1
vesica urinaria sebagian besar berasal dari ginjal (Armed Forces Health
3:1. Setiap tahun rasio ini semakin menurun. Dari segi umur, yang memiliki
(Yolanda, 2018).
banyak, tetapi data lengkap mengenai kejadian penyakit ini masih belum
faal ginjal, dan kadar elektrolit), radiologi (BNO, IVP, USG, CT Scan
ginjal.
2
Dari keempat pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan, CT scan
abdomen untuk klinis BSK atau yang biasa dikenal dengan CT stonografi
yang dapat kita aplikasikan pada saat proses reconstruction, dimana dengan
software tersebut kita dapat melihat letak, ukuran, volume, dan bentuk asli
dari batu tersebut. Yang mana beberapa informasi tersebut kurang bisa kita
128 Slices. MSCT adalah generasi terbaru dari CT scan yang memiliki
menghasilkan gambar dengan resolusi yang baik dan lebih akurat. Bahkan
menghasilkan gambar yang lebih akurat dan dengan resolusi yang lebih
optimal.
3
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis dapat menarik suatu rumusan
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) III
Dengan hasil laporan kasus ini dapat memberi masukan dan saran yang
berguna bagi rumah sakit, dalam hal ini instalasi radiologi pada
4
3. Bagi Instalasi Radiologi
4. Bagi Pembaca
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang:
BAB IV PENUTUP
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penyaringan darah, sehingga darah bebas dari zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh larut
Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal, dua ureter, satu kandung kemih, dan
6
Gambar 2.2. Urinary system, posterior view (Bontrager, 2014).
1. Ginjal
tulang rusuk bagian belakang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan
Terbungkus dalam kapsul yang terbuka ke bawah. Di antara ginjal dan kapsul
7
Gambar 2.4. Renal structure (Bontrager, 2014).
Ginjal mempunyai nefron yang setiap tubulus dan glomerulusnya adalah satu
unit. Ukuran ginjal ditentukan oleh jumlah nefron yang dimilikinya. Kira-kira
terdapat 1,3 juta nefron dalam setiap ginjal manusia (Ganong, 2001).
cairan tubuh.
8
Gambar 2.5. Microscopic structure (nephron) (Bontrager, 2014).
2. Ureter
Ureter adalah lanjutan dari renal pelvis. Ureter terdiri dari dua saluran
urinaria) dengan panjang 25-30 cm, penampang 0,5 cm. Letak ureter sebagian
dinding ureter terdiri dari dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan
tengah lapisan otot polos dan lapisan sebelah dalam lapisan mukosa. Lapisan
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
dilapisi peritoneum.
9
CALYX RENALIS MAJOR
PELVIS
RENALIS
URETER
anatomis, yaitu:
10
Gambar 2.7. Tiga daerah penyempitan ureter (Bontrager, 2014).
3. Vesica Urinaria
Vesika Urinaria terdiri atas apex, fundus inferior, dan corpus. Mampu
keinginan untuk buang air kecil pada volume 250-500ml. Selanjutnya vesika
protatica (3,5 cm) yang melewati kelenjar prostat, setelah itu pars
membranosa (1-2 cm) yang melewati dinding pelvis, dan yang terakhir adalah
(kerutan) dan dinding otot elastis sehingga kandung kemih dapat membesar
11
Gambar 2.8. Vesika Urinaria (a) potongan anterior VU (b) muscle VU
(Sobotta,2010)
4. Urethra
Urethra adalah saluran sempit yang terdiri dari membran mukosa dengan
muskulus yang berbentuk spinkter pada bagian bawah dari kandung kemih.
Letaknya agak ke atas orivisium internal dari urethra pada kandung kemih
dan terbentang sepanjang 1,5 inchi (3,75cm) pada wanita dan 7-8 inchi
(18,75cm) pada pria. Urethra pria dibagi atas pars prostatika, pars membrane,
12
B. Patologi Urolithiasis
1. Definisi
terbentuk batu berupa kristal yang mengendap dari urin (Mehmed & Ender,
yang terbentuk karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu (Grace
Berikut ini adalah istilah penyakit batu menurut Prabawa & Pranata (2014)
2. Etiologi
seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga
dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang
pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi) (Boyce, 2010; Moe,
2006).
13
3. Patofisiologi
volume urin akibat dehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini
adalah gejala abnormal yang umum terjadi (Colella, dkk., 2005). Selain itu,
4. Manifestasi Klinis
batu, tingkat infeksi dan ada tidaknya obstruksi saluran kemih (Brooker,
urolithiasis:
a. Nyeri
b. Gangguan miksi
c. Hematuria
e. Demam
14
C. Multisclice Computed Tomography (MSCT)
1. Definisi
dengan resolusi yang baik dan lebih akurat. Bahkan untuk pemeriksaan
Medical System)
15
a. Selection of Section Thickness
digunakan)
Pemilihan section thickness pada MSCT data terdiri dari beberapa pilihan,
b. Faktor Eksposi
meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu ekposi (s).
Faktor eksposi tersebut dapat dipilh secara otomatis pada tiap – tiap
pemeriksaan.
50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi citra karena dengan
FOV yang kecil maka akan mereduksi ukuran pixel (picture element)
sehingga dalam proses rekonstruki matriks hasil citra menjadi lebih teliti.
Namun, jika ukuran FOV terlalu kecil maka area yang mungkin
d. Rekonstruksi Matriks
16
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari pixel dalam
512 x 512 atau 512 baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks ini
matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusi yang akan dihasilkan.
e. Rekonstruksi Algoritma
Semakin tinggi resolusi algoritma yang dipilih maka semakin tinggi pula
resolusi gambar yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka
gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan lainnya dapat dibedakan
17
satuan HU (Hounsfield Unit) yang diambil dari nama penemu CT scan
Air 0 -
Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU. Untuk tulang
kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU. Di antara rentang tersebut
merupakan jaringan atau substansi lain dengan nilai yang berbeda – beda
udara hitam. Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menajadi warna
18
abu-abu yang bertingkat yang disebut gray scale. Khusus untuk darah
dihasilkan.
h. Curve Range
anatomi organ.
i. Pitch
Pitch adalah pergerakan meja pasien per rotasi dibagi slice thickness.
Pitch berpengaruh pada kualitas dan volume gambaran. Pitch yang tinggi
j. Increment
Ketika memilih inrecement yang lebih kecil dari pada slice thickness, akan
19
dan kualitas 2D serta 3D post processing yang tinggi (Somatom, Siemens
1. Tujuan Pemeriksaan
2. Indikasi Pemeriksaan
3. Persiapan Pemeriksaan
20
2) Komponen pendukung pesawat CT scan (gantry, monitor, printer
CT, dll)
b. Persiapan Pasien
supaya tenang.
secukupnya.
4. Teknik Pemeriksaan
a. Posisi Pasien
2) Kaki dekat gantry (feet first) atau kepala dekat dengan gantry
(head first).
21
Gambar 2.11. Posisi pasien dengan orientasi feet first
yang digunakan
d. Pengolahan Citra
22
1) Mengolah data menjadi gambaran axial pre kontras.
E. Proteksi Radiasi
dibutuhkan.
sedang hamil maka bagian janin atau perut harus ditutup dengan load,
radiasi.
23
b. Tidak ada bocoran radiasi yang keluar dari ruangan pesawat sinar-
BAB III
A. Paparan Kasus
1. Profil Kasus
berikut:
Nama : Ny. N
Umur : 54 tahun
Alamat : Jombang
No RM : 464470
24
Diagnosa : Batu Renal (D)
2. Riwayat Pasien
dengan diagnosa Batu Ginjal (D) dan batu ureter (D). Penderita datang
B. Teknik Pemeriksaan
Jombang
a. Persiapan Pemeriksaan
CT, dll)
25
Gambar 3.1. Multislice Computed Tomography (MSCT) 128
26
Gamabar 3.3. mesin pencetak gambar (RSUD Jombang)
2) Persiapan Pasien
artefak.
b. Teknik Pemeriksaan
1) Posisi Pasien
27
Gambar 3.4. Posisi pasien (RSUD Jombang)
Pelvis).
28
Gambar 3.6. Citra Topogram Stonografi (RSUD Jombang)
d) FOV : 430
simphisis pubis).
5) Pengolahan Citra
29
b) Mengolah data menjadi citra irisan axial, sagittal, dan coronal
3. Pembahasan
30
Persiapan alat dan bahan pada pemeriksaan CT stonografi
pesawat CT scan (gantry, monitor, printer CT, dll), dan alat fiksasi
direduksi.
b. Persiapan Pasien
misalnya. Apabila ada pasien yang non kooperatif dan gelisah diberikan
31
Menurut penulis, persiapan pasien yang dilakukan pada
supaya tenang.
secukupnya.
dilakukan.
c. Teknik Pemeriksaan
posisi pasien supine dan menggunakan orientasi feet first. Citra scout
4) FOV : 430
32
5) Gantry tilt : Tidak menggunakan penyudutan (0°)
tetapi, apabila slice thickness yang menjadi acuan, itu berarti jumlah
images yang akan ditampilkan akan banyak dan diatur supaya seluruh
filming, karena nantinya akan ada banyak images yang harus dibuang
33
4) Mengatur Window Width (WW) dan Window Level (WL) sebesar
1) Posisi Pasien
b) Kaki dekat gantry (feet first) atau kepala dekat dengan gantry
(head first).
yang digunakan
34
f) kV dan mAs : Mengikuti standar alat yang digunakan
4) Pengolahan Citra
a. Gambaran 3D Stonografi
35
Gambar 3.9. Hasil sebagian potongan axial (RSUD Jombang)
36
Gambar 3.11. Hasil sebagian potongan sagital (RSUD Jombang)
37
Gambar 3.12. Hasil gambaran CT-scan stonografi (RSUD Jombang)
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
akan ditampilkan, yaitu 16 images untuk setiap irisan (axial, coronal, dan
38
sagital). Slice pitch dilebarkan supaya dapat mencakup keseluruhan area
semacam ini kurang baik jika digunakan untuk mengolah radiograf dengan
kelainan yang jaraknya berdekatan, dengan kata lain hal ini dapat
menjadi acuan, itu berarti jumlah images yang akan ditampilkan akan banyak
dan diatur supaya seluruh area abdomen (supra renal sampai simphisis pubis)
tercover dengan baik. Pengaturan seperti itu memiliki kelemahan pada saat
proses filming, karena nantinya akan ada banyak images yang harus dibuang
B. Saran
instruksi ekspirasi tahan napas kepada pasien supaya pasien tidak kaget saat
ruang operator.
39
asas-asas proteksi radiasi baik dengan cara menghindari pengulangan
sebaiknya slice thickness dijadikan sebagai acuan dan jumlah citra yang
DAFTAR REFERENSI
Company.hal.193-199
40
Rasad S, dkk. 2011. Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta :Badan Penerbit
FKUI.hal. 573-574
Putz., R.R Pabst. 2010. Sobota “Atlas Anatomi Manusia” jilid 2. (Dr. Rer.
Lampiran 1
41
Lampiran 2
Lampiran 3
42
43