”INVERSION RECOVERY”
Disusun Oleh:
151710383014
Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Mengetahui prinsip inversion pada teknik STIR dan FLAIR
2. Mengetahui penerapan teknik STIR dan FLAIR
1.2 Dasar Teori
Magnetic Resonance Imaging adalah suatu alat diagnostik mutakhir untuk memeriksa
dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang
frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar-X, ataupun bahan radioaktif yang
menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh dengan menggunakan medan
magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 Tesla dan resonansi getaran terhadap inti atom
hidrogen. Pencitraan Magnetic Resonance Imaging merupakan salah satu cara
pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, khususnya radiologi yang menghasilkan
citra potongan tubuh manusia dengan menggunakan medan magnet tanpa menggunakan
sinar-X. Perbedaan intensitas pada hasil citra MRI dengan pulse seuence yang berbeda
memiliki kelebihan masing-masing. Pada MRI tentunya diperlukan metode-metode
untuk menghasilkan suatu citra yang dikenal dengan metode pencitraan. Metode
pencitraan pada MRI ada dua metode yaitu metode spin echo dan metode inversion
recovery. Pada praktikum sebelumnya, telah dibahas mengenai pulse sequences spin
echo dan pengaruh-pengaruhnya terhadap citra yang dihasilkan dengan TE dan TR yang
digunakan. Sedangkan pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai penggunaan
inversion recovery untuk menghasilkan citra pada MRI dengan memanfaatkan TE, TR,
dan TI yang berbeda sesuai pemeriksaan yang dibutuhkan.
Metode Inversion Recovery merupakan metode yang diawali dengan pemberian pulsa
pertambahan waktu maka proton akan kembali keadaan kesetimbangan. Maka pada
momen tertentu magnetisasi total atau net magnetitation akan berharga nol. Karena
besarnya magnetisasi pada arah sumbu Z negatif. Pada keadaan tersebut tidak akan ada
sinyal yang akan terdeteksi atau intensitas sinyal yang akan dihasilkan adalah nol.
Interval waktu tertenty setelah pulsa 180 o diberikan waktu pembalikan, dilanjutkan
dengan pemberian pulsa 90 o yang menyebabkan magnetisasi longitudinal ke bidang
trannsversal makas inyal akan teramati dan terjadilah peluruhan induksi bebas.
Kemudian diikuti dengan pemberian pulsa 180 o untuk mendapatkan sinyal echo.
Inversion recovery sama metode spin echo dengan penambahn pulsa 180 o diawali
rangkaian pulsa RF. Besarnya sinyal echo yang dihasilkan tergantung pada lamanya
waktu pembalikan dan waktu tunda. Yaitu waktu dimana deretan pulsa pemulihan
kembali diatas diulang kembali. Inversion recovery merupakan variasi dari SE. Dimana,
urutan pulsanya dimulai dengan 180 o pulsa inversi yang dilanjtukan dengan pulsa 90 o
excitation, lali pulsa 180 o rephasing. Parameter utamnya adalah TR, TE dan TI. Kontras
gambar yang dihasilkan dari pembobotan TI tergantung dari panjang pendeknya TI.
Pulsa inversion 180o menghasilkan perbedaan kontras antar cairan dan jaringan yang
lain. Inversion recovery biasanya digunakan sebagai alternatif metode SE yang secara
konvensional juga untuk pembobotan T1. Hasil gambar pada T1W sangan dipererat,
karena pulsasi penginversi 180o mencapai saturasi penuh dan memastikan adanya
kontras yang besar antara lemak dan air. Inversion Recovery secara konvensional
digunakan untuk memperoleh gambar T1W yang menghasilkan gambaran anatomi. Pulse
penginversi 180 o mencapai saturasi penuh dari vektor lemak dan air telag tercpai pada
HASIL PRAKTIKUM
2 15000/90 500
3 15000/90 1000
4 15000/90 2000
5 15000/90 3000
6 800/30 300
7 800/30 500
dimulai dengan 180 o pulsa inversi yang dilanjtukan dengan pulsa 90o excilation.
KESIMPULAN
Pada Praktikum kali ini, membahas mengenai teknik Inversion Recovery (IR) yang
diaplikasikan pada teknik pembobotan STIR dan FLAIR. Pengunaaan TE, TR, dan TI sangan
berpengaruh pada teknik IR ini. Inversion Recovery secara konvenisonal dgunakan untuk
memperoleh gambar T1W yang menghasilkan gambaran antomi. Bila IR digunakan untuk
mengasilkan gambar T1W. TE mengontrol nilai penurunan T2 dan oleh karena itu biasanya
dibuat tetap pendek untuk menimbulkan efek T2. Namun. Dapat diperpanjang untuk memberi
jaringan yang mempunyai T2 panjang sehingga sinyal yang dihasilkan Hyperintens. Hal ini
disebut penekan patologi yang menghasilkan citra predominan T2W. STIR merupakan teknik
untuk menghilangkan lemak pada citra sedangkan untuk FLAIR untuk menghilangkan cairan
pada citra.
DAFTAR PUSTAKA
Westbrook, Catherine, Carolyne Kaut, and John Talbot. 2011. “MRI in Practice, Fourth
Edition”. United Kingdom : Blackwell Science Ltd.