Anda di halaman 1dari 37

TEKNIK PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN KONTRAS

DENGAN SUSP TUMOR ABDOMEN DI INSTALASI


RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN
JAKARTA PUSAT

Laporan Kasus
Disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan V

Disusun Oleh :

Fahri Sudarman
P1337430219045

PROGRAM STUDI D IV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus mahasiswa dibawah ini dengan


Nama : Fahri Sudarman
NIM : P1337430219045
Judul : Teknik Pemeriksaan CT Scan Abdomen Kontras Dengan Suspect Tumor
Abdomen Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Jakarta Pusat
telah diterima dan diperiksa kemudian disahkan sebagai salah satu syarat tugas
Praktek Kerja Lapangan V Prodi D-IV Teknik Radiologi Jurusan Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta
Pusat
Jakarta, 18 Desember 2019
Mengetahui,
Clinical Instructure

Ratna Indah Sari S.ST


NIP. 3308085305870003

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
restu dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang
berjudul : “Teknik Pemeriksaan CT Scan Abdomen Kontras Dengan Klinis Susp
Tumor Abdomen Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Jakarta Pusat“
Penyusunan laporan kasus ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat penugasan dalam Praktek Kerja Lapangan V Semester 7 Program Studi
Diploma IV Teknik Radiologi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang yang telah dilaksanakan
mulai tanggal 25 November 2019 – 21 Desember 2019 di Instalasi Radiologi
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta Pusat.
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapat
bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat-Nya.
2. Kedua Orangtua penulis yang selalu memberikan semangat dan doanya tanpa
henti.
3. Bapak Marsum, BE, S.Pd., MPH, Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang.
4. Ibu Fatimah, S.ST, M.Kes, Ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.
5. Ibu Dartini, SKM, M.Kes, Ketua Program Studi D-IV Teknik Radiologi
Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Semarang.
6. Sudiyono, SE,M.Kes, supervisor di RSUD Tarakan Jakarta Pusat yang telah
memberikan masukan untuk laporan kasus penulis ini.
7. dr. Budhiarso, Sp.Rad, Kepala Instalasi Radiologi RSUD Tarakan Jakarta
Pusat.

iii
8. Ratna Indah Sari S.ST dan Etty Murtiningsih S.ST Clinical Instructur ruang
CT Scan Instalasi Radiologi RSUD Tarakan Jakarta Pusat.
9. Seluruh Radiografer staff Instalasi Radiologi RSUD Tarakan Jakarta Pusat
yang telah membimbing dan membina penulis selama PKL V.
10. Semua pihak yang telah turut serta membantu penyusunan laporan kasus ini
selesai tepat waktu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan juga bagi pembaca.

Jakarta, 18 Desember 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 2
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 3
D. MANFAAT PENULISAN ........................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI ABDOMEN ............................................... 4
B. PATOLOGI TUMOR ABDOMEN ............................................................. 8
C. DASAR-DASAR CT-SCAN ....................................................................... 9
D. PROSEDUR PEMASUKKAN MEDIA KONTRAS UNTUK
PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN ........................................................ 13
E. PROSEDUR PEMERIKSAAN CT SCAN ABDOMEN .......................... 15
F. JENIS-JENIS MEDIA KONTRAS CT SCAN SCAN .............................. 16
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 18
A. HASIL ........................................................................................................ 18
B. PEMBAHASAN ........................................................................................ 24
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 26
A. KESIMPULAN .......................................................................................... 26
B. SARAN ...................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28
LAMPIRAN .......................................................................................................... 29

vi
ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan Computed Tomography (CT Scan) merupakan salah
satu modalitas pemeriksaan di bidang radiologi. Pemeriksaan CT Scan
meskipun hanya menyumbang sekitar 6 % dari seluruh modalitas
pemeriksaan radiologi, namun memberikan sekitar 41 % dari seluruh dosis
radiasi yang diterima oleh total populasi. Pemeriksaan Ct Scan mempunyai
aplikasi yang universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh dan
memiliki prosedur pencitraan diagnostik yang menggunakan kombinasi dari
sinar – x dan teknologi komputer untuk menghasilkan gambar irisan bair
horizontal maupun vertikal dari tubuh (Buls et al.,2006)
Computed Tomography Scan (Ct Scan) kini perkembang menjadi
Multi Slice Computed Tomography Scan atau lebih di kenal dengan istilah
MSCT Scan. MSCT Scan merupakan salah satu sarana penunjang
penegakan diagnosa yang menggunakan gabungan dari sinar – x dan
komputer sehingga mampu menampilkan gambar anatomis tubuh manusia
dalam bentuk irisan atau slice (Rasad, 2005). Salah satu pemeriksaan yang
memanfaatkan modalitas MSCT adalah pemeriksaan pada daerah abdomen.
Abdomen merupakan seluruh rongga perut yang terdiri dari
saluran pencernaan dan organ pelengkap, sistem kemih, dan limpa.
Saluran pencernaan meliputi lambung, usus besar dan kecil, dan usus
buntu, sedangkan organ pelengkap terdiri dari hati, pankreas, dan
kantung empedu. Saluran kemih meliputi ginjal dan ureter. Organ-organ
pencernaan ini cenderung bergerak, berkembang, dan saling mendorong,
namun tetap terikat oleh sekumpulan jaringan penghubung yang disebut
mesenterium. Perut juga memiliki beberapa pembuluh darah, termasuk
pembuluh arteri utama tubuh yang disebut aorta dan vena cava inferior.
Teknik pemeriksaan CT Scan abdomen adalah teknik pemeriksaan
secara radiologi untuk mendapatkan informasi anatomis irisan atau

1
penampang melintang dari abdomen. CT Scan Abdomen merupakan
pemeriksaan dengan porsi yang cukup banyak dikerjakan. Protocol CT
Abdomen sangat specifik patologis . Secara umum dikerjakan dengan
persiapan khusus dan menggunakan media kontras.
Dalam teknik dan hasil pemeriksaan CT – Scan abdomen kontras
pasti akan mendapatkan informasi lebih banyak dari pada abdomen polos
yang tidak menggunakan kontras. Dalam kasus dan klinis tertentu teknik
pemeriksaan abdomen menggunakan media kontras merupakan pilihan
utama untuk melihat klinis tumor, apendicitis, diferticulitis, abses pada
jaringan lunak di sekitar area abdomen.
Pada umumnya pemeriksaan CT scan abdomen dengan media
kontras biasa dilakukan membuat scanning abdomen biasa atau non kontras
dan di lanjutkan menggunakan teknik intravena menggunakan cara manual
atau menggunakan alat bantu injector. Tetapi pada Pemeriksaan CT scan
abdomen dengan media kontras di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
jakarta pusat ditambah dengan pemasukan kontras melalui anal seperti
pemasukan media kontras pada Colon In Loop (CIL). Berdasarkan hal
tersebut penulis tertarik dan ingin mengkajinya dalam sebuah laporan kasus
yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Ct Scan Abdomen Kontras Dengan
Suspect Tumor Abdomen Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
Tarakan Jakarta Pusat”.

B. Rumusan Masalah
Dari paparan latar belakang diatas maka penulis dapat menarik
permasalahan yang akan dibahas dalam laporan kasus ini, yaitu:
1. Bagaimana prosedur teknik pemeriksaan CT SCAN Abdomen Kontras
dengan Susp Tumor Abdomen di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Daerah Tarakan Jakarta Pusat?
2. Mengapa digunakan pemasukan media kontras melalui anal pada
pemeriksaan CT SCAN Abdomen Kontras dengan Susp Tumor

2
Abdomen di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Jakarta Pusat?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Mengetahui prosedur teknik pemeriksaan CT SCAN Abdomen Kontras
dengan Susp Tumor Abdomen di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Daerah Tarakan Jakarta Pusat
2. Mengetahui kegunaan pemasukan media kontras melalui anal pada
pemeriksaan CT SCAN Abdomen Kontras dengan Susp Tumor
Abdomen di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Jakarta Pusat

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan Laporan Studi Kasus ini,
adalah :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi para pembaca
pada umumnya, serta bagi penulis pada khususnya, agar dapat berguna
dalam memadukan antara keadaan teoritis dan penerapan praktis di
lapangan pada kasus tertentu secara tepat.
2. Untuk memenuhi prasyarat dalam rangka menyelesaikan tugas PKL V
di RSUD Tarakan Jakarta Pusat yang dimulai pada tanggal 25
November 2019 hingga tanggal 21 Desember 2019.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Dan Fisiologi Abdomen


Abdomen merupakan bagian tubuh yang terletak diantara thorax
dan pelvis. Batas superior abdomen adalah diafragma, batas anterior berupa
otot-otot perut, batas lateral berupa otot-otot perut dan os ileum, batas
posterior crus diafragma dan columna vertebralis, dan inferior berupa pelvis.
Pada anatomi permukaan, batas atasnya adalah pertura thoracis inferior dan
batas bawahnya adalah symphysis pubis.

Gambar 1. Sembilan region abdomen dan pelvis


Sumber: Merrill’s atlas of radiographic positioning and
procedures 13th Edition
1. Lambung
Lambung merupakan bagian yang paling lebar dari saluran
pencernaan (ractus gastro-intestinalis, alimetary tract), mulai dari
esophagus sampai duodenum dan berfungsi sebagai tempat penampungan
makanan untuk dicerna menjadi “chyme” dan mengatur pengaliran hasil
cerna ke usus halus. Jika diihat dari depan lambung terletak pada regio
hypochondriac kiri, epigastrica dan umbilicalis.
Fungsi lambung :

4
a. Tempat berkumpulnya makanan, menghancurkan, dan menghaluskan
makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung.
b. Mempersiapkan makanan untuk dicerna oleh usus dengan semua
makan dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidroklida.
c. mengubah protein menjadi pepton oleh pepsin.
d. membekukan susu dan kasein yang dikeluarkan oleh renin.
2. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung yang panjangnya sekitar 6 meter
yang memanjang dari lambung sampai katup ileo-kolika (tempat
bersambung dengan usus besar). Usus halus ini terletak didaerah
umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar yang terbagi atas duodenum,
jejunum dan ileum.Fungsi dari usus halus adalah untuk mencerna dan
mengabsorpsi chime dari lambung.
3. Usus Besar
Usus besar atau colon merupakan sambungan dari usus halus
yang dimulai dari katup iliocolic atau ileocecal yaitu tempat sisa
makanan lewat berupa tabung berongga yang memiliki panjang kira-kira
1,5 meter dan lebar 5-6 cm.Usus besar ini tersusun atas membran mukosa
tanpa lipatan, kecuali pada daerah distal colon. Bagian-bagian dari usus
besar meliputi cecum, colon ascenden, colon ascenden, colon
transversum, colon descenden, colon sigmoid, rectum,anal canal
Fungsi usus besar adalah :
a. Tempat menampung sisa makanan (feses) yang telah diabsorpsi usus
halus.
b. Menyerap air dan makanan
c. Tempat tinggal bakteri E.coli.
3. Hati
Hati merupakan organ aksesoris terbesar pada sistem
pencernaan yang terletak pada kuadran kanan atas.salah satu fungsi dari
hati ini adalah menghasilkan empedu yang membantu mengemulsi
lemak. (Bontrager’s 2018)

5
4. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong yang
merupakan membran berotot. Letaknya didalam sebuah lekukan
disebelah permukaan bawah hati, sampai dipinggiran depannya.
Panjangnya 8-12 cm. Kandung empedu terbagi atas fundus, badan dan
leher. (Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Evelyn C.Pearce.2002).
Fungsi kandung empedu yaitu :
a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu
b. getah empedu yang tersimpan didalamnya dibuat pekat.
5. Pankreas
Pankreas merupakan organ aksesoris sistem pencernaan berupa
kelenjar memanjang yang terletak pada posterior stomach dan dekat
dengan posterior dinding abdomen, diantara duodenum dan limpa.
Pankreas rata-rata memiliki panjang sekitar 12,5 cm (6 inchi). Kepala
dari pankreas terletak pada C-loop duodenum, sedangkan ekornya (body)
terletak pada sisi kiri perut. Pankreas ini menghasilkan sekresi endokrin
dan eksokrin dimana endokrin pankreas mampu menghasilkan hormon
insulin yang berfungsi untuk mengontrol kadar gula darah tubuh.
Sedangkan eksokrin mampu memproduksi sebanyak 1500 ml cairan
setiap harinya pada sistem pencernaan yang bergerak ke duodenum
melalui pancreatic duct yang dibutuhkan untuk sistem pencernaan.
(Bontrager’s 2018)
6. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di
daerah lumbal di sebelah kanan dari kiri tulang belakang, di belakang
peritoneum. Dapat diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian
vertebre thoracalis sampai vertebre lumbalis ketiga ginjal kanan lebih
rendah dari kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan.
Panjang ginjal 6 sampai 7½ centimeter. Pada orang dewasa berat kira-

6
kira 140 gram. Ginjal terbagi menjadi beberapa lobus yaitu : lobus
hepatis dexter, lobus quadratus, lobus caudatus, lobus sinistra.

Gambar 2. Ginjal Frontal View,


Sumber: Merrill’s atlas of radiographic positioning and
procedures 13th Edition
Fungsi ginjal adalah:
a. Mengatur keseimbangan air.
b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam
basa darah.
c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. (Pearce, 2002)
7. Limpa
Limpa terletak pada regio hipokondrium kiri didalam cavum
abdomen, diantara fundus ventrikuli dan diafragma.
Fungsi limpa yaitu:
a. pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan
limposit
b. setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk
hemoglobin serta zat besi.

7
B. Patologi Tumor Abdomen
1. Pengertian Tumor Abdomen
Massa atau tumor merupakan kumpulan sel abnormal yang
terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus, tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dengan jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh.
Massa abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang
berbeda-beda yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami
transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan
sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan
strukturnya (Smithuis, 2014). Massa abdomen bisa terjadi didalam organ
mana saja diantaranya ginjal, ureter, vesica urinaria, colon, liver dan lain-
lain (Corwin,2009).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena pembelahan sel yang
abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya
penyimpangan dalam bentuk dan fungsinya dalam pertumbuhan,
kemampuan mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis (Corwin,
2009).
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor
antara lain: 1) Karsinogen 2) Hormone 3) Gaya hidup, kelebihan nutrisi
khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang kurang berserat. 4)
Parasit : parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan
karsinoma planoseluler. 5) Genetic 6) Infeksi, trauma, hipersensitivitas
terhadap obet-obatan.
3. Tanda dan gejala
a) Hiperplasia
b) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
c) Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila
berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka
akan elastic kenyal atau lunak.
d) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.

8
e) Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
f) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
g) Nyeri
h) Anoreksia, mual, muntah.
i) Penurunan berat badan.

C. Dasar-Dasar Ct-Scan
CT-Scan merupakan modalitas canggih yang menyajikan potongan
citra anatomi dalam irisan axial, sagittal atau coronal, dengan menggunakan
sistem computer kompleks dan sistem mekanikal imejing.
1. Komponen Dasar CT-Scan
a. Gantry
Gantry terdiri dari tabung sinar-x, detektor array, dan
kolimator. Bergantung pada spesifikasi teknis unit, gantry biasanya
dapat disudutkan 30 ° ke setiap arah, seperti yang dibutuhkan seperti
pemeriksaan CT kepala atau tulang belakang. Bukaan tengah di gantry
adalah aperture. Meja CT (kadang-kadang disebut couchpasien)
dihubungkan secara elektronik ke gantry atau gerakan terkontrol selama
pemindaian. Anatomi pasien di dalam aperture adalah area yang sedang
dipindai pada saat itu.
b. X-Ray Tube
Tabung sinar-x mirip dengan tabung radiografi umum dalam
konstruksi dan operasi. Namun, modifikasi desain sering diperlukan
untuk memastikan bahwa tabung mampu menahan kapasitas panas
tambahan karena waktu exposure yang meningkat.
c. Detektor array
Detektor padat dan terdiri dari dioda ditambah dengan bahan
kristal scintillator (cadmium tungstate atau rare earth oxide ceramic
crystals). Detektor solid state mengubah energi sinar-x yang
ditransmisikan menjadi cahaya, yang diubah menjadi energi listrik dan

9
kemudian menjadi sinyal digital. Rangkaian detektor mempengaruhi
dosis pasien dan efisiensi unit CT.
d. Kolimator
Kolimasi pada CT penting karena mengurangi dosis pasien dan
meningkatkan kualitas gambar. Pemindai CT generasi sekarang
umumnya menggunakan satu kolimator-prepatient (pada tabung sinar-
x), yang membentuk dan membatasi sinar. Ketebalan slice pada unit CT
multidetektor modern ditentukan oleh ukuran pada baris detektor yang
digunakan.
e. Komputer
Komputer CT membutuhkan dua jenis perangkat lunak yang
sangat canggih-satu untuk sistem operasi dan satu untuk aplikasi.
Sistem operasi mengelola perangkat keras, sedangkan aplikasi
mengelola preprocessing, rekonstruksi gambar, dan berbagai macam
operasi pasca-pengolahan. Komputer CT harus memiliki kecepatan dan
kapasitas memori yang besar. Sebagai contoh, pertimbangkan bahwa
satu potongan CT (gambar) dengan matriks 512 × 512, komputer secara
bersamaan harus melakukan perhitungan 262.144 matematis per irisan.
f. Operator Console
Komponen operator console mencakup monitor single atau
dual , keyboard, mouse, , tergantung pada sistem . Konsol operator
memungkinkan teknolog untuk mengontrol parameter pemeriksaan,
yang disebut protokol, dan melihat atau memanipulasi gambar yang
dihasilkan. Protokol, yang telah ditentukan atau setiap prosedur,
mencakup faktor seperti kilovoltage, milliamperage, pitch, field of
view, slice thickness , pengindeksan tabel, rekonstruksi algoritma, dan
jendela display. Parameter ini dapat dimodifikasi oleh teknolog, jika
diperlukan, berdasarkan presentasi pasien atau riwayat klinis.

10
2. Parameter CT-Scan
a. Slice Thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek
yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1mm-10mm sesuai dengan
keperluan klinis. Pada umumnya ukuran yang tebal akan menghasilkan
gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya ukuran yang tipis akan
menghasilkan gambaran dengan detail yang tinggi. Jika ketebalan irisan
semakin tinggi maka gambaran akan cenderung terjadi artefak dan jika
ketebalan irisan semakn tipis maka gambaran cenderung akan menjadi
noise.
b. Range
Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice
thickness. Sebagai contoh untuk CT-Scan kepala, range yang digunakan
adalah dua. Range pertama lebih tipis dari range kedua. Range pertama
meliputi irisan dari basis cranii hingga pars petrosus dan range kedua
dari pars petrosum hingga verteks. Pemanfaatan dari range adalah
untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada satu lapangan
pemeriksaan.
c. Faktor Eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu
eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis
pada tiap-tiap pemeriksaan. Namun kadang-kadang pengaturan
tegangan tabung diatur ulang untuk menyesuaikan ketebalan objek yang
akan diperiksa (rentang antara 80-140 kV).

d. Field of View (FOV)


Field of view adalah diameter maksimal dari gambaran yang
akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada
rentang 12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi
gambaran karena dengan FOV yang kecil maka akan mereduksi ukuran

11
pixel (picture element). Sehingga dalam proses rekonstruksi matriks
hasil gambarannya akan menjadi lebih teliti. Namun jika ukuran FOV
terlalu kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan
klinis menjadi sulit dideteksi.
e. Rekonstruksi Matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari
picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar.
Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu struktur elemen dalam
memori computer yang berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada
umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512 baris
dan 512 kolom. Rekonstriksi matriks ini berpengaruh terhadap resolusi
gambar yang akan dihasilkan. Semakin tinggi matriks yang dipakai
maka semakin tinggi resolusi yang akan dihasilkan.
f. Rekonstruksi Algorithma
Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis
(algorithma) yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Sebagian
besar CT-Scan sudah memiliki standar algorithma tertentu untuk
pemeriksaan kepala, abdomen dsan lain-lain. Semakin tinggi resolusi
algorithma yang dipilih maka akan semakin tinggi pula resolusi gambar
yang akan dihasilkan.
g. Window Width
Window Width adalah rentang nilai computed tomography
yang dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV
monitor. Setelah computer menyelesaikan pengolahan gambar melalui
rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi
menjadi skala numeric yang dikenal dengan nama nilai computed
tomography. Nilai ini mempunyai nilai satuan HU (Hounsfield Unit)
yang diambil dari nama penemu CT-Scan kepala pertama kali yaitu
Godfrey Hounsfield.
h. Window Level

12
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan
untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada
karakteristik perlemahan dari struktur objek yang diperiksa. Window
level ini menentukan densitas gambar yang dihasilkan.

D. Prosedur Pemasukkan Media Kontras Untuk Pemeriksaan Ct Scan


Abdomen
Pemeriksaan laboratorium ureum dan creatinin untuk mengevaluasi
fungsi ginjal harus dilakukan sebelum pemeriksaan CT SCAN Scan dengan
injeksi media kontras secara intra vena (Nesseth, 2001). Pemakaian media
kontras pada pemeriksaan CT SCAN abdomen normalnya menggunakan
kombinasi teknik per-oral, per-rektal, dan intravena. Menurut Nesseth
(2001), ada 3 tipe media kontras yang digunakan pada pemeriksaan CT
SCAN scan abdomen, yaitu:
1. Intravena
Pemberian media kontras intravena, yaitu pemberian media
kontras dengan cara disuntikkan ke dalam vena. Berguna untuk melihat
enhancement stuktur vascular seperti vena portal, aorta abdominalis,
vena kava inferior serta arteri dan vena iliaka. Disamping itu dapat juga
meningkatkan kualitas gambar pada berbagai struktur jaringan organ-
organ seperti hati, ginjal, pankreas, lien. Dalam kondisi tertentu kontras
intravena juga untuk memperlihatkan ureter dan vesika urinaria (Nesseth,
2001). Pemberian media kontras intravena dapat dilakukan dengan
menggunakan syringe spuit steril maupun power injector. Media kontras
yang sering digunakan adalah yang non ionic water soluble antara 75 ml
-150 ml tergantung dari umur pasien, berat badan dan area yang akan
divisualisasikan.
Power injector umum dipakai pada CT SCAN Scan kontras, hal
tersebut dapat memperlihatkan gambar pada fase arteri hingga fase delay.
Pemasukan media kontras intravena tanpa menggunakan power injector
dapat dilakukan secara manual. Pemasukan media kontras jenis ini umum

13
digunakan pada single CT Scan dengan waktu efektif scanning 5-12 detik
dan interval 20- 40 detik.
2. Oral
Pada pemeriksaan abdomen dibutuhkan adanya pembeda pada
struktur gambaran organ pencernaan dari gambaran struktur lainnya
sepeerti lymph nodes, massa atau abses pada abdomen. Jika kontras oral
akan digunakan selama pemeriksaan, pasien akan diminta untuk
melakukan persiapan.
Oral kontras adalah pemberian media kontras CT SCAN Scan
dengan cara peroral atau diminum, dapat berupa suspensi Barium Sulfat
maupun zat kontras yang digunakan sebagai substitusi Barium Sulfat
yang disebut water soluble (Brennan, 2006). Untuk Barium Sulfat
digunakan E-Z CAT yang dicampur dengan air matang tergantung
seberapa banyak akan digunakan. Penggunaan oral kontras jenis barium
sulfat memerlukan konsentrasi rendah (1%-2%) untuk mencegah
terjadinya streaking artifacts menjadi beam hardening.
Teknik pemberian kontras oral tergantung organ pasien yang
berpuasa selama beberapa jam sebelum ingin diperiksa, yaitu :
a) Pemeriksaan CT SCAN Abdomen Atas :
Minum 600 ml sampai dengan 750 ml kontras dibagi 3 bagian per
gelas (@ 200-250 ml). Gelas pertama : diminum 30 menit sebelum
pemeriksaan. Gelas kedua : diminum 15 menit sebelum pemeriksaan.
Gelas ketiga : diminum 5 menit sebelum pemeriksaan
b) Pemeriksaan CT SCAN Abdomen-Pelvis
Minum 800 ml sampai dengan 1000 ml kontras yang dibagi 4 bagian
per gelas (@ 200-250 ml). Gelas pertama : diminum 1 jam sebelum
pemeriksaan. Gelas kedua sampai dengan gelas keempat : diminum
tiap 15 menit sesudahnya. Setelah gelas keempat diminum, 5 menit
kemudian pemeriksaan CT SCAN dapat dilakukan
3. Rektal/Anus

14
Kontras rekta/anus yaitu udara, digunakan sebagai marker organ
pencernaan bagian bawah sehingga mempermudah mengevaluasi
patologi anatomi struktur organ abdomen bawah.

E. Prosedur Pemeriksaan Ct Scan Abdomen


1. Indikasi pemeriksaan CT SCAN Abdomen (Bontrager, 2001).
a. Pankreatitis
b. Hematoma pada hati atau limpa
c. Metastase pada hati, pankreas, ginjal, dan limpa
d. Nefroblastoma
e. Abses
f. Tumor Intra Abdomen
g. Patologi sistem vaskular dan sistem limfatik
2. Kontra Indikasi (Bontrager, 2001)
a. Alergi terhadap bahan kontras
b. Kadar ureum dan kreatinin tinggi
3. Persiapan Alat Dan Bahan
a. Peralatan dan bahan steril :
1) Spuit Wing needle
2) Kassa dan kapas
3) Alkohol
4) Media kontras
5) Obat anti histamin
b. Peralatan non steril :
1) Seperangkat pesawat CT SCAN
2) Selimut
3) Injektor
4) Tabung oksigen Tiang infus
4. Persiapan Pasien (Nesseth, 2001)
Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien memerlukan persiapan terlebih
dahulu, yaitu :

15
a. 1-2 hari sebelum pemeriksaan disarankan untuk tidak makan
makanan yang berserat dan hanya makan bubur kecap.
b. Sebelumnya telah menjalani pemeriksaan laboratorium guna
mengetahui urus kadar ureum dan kreatinin.
c. Malam hari sebelum pemeriksaan, pasien minum obat pencahar
(urus-urus) untuk membersihkan usus.
d. Pasien tidak boleh makan sebelum pemeriksaan selesai.
5. Posisi Pasien
Posisi pasien dalam keadaan head first supine pada meja
pemeriksaan, dengan Mid Sagital Plane (MSP) tubuh parallel dengan
lampu longitudinal. Mid Coronal Plane (MCP) tubuh pada pertengahan
lampu horizontal dari gantry (Nesseth, 2001).
Mid sagital plane (MSP) diatur sejajar dengan lampu indikator
longitudinal dan mid coronal plane (MCP) sejajar dengan lampu
indikator horizontal. Untuk meminimalisir artefak dari gerakan dapat
digunakan bantalan dan straps. Teknik pernafasan juga perlu
diberitahukan pada pasien sebelum pemeriksaan dimulai. Dengan kata
lain komunikasi sangat diperlukan untuk keberhasilan pemeriksaan
(Nesseth, 2001).
Scanogram mulai dari batas atas processus xiphoideus hingga
simphisis pubis. Rekonstruksi dilakukan dengan reformat MPR irisan
axial, coronal dan sagittal disertai pengukuran volume tumor pada
masing-masing irisan.

F. Jenis-Jenis Media Kontras Ct Scan Scan (Daftary, 2007)


1. Media kontras positif (+)
Media kontras (+) memberikan efek gambaran opaque (putih)
dalam radiograf. Tersusun dari bahan yang mempunyai nomor atom lebih
tinggi dari jaringan dan aman terhadap kemampuan interstitial tubuh.
Yang termasuk kontras media positif adalah Barium suspensi (1% –2%)
misalnya EZ-CAT dan kontras Iodium.

16
Media kontras jenis intravaskular sangat mudah untuk diserap
oleh lumen atau sel tubuh. Bahan yang sering dipergunakan pada bahan
media kontras intravaskuler adalah komposisi yang mengandung iodium.
Iodium memiliki nomor atom yang cukup besar, mempunyai densitas
tinggi dan opasitas yang baik, sehingga merupakan media kontras yang
efektif.
2. Media Kontras Negatif (-)
Media kontras (-) memberikan efek gambaran lusen (hitam) dalam
radiograf. Tersusun dari bahan yang mempunyai nomor atom yang lebih
rendah dari jaringan. Tidak dapat dimasukkan pada organ-organ tertentu
misal pembuluh darah. Yang termasuk kontras media negatif adalah
udara dan air putih.

17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1) Identifikasi Pasien
Identitas pasien yang dilakukan pemeriksaan CT Scan Abdomen Kontras
adalah sebagai berikut:
a. Nama : Ny. SY
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 62 th
d. Poli : Poli Bedah
e. No Register : XX
f. Permintaan pemeriksaan : CT Scan Abdomen Kontras
g. Diagnosa : Susp Tumor

2) Riwayat Penyakit Pasien


Pasien bernama Ny. SY datang ke Instalasi Radiologi
RSUD Tarakan Jakarta Pusat pada hari Jumat, tanggal 29 November
2019. Ketika dilakukan anamnesa, keluarga pasien mengatakan bahwa
pasien sering mengalami rasa sakit di bagian perut. Berdasarkan
keluhan tersebut, maka pasien melakukan pemeriksaan ke Poli Bedah.
Kemudian, dokter spesialis merujuk pasien tersebut untuk melakukan
pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan kontras dengan tujuan untuk
menegakkan diagnose. Lalu pasien datang ke ruang instalasi radiologi
dengan diantar oleh keluarganya untuk di lakukan pemeriksaan CT
Scan Abdomen.

3) Prosedur Pemeriksaan CT Scan Abdomen Kontras Di Instalasi


Radiologi RSUD Tarakan Jakarta Pusat
a. Persiapan pasien
1) Cek ureum dan creatinin pasien

18
2) Sehari sebelum pemeriksaan pasien diminta untuk makan
makanan lunak.
3) Pasien diminta untuk puasa makan (boleh minum) minimal 6 jam
sebelum pemeriksaan.
4) Pasien diberi resep obat-obatan yang akan diminum sehari
sebelum pemeriksaan.
5) Setelah mendapatkan resep, pasien diberitahu untuk meminum
garam inggris dengan satu gelas air pada malam hari jam 8 sehari
sebelum pemeriksaan.
6) Media kontras 30 ml dan air mineral 500 ml di oplos hingga
merata
7) Kemudian pasien diminta untuk meminum campuran media
kontras dan air mineral, sebanyak 400 ml dua jam sebelum
pemeriksaan, dan sisa kontras 100 ml di masukkan lewat anal.
8) Pasien diberi penjelasan mengenai jalannya pemeriksaan dan
diminta untuk mengisi inform consent.
9) Pasien dipersilahkan untuk melepas semua benda-benda logam
yang ada di area sekitar perut agar tidak menimbulkan artefak
pada citra.
10) Sebelum dilakukan pemeriksaan sisa bahan kontras yang telah di
oplos dimasukkan melalui anal oleh perawat yang ada di radiologi

b. Alat dan bahan yang digunakan


1) Pesawat CT Scan 7) Spuit 20 cc 4 buah
Siemens 64 slices 8) Spuit 50 cc 1 buah
2) Ruang Kontrol 9) Alcohol swaps
Operator Operator 10) Dexamethasone
3) Bantal 11) Media kontras Iopamidol
4) Straps 12) Plester
5) Selimut 13) Kateter
6) Wing needle 14) Klem

19
15) Bengkok 17) Gel
16) Underpad

c. Teknik pemeriksaan
Teknik pemeriksaan CT Scan Abdomen kontras di RSUD
Tarakan Jakarta Pusat adalah sebagai berikut:
a. Posisi pasien
Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan. Posisi pasien
yaitu head first. Kedua tangan pasien berada di atas dekat kepala.
b. Posisi Objek
Mid Sagital Plane (MSP) tubuh parallel dengan lampu
longitudinal. Mid Coronal Plane (MCP) tubuh pada pertengahan
lampu horizontal dari gantry. Atur batas awal scanning pada simphisis
pubis.
c. Proses Pemeriksaan
Proses pemeriksaan dimulai dengan memasukkan (entry) data
pasien yang diperlukan seperti nama pasien, RM, umur, jenis kelamin,
jenis pemeriksaan, dll. Kemudian memilih protokol pemeriksaan yaitu
Abdomen Routine pada registrasi pasien di komputer.
Scanning topogram dari diafragma hingga simphisis pubis.
Kemudian lakukan scanning abdomen polos. Setelah diambil scanning
abdomen polos, kemudian tambah protokol pemeriksaan Abdomen
Routine dengan comment Post Contrast. Media kontras dimasukan
dengan cara injeksi manual sebanyak 100 ml melalui vena pasien.
Setelah media kontras dimasukkan, dilakukan scan Post Contrast yang
dimulai dari diafragma hingga simphisis pubis. Kemudian, menunggu
10 menit untuk melakukan scanning Buli.

Parameter Scanning
1) Patient position : Feet first Supine
2) Slice thickness : 1.50 mm

20
3) FOV : 350 mm
4) KV : 120 kV
5) mA : 384 mA
d. Teknik Rekonstruksi
Rekonstruksi dilakukan dengan membuat irisan axial dari
irisan coronal, slice thickness diubah menjadi 10 mm dan sebanyak
39 slices. Untuk irisan coronal dipotong dari irisan sagittal, slice
thickness 10 mm dan sebanyak 19 slices. Irisan sagittal dipotong
dari irisan coronal, slice thickness diubah menjadi 10 mm dan
sebanyak 19 slices.
e. PACS
Setelah rekonstruksi image, file langsung dikirim ke PACS
agar langsung terlihat di komputer dokter masing-masing tanpa
adanya teknik Filming
f. Hasil Gambaran

Gambar 3. Image CT Scan Abdomen Non Contrast Potongan Axial

21
Gambar 4. Image CT Scan Abdomen Post Contrast Potongan Axial

Gambar 5. Image CT Scan Abdomen Post Contrast Potongan Coronal

Gambar 6. Image CT Scan Abdomen Post Contrast Potongan Sagittal

22
Gambar 7. Image CT Scan Buli Potongan Post Contrast
Potongan Coronal, Axial dan Coronal

g. Hasil expertise oleh dr. Budhiarso, Sp.Rad :


Hasil Pemeriksaan CT Scan Abdomen tanpa dan dengan kontras :
1) Tak Tampak Efusi Pleura, Tak Tampak Asites
2) Gaster : Bentuk dan ukuran Normal, dinding tak melebar,
reguler
3) Hepar : Lobus Kanan Membesar, Tampak Massa pada Lobus
kanan bawah, massa bulat batas sebagian tegas sebagian tak
tegas, massa membesar ke superior mengisi lobus kanan hepar,
ke inferior mendorong ginjal dan organ-organ abdomen kanan
atas, ke lateral mencapai dinding abdomen, ke medial
mendekati middline dan mendorong ginjal kanan ke sisi kiri.
ke anterior massa mencapai dinding anterior abdomen, ke
posterior massa mencapai corpus vertebra Lumbalis, sistem
Biller dan vaskuler intra hepatic normal
4) KE : bentuk Normal, Ukuran Normal, batu (-), Sludge (-), Lien
dan Pancreas tak tampak kelainan
5) Kedua Ginjal : bentuk dan ukuran normal, cortex dan medulla
normal, tampak massa pada pelvis renal bilateral sistem
pelviokalises tak melebar, bentuk dan ukuran Buli-Buli Normal

23
6) Uterus : tak tampak kelainan
7) Tak tampask dilatasi lumen-lumen usus, appendiks tak tampak
kelainan
8) Tulang-tulang normal
9) Post contrast : tampak penyengatan ringan pada massa intra
hepatik, tak tampak penyangatan pada massa di pelvis renal
bilateral
Kesan :
1) Massa intra hepatik lobus kanan yang membesar sampai ke
extra hepatik
dd./ Massa extra hepatik di inferior hepar dengan infiltrasi intra
hepatik lobus kanan hepar
2) Massa pada pelvis renal bilateral

B. Pembahasan
Pada hari Jumat, tanggal 29 November 2019, pasien datang ke
Instalasi Radiologi RSUD Tarakan Jakarta Pusat dengan membawa surat
permintaan CT Scan Abdomen Kontras diantarkan oleh keluarga pasien.
Sehari sebelumnya pasien telah diberi edukasi mengenai persiapan apa saja
yang harus dilakukan pasien sehari sebelum dilakukannya pemeriksaan CT
Scan abdomen. Setelah persiapan seperti meminum larutan media kontras,
dan puasa 6 jam sebelum pemeriksaan, keluarga pasien diminta mengisi
inform conscent. Kemudian pasien diminta masuk ke ruang pemeriksaan dan
melepas semua benda-benda logam di sekitar area perut.
Prosedur pemeriksaan CT Scan abdomen kontras dilakukan seperti
prosedur CT scan abdomen pada umumnya. Pasien diminta untuk tidur supine
di atas meja pemeriksaan dengan posisi Feet first, kepala pasien diberi bantal.
MSP tubuh pasien berada pada pertengahan meja pemeriksaan. Kemudian,
awal pemeriksaan dimulai dari simphisis pubis pasien.
Setelah dilakukan scanning topogram dari diafragma hingga
simphisis pubis. Lalu scanning abdomen polos. Setelah diambil scanning

24
abdomen polos, kemudian tambah protokol pemeriksaan Abdomen Routine
dengan comment Post Contrast. Media kontras non ionic dimasukan dengan
cara injeksi manual sebanyak 100 ml melalui vena pasien. Setelah media
kontras dimasukkan, dilakukan scan Post Contrast yang dimulai dari
diafragma hingga simphisis pubis. Kemudian, petugas memeriksa hasil scan
Post Contrast. Kemudian tambah Protokol abdoumen routine lagi tapi di
rename menjadi Abdomen Buli, tunggu 10 menit hinggu Buli Pasien Terisi
Bahan Kontras Lalu dilakukan Scanning.
Di Instalasi Radiologi RSUD Tarakan Jakarta Pusat, pemeriksaan ct
scan abdomen kontras dilakukan dengan injeksi kontras manual, kecuali
untuk abdomen kontras 3 phase. Pada kasus tumor/massa abdomen
pemberian media kontras dilakukan dengan injeksi melalui intravena
sebanyak 100 ml. Kemudian, dari hasil scanning post contrast tampak
massa/tumor di daerah Hepar.
Alasan pemasukan media kontras melalui anal adalah untuk melihat
apakah ada kelainan di daerah bawah contohnya rectum atau colon- colon
yang lain yang ada di abdomen bagian bawah, Anal dilakukan pada saat
sebelum melakukan scanning topogram karena massa yang tampak berada
pada bagian bawah abdomen tepatnya pada rectum. Ditambahkan media
kontras melalui anal bertujuan untuk mengetahui apakah tumor yang berada
pada rectum mendesak uterus atau tidak. Selain itu, dengan pemasukan media
kontras non-ionik melalui anal kelainan yang berada di daerah rectum akan
tampak jelas batas-batas dan bentuknya.

25
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan laporan kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan
Ct Scan Abdomen Kontras Dengan Suspect Tumor Abdomen Di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta pusat” dapat
diambil kesimpulan yaitu:
1. Prosedur pemeriksaan CT scan Abdomen Kontras secara keseluruhan
hampir sama dengan pemeriksaan CT scan Abdomen kontras pada
umumnya. Sehari sebelumnya pasien diminta untuk melakukan persiapan
khusus dan datang ke instalasi radiologi dalam keadaan puasa. Lalu
sebelum melakukan pemeriksaan sisa bahan kontras yang telah diminum
olehb pasien dimasukkan melalui anal, u dilanjutkan pemeriksaan dengan
memilih protocol Abdomen Routine, kemudian dilanjutkan scanning
topogram. Scanning dimulai dari simphisis pubis hingga diafragma.
Kemudian scanning abdomen polos, dilanjutkan pemasukan media
kontras melalui injeksi intravena sebanyak 100 mL. setelah itu tambah
Protocol abdomen routine lgi tapi di rename menjadi Abdomen Buli
setelah itu menunggu sekitar 10 menit hingga Buli terpenuhi dengan
bahan kontras lalu dilakukan scanning. Setelah pemeriksaan selesai
pasien diberitahu bahwa hasil scanning akan dapat diambil 1 nminggu
setelahnya.
2. Alasan pemasukan media kontras melalui anal yaitu untuk melihat
apakah ada kelainan pada abdomen bagian bawah, karna dengan adanya
bahan kontras yang masuk di daerah colon batas- batas dan bentuk colon
terlihat dengan jelas.

B. SARAN
Prosedur pemeriksaan CT Scan Abdomen kontras di Instalasi Radiologi
RSUD Tarakan Jakarta Pusat sudah dilakukan dengan baik, terutama untuk

26
melihat adanya tumor/massa pada abdomen, sehingga kelainan akan tampak
jelas dengan penambahan media kontras yang dimasukkan melalu anal.

27
DAFTAR PUSTAKA

Nesseth, R, 2002, Procedur and Documentation for CT and MRI, Mc Graw-Hili


Medical Publishing Division, Kansas
Rasad, Sjahrir, 2006, Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Balai penerbit FKUI,
Jakarta
Ballinger, Pilip W. 2012. Merrill’s Atlas of Radiographic Positions and
Radiologic Procedures. Twelfth Edition Volume One. Missouri : Mosby,
Inc.
Bontrager, K. L., 2014, Text Book of Radiographic Positioning and Related
Anatomy, Eight Edition, The VC Mosby Co London.
Pearce, E.C. 2002. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia
Pustaka Umum. Jakarta.
Smithuis, Robin , 2014, CT Contrast Injection and Protocols, Radiology
Departement of the Rinjland Hospital in Leiderdorp, the Netherlands,
http://www.radiologyassistant.nl/en/p52c04470dbd5c/ct-contrast-
injection-and-protocols.html.
Corwin, Elizabeth J, 2009, Patofisiologi Buku Saku, Penerbit, Jakarta.

28
LAMPIRAN 1
Surat permintaan dokter

29
LAMPIRAN 2
Inform concent

30
31

Anda mungkin juga menyukai