Anda di halaman 1dari 24

“PROSEDUR PEMERIKSAAN CT-SCAN ABDOMEN KONTRAS PADA

KASUS TUMOR SIGMOIDDI INSTALASI RADIOLOGI RSUD DR. H.


SLAMET MARTODIRDJO KABUPATEN PAMEKASAN”

LAPORAN STUDI KASUS


Disusun untuk memenuhi Laporan Praktik Kerja Lapangan
Mata PKL Semester VI

Disusun Oleh:
Rinda Ayu Alfianti (151510383014)

D-IV RADIOLOGI
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL : PROSEDUR PEMERIKSAAN CT-SCAN


ABDOMENKONTRAS PADA KASUS TUMOR SIGMOID DI
INSTALASI RADIOLOGI RSUD DR. H. SLAMET
MARTODIRDJO KABUPATEN PAMEKASAN
NAMA : RINDA AYU ALFIANTI
NIM : 151510383014

Telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik
Kerja Lapangan (PKL) semester VI, Program Studi D-IV Radiologi Universitas
Airlangga pada:
Tanggal : 09 April 2018 – 08 Juni 2018
Tempat : Instalasi Radiologi RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo

Mengetahui, Surabaya, 28 Mei 2018


Kepala Instalasi Radiologi Instruktur Klinis Instalasi Radiologi

dr.Median Pertamawati, Sp.Rad M. Ali Basah, Amd.Rad


NIP.19770619 200501 2006 NIP. 19760226 201001 1008

Kepala Prodi D-4 Radiologi


Universitas Airlangga

Lailatul Muqmiroh,Dr,SpRad(K)
NIK. 1976 0720 201504 3201

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan rahmat,
karunia serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporanstudi
kasus tentang “Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Abdomen Kontras pada Kasus
Susp. Sigmoid di Instalasi Radiologi RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo
Kabupaten Pamekasan”. Dan saya juga berterima kasih pada Bapak/Ibu instrukrur
yang telah membimbing saya selama PKL.
Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai seluk beluk tentang prosedur
pemeriksaan CT-Scan abdomen kontras yang baik dan benar. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan laporan yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Pamekasan, 28 Mei 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 3
2.1 Anatomi Colon ............................................................................... 3
2.2 Patologi .......................................................................................... 4
2.3 CT-Scan ......................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................... 10
3.1 Paparan Kasus ................................................................................ 10
3.2 Prosedur Pemeriksaan .................................................................... 10
3.3 Pembahasan .................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP ................................................................................... 18
4.1 Simpulan ........................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berjalannya waktu, perkembangan alat kedokteran pada
bidang radiologidalam pencitraan semakin muktahir yang menuntut untuk
meningkatkan kualitas diri, keterampilan dan kinerja dari seorang
radiografer.Pencitraan dalam bidang radiologidapat dihasilkan dari berbagai
macam teknik, misalnya saja citra dari hasil sinar-x berupa alat
konvensional, Computed Tomography (CT),Medical Resonance
Image(MRI),Kedokteran Nuklir, ultrasonografi (USG), Endoskopi, dan lain
sebagainya. Oleh sebab itu, Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah
satu program yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa D4 Radiologi dalam bidang teknik pemeriksaan radiologi.
Telah dijelaskan diatas bahwa salah satu perkembangan pada alat
kedokteran untuk pencitraan adalah Computed Tomography (CT).
Computed Tomography (CT)adalah salah satu modalitas pencitraan medis
dengan memanfaatkan sinar-x yang dilewatkan pada tubuh kemudian berkas
sinarnya akan ditangkap oleh detektor, dimana nantinya akan diolah
menjadi suatu citra. CT-Scan dapat diaplikasikan pada berbagai indikasi
yang ada, salah satunya adaanya mass atau tumor pada cavum
abdomen.Yang mana untuk mass atau tumor tidak cukup hanya dengan
pemeriksaan CT Scan abdomen biasa, namun memerlukan pemberian obat
kontras yang berguna dalam memvisualisasikan atau menunjukkan kelainan
mass atau tumor yang ada pada cavum abdomen. Sehingga, diagnosa dapat
ditegakkan dengan jelas dan benar. Dari paparan diatas, saya selaku penulis
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RSUD Dr. H. Slamet
Martodirdjo Kabupaten Pamekasantertarikmengangkat judul “PROSEDUR
PEMERIKSAAN CT-SCAN ABDOMENKONTRAS DI INSTALASI
RADIOLOGI RSUD Dr. H. SLAMET MARTODIRDJO
KABUPATEN PAMEKASAN”

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana prosedur pemeriksaan CT-Scan Abdomen Kontras di
Instalasi Radiologi RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo Kabupaten
Pamekasan?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT-Scan Abdomen Kontras
di Instalasi Radiologi RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo Kabupaten
Pamekasan

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat menambah pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan CT-Scan
Abdomen Kontras di Instalasi Radiologi RSUD Dr. H. Slamet
Martodirdjo Kabupaten Pamekasan
2. Memberikan gambaran informatif yang dapat membantu dokter dalam
membuat diagnosa dengan benar, sehingga dapat menentukan tindakan
selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kolon

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kolon, Tartowo, dkk. Anatomi dan Fisiologi Untuk
Mahasiswa Keperawatan,2009
Intestinum crassum (usus besar) terdiri dari caecum, appendix
vermiformiis, colon , rectum dan canalis analis. Caecum adalah bagian
pertama intestinum crassum dan beralih menjadi colon ascendens(Moore,
2002). Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm. Caecum terletak
pada fossa iliaca kanan di atas setengah bagian lateralis ligamentum inguinale
(Widjaja, 2009).
Appendix Vermiformis berupa pipa buntu yang berbentuk cacing dan
berhubungan dengan caecum di sebelah kaudal peralihan ileosekal (Moore,
2002). Colon ascendens panjangnya kurang lebih 15 cm, dan terbentang dari
caecum sampai ke permukaan visceral dari lobus kanan hepar untuk
membelok ke kiri pada flexura coli dextra untuk beralih menjadi colon
transversum (Widjaja, 2009). Pendarahan colon ascendens dan flexura coli
dextra terjadi melalui arteri ileocolica dan arteri colica dextra, cabang arteri
mesenterica superior. Vena ileocolica dan vena colica dextra, anak cabang
mesenterika superior, mengalirkan balik darah dari colon ascendens (Moore,
2002).

3
Colon transversum merupakan bagian usus besar yang paling besar dan
paling dapat bergerak bebas karena bergantung pada mesocolon, yang ikut
membentuk omentum majus. Panjangnya antara 45-50 cm (Widjaja, 2009).
Pendarahan colon transversum terutama terjadi melalui arteria colica media,
cabang arteria mesenterica superior, tetapi memperoleh juga darah melalui
arteri colica dextra dan arteri colica sinistra. Penyaluran balik darah dari
colon transversum terjadi melalui vena mesenterica superior (Moore, 2002).
Colon descendens panjangnya kurang lebih 25 cm (Widjaja, 2009).
Colon descendens melintas retroperitoneal dari flexura coli sinistra ke
fossailiaca sinistra dan disini beralih menjadi colon sigmoideum (Moore,
2002).
Colon sigmoideum disebut juga colon pelvinum (Moore, 1992).
Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S. (Widjaja,
2009). Terbentuk dari apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihan
menjadi rectum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai dengan
berakhirnya ketiga teniae coli, dan terletak ± 15 cm diatas anus. Colon
sigmoideum tergantung dari mesacolon sigmoideum pada dinding belakang
pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas.
Rectum adalah lanjutan dari usus besar, yaitu colon sigmoid dengan
panjang sekitar 15 cm. Rectum memiliki tiga kurva lateral serta kurva
dorsoventral. Mukosa dubur lebih halus dibandingkan dengan usus besar.
Rectum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan inferior
kiri.
2/3 bagian distal rectum terletak di rongga pelvic dan terfiksir, sedangkan 1/3
bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile. Kedua bagian
ini dipisahkan oleh peritoneum reflectum dimana bagian anterior lebih
panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah bagian
terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih
proksimal, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal ) serta otot-otot
yang mengatur pasase isi rectum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri
dari 3 sling : atas, medial dan depan.

4
2.2 Patologi
Pada umumnya, dalam perjalanan penyakit, pertumbuhan
adenokarsinoma usus besar sebelah kanan dan kiri berbeda. Adenokarsinoma
usus besar kanan (caecum, colon ascenden, transversum sampai batas flexura
lienalis), tumor cenderung tumbuh eksofitik atau polipoid. Pada permulaan,
massa tumor berbentuk sesil, sama seperti tumor colon kiri. Akan tetapi
kemudian tumbuh progresif, bentuk polipoid yang mudah iritasi dengan
simtom habit bowel: sakit di abdomen yang sifatnya lama. Keluhan sakit,
sering berkaitan dengan makanan/minuman atau gerakan peristaltik dan
kadang-kadang disertai diare ringan. Berat badan semakin menurun dan
anemia karena adanya perdarahan kecil tersembunyi. Konstipasi jarang
terjadi, mungkin karena volum colon kanan lebih besar. Suatu saat dapat
dipalpasi massa tumor di rongga abdomen sebelah kanan.
Karsinoma usus besar kiri (colon transversum batas flexura lienalis,
colon descenden, sigmoid dan rectum) tumbuh berbentuk cincin
menimbulkan napkin-ring. Pada permulaan, tumor tampak seperti massa
berbentuk sesil, kemudian tumbuh berbentuk plak melingkar yang
menimbulkan obstipasi. Kemudian bagian tengahmengalami ulserasi yang
menimbulkan simtom diare, tinja campur lendir dan darah, konstipasi dan
tenesmus mirip dengan sinDrom disentri

2.3CT-Scan
2.3.1 Sejarah dan Perkembangan CT-Scan
Computed Tomography (CT) telah berkembang menjadi sebuah
metode pencitraan medis yang sangat diperlukan dalam pemeriksaan
radiodiagnostik sehari-hari. Perkembangan CT-Scan dimulai pada awal
tahun 1970-an dimana pada tahun 1972, Sir Godfrey Newbold
Hounsfield dan Ambrose yang berhasil menghasilkan sebuah gambaran
klinis pertama CT-Scan kepala. Sejak itulah peralatan Computed
Tomography yang merupakan perpaduan peralatan pencitraan sinar X
dengan komputer pengolah data sehingga dapat menampilkan potongan

5
melintang (transversal/axial) bagian tubuh manusia berkembang dengan
sangat cepat dan menjadi teknologi imejing yang sangat menggumkan.
Arah perkembangan teknologi CT-Scan pada saat ini lebih
mengutamakan pada peningkatan resolusi gambar, dan pengurangan
dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Sedangkan pada bidang
aplikasinya lebih dipengaruhi oleh teknologi pengolahan citra digital
yaitu teknologi software (komputer) baik dari gamabaran dua dimensi
maupun tiga dimensi. Dengan teknologi ini pemeriksaan diagnostik
yang tadinya bersifat invasif menjadi pemeriksaan non invasif yang
dapat dipertanggung jawabkan keakuratannya. Berikut merupakan
sejarah perkembangan CT-Scan yang dapat dirangkum sebagai berikut:
1917 J.H Radon : Tranformasi Radon, gambar dari objek yang
tidak diketahui dapat digambarkan dari proyeksinya
1963 A.M Cormack: mengembangkan teknik untuk menentukan
distribusi penyerapan tubuh manusia
1972 G.N Hounsfield dan J. Ambrose: menghasilkan gambar CT
pertama kali untuk keperluan klinis
1974 60 unit CT terpasang untuk pemeriksaan kepala
1975 First whole body scanner in clinical use
1979 Hounsfield dan Cormack dianugrahi hadiah Nobel
1989 W.A Kalender dan P. Vock melakukan pemeriksaan klinis
pertama dengan menggunakan Spiral CT
1998 Multislice CT (4 slices)
2000 PET/CT systems
2001 16 slices
2004 64 slices, >40000 instalasi CT untuk aplikasi klinik
2005 Dual source CT, untuk pemeriksaan cardiac dan dual
energy
2006 128 slices CT dan 320 slices
Selain itu, untuk membedakan rancangan konfigurasi tabung dan
detektor pada perangkat CT-Scan yang dikenal dengan istilah

6
“generasi”. Yang sampai saat ini digolongkan menjadi delapan generasi
antara lain:
1. Generasi I Translation/rotation Pencil Beam (1970)
2. Generasi II Translation/rotation Partial Fan Beam (1972)
3. Generasi III Continous Rotation Fan Beam (1976) Rotasi Detektor
(Detector Ring)
4. Generasi IV Continous Rotation Fan Beam Stationary Detector
(1978)
5. Generasi V Electron Beam Tecnique; EBCT (Electron Beam
Computed Tomography) untuk pemeriksaan jantung
6. Generasi VI Spiral CT/Helical CT (1989-1990) merupakan
pengembangan generasi tiga dan empat, tetapi masih single slice
7. Generasi VII Multi Detector CT (MDCT/MSCT) tahun 1998 yang
dikenal dengan era Multi Slice Computed Tomography
8. Generasi VIII Dual Source CT (DSCT) tahun 2005 dimana dua
pasang tabung dan detktor dalam satu gantry

2.3.2 Pengaturan dan Komponen Pesawat CT-Scan


Sebuah sistem CT-Scan terdiri dari beberapa komponen, antara
lain:
a. Unit pemindai/Gantry yang di dalamnya terdapat tabung sinar-X
dan rangkain detektor
b. Meja pemeriksaan pasien
c. Unit komputer pengolah data
d. Konsul pengendali
Cara kerja pesawat CT-Scan secara sederhana dapat dijelaskan
dengan gambar sebagai berikut:
a. Sistem Pemindai (Scan System) terdiri dari unit distribusi daya
listrik, generator dan tabung sinar-X dan sistem pengukuran data.
Selain itu, terdapat pula sistem pengendali putrana gantry, sistem
pengendali bagian gantry yang tidak bergerak, sistem meja pasien
dan sistem pendingin, dimana semuanya terdapat pada gantry

7
b. Sistem Pengolahan Data (Imaging System) yang terdiri dari tiga
unit komputer yaitu sistem rekontruksi gambar/IRS (Imaging
Reconstruction System), sistem komputer pengendali/ICS (Imaging
Consul System) dan komputer pengerjaan post processing (work
station system)
c. Sistem Kontrol (control system) terdiri dari beberapa sistem
pengendali mikro yang mengendalikan masing-masing komponen
CT-Scan dan seluruh sistem ini bekerja di bawah koordinasi sistem
komputer pengendali (ICS) sebagai pengendali utama
2.3.3 Parameter CT-Scan
Gambaran yang dihasilkan oleh CT-Scan terjadi akibat dari
berkas sinar-X yang mengalami pelemahan setelah menembus objek
yang kemudian ditangkap oleh detektor dan dilakukan pengolahan
dalam komputer. Untuk menghasilkan gambaran CT-Scan yang bagus
dan dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit, maka
beberapa parameter yang dibutuhkan dan diatur yang diantaranya antara
lain:
a. Slice thickness
Slice thickness merupakan tebalnya irisan atau potongan dari
objek yang diperiksa. Jika ketebalan irisan yang diambil semakin
tinggi, maka akan menghasilkan gambaran artefak pada gambar.
Sebaliknya, jika ketebalan irisan semakin tipis maka akan
menghasilkan noise pada gambar. Untuk nilai slice thickness pada
Multi-Slice CT (MSCT) dapat memilih antara 0,5 mm – 10 mm
sesuai dengan kebutuhan klinis. Setiap generasi MSCT memiliki
ketebalan slice yang berbeda (CTius dalamGaol 2015). Pemilihan
slice thickness memiliki pengaruh terhadap spasial resolusi yang
dihasilkan pada saat pembuatan gambar CT-Scan.
b. Range
Range merupakan area sepanjang Z-Axis yang akan dilakukan
scanning. Scan range sendiri mempengaruhi lamanya waktu scan
dan jumlah dosis radiasi yang diterima oleh tubuh pasien

8
c. Pitch
Pitch merupakan pergerakan meja tiap putaran dibagi dengan
slice collimation. Jika pitch <1 maka akan terjadi overlap antara
aquisisi yang berdekatan. Untuk pitch >1 akan menimbulkan gaps
antara aquisisi yang berdekatan, dan jika pitch = 1 maka akan
menyebabkan aquisis akan berdekata/berbatas, tidak overlap dan
tidak ada gaps. Pitch yang kecil akan menyebabkan ovelpaing
anatomi yang diperiksa dan dapat pula meningkatkan dosis radiasi,
sedangkan pitch yang besar akan menyebabkan gaps anatomi yang
diperiksa tetapi dapat menurunkan dosis radiasi yang diterima
(Siva,2003)
d. Faktor Eksposi
Faktro eksposi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
eksposi yang meliputi kV, mA dan waktu (s). Salah satu usaha
yang dilakukan untuk mengendalikan image noise pada gambaran
CT-Scan adalag dengan melakukan pemilihan kV yang tepat
e. Field of View (FOV)
Field of View (FOV) merupakan diameter maksimal dari
gambaran yang akan direkontruksi. FOV kecil antara 100 mm –
200 mm yang akan meningkatkan resolusi sehingga detail gambar
dan batas objek akan terlihat jelas. Untuk FOV sedang adalah 200
mm yang memiliki spasial resolusi yang baik, noise serta artefak
sedikit. Sementara FOV besar antara 350 mm – 400 mm yang akan
menghasilkan spasial resolusi yang rendah akibat ukuran pixel
menjadi besar
f. Gantry tilt
Gantry tilt merupakan sudut yang dibentuk antara bidang
vertikal dengan gantry. Tujuannya untuk keperluan diagnosa dari
masing – masing kasus yang dihadapi, serta menentukan sudut
irisan dari objek yang akan diperiksa
g. Window width

9
Window width merupakan rentang nilai CT yang akan
dikonversi menjadi gray level untuk ditampilakan ke dalam TV
monitor dalam satuan HU (Hounsfield Unit)
h. Window level
Window level merupakan nilai tengah CT number pada window
width dan untuk menunjukkan nilai keabu-abuan

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Paparan Kasus


3.3.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 403207
Tanggal Pemeriksaan : 26 April 2018
Pemeriksaan : CT-Scan abdomen kontras
Diagnosa : Intraluminal mass pada sigmoid

3.2 Prosedur Pemeriksaan


Prosedur pada pemeriksaan CT-Scan abdomen kontras untuk indikasi
intraluminal mass pada sigmoiddi di Instalasi Radiologi RSUD Dr. H. Slamet
Martodirdjo Kabupaten Pamekasan adalah sebagai berikut:
3.2.1 Persiapan Alat dan Bahan
1) Satu buah syringe injektor dan injektor single head
2) Coillet connector
3) Folley catheter 24 F
4) Spuit 1 cc
5) Spuit 20 cc
6) Spuit 50 cc dengan catheter tip
7) Air 300 cc
8) Iopamiro 80 cc
9) Saline NaCl
10) Under pad
3.2.2 Persiapan Pasien
1) Memverifikasi identitas pasien dengan Surat Permintaan yang
tertera dan kemudian dilakukan anamnase terhadap pasien atau
perawat yang membawa pasien tersebut.

11
2) Pasien puasa 3-4 jam sebelum pemeriksaan untuk mencegah sedasi.
3) Memastikan pasien telah terpasan infus dan 3 way
4) Memberikan penjelasan terhadap pasien atau keluarga pasien
mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan, yang mana
pasien atau keluarga pasien berhak untuk menyetujui ataupun tidak
tindakan tersebut. Jika menyetujui, pasien atau keluarga pasien
menandatangani surat inform concent.
5) Setelah petugas CT Scan mendapatkan persetujuan tindakan,
petugas kemudianmengecektekanan darah dan serum kreatin
pasien.
6) Petugas akan melakukan skin test terhadap pasien dengan
menyuntikkan obat kontras 0,1 cc dengan menggunakan spuit
ukuran 26 G. Tunggu 5-15 menit untuk mengetahui reaksi obat
7) Jika tidak terdapat reaksi alergi, pasien diminta untuk melepas
logam-logam sekitar perut – pinggang yang dapat menghasilkan
artefak pada hasil imejing.
8) Mengintruksikan keluarga pasien diminta untuk menunggu di luar
ruang pemeriksaan saat pemeriksaan CT Scan berlangsung.
3.2.3 Persiapan Pemeriksaan
1. Siapkan obat kontras Iopamiro sebanyak 80 cc masukkan ke dalam
injector single head dan kemudian masukkan juga saline NaCl
sebanyak 40 cc
2. Siapkan campuran obat kontras dan air dengan perbandingan 10 cc
dan 300 cc ke dalam rectum
3.2.4 Teknik Pemeriksaan
Berikut ini merupakan teknik pemeriksaan yang harus dilakukan
untuk pemeriksaan CT-Scan abdomen kontras, antara lain sebagai
berikut:
a. Memindahkan pasien ke meja pemeriksaan
b. Memposisikan pasien supine dan feet first
c. Meletakkan kepala pasien pada head holder

12
d. Mengintruksikan pasien tidur miring dan masukkan folley catheter
yang telah dilumasi dengan gel ke dalam anus dan fiksasi udara +
air 30cc
e. Masukkan campuran obat kontras dan air ke dalam rectum dengan
menggunakan spuit 50cc
f. Mengintruksikan pasien untuk tidur terlentang kembali
g. Mengatur dan memastikan kedua lengan pasien berada diatas
kepala
h. Memfiksasi tubuh pasien dengan sabuk khusus untuk mengurangi
pergerakan
i. Mengedukasi pasien untuk tarik nafas dan tahan nafas
j. Mengatur lampu indikator coronal plane sejajar dengan xhypoid
k. Setelah tepat, dapat dimulai untuk scan
l. Gambaran posisi pasien

Gambar 2.2Posisi, www.radiologyinfo.org, 2018


3.2.4ProsesScanning
Berikut ini merupakan tahapan yang harus dilakukan dalam
melakukan pemeriksaan CT-Scan kepala non kontras, antara lain
sebagai berikut:
a. Klik New Study
b. Menginput data pasien
Melakukan input data pasien yang meliputi ID, nama pasien,
jenis kelamin, umur, accessories number dan jenis pemeriksaan
serta posisi pasien head fisrts atau feet first untuk di lakukan
scanning
c. Memilih protokol

13
Pemilihan protokol pada kepala adalah CT Abdomen HRS.
Untuk kV dan mAs yang digunakan pada pemeriksaan organ
abdomen telah diatur secara otomatis oleh alat, namun tetap bisa
diatur secara manual sesuai keinginannya.
d. Membuat scannogramdan Menentukan scan area (range) atau
FOV

Gambar 2.3 FOV CT-Scan Abdomen, www.radtechonduty,2018


e. Melakukan scanning1
f. Cek hasil scanning untuk melihat adanyamotionartefact atau tidak
g. Jika dalam hasil scanning tersebut sudah bagus, pemeriksaan dapat
dilanjutkan dengan penyuntikan kontras dengan teknik IV line
menggunakan injektor
h. Menghubungkan coillet connector dengan 3 way yang telah
terpasang untuk memasukkan obat kontras dengan memastikan
bahwa coillet connector tersebut bebas dari udara
i. Kemudian, lakukan patensi yang bertujuan untuk mengetahui obat
kontras masuk atau tidak sebanyak 15 cc
j. Scanning 2 akan dimulai dengan flow rate yang digunakan adalah 2
k. Cek hasil scanning post kontras dan lakukan fase late artery (35
detik dari obat kontras yang diinjeksikan)
l. Kemudian dilanjutkan dengan proses filming

14
3.1.3 Proses Filming
Untuk CT-Scan abdomen kontras dengan klinis susp.Tumor
sigmoid menggunakan dua film yang nantinya akan di print. Berikut
format filming seperti sebagai berikut:

Gambar 2.4Filming CT-Scan Abdomen Kontras, Instalasi Radiologi RSUD Dr. Martodirdjo
Kabupaten Pamekasan, 2018

15
Gambar 3.7Filming CT-Scan Abdomen Kontras, Instalasi Radiologi RSUD Dr. Martodirdjo
Kabupaten Pamekasan, 2018

16
3.3 Pembahasan
Teknik Pemeriksaan CT-Scan abdomen dengan kontras dengan kasus
tumor sigmoid di Instalasi Radiologi RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo
menggunakan jenis CT-Scan 16slice. Pemeriksaan diawali dengan persiapan
pasien, anamnase pasien, mengecek hasil laboratorium serum kreatinin,
riwayat alergi, serta mengecek tekanan darah. Pasien memiliki serum
kreatinin1,1 mg/dL dan tekanan darah 140/80.
Scan dilakukan feet first dengan arah craniocaudal. Proses scanning
dilakukan mulai diatas diafragma sampai dengan ischium yang menghasilkan
irisan axial. Scanning dimulai dengan mengambil hasil pre kontras. Setelah
itu petugas menginjeksikan kontras sebanyak 80 cc kepada pasien secara IV
line dengan menggunakan injektor. Kemudian scanning dimulai untuk
mengambil hasil post kontras. Dari hasil scanning post kontras kemudian
dilihat hasil gambarnya kontras telah mengisi pembuluh darah secara bagus
pemeriksaan pasien boleh dikeluarkan dari gantri. Fungsi dari penggunaan
obat kontras pada CT-Scan abdomen dengan klinis tumor sigmoid ini adalah
dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya luas tumor yang ada dengan tepat
dan gambaran tumor akan tervisualisasi dengan baik.
Di RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjopengerjaan rekonstruksi gambar
dilakukan oleh operator. Pencetakan film sebanyak 2 lembar yang berisikan:
1. Lembar 1 : 24 gambaran potongan axial pre kontras dan post kontras
2. Lembar 2 : 8 gambaran potongan coronal dan sagital post kontras, 1
potongan sagital dalam menghitung panjang kelainan, 1 potongan
coronal volume rendering, 1 buah potongan coronal dan sagital kondisi
bone window
Proteksi radiasi pada Ruang CT scan diRSUD Dr. H. Slamet
Martodirdjo sudah baik. Saat pemeriksaan berlangsung keluarga pasien
diminta untuk menunggu diluar ruangan. Jika keluarga pasien berada di
dalam untuk memberikan rasa nyaman pada pasien non koperatif, petugas
memberikan apron sebagai pelindung dari radiasi. Namun begitu, tidak setiap
keluarga pasien diijinkan untuk berada di dalam mengingat dosis radiasi CT
Scan sangat besar. Petugas harus dapat berkomunikasi yang baik kepada

17
pasien gelisah dengan memberikan penjelasan pemeriksaan yang akan
dilakukan. Sehingga pasien dapat kooperatif. Untuk proteksi radiasi bagi
operator atau petugas CT Scan pun juga sudah baik.

18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada instalasi Radiologi RSUD Dr. H. Slamet Martodirdjo prosedur
pemeriksaan CT-Scan abdomen kontras diawali dengan persiapan pasien,
anamnase pasien, mengecek hasil laboratorium serum kreatinin, riwayat
alergi, serta mengecek tekanan darah.
2. Fungsi dari penggunaan obat kontras pada CT-Scan abdomen dengan
klinis tumor sigmoid ini adalah dapat memperlihatkan lokasi dan
besarnya luas tumor yang ada dengan tepat dan gambaran tumor akan
tervisualisasi dengan baik.
3. Pencetakan film sebanyak 2 lembar yang berisikan:
a) Lembar 1 : 24 gambaran potongan axial pre kontras dan post kontras
b) Lembar 2 : 8 gambaran potongan coronal dan sagital post kontras, 1
potongan sagital dalam menghitung panjang kelainan, 1 potongan
coronal volume rendering, 1 buah potongan coronal dan sagital
kondisi bone window

19
DAFTAR PUSTAKA
Atlas of Human Anatomi Sobotta 13th Engl.ed. 2001.Urban&Fischer
Gaol, Syahnaro Lumban. 2015. Pengaruh Window Level da Window Width pada
Lung Window dan Mediastinum Window pada Kualitas Citra CT-Scan
Thorax. USU Institutional Repository
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pensarafan. Jakarta: Salemba Medika
Muzammil, akhmad. 2016. Prinsip Dasar, Tips dan Trik Teknik Pemeriksaan
MSCT 64 Slice. Surabaya: RSU Haji
Roland Bruening and Thomas Flohr. 2003. Protocols for Multislice CT. Germany:
Springer
Tartowo, dkk. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan,2009. Jakarta: TIM

20

Anda mungkin juga menyukai