Anda di halaman 1dari 37

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI GENU PADA KASUS

OSTEOARTHRITIS

INSTALASI RADIOLOGI RSUD CILACAP

Laporan Kasus
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan I
di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap

Disusun oleh :

GITA MELIANA DEWI

NIM:P1337430318061

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN

RADIOTERAPI PURWOKERTO

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2019

i
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KASUS

Telah diperiksa dan disetujui sebagai laporan Kasus pada Program

Studi Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi

Purwokerto.Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Semarang.

Nama : Gita Meliana Dewi

NIM : P1337430318061

Judul Laporan Kasus :Teknik Pemeriksaan Radiografi Genu pada Kasus

Klinis Osteoarthritis Instalasi Radiologi RSUD

Cilacap

Cilacap, 4 Oktober 2019

Kepala Instalansi Clinical Instructure

dr.Eka Prasetya, Sp. Rad Titin Orbaniati, Amd Rad


NIP. 19800430 200604 1 007 NIP. 19671010 199103 2 013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan laporan kasus yang berjudul " Teknik Radiografi Genu pada

Pasien Osteoarthritis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah

Cilacap " guna memenuhi tugas mata kuliah PKL I Program Studi Diploma

III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto Jurusan Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang selalu memberkan rahmat dan hidayah-Nya

2. Bapak Marsum, B.E, S.pd, MHP selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang.

3. Ibu Fatimah, S.ST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Semarang.

4. Bapak Ardi Soesilo Wibowo, ST, M.Si selaku Ketua Program Studi

D III Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto.

5. Kepala Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap.

6. Selaku kepala ruang Radiologi dan pembimbing Praktek Kerja

Lapangan I di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah

Cilacap.

7. Semua Dosen dan Staf Akademik Program Studi Diploma III

Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Purwokerto.

i
8. Seluruh Radiografer dan seluruh Staf Karyawan Instalasi Radiologi

Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap.

9. Bapak dan Ibu tercinta serta teman-teman atas doa dan

dukungannya.

Cilacap, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 3

D. Sistematika Penulisan ............................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5

A. Landasan Teori ......................................................................... 5

1. Anatomi Fisiologi ............................................................ 5

2. Patologi .......................................................................... 9

B. Teknik Pemeriksaan Genu ........................................................ 10

C. Proteksi Radiasi ........................................................................ 16

BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN .................................. 20

A. Identitas Pasien ......................................................................... 20

B. Prosedur Pemeriksaan .............................................................. 20

C. Pembahasan Kasus .................................................................. 24

BAB IV PENUTUP ............................................................................... 26

i
A. Kesimpulan ............................................................................... 26

B. Saran......................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 28

LAMPIRAN .......................................................................................... 29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sendi atau artikulasio, adalah istilah yang digunakan untuk

menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa tulang kerangka.

Ilmu yang mempelajari persendian disebut artrologi. Genu

merupakan sendi yang paling besar dan paling kompleks pada tubuh

manusia. Genu didesain untuk mobilitas dan stabilitas. Secara

fungsional, knee dapat memanjangkan dan memendekkan lower

extremitas untuk mengangkat dan menurunkan tubuh atau untuk

menggerakkan kaki dalam space. Bersama-sama dengan hip dan

ankle, knee menopang tubuh ketika berdiri. Genu merupakan unit

fungsional primer dalam aktivitas berjalan, memanjat dan duduk.

( Pearce, 2009 )

Osteoarthritis merupakan suatu penyakit sendi menahun yang

dimulai dari kerusakan dan kemunduran fungsi tulang rawan sendi.

Osteoarthritis dikenal juga dengan nama osteoarthritis serupakan

penyakit degeneratif sendi yang dapat menyerang sendi manapun

pada tubuh manusia, terutama pada sendi yang menerima

pembebanan terlebih seperti sendi panggul dan lutut. Sendi lutut

merupakan sendi yang paling penting dalam menumpu berat badan,

dengan demikian sendi lutut sangat mudah mengalami osteoarthritis

i
yang akan menimbulkan kekakuan sendi, perubahan bentuk dan

nyeri untuk berjalan, naik tangga dan berdiri dari duduk. Sendi lutut

mempunyai berbagai macam proyeksi pemotretan maka untuk

mendapatkan radiograf yang lebih informatif dari sendi lutut pada

kasus osteoarthritis dibutuhkan teknik tertentu untuk membantu

menampakkan penyempitan celah sendi dan derajat kerusakan

valgus dan varus pada sen di lutut.

(https://www.academia.edu/9415417/TEKNIK_PEMERIKSAAN_GEN

U_PADA_KASUS_OSTEOARTHRITIS_DENGAN_PASIEN_NON_K

OOPERATIF)

Berdasarkan pengamatan penulis padaa saat PKL 1 di

Instalasi Radiologi RSUD Cilacap, teknik pemeriksaan radiografi

pada kasus Osteoarthritis (OA) pada Genu pada dilakukan dengan

proyeksi Anterior Posterior dan Lateral. Akan tetapi, penulis sempat

menjumpai di Instalasi Radiologi RSUD Cilacap melakukan

pemeriksaan Genu dengan proyeksi Bilateral. Oleh karena itu,

penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk laporan kasus

dengan judul ” Teknik Pemeriksaan Radiografi Genu Pada Kasus

Osteoarthritis (OA) Instalasi Radiologi RSUD Cilacap”.

B. Rumusan Masalah

Agar dalam penyusunan tugas ini penulis dapat lebih

terarah serta karena keterbatasan waktu dan terbatasnya


kemampuan penulis, maka penulis hanya membahas masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan Genu pada kasus Osteoarthritis

(OA) di Instalasi Radiologi RSUD Cilacap?

2. Apakah proyeksi Bilateral pada kasus Osteoarthritis (OA) sudah

dapat membantu dalam menegakkan diagnosa?

3. Bagaimana upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada

pemeriksaan genu di Instalasi Radiologi RSUD Cilacap?

C. Tujuan Penulisan.

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiologi genu pada kasus

Osteoarthritis (OA) di RSUD Cilacap.

2. Untuk mengetahui apakah proyeksi Blateral pada kasus

Osteoarthritis (OA) pada genu sudah membantu dalam

menegakkan diagnosa.

3. Untuk mengetahui upaya proteksi radiasi yang dilakukan

pada pemeriksaan genu di Instalasi Radiologi RSUD Cilacap.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan kasus ini, guna mempermudah

pemahaman maka sistematika penulisannya terdiri atas :

BAB I Pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

i
BAB II Tinjauan pustaka, yang berisi landasan teori meliputi

anatomi fisiologi dan patologi, teknik pemeriksaan

genu meliputi persiapan pasien, persiapan alat dan

bahan, teknik pemeriksaan radiografi meliputi

proyeksi AP, proyeksi Lateral , dan proyeksi oblique

BAB III Pembahasan, berisi paparan kasus yang membahas

identitas pasien, prosedur pemeriksaan meliputi

persiapan alat dan bahan, persiapan pasien, teknik

pemeriksaan, proteksi radiasi, pengolahan film, dan

pembahasan.

BAB IV Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Anatomi Fisiologi

Knee joint atau genu merupakan sendi yang paling besar dan

paling kompleks pada tubuh manusia. Knee joint didesain untuk

mobilitas dan stabilitas. Secara fungsional, knee dapat memanjangkan

dan memendekkan lower extremitas untuk mengangkat dan

menurunkan tubuh atau untuk menggerakkan kaki dalam space.

Bersama-sama dengan hip dan ankle, knee menopang tubuh ketika

berdiri. Knee merupakan unit fungsional primer dalam aktivitas

berjalan, memanjat dan duduk.

KNEE JOINT KOMPLEKS

Knee joint kompleks terdiri dari tibiofemoral joint dan patellofemoral

joint. Kapsul sendi yang laxity/lentur membung-kus kedua sendi

tersebut. Diatas kapsul membentuk suprapatellar, subpopliteal, dan

bursa gastrocnemius.

TIBIOFEMORAL JOINT

Tibiofemoral joint yang biasa disebut knee joint, merupakan biaxial

modified hinge joint dengan 2 meniskus sebagai bantalan sendi.

Dataran medial tibia lebih besar daripada dataran lateral tibia, yang

masing-masing memiliki meniskus fibrocartilaginous. Meniskus

berfungsi memperbaiki kongruenitas (sebangun) permukaan sendi.

i
Meniskus melekat pada kapsul sendi melalui ligamen coronary.

Meniskus medialis sangat melekat pada kap-sul sendi serta ligamen

collateral medial, li-gamen cruciatum anterior, dan otot semi-

membranosus. Oleh karena itu sangat mu-dah injury ketika terjadi

pukulan lateral pada knee. Tibiofemoral joint dibentuk oleh 2 condylus

asimetris yang konveks pada ujung distal femur, yang bersendi

dengan 2 dataran tibia yang konkaf pada ujung proksimal tibia.

Condylus medial lebih panjang daripada lateral sehingga memberikan

kontribusi ter-hadap mekanisme penguncian di knee. Kedua meniskus

berbentuk 2 halfmoon, berfungsi sebagai shock absorber. Regio knee

joint memiliki banyak bursa berfungsi untuk mengurangi gaya friksi.

Dibagian dorsal terdapat fossa poplitea yang dibentuk oleh tendon

biceps femoris, tendon semimembranosus-semitendinosus, & 2 caput

gastrocnemius. Di fossa poplitea terdapat nervus tibialis posterior dan

vena-arteri poplitea.Stabilitas anterior-posterior sendi diperkuat oleh

ligamen cruciatum posterior & anterior. Stabilitas medial sendi

diperkuat oleh ligamen collateral medial (tibialis) dan stabilitas lateral

sendi diperkuat oleh ligamen collateral lateral (femoralis). Terdapat

pes anserine pada sisi medial knee joint, yaitu dibentuk oleh otot

sartorius, gracilis & semitendinosus yg sama-sama melekat pada

permukaan anteromedial proksimal tibia.

(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256204/penelitian/Latihan+Fisik-

Manajemen+Osteoartritis.pdf_)
(Merril,2010)

Sendi lutut yang tepat adalah sendi kompleks besar yang

terutama melibatkan sendi femorotibial antara dua kondilus femur

dan condyles yang sesuai dari tibia. Sendi patellofemoral juga

merupakan bagian dari sendi lutut, di mana patela berartikulasi

dengan permukaan anterior femur distal. Sendi Tibio bular proksimal

dan ligamen lutut utama fibula proksimal bukan bagian dari sendi

lutut karena itu tidak mengartikulasikan dengan aspek apa pun dari

tulang paha, meskipun tulang (lateral) collateral ligament (LCL)

meluas dari tulang paha ke tulang paha fibula proksimal lateral.

Namun, kepala fibula berartikulasi dengan kondilus lateral tibia,

menjadi yang dilampirkan oleh ligamen ini. Ligamen lutut utama

tambahan ditunjukkan pada tampilan posterior ini adalah tibialis

(medial) collateral ligament (MCL), yang terletak di medial, dan

ligamen posterior dan anterior utama (PCL dan ACL), terletak di

i
dalam kapsul sendi lutut. (Singkatan ACL, PCL, LCL, dan MCL

umumnya digunakan untuk merujuk pada empat ligamen ini.2) Sendi

lutut sangat tergantung pada dua pasang penting dari ligamen utama

untuk stabilitas. (Bontrager, 2018)

(Bontrager, 2018)

Kedua ligamen jaminan adalah band yang kuat di sisi lutut

yang mencegah gerakan adduksi dan abduksi lutut. Kedua

ligamentum cruciate adalah tali yang kuat dan membulat yang saling

silang saat mereka menempel pada masing-masing anterior dan

aspek posterior dari keunggulan antar tibia tondia. Mereka

menstabilkan sendi lutut dengan mencegah gerakan anterior atau

posterior dalam sendi lutut. Selain dua pasang ligamen utama ini,

sebuah anterior ligamen patela terletak dan berbagai ligamen minor

membantu pertahankan integritas sendi lutut. Ligamentum patela

ditampilkan sebagai bagian dari tendon penyisipan besar otot


quadriceps femoris, membentang di atas patela ke tibialis

tuberositas. Bantalan lemak infrapatellar adalah posterior ligamen ini,

yang membantu melindungi aspek anterior sendi lutut. (Bontrager,

2018)

(Bontrager, 2018)

2. Patologi Osteoarthritis (OA)

Osteoartritis, juga disebut penyakit sendi degeneratif (DJD),

adalah penyakit sendi noninflamasi yang ditandai dengan bertahap

kerusakan tulang rawan artikular dengan hipertrofi (pembesaran

atau tumbuh terlalu banyak) pembentukan tulang. Ini yang paling

umum jenis radang sendi dan dianggap bagian dari penuaan

normal proses. Penyakit ini bersifat progresif lambat, ditandai

dengan adanya degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang

pada tepinya, sklerosis tulang subkondral, perubahan pada

i
membran sinovial, disertai nyeri, biasanya setelah aktivitas

berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya pada pagi hari atau

setelah inaktivitas. Penyakit ini disebut juga degenerative arthritis,

hypertrophic arthritis, dan degenerative joint disease. Osteoartritis

adalah bentuk artritis yang paling umum terjadi yang mengenai

mereka di usia lanjut atau usia dewasa dan salah satu penyebab

terbanyak kecacatan di negara berkembang. (Sumber Bontrager’s

Radiographic Positioning and Related Anatomy Ninth

Edition)EXTBOOK of

3. Teknik pemeriksaan Genu

a) Persiapan Alat dan Bahan :

Alat–alat dan bahan yang dipersiapkan dalam pemeriksaan

genu antara lain :

a. Pesawat sinar-X

b. Kaset dan film ukuran 24x30 cm

c. Marker R atau L

d. Load Blocker

e. Soft bag & sand bag

b) Proyeksi Pemeriksaan :

1) Proyeksi AP (Antero-Posterior)

- Posisi Pasien : Tempatkan pasien pada posisi terlentang

tanpa rotasi panggul, berikan bantal untuk kepala pasien,

kaki harus lurus.


- Posisi Objek :

 Sejajarkan dan pusatkan kaki dan lutut ke CR dan ke garis

tengah meja atau IR.

 Tempatkan sandbag dengan berjalan kaki dan kaki agar

stabil jika perlu.

- CR :

 CR sejajar dengan sisi artikular untuk pasien ukuran

rata-rata, CR tegak lurus terhadap IR.

 1/2 inci (1,25 cm) distal ke Apex patela.

- FFD : 100 cm

- Faktor eksposure : kVp :48-55 kVp (tanpa grid), mAs :

15-20 mAs.

Gambar AP knee

(Sumber Bontrager’s Radiographic Positioning and


Related Anatomy Ninth Edition)EXTBOOK of

i
- Kriteria evaluasi :

Kriteria radiograf yang harus terlihat : Tampak gambaran AP

knee joint.Tibiofemoral joint space tampak membuka. Jika

keaadan normal interspace kedua sisi tampak sama. Knee

joint sebaiknya full ekstensi jika pasien memungkinkan.

Patella harus superposisi sempurna dengan femur. Tidak

terjadi rotasi femur dan cruris.

Radiograf AP

(Sumber Bontrager’s Radiographic Positioning and


Related Anatomy Ninth Edition)EXTBOOK of

2) Proyeksi Lateral

-Posisi Pasien : Pasien tidur miring kesisi genu yang akan

difoto

-Posisi Obyek : Knee joint yang akan difoto fleksi dan

tungkai yang lain lurus dibelakang. Genu


diatur true lateral dengan mengatur kedua

condilus dalam satu garis vertikal.

-Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.

-Central Point (CP) : pada condilus medialis.

-FFD : 100 cm

-Faktor eksposure : kVp :50-55 kVp (tanpa grid), mAs : 10-

12 mAs

Gambar Lateral Knee

(Sumber Bontrager’s Radiographic Positioning and


Related Anatomy Ninth Edition)EXTBOOK of

- Kriteria evaluasi :

Kriteria radiografi yang harus terlihat : Patella tampak dari

pandangan dari inferior superior. Sendi femur dan patella

terbuka. Tampak jaringan lunak femur dan patella.

Permukaan condilus femur terlihat jelas.

i
Genu Lateral

(Sumber Bontrager’s Radiographic Positioning and


Related Anatomy Ninth Edition)EXTBOO

3. Proyeksi Oblique

-Posisi Pasien : Tempatkan pasien dalam posisi semi

semisupine dengan seluruh tubuh dan kaki

dioblique kan sebagianke arah dalam,

penyangga di bawah pinggul, berikan

bantal untuk kepala pasien.

-Posisi Obyek : Sejajarkan dan pusatkan kaki dan lutut ke

CR dan ke garis tengah meja atau IR. Putar

seluruh kaki secara internal 45 ° (Garis

interepicondylar 45 ° ke IR) Jika perlu, untuk

kenyamanan kaki dan pergelangan kaki di

posisi ini menggunakan dengan sand bag.

-Central Ray (CR) : Vertikal tegak lurus terhadap kaset.


Central Point (CP) : Arahkan CR ke titik tengah genu pada

level 1/2 inci (1,25 cm) distal ke apex

patela.

-FFD : 100 cm

-Faktor eksposure : kVp :50-55 kVp (tanpa grid), mAs : 10-

12 mAs

(Sumber Bontrager’s Radiographic Positioning and


Related Anatomy Ninth Edition)

-Kriteria Radiograf :

Kriteria evaluasi Femur distal dan tibia proksimal dan fibula

dengan patela yang melapisi femoral medial ditampilkan

knee joint medial dan lateral tampak tidak sama Jumlah yang

tepat dari oblique bagian menunjukkan artikulasi fibula tibio

proksimal terbuka dengan lateral kondilus dari tulang paha

dan tibia terlihat digambar dan area neck fibula seharusnya

tidak terlihat terlalu terang.

i
(Sumber Bontrager’s Radiographic Positioning and
Related Anatomy Ninth Edition)EXTBOO

4. Proteksi Radiasi

Sebagai sarana bantu diagnostik, sinar – X mempunyai daya

tembus yang besar sehingga dapat menimbulkan efek pada jaringan

yang terkena radiasi, oleh karena itu perlu adanya proteksi radiasi.

Usaha proteksi radiasi tersebut sudah diatur ketentuannya, seperti

peraturan – peraturan maupun pedoman kerja yang ditetapkan oleh

BATAN. (Badan Tenaga Atom Nasional. 1985. Pedoman Proteksi

Radiasi di Rumah Sakit dan Tempat Kerja Lainnya. Jakarta:

BATAN).

1) Tujuan Proteksi Radiasi

Sesuai dengan rekomendasi ICRP (International Council of

Radiation Protection) atau NCRP (National Council of Radiation


Protection), maka dapat disimpulkan bahwa tujuan proteksi radiasi

adalah sebagai berikut :

a. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh pasien hingga

sekecil mungkin sesuai dengan ketentuan klinik.

b. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh petugas radiasi

hingga sekecil mungkin dan tidak boleh melewati batas yang

telah ditentukan.

c. Membatasi dosis yang diterima oleh masyarakat umum agar

berada pada batas normal.

d. Pengawasan, penyimpanan, dan penggunaan sumber radiasi

harus mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah,

begitu pula dengan transportasi zat radioaktif.

2) Usaha Proteksi Radiasi

a. Proteksi radiasi terhadap pasien

1) Pemeriksaan dengan sinar-X hanya dilakukan atas

permintaan dokter.

2) Membatasi luas lapangan penyinaran seluas daerah yang

diperiksa.

3) Menggunakan faktor eksposi yang tepat, serta

memposisikan pasien dengan tepat sehingga tidak terjadi

pengulangan foto.

b. Proteksi radiasi terhadap petugas

i
1) Petugas selalu menjaga jarak dengan sumber radiasi saat

bertugas.

2) Selalu berlindung dibalik tabir proteksi sewaktu melakukan

eksposi.

3) Jika tidak diperlukan, petugas sebaiknya tidak berada di

area penyinaran.

4) Jangan mengarahkan tabung ke arah petugas.

5) Petugas menggunakan alat ukur personal radiasi (film

badge) sewaktu bertugas yang setiap bulan dikirimkan ke

BPFK guna memonitor dosis radiasi yang diterima oleh

petugas.

c. Tiga prinsip proteksi radiasi untuk petugas radiasi

1) Prinsip jarak

Dalam setiap pemotretan dengan menggunakan sinar-X

seorang petugas radiasi harus senantiasa berada pada

jarak yang jauh dari sumber radiasi.

2) Prinsip waktu

Pada pemotretan menggunakan sinar-X, petugas radiasi

harus senantiasa berusaha menggunakan waktu yang

singkat pada saat melakukan penyinaran.

3) Prinsip perisai

Saat pemotretan, petugas radiasi harus senantiasa

menggunakan perisai radiasi.


d. Proteksi radiasi terhadap masyarakat umum, diantaranya :

1) Sewaktu pemeriksaan berlangsung, selain pasien jangan

ada yang berada di daerah radiasi.

2) Ketika penyinaran berlangsung pintu ruang pemeriksaan

selalu ditutup.

3) Tabung sinar-X diarahkan ke daerah aman.

4) Perawat atau keluarga yang terpaksa berada di dalam

ruang pemeriksaan sewaktu penyinaran wajib

menggunakan apron.

i
BAB III

PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. N

Umur : 59 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

No RM : 119328

No Rontgen : 14419

Dokter Pengirim : dr. Jodhy Mayangkoro Sp.OT

Diagnosa : Osteoarthritis (OA)

Tanggal : 14 September 2019

Jenis Pemeriksaan : Ro Genu Bilateral

B. Prosedur Pemeriksaan

1. Persiapan Alat

a. Pesawat sinar-X

Pesawat sinar-x yang digunakan untuk melakukan

pemeriksaan Genu pada pasien Ny. N adalah :

1) Merek pesawat : Siemens Mobilett Mira Max

2) Type : 1158815

3) Ser. No : 554863

4) Kondisi maks : 133 kV/450 mAs

b. Digital Radiography Siemens


c. Print Dry View 5700 Laser Imager

1) Merk : Corestream

2) Type : Dry View 5700

3) S/N : 57038177

2. Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus hanya menyingkirkan benda

benda yang dapat menimbulkan artefak pada area pemeriksaan

genu seperti peniti atau manik-manik di celana.

3. Teknik Pemeriksaan

Pasien datang ke instalasi radiologi membawa surat

permintaan foto dan melakukan registrasi. Radiografer memanggil

pasien dan mempersilahkan masuk ruang pemeriksaan.

Radiografer melakukan teknik radiografi dengan proyeksi :

AP Bilateral

a. Posisi Pasien

Pasien berdiri di depan bucky stand menghadap ke arah

tabung sinar-X.

b. Posisi Objek

- Posisikan kedua kaki sejajar dengan kaset lurus, genu

dipertengahan kaset

- Kedua tangan rileks di samping tubuh.

c. Central Ray (CR) : horisontal tegak lurus terhadap

kaset.

i
d. Central Point (CP) : Arahkan CR ke titik tengah genu

pada level 1/2 inci (1,25 cm) distal ke apex patela.

e. Focus Film Distance (FFD) : 90 cm

f. Digital Radiography

g. Faktor Eksposi : 53 kV, 200 mA, 0,028s

-Kriteria evaluasi : Tampak gambaran AP genu kanan dan kiri.

Tibiofemoral joint space tampak terbuka

kanan dan kiri. Tampak soft tissu genu

kanan dan kiri.

Lateral

a. Posisi Pasien

Pasien berdiri di depan bucky stand menyamping

b. Posisi Objek

- Posisikan fleksikan kedua kaki sejajar dengan kaset lurus,

genu dipertengahan kaset


c. Central Ray (CR) : horisontal tegak lurus

d. Central Point (CP) : pada condilus medialis

e. Focus Film Distance (FFD) : 90 cm

f. Digital Radiography

g. Faktor Eksposi : 53 kV, 200 mA, 0,028s.

-Kriteria evaluasi : Sendi femur dan patella kurang terbuka pada

kedua genu kanan dan kiri. Tampak jaringan

lunak femur dan patella. Permukaan condilus

femur terlihat jelas genu kanan dan kiri.

C. Proteksi Radiasi

Proteksi radiasi yang dilakukan oleh instalasi radiologi RSUD

Cilacap dalam pemeriksaan genu pada pasien dengan kasus

Osteoarthritis (OA) sebagai berikut :

i
a. Proteksi radiasi untuk petugas adalah dengan berlindung dibalik

dinding pelindung selama pemeriksaan berlangsung.

b. Proteksi radiasi untuk pasien adalah dangan menghindari

terjadinya pengulangan foto dan mengatur luas lapangan

penyinaran secukupnya.

c. Proteksi radiasi untuk masyarakat umum adalah dengan tidak

mengizinkan pihak-pihak yang tidak berkepentingan berada di

ruang pemeriksaan.

D. Pembahasan Kasus

 Prosedur pemeriksaan genu yang dilakukan pada Ny. Y di

Instalasi Radiologi RSUD Cilacap adalah menggunakan proyeksi

Antero Posterior Bilateral dan Lateral. Posisi pasien berdiri di

depan bucky stand menghadap ke arah tabung sinar-X,

kemudian tabung sinar-X tegak lurus kaset dengan titik pusat

pada1/2 inci (1,25 cm) distal ke Apex patela.

 Teknik pemeriksaan dengan menggunakan proyeksi AP Bilateral

dan Lateral Bilateral pada kasus Osteoarthritis menurut penulis

sudah cukup kuat untuk menegakkan diagnosa. menggunakan

proyeksi AP Bilateral karena dimaksudkan untuk

membandingkan antara sendi yang sakit dengan sendi yang

normal dan untuk melihat celah sendi yang seringkali asimetris.

Proyeksi yang dianjurkan dari dokter pengirim adalah proyeksi


AP Bilateral dalam posisi berdiri. Sedangkan yang lateral

bilateral posisi pasien tidur diatas meja pemeriksaan.

 Di instalasi RSUD Cilacap pemeriksaan sendi lutut dengan kasus

osteoarthritiis dibuat dengan proyeksi AP bilateral dengan

posisi pasien erect/berdiri sedangkan lateral dengan posisi tidur

diatas meja pemeriksaan, hal ini dikarenakan pasien kooperatif.

Proyeksi yang digunakan sudah dapat memberikan informasi

diagnostik yang optimal.

 Di Instalasi Radiologi RSUD Cilacap dalam upaya proteksinya

radiasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pengaturan kolimasi lapangan dan waktu penyinaran yang

optimal (sesuai kebutuhan objek), dan waktu penyinaran

sekecil mungkin sehingga akan lebih efektif, efisien dan

mampu menghasilkan radiograf yang informatif.

2. Menutup Pintu Pemeriksaan dan memberi informasi bagi yang

tidak berkepentingan untuk keluar area radiasi

3. Penggunaan Faktor Exsposi yang tepat sehingga tidak

terjadi pengulangan foto sebagai pengurangan dosis ke

pasien.

i
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya penulis dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur pemeriksaan genu dengan kasus Osteoarthritis Ny.N

di Instalasi Radiologi RSUD Cilacap menggunakan proyeksi AP

Bilateral posisi berdiri dan lateral dalam posisi tidur diatas meja

pemeriksaan.

2. Teknik pemeriksaan dengan menggunakan proyeksi AP

Bilateral berdiri/erect pada kasus Osteoarthritis sudah cukup

kuat untuk menegakkan diagnosa karena sudah bisa untuk

membandingkan antara sendi yang sakit dengan sendi yang

normal dan juga untuk melihat celah sendi yang seringkali

asimetris.

3. Teknik pemeriksaan osteoarthrosis diInstalasi Radiologi RSUD

Cilacap menggunakan proyeksi AP Bilateral dengan posisi

erect dan lateral dalam posisi tidur diatas meja pemeriksaan

tujuannya untuk melihat sendi yang tertekan tulang yang ada di

atasnya sedangkan dengan posisi supine sendi antar tulang

tidak bisa dilihat seberapa penekanan tulang tersebut.

(http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/01/teknik-

pemeriksaan-radiografi-lutut.html)
B. Saran

1. Perlu adanya penjelasan kepada pasien tentang pemeriksaan

yang akan dilakukan yaitu pemeriksaan genu proyeksi genu

Bilateral.

2. Pemeriksaan radiografi sendi lutut atau genu dengan kasus

osteoarthritis dianjurkan dalam berbagai referensi untuk dibuat

proyeksi perbandingan,dimaksudkan untuk membandingkan

antara sendi yang sakit dengan sendi yang nornal. Proyeksi

yang dianjurkan dari beberapa referensi adalah proyeksi AP

Bilateral dalam posisi berdiri.

i
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/2796/2/J100050034.pdf

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256204/penelitian/Latihan+Fisik-

Manajemen+Osteoartritis.pdf

https://www.academia.edu/9415417

(http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/01/teknik-pemeriksaan-

radiografi-lutut.html)

Bontrager, 2018. Textbook of Radiographic Positioning and Related

Anatomy. Ninth Edition. United States of America : Mosby, 2018.


s

a. Hasil Radiograf Proyeksi AP Bilateral dan Lateral

i
b. Hasil Bacaan

c. Alat yang digunakan


i

Anda mungkin juga menyukai