Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK PEMERIKSAAN THO RAX PADA KASUS

SUSPEK EFUSI PLEURA DI INSTALASI RADIOLOGI


RSUD BADUNG
Outline Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat Tugas Akhir pendidikan Diploma III Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali

Diajukan Oleh:
ISAIAS GUTERRES
NIM : 01147056

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN
RADIOTERAPI BALI
(ATRO BALI)
2016

BAB I
1

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Wilhelm Conrad Rontgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg,
Jerman, pertama kali menemukan sinar rontgen pada tahun 1895 sewaktu
melakukan eksperimen dengan sinar katoda(Rasad, 2006 ). Penemuan sinar
rontgen ini akhirnya membawa revolusi besar dalam dunia kedokteran, yang
bisa menegakkan diagnosa untuk dilakukan tindakan selanjutnya.Dari hasil
gambaran radiografi, dapat membantu dokter menegakan diagnosa suatu
kelainan dalam tubuh pasien. Dalam mendiagnosa suatu penyakit diperlukan
suatu radiogaf yang berkualitas, dengan tetap memperhatikan proteksi
radiasi.Untuk memperoleh hasil gambaran radiograf yang optimal maka
seorang radiografer perlu mengetahui apa yang harus dilakukan termasuk
dalam memilih teknik, proyeksi dan posisi pemeriksaan yang tepat,sehingga
dapat menghasilkan gambaran radiograf yang optimal pada pemeriksaan
radiografi.Salah satunya teknik pemeriksaan thorax dengan kasus suspek efusi
pleura.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absopsi di kapiler dari pleura viseralis.
(Muttaqin, 2008). Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu
pleura viseralis dan pleura parietalis kedua lapisan ini bersatu didaerah hilus
arteri dan vena bronkialis serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara histologis
kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah
kapiler dan pembuluh getah bening.
Menurut WHO (2008), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit
yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini
2

terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara


yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri,
diperkirakan terdapat 320 kasus efusi pleura per 100.000 orang. Amerika
serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita efusi pleura
terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri.
Menurut Depkes RI ( 2006 ), kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit
infeksi saluran napas lainnya. Tingginya angka kejadian efusi pleura
disebabkan keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatan sejak dini
dan angka kematian akibat efusi pleura masih sering ditemukan faktor resiko
terjadinya efusi pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang
kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang
menurun, serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya
masyarakat tentang pengetahuan kesehatan.
Di Indonesia, tuberkolosis paru adalah penyebab utama efusi pleura,
disusul oleh keganasan. Distribusi berdasarkan jenis kelamin, efusi pleura di
dapatkan lebih banyak pada wanita dari pada pria. Efusi pleura yang
disebabkan oleh tuberkolosis paru lebih banyak dijumpai pada pria dari pada
wanita. Umur terbanyak untuk efusi pleura karena tuberkolosis adalah 21-30
tahun (30,26%).Di Jawa Tengah, didapatkan data bahwa efusi pleura
menduduki peringkat kedua setelah TB paru dengan jumlah kasus yang datang
sebanyak 364 orang dan angka mortalitasnya mencapai 26 orang. Sedangkan
tahun 1999 menduduki peringkat ke lima dengan angka mortalitasnya
mencapai 31 orang dan prosentase 8,0% dari 387 kasus efusi pleura yang ada,
sementara tahun 2000 mencapai 7,65% dari 366 kasus efusi pleura dan
menduduki peringkat kedua setelah TB paru atau angka mortalitasnya
mencapai 38 orang. Berdasarkan hasil dokumentasi keperawatan, khususnya di
3

ruang umar Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang selama 3 bulan


terakhir (Februari April 2012) didapatkan pasien yang dirawat dengan Efusi
Pleura sebanyak 4 kasus.
Pemeriksaan penunjang efusi pleura adalah pemeriksaan fisik
didapatkan perkusi pekak, fremitus vokal menurun atau asimetris bahkan
menghilang, bising napas juga menurun atau hilang. Gerakan pernapasan
menurun atau asimetris, lenih rendah terjadi pada sisi paru yang mengalami
efusi pleura. Pemeriksaan fisik sangat terbantu oleh pemeriksaan radiologi
yang memperlihatkan jelas frenikus kostalis yang menghilang dan gambaran
batas cairan melengkung (www.yenibeth.wordpress.com).
Pemeriksaan diagnostik adalah sebagai berikut Rontgen dada, Rontgen
dada

biasanya

merupakan

langkah

pertama

yang

dilakukan

untuk

mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. CT scan


dada,CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tum USG dada,USG bisa
membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya
sedikit,

sehingga

bisa

dilakukan

pengeluaran

cairan.

Torakosentesis

Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka
dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
Bronkoskopi, Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan
4

sumber cairan yang terkumpul. Analisa cairan pleura Efusi pleura didiagnosis
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan di konfirmasi dengan foto
thoraks. Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya
cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan
posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml.
(www.yenibeth.wordpress.com).
Menurut Merrills (2010), proyeksi yang digunakan pada teknik
pemeriksaan radiografi thorax dengan kasus Efusi Pleura mengunakan
proyeksi PA, AP,Lateral dan Lateral decubitus untuk mengdiagnosa Kasus
Efusi pleura sehingga dotekter dapat mendiagnosa dengan tepat dan akurat.
Efusi pleura adalah cairan abnormal dalam rongga pleura, cairan
tersebut dapat berupa air, darah, nanah dan cairan limfe akibat cairan yang
berlebihan akan menyebabkan pasien sesak nafas. Bila jumlah cairan pleura
berkisar 250-300 ml dapat diperlihatkan dengan

foto thorax PA (Postero

Anterior) atau AP (Antero Posterior) tegak. Bila cairan kurang dari 250 ml
(100-200 ml), dapat ditemukan cairan di sinus costophrenicus posterior pada
thorax lateral tegak. Cairan yang kurang dari 100 ml (50-100 ml), dapat
diperlihatkan dengan posisi lateral decubitus dan arah sinar horizontal sehingga
cairan akan terkumpul di sisi samping bawah. Gambaran radiologik kurang
dapat membedakan jenis cairan, namun dengan tambahan keteranganketerangan klinis atau kelainan lain yang ikut serta terlihat dapat diperkirakan
jenis cairan tersebut (Rasad, 2000).

Dari hasil pengamatan penulis selama PKL di Instalasi Radiologi di


beberapa rumah sakit daerah Bali,pemeriksaan thorax dengan kasus Suspek

Efusi Pleura hanya mengunaka proyeksi PA(posterior Anterior)berdiri atau


rect.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas dalam
suatu Karya Tulis Ilmiah dengan judul
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI THORAX PADA KASUS
SUSPEK EFUSI PLEURA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD BADUNG

2. Rumusan Masalah
Agar dalam penyususnan outline karya tulis ini dapat terarah,maka penulis
membatasi beberapa masalah yang akan diangkat.Beberapa masalah yang
penulis angkat adalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi thorax pada kasus efusi pleura

di instalasi?
2. Mengapa pada pemeriksaan radiografi thorax pada kasus efusi pleura
hanya menggunakkan proyeksi PA?
3. Tujuan penelitian
Tujuan penulisan outline Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menggetahui teknik pemeriksaaan thorax pada kasus efusi pleura di
Instalsi Radiologi RSUD Badung.
2. Untuk menggetahui alasan menggunakan proyeksi PA pada pemeriksaan
thorax dengan kasus efusi pleura.
4. Keaslian penelitian
Penelitian sejenis yang berkaitan dengan judul outline Karya Tulis Ilmiah
ini belum pernah diteliti oleh penulis lain.Tetapi kajian tentang teknik
pemeriksaan Thorax perna dilakukan oleh:
1) I GEDE PASEK EKA SAPUTRA (2014) dengan judul Teknik
pemeriksaan thorax dengan kasus suspec tuberkulosis (TBC) di
Instalasi radiologi RSUD Sanjiwani Gianyar Persamaan debgan
penelitian yang peneliti ambil adalah sama-sama meneliti
pemeriksaan thorax. Perbedaan, dimana peneliti membahas tentang
kasusk efusi pleura sedangkan I GEDE PASEK EKA SAPUTRA
(2014) membahas tentang kasus suspec tuberculosis (TBC).
5. Jenis Penelitian

Penelitian yang penulis ambil dalam penyusunan outline Karya Tulis


Ilmiah ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada
pemeriksaan radiografi thorax dengan kasus efusi pleura.
6. Subyek Penelitian
obyek penelitian terdiri dari populasi dan sampel yaitu:
a) Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien pemeriksaan thorax
pada kasus efusi pleura , radiografer dan dokter spesialis radiologi
di Instalasi Radiologi RSUD Badung serta dokter pengirim.
b) Sampel dalam penelitian ini adalah tiga pasien pemeriksaan thorax
pada kasus efusi pleura, tiga orang radiografer di Isntalasi
Radiologi RSUD Badung , tiga dokter spesialis radiologi dan satu
dokter pengirim
7. Lokasi Penelitian
Lokasi pengumpulan

data

yang

akan

digunakan

dalam

penyususnan outline karya tulis ilmiah iniadalah di Instalasi Radiologi


RSUD Badung.

8. Metode pengambilan data


1. Observasi
Data diperoleh dari hasil penulis melakukan pengamatan secara
langsung dalam pelaksanaan pemeriksaan radiografi thorax pada
kasus efusi pleura di instalasi Radiologi RSUD Badung.
2. Wawancara mendalam
Penulis mengumpulkan data dengan melakukan wawancara
mendalam dengan radiografer, dokter pengirim dan dokter Sp.Rad
selaku pihak yang berkompeten pada pemeriksaan radiografi Thorax
pada kasus Efusi Pleura di Instalasi RSUD Badung.
3. Dokumentasi

Penulis mempeoleh data-data yang diambil dari dokumen medis


pesien di instalasi Radiologi RSUD Badung.
9. Pengolahan dan Analisis Data
Analisa data dimulai dengan mengumpulkan

data

untuk

mendukung karya tulis ilmiah ini, antara lain dengan cara observasi
langsung pada pasien dengan kasus efusi pleura mengenai jalannya
pemeriksaan di lapangan. Kemudian peneliti melakukan wawancara
mendalam dengan radiografer , dokter Sp.Rad, dan dokter pengirim
berkenan dengan subyek masalah yang penulis ambil. Selain itu penlis
juga melakukan dokumentasi dengan dokumen-dokumen yang mendukung
data berupa radiograf,lembar permintaan foto dan lembar pembaca hasil
radiograf.
Data-data yang telah terkumpul kemudian diolah penulis dengan
menggunakan system koding terbuka yaitu pengambilan data dari
observasi dan wawancara terhadap responden dengan menganalisis hasil
wawancara dengan radiografer, dokter pengirim dan dokter Sp.Rad.
Selanjutnya penulis mengkaji data-data yang ada dengan literature yang
digunakan untuk membahas sesuai permasalah yang ada kemudian
disajikan dalam bentuk kuotasi/ pendapat-pendapat dari responden
sehingga dapat diambil kesimpulan.
10. Dosen pembimbing yang dituju: Dosen TR4

10

Anda mungkin juga menyukai