Disusun oleh:
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan pustaka 2
D. Manfaat penulisan 3
B. Fisiologi 7
C. Patologi 9
D. Indikasi 11
E. Persiapan 12
F. Metode13
G.Teknik pemeriksaan 18
B. Pembahasan 24
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 25
B. Saran 25
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6 (A) Miller abbot (M-A) tube study with water soluble medium (B)
Gambar 2.9 (A) AP usus halus pada 15 menit (B) AP usus halus pada 30 menit
Gambar 2.10 (A) AP usus halus pada 1 jam (B) AP sus halus pada 2 jam,
Gambar 2.11 (A) AP usus halus pada 31/2 jam dengan barium dan usus besar (B)
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pencernaan terdiri dari dua bagian yaitu kelenjar aksesoris
dan saluran pencernaan. Kelenjar aksesoris meliputi kelenjar ludah, hati,
kantong empedu dan pankreas. Mengeluarkan enzim pencernaan kedalam
saluran pencernaan. Saluran pencernaan adalah tabung moskulomembran
yang membentang dari mulut ke anus. (Ballinger, W.Philip dan Eugene D.
Frank, 2013)
Daerah saluran pencernaan memiliki diameter yang bervariasi sesuai
dengan kebutuhan fungsional. Sebagian besar kanal, yang panjangnya
sekitar 29 hingga 30 kaki (8,6 hngga 8,9m) terletak dirongga perut.
Komponen saluran pencernaan dibagi menjadi mulut, tempat makanan
dikunyah dan diubah menjadi bolus dengan cara insalivasi. Faring dan
esophagus, yang merupakan organ untuk menelan. Perut, tempat proses
degative dimulai. Usus kecil atau usus halus tempat proses pencernaan
selesai. Usus besar merupakan organ pengeluaran dan penyerapan air yang
berakhir dianus. (Ballinger, W.Philip dan Eugene D. Frank, 2013)
Pada makalah ini secara khusus membahas salah satu komponen
saluran pencernaan yaitu usus halus. Usus halus merupakan salah satu
organ yang penting didalam tubuh manusia. Bentuk usus halus memanjang
dari sfingter pylorus ke katub ileocecal, dimana ia bergabung dengan usus
besar pada sudut siku-siku. Pencernaan dan penyerapan makanan terjadi
dibagian saluran pencernaan ini. Usus halus dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
Pada pemeriksaan radiologi untuk usus halus dilakukan dengan cara
memberikan barium sulfat melalui mulut pasien dengan pengisian refluks
lengkap dengan barium enema volume besar atau dengan injeksi langsung
ke dalam usus melalui selang usus teknik ini disebut eteroclysis atau
1
enema usus halus. Untuk metode pengisian refluks dan injeksi langsung
biasanya
2
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan follow trough?
2. Bagaimana prosedur teknik pemeriksaan radiografi dari follow trough?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami metode yang dapat digunakan untuk
pemeriksaan follow trough.
2. Untuk mengetahui dan memahami teknik pemeriksaan radiografi dari
follow trough
3
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai tambahan referensi bahan ajar dan keperluan
pendidikan khususnya dibidang radiologi.
2. Manfaat Penulis
Dapat digunakan untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang
teknik pemeriksaan radiologi follow trough.
3. Manfaat Pembaca
Menjadi sumber referensi dan informasi bagi orang yang membaca
makalah ini agar mengetahui bagaimana cara pemeriksaan terhadap
pemeriksaan follow trough.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
1. Anatomi Follow Trough
Bentuk usus halus memanjang dari sfingter pylorus lambung ke
katub ileocecal dan bergabung dengan usus besar pada sudut siku -
siku. Panjang rata- rata usus halus orang dewasa adalah sekitar 22 kaki
(6,5 m) dan diameternya perlahan – lahan berkurang dari kira – kira
3,8 cm dibagian proksimal menjadi kira – kira 2,5 cm dibagian distal.
Dinding usus halus berisi empat lapisan yang sama dengan dinding
esophagus dan lambung. Mukosa usus kecil mengandung serangkaian
tonjolan seperti jari yang disebut vili, yang membantu memfasilitasi
proses pencernaan dan penyerapan. Usus halus dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu duodenum, jejunum dan ilium. (Ballinger, W.Philip dan
Eugene D. Frank, 2013)
Duodenum memiliki panjang 8 sampai 10 inci (20 sampai 24 cm)
dan merupakan bagian terluas di usus halus. Posisinya relative tetap,
dimulai dari pylorus, duodenum mengikuti jalur berbentuk C. Empat
wilayahnya digambarkan sebagai bagian pertama (superior), kedua
(menurun), ketiga (horizontal atau inferior), dan keempat (menarik).
Segmen bagian pertama disebut bola duodenum karena penampakan
radiografinya ketika diisi dengan media kontras yang tidak tembus
cahaya. Bagian kedua panjangnya 3 atau 4 inci (7,6 hingga 10 em).
Segmen ini lewat secara inferior disepanjang kepala pankreas dan
berhubungan dekat dengan permukaan bawah hati. Duktus biliaris
komunis dan duktus pancreas biasanya bersatu membentuk ampul
hepatopankreas, yang terbuka di puncak papilla duodenum mayor di
duodenum.
4
Bagian ketiga lewat kekiri dengan sedikit kemiringan lebih tinggi
untuk jarak sekitar 2 inci (6cm) dan berlanjut sebagai bagian keempat
di
5
5
sisi kiri vetebrae. Bagian ini bergabung dengan jejenum pada kurva
tajam yang disebut lexure duodenojejunal dan didukung dengan otot
duodenum (ligamentum treitz). Lingkaran duodenum terletak yang
terletak dibagian kedua, adalah bagian usus halus yang paling tetap dan
biasanya terletak dibagian atas daerah pusar perut. Namun, posisnya
bervariasi dengan habitus tubuh dan dengan jumlah isi lambung dan
usus itu. (Ballinger, W.Philip dan Eugene D. Frank, 2013)
Sisa usus halus secara acak dibagi menjadi dua bagian, dengan dua
perlima bagian atas disebut jejenum, tiga per lima bagian bawah
disebut ileum. Jejenum dan ileum berkumpul menjadi loop yang dapat
bergeraak bebas dan melekat pada dinding posterior abdomen oleh
masenterium. Lingkaran terletak di bagian tengah dan bawah rongga
perut didalam lengkung usus besar.
Senyawa – senyawa yang dihasilkan oleh usus halus diantaranya :
a. Disakaridase, menguraikan sakarida menjadi monosakarida
b. Erepsinogen erepsi, yang kemudian akan dirubah menjadi erepsin.
Erepsin kemudian akan mengubah pepton menjadi asam amino
c. Hormone sekratin, hormone yang merangsang kelenjar pancreas
mengeluarkan senyawa kimia yang dihasilkan ke usus halus
d. Hormone CCK (kolesistokinin), merangsang hati untuk
mengeluarkan cairan empedu kedalam usus halus
6
Gambar 2.3 Anatomi Follow Trough (Ballinger, W.Philip dan Eugene D.Frank,
2013)
1. Stomach 6. Mesentery
2. Duodenum 7. Ileocecal Junction
3. Duodenojejunalflexure 8. Cecum
4. Jejunum 9. Appendix
5. Ascending colon 10. Ileum
digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan vitamin juga
diabsorbsi. Pergererakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan
absorbsi bahan-bahan makanan dapat berlangsung secara maksimal.
Pergerakan usus halus terdiri dari; pergerakan mencampur (mixing) atau
pergerakan segmentasi yang mencampur makanan dengan enzim-enzim
pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi. Pergerakan polpusif
atau gerak peristaltic yang mendorong makanan kearah usus besar.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktivitas otot polos usus halus
yang terdiri dari 2 lapis, yaitu lapisan otot longitudinal dan otot sirkuler.
Otot yang terutama berperan pada kontraksi segmentasi untuk mencampur
makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh
makanan akan kembali ke posisinya semula. Gerakan ini berulang terus
menerus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim pencernaan dan
mengadakan hubungan dengan mukosa usus halus dan selanjutnya di
absorbs. Kontraksi segmentasi berlangsung oleh karena adanya gelombang
lambat yang merupakan basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran
cerna. Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12 kali/menit
pada duodenum dan sekitar 7 kali/menit pada ileum. Gerakan peristaltic
pada usus halus mendorong makanan menuju kearah kolon dengan
kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian proksimal lebih
cepat daripada bagian distal. Gerakan peristaltic ini sangat lemah dan
biasanya menghilang setelah berlangsung sekitar 3 sampai 5 cm. (Yusuf,
Irawan. 2005)
Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan segmentasi terutama
diatur oleh adanya gelombang lambat yang menghasilkan potensial aksi
yang disebabkan oleh adanya sel-sel pace maker yang terdapat pada
dinding usus halus, diamana aktivitas dari sel-sel ini dipengaruhi oleh
sitem saraf dan hormonal. Aktivitas gerakan peristaltic akan meningkat
setelah makan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh masuknya makanan
ke duodenum sehingga menimbulkan reflex peristaltic yang akan
menyebar ke dinding usus halus. Sebaliknya sekretindan glucagon
9
E. Persiapan Pemeriksaan
1. Persiapan Pasien
a. 2 hari sebelum pemeriksaan pasien disarankan mengosumsi
makanan rendah serat
b. Puasa sehari sebelum pemeriksaan atau 8 jam sebelum
pemeriksaan
c. Pasien tidak boleh merokok
d. Pasien tidak boleh makan atau ngemil
13
Gambar 2.5 Air contrast enteroctysis (Ballinger, W.Philip dan Eugene D.Frank,
2013).
c. Metode Intubation
Intubasi gastrointestinal adalah prosedur dimana tabung
panjang yang dirancang kusus dimasukkan melalui hidung dan
dimasukkan kedalam perut. Dari sana, tabung dibawa ke inferior
dengan gerakan peristaltik. Intubasi trointestinal digunakan untuk
tujuan traupatik dan diagnostik. Ketika intubasi gastrointestinal
digunakan secara terapeutik, tabung dihubungkan ke sistem hisap
untuk menyedot isi gas dan cairan dari saluran pencernaan secara
terus menerus. Tujuan dari manuver ini adalah untuk mencegah
atau meredakan distensi pasca operasi atau untuk mengempiskan
atau mendekompresi usus kecil yang tersumbat. (Ballinger,
W.Philip dan Eugene D.Frank, 2013)
Meskipun digunakan lebih jarang dibandingkan sebelumnya,
lumen ganda Miller-Abbott (M-A), tabung balon tunggal (atau
tabung serupa lainnya) dapat digunakan untuk mengintubasi usus
kecil. Tepat di atas ujung tabung M-A adalah balon karet kecil dan
tipis. Tanda pada tabung, dimulai dari ujung distal, menunjukkan
luasnya saluran tabung dan dibaca dari tepi lubang hidung.
Nilainya diukur dalam sentimeter hingga 85 dan setelah itu
diberikan dalam kaki. Lumen tabung dibagi secara asimetris
menjadi berikut: (I) lumen balon kecil yang berkomunikasi hanya
dengan balon dan digunakan untuk mengembang dan
mengempiskan balon dan untuk injeksi merkuri untuk membebani
balon dan (2) lumen aspirasi besar yang berkomunikasi dengan
saluran gastrointestinal melalui perforasi di dekat dan di ujung
distal tabung. Gas dan cairan ditarik melalui lumen aspirasi, dan
cairan disuntikkan melaluinya.
Pemasangan selang usus merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan bagi pasien, terutama pasien yang sakit parah.
17
A B
Gambar 2.6 (A) Miller abbot (M-A) tube study with water soluble medium (B)
Small bowel examination by M-A tube with injection
barium sulfate (Ballinger, W.Philip dan Eugene D.Frank,
2013)
19
Gambar 2.8 Immadiate AP usus halus (Ballinger, W.Philip dan Eugene D.Frank,
2013)
A B
Gambar 2.9 (A) AP usus halus pada 15 menit (B) AP usus halus pada 30 menit
memperlihatkan perut dan usus halus (Ballinger, W.Philip dan
Eugene D.Frank, 2013)
21
A B
Gambar 2.10 (A) AP usus halus pada 1 jam (B) AP sus halus pada 2 jam,
memperlihatkan usus kecil dan usus besar (Ballinger, W.Philip
dan Eugene D.Frank, 2013)
A B
Gambar 2.11 (A) AP usus halus pada 31/2 jam dengan barium dan usus besar (B) AP usus
halus pada 41/2 jam(Ballinger, W.Philip dan Eugene D.Frank, 2013)
22
A B
Gambar 2.12 (A) AP usus halus pada 24 jam (B) Beocecal studies (Ballinger,
W.Philip dan Eugene D.Frank, 2013)
BAB III
LAPORAN KASUS
22
23
25
DAFTAR PUSTAKA
Ballinger, W.Philip dan Eugene D.Frank. 2013. Volume Two Merrill’s atlas of radiograpic
Universitas Hasanuddin.