Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA POLOS PADA KLINIS CKR


(CEDERA KEPALA RINGAN) DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD TUGUREJO
SEMARANG

DISUSUN OLEH:

AHMAD FAIZ RAMADHAN

2001084

PRODI DIII TEKNIK RONTGEN


FAKULTAS KESEHATAN DAN KETEKNISIAN MEDIK
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
2022/2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan kasus ini telah diperiksa oleh Clinical Instructure (CI) Instalasi Radiologi
RSUD Tugurejo Semarang dan telah disetujui untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek
Kerja Lapangan III Prodi DIII Teknik Rontgen Fakultas Kesehatan Dan Keteknisian
Medik.

Nama : Ahmad Faiz Ramadhan


Nim : 2001084
Judul : “Teknik Pemeriksaan Ct-Scan Kepala Polos Pada Klinis CKR
(Cedera Kepala Ringan) Di Instalasi Radiologi RSUD Tugurejo Semarang”

Semarang, 10 Agustus 2022

Mengetahui

Kepala Instalasi Radiologi Clinical Instructure

Dr. Lilis Untari Soerono Sp. Rad Eko Rosmawatinigsih, S.ST.

NIP:19700112 200212 2 002 NIP:19830412 200912 2 001

Dosen Pembimbing

Intan Andriabi S.Si., M.Si


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadiran Tuhuan yang Maha Esa atas segala berkah, rahmat
serta karunia-nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
“Laporan kasus yang berjudul Teknik Pemeriksaan Ct-Scan Kepala Polos Pada Kasus CKR
(Cedera Kepala Ringan) di Instalasi Radiologi RSUD Tugurejo Semarang”. Tujuan dari
penyusunan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL) III
Prodi DIII Teknik Rontgen Universitas Widya Husada Semarang. Dalam menyelesaikan laporan
kasus ini penulis banyak mendapat bantuan , bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu , Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1) Kedua orang tua, kakak dan adik yang selalu memberi dukungan dan doanya kepada
penulis.
2) Ibu Dr. Hargianti Dini Iswandari, drg, MM selaku ketua Program Studi Universitas
Widya Husada Semarang
3) Ibu Nanik Suraningsih, S.ST. M.Kes., selaku ketua program studi DIII Teknik Rontgen
Universitas Widya Husada Semarang.
4) Dr. Lilis Untari Soerono Sp.Rad, selaku Kepala Ruang Radiologi RSUD Tugurejo
Semarang.
5) Bu Eko Rosmawatinigsih, selaku Clinical Instructure Praktik Kerja Lapangan III yang
memberi arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
6) Seluruh radiographer dan karyawan si Instalasi Radiologi RSUD Tugurejo Semarang,
yang telah memberi pengetahuan, arahan dan pengalaman kepada penulis.
7) Semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya laporan kasus ini
8) Serta teman-teman satu tempat PKL yang bisa saya ajak kerja sama dalam menjalankan
PKL.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada semua pihak yang terlibat dalam
proses pembuatan laporan kasus ini. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang kontruktif untuk
menyempurnakan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi para pembaca.

Kota Semarang, Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang..............................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
3. Tujuan Penelitian..........................................................................................................2
4. Manfaat Penulisan.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Dan Fisiologi Kepala.....................................................................................3
2. Anatomi Dan Disiologi Otak........................................................................................6
3. Patologi Cedera Kepala................................................................................................7
4. Teknik pemerikssaan CT-Scan Kepala Polos Pada Kasus CKR..................................7
5. Proteksi
Radiasi…………….......................................................................................11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Paparan Kasus.............................................................................................................12
2. Teknik Pemeriksaan MSCT-Scan Kepala Polos.........................................................12
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan.................................................................................................................20
2. Saran...........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rontgen adalah tindakan menggunakan radiasi untuk mengambil gambar bagian dalam
dari tubuh seseorang. Utamanya, rontgen digunakan untuk mendiagnosa masalah kesehatan
dan yang lainnya untuk pemantauan kondisi kesehatan yang ada. Terdapat berbagai jenis
rontgen, masing-masing dengan kegunaan yang spesifik. Sinar-X bekerja dengan
memindahkan radiasi frekuensi tinggi ke seluruh tubuh. Sinar kemudian ditangkap pada
gambar, dengan bagian-bagian tubuh yang berbeda menjadi terlihat karena perbedaan warna
pada gambar. Perbedaan warna ini didasarkan pada kepadatan bagian tubuh seseorang, yaitu,
sinar-X menunjukkan tulang sebagai gambar putih dan menunjukkan paru-paru sebagai
gambar yang lebih gelap. Selain dari sinar-x yang menghasilkan gambar dari bagian tubuh,
ada sinar-x yang lebih berkembang dan maju pada metode pencitraan yaitu salah satunya Ct-
Scan.
CT scan adalah mesin pemindai berbentuk lingkaran yang besar, cukup untuk dimasuki
orang dewasa dengan posisi berbaring. Alat ini dapat digunakan untuk mendiagnosis dan
memonitor beragam kondisi kesehatan. Dokter akan merekomendasikan pemeriksaan CT scan
untuk kondisi tertentu, seperti:
 Memperoleh diagnosis kelainan otot dan tulang, seperti tumor atau keretakan pada tulang.
 Menentukan lokasi tumor, infeksi, atau bekuan darah.
 Memandu prosedur medis ketika melakukan operasi, biopsi, atau terapi radiasi.
 Mendeteksi dan memonitor kondisi dan penyakit tertentu, seperti kanker, sakit jantung, dan
tumor.
 Mencari tahu cedera atau pendarahan internal..
Pada umumnya ada banyak jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan
menggunakan Ct-Scan, salah satunya pemeriksaan CT-Scan kepala. Pemeriksaan CT-Scan
kepala terdiri dari dua jenis, yaitu pemeriksaan dengan menggunakan media kontras atau
tanpa menggunakan media kontras (polos). Kedua jenis pemeriksaan CT-Scan kepala ini
sama-sama dapat membantu menegakkan diagnose atas berbagai kelainan atau patologi yang
timbul. CT-Scan kepala polos biasanya dilakukan pada kasus kepala trauma maupun non
trauma. Sedangkan CT Scan menggunakan media kontras dilakukan pada kasus tumor atau
massa.
Guna mengetahui secara mendalam mengenai teknik pemeriksaan CT-Scan kepala
polos selama praktek lapangan (PKL) III di RSUD Tugurejo Semarang, penulis membahas
mengenai teknik pemeriksaan CT-Scan kepala polos pada kasus CKR (Cedera Kepala Ringan)

1
dan mengangkatnya sebagai laporan kasus dengan judul “Teknik Pemeriksaan CT-Scan
Kepala Polos Pada Kasus CKR (Cedera Kepala Ringan) Di RSUD Tugurejo Semarang”.

2. Rumusan Masalah
Bagaimana prosedur dan teknik pemeriksaan CT-Scan kepala polos pada kasus CKR
(Cedera Kepala Ringan) di Instalasi Radiologi RSUD Tugurejo Semarang ?
3. Tujuan Penelitian
Pembuatan laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui prosedur dan teknik
pemeriksaan CT-Scan kepala polos pada kasus CKR (Cedera Kepala Ringan).

4. Manfaat Penulisan
a. Manfaat bagi penulis adalah menambah pengetahuan penulis tentang teknik
pemeriksaan pemeriksaan CT-Scan Kepala Polos Pada Kasus CKR (Cedera Kepala
Ringan) Di RSUD Tugurejo.
b. Manfaat bagi masyarakat untuk menambah wawasan dan ilmu tentang pemeriksaan
CT-Scan Kepala Polos Pada Kasus CKR (Cedera Kepala Ringan)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Dan Fisiologi Kepala


Struktur tulang otak Otak merupakan organ yang terletak tertutup oleh cranium, tulang-
tulang penyusun cranium disebut tengkorak yang berfungsi melindungi organ-organ vital otak.
Ada sembilan tulang yang membentuk cranium yaitu: tulang frontal, oksifitalis, spheniod,
etmoid, temporal 2 buah, pariental 2 buah. Tulang-tulang tengkorak dihubungkan oleh sutura
(Tarwoto, et al.,2009: 111).
Jaringan otak dan medula spinalis dilindungi oleh tulang tengkorak dan tulang belakang,
serta meningen (Muttaqin, 2008: 13).

Gambar 2.1 Anatomi Cranium Ap

3
Gambar 2.2 Anatomi Cranium Lateral

Tengkorak tersusun atas tulang kranial dan tulang wajah. Tulang kranial tersebut
meliputi:
a. Tulang frontal merupakan tulang kranial yang berada di sisi anterior,
berbatasan dengan tulang parietal melalui sutura koronalis, pada tulang frontal ini
terdapat suatu sinus (rongga) yang disebut dengan sinus frontalis yang terhubung dengan
rongga hidung.
b. Tulang temporal Terdapat dua tulang temporal di setiap sisi lateral tengkorak.
Antara tulang temporal dan tulang parietal dibatasi oleh sutura skuamosa. Persambungan
antara tulang temporal dan tulang zigomatikum disebut sebagai prosesus zigomatikum.
Selain itu terdapat prosesus mastoid (suatu penonjolan di belakang saluran telinga) dan
meatus akustikus eksternus (liang telinga).
c. Tulang parietal Terdapat dua tulang parietal, yang dipisahkan satu sama lain
melalui sutura sigitalis. Sedangkan sutura skuamosa memisahkan tulang parietal dan
tulang temporal.

4
d. Tulang oksipital Tulang oksipital merupakan tulang yang terletak di sisi
belakang tengkorak. Antara tulang oksipital dan tulang parietal dipisahkan oleh sutura
lambdoid.
e. Tulang sphenoid Tulang sphenoid merupakan tulang yang membentang dari
sisi fronto-parieto-temporal yang satu ke sisi yang lain.
f. Tulang ethmoid Tulang ethmoid merupakan tulang yang berada di belakang
tulang nasal dan lakrimal. Beberapa bagian dari 8 tulang ethmoid adalah crista galli
(proyeksi superior untuk perlekatan meningens).

Sedangkan tulang wajah meliputi:


a. Bagian Hidung
1) Tulang lakrimal Tulang lakrimal merupakan tulang yang berbatasan dengan
tulang ethmoid dan tulang maksila, berhubungan duktus nasolakrimal sebagai
saluran air mata.
2) Tulang nasal Tulang nasal merupakan tulang yang membentuk jembatan pada
hidung dan berbatas dengan tulang maksila.
3) Tulang konka nasal Tulang karang hidung letaknya didalam rongga hidung
bentuknya belipat - lipat.
4) Septum nasi Sekat rongga hidung adalah sambungan tulang tapis yang tegak.
b. Bagian Rahang
1) Tulang maksilaris tulang maksilaris merupakan tulang rahang atas. Maksilaris
didalamnya terdapat lubang – lubang besar yang berisi udara, yang berhubungan
dengan rongga hidung.
2) Tulang zigomatikum Tulang zigomatikum merupakan tulang pipi, yang
berartikulasi dengan tulang frontal, temporal dan maksila. 9
3) Tulang Palatum Tulang palatum atau tulang langit – langit terdiri dari dua buah
kiri dan kanan.
4) Tulang mandibularis Mandibula merupakan tulang rahang bawah, yang
berartikulasi dengan tulang temporal melalui prosesus kondilar.
5) Tulang Hioid Tulang lidah ini letaknya agak terpisah dari tulang – tulang wajah
yang lain. Terdapat dipangkal leher (Syaifuddin, 2006: 48–49).

5
2. Anatomi Dan Fisiologi Otak
Gambar otak manusia adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 Anatomi Otak

Bagian-Bagian Otak Otak melaksanakan semua fungsi yang disadari. Otak


bertanggung jawab terhadap pengalaman-pengalaman berbagai macam sensasi atau
rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-gerakan yang
menuruti kemauan (disadari), dan kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam
proses mental, seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensia,
berkomunikasi, sifat atau kepribadian dan ramalan.
1. Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan bagian terbesar dan terdepan dari otak manusia. Otak
besar mempunyai fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental, yang berkaitan
dengan kepandaian (intelegensia), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.
Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat penglihatan, Lobus temporalis
yang berfungsi sebagai pusat pendengaran, dan Lobus frontalis yang berfungsi sebagai
pusatkepribadian dan pusat komunikasi.
2. Otak kecil (serebelum)

6
Otak kecil (serebelum) mempunyai fungsi utama dalam koordinasi terhadap otot
dan tonus otot keseimbangan dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan
atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak
kecil juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan luwes.
3. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Otak tengah
berfungsi penting pada refleks mata, tonus otot serta fungsi posisi atau kedudukan
tubuh.
4. Otak depan (diensefalon)
Otak depan terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang berfungsi menerima
semua rangsang dari reseptor kecuali bau, dan hypothalamus yag berfungsi dalam
pengaturan suhu, pengaturan nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan
sikap agresif.
5. Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol merupakan serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan. Selain itu, menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang

3. Patologi Cedera Kepala


Cedera kepala adalah (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara
langsung maupun tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit
kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu
sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis (Sjahrir, 2012).
Cedera kepala merupakan suatu proses terjadinya cedera langsung maupun
deselerasi terhadap kepala yang dapat menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak
(Pierce dan Nail, 2014). Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit
kepala, tengkorak, dan otak (Morton, 2012).
Cedera kepala meliputi luka pada kulit kepala, tengkorak, dan otak. Cedera kepala
merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran (Susan Martin, 2010).
Cedera kepala merupakan terjadinya gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa pendarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Price, 2012). Secara umum cedera kepala diklasifikasifan menurut skala
Gasglow Coma Scale (GCS) dikelompokkan menjadi tiga :

7
(1) Cedera Kepala Ringan (GCS 13-15) dapat terjadinya kehilangan kesadaran
atau amnesia selama kurang dari 30 menit, tidak ada kontusio tengkorak,
tidak adanya fraktur serebral, hematoma
(2) Cedera Kepala Sedang (GCS 9-12) hilangnya kesadaran dan atau amnesia
lebih dari 30 menit namun kurang dari waktu 24 jam, bisa mengalami terjadinya fraktur
tengkorak,
(3) Cedera Kepala Berat (GCS 3-8) dapat kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia
apabila lebih dari 24 jam meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial
(Amien & Hardhi, 2016).

4. Dasar-Dasar CT-Scan
1. Pengertian Dasar CT-Scan
Computer Tomography (CT) Scanner merupakan alat diagnostic dengan teknik
radiografi yang menghasilkan gambar potongan tubuh secara melintang berdasarkan
penyerapan sinar-x pada irisan tubuh yang ditampilkan pada layar monitor tv hitam
putih.
Istilah radiografi tomografi berasal dari bahasa Yunani kata tomos, yang berarti
“slice”, dan graphein, yang berarti “menulis”. CT menggunakan komputer yang
kompleks dan system pencitraan mekanis untuk menghasilkan gambar anatomi pada
bagian aksial, sagital, dan bidang coronal.
Unit CT menggunakan tabung X-ray dan array detektor untuk mengumpulkan
data anatomi dari seorang pasien. Data-data ini direkontruksi menjadi gambar
2. Komponen Sistem CT-Scan
Sistem CT-Scan terdiri dari tiga komponen utama, gantry,komputer,dan konsol
operator.
a. Gantry
Gantry terdiri dari tabung X-ray, array detector, dan kolimator.
Bergantung pada spesifikasi teknis unit, gantry biasanya dapat miring 30 0 di
setiap arah, seperti yang disyaratkan CT-Scan kepala atau tulang belakang.
Bukaan tengah di gantry adalah aperture. Meja pasien terhubung secara
elektronik ke gantry untuk pergerakan yang terkontrol selama proses scan.
Anatomi pasien dalam aperture adalah area yang dipindai saat itu.

8
Gambar 2.4 Gantry Ct-Scan

1) X-ray Tube
X-ray tube atau tabung sinar-X mirip pada CT-Scan mirip dengan
tabung radiografi umum dalam konstruksi dan operasi, namun modifikasi
desain sering diperlukan untuk memastikan bahwa tabung mampu
menahan tambahan kapasitas panas karena peningkatan panas karena
peningkatan waktu paparan.
2) Detector Array
Detektor adalah keadaan padat dan terdiri dari fotodiode ditambah
dengan bahan kristal kilau (cadmium tungstate atau kristal keramik
oksida tanah langka). Detektor kondisi padat mengubah energy X-ray
yang ditransmisikan menjadi cahaya, yang diubah menjadi energy listrik
kemudian menjadi sinyal digital. Detector array mempengaruhi dosis
pasien dan efisiensi unit CT-Scan.
3) Collimator Assambly
Kolimasi oada CT-Scan penting karena dapat mengurangi dosis
pasien dan meningkatkan kualitas gambar. Pada CT-Scan generasi
sekarang biasanya menggunakan satu kolimator (pada bagian tabung X-
ray), yang membentuk dan membatasi sinar. Ketebalan irisan pada unit
multi detector CT mode ditentukan oleh ukuran baris detektor yang
digunakan.

b. Komputer
Komputer pada CT-Scan membutuhkan dua jenis perangkat lunak yang
canggih satu untuk sistem operasi dan satu unutk aplikasi. Sistem operasi
mengelola perangkat keras, sedangkan aplikasi perangkat lunak untuk
mengelola pre-processing, rekontruksi gambar, dan berbagai macam operasi
post-processing.
Komputer CT-Scan harus memiliki kcepatan dan kapasitas memori yang
besar. Sebagai contoh, pertimbangkan unutk 1 potongan CT (gambar) dengan
matriks 512 x 512, komputer harus secara bersamaan melakukan 262.144
perhitungan tematis per iris.

9
c. Operator Console
Komponen konsol operator termasuk keyboard, mouse, dan monitor
tunggal atau ganda tergantung pada sistem. Komponen konsol memungkin
teknolog untuk mengontrol parameter pemeriksaan, ynag disebut protocol,
dan tampilan atau memanupalasi gambar yang dihasilkan. Protokol yang
ditentukan sebelumnya untuk setiap prosedur, termasuk faktor-faktor seperti
kilovoltage, miliamperage, pitch, field of view, slice thickness, table
indexing, algoritma rekontruksi, dan display windows. Parameter ini dapat
dimodifikasi oleh teknolog, jika diperlukan, berdasarkan keadaan pasien atau

riwayat klinis.
Gambar 2.5 Operator Console

10
d. Networking and Archiving
1) Jaringan workstation komputer, setup dimana workstation terletak dilokasi
lain untuk digunakan oleh radiologi atau teknolog. Workstation ini
mungkin berada dalam departemen pencintraan atu mungkin berada di
dalam departamen pencitraan atau mungkin berlokasi di daerah terpencil
dengan elektronik transmisi data.
2) Pengarsipan gambar untuk sebagian besar system CT melibatkan
penggunaan media digital yang bertempat di PACS (picture archiving and
Communication System. Gambar yang tidak disimpan di PACS dapat
menggunakan kombinasi optical disks dan drive hard disk untuk
penyimpanan data permanen berkapasitas tinggi. Sprinter laser juga
mungkin digunakan untuk mencetak gambar cetakan untuk penyimpanan.
Interpretasi atas temuan pemeriksaan pemeriksaan umumnya dilakukan
oleh radiologi pada workstation resolusi tinggi

3. Parameter CT-Scan
Gambar pada CT Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas-berkas sinar-X
yang mengalami perlemahan setelah menembus objek, ditangkap detektor, dan
dilakukan pengolahan dalam komputer. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
dalam CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan
output gambar yang optimal. Adapun beberapa parameter dalam CT-Scan sbeagai
berikut:

a. Slice Thickness
Slice Thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang di
periksa. Pada umumnya ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran
dengan detail yang rendah, sebaliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan
gambaran dengan detail yang tinggi. Jika ketebalan irisan semakin tinggi,
maka gambaran akan cenderung terjadi artefak, dan jika ketebalan irisan
semakin tipis, maka gambaran cenderung akan menjadi noise.
b. Range
Range adalah pepaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness.
Pemanfaatan dari range adalah untuk mendapatkan ketebalan yang irisan
yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.
c. Volume Investigasi
Volume Investigasi adalah keselurahan lapangan dari objek yang
diperiksa. Lapangan objek ini diukur dari batas awal objek hingga batas akhir
objek yang akan diiris semakin besar.
d. Faktor Eksposi

11
Faktor Eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi
meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu (S). Besarnya
tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan.
e. Field of View (FOV)
Field of View (FOV) adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan
direkontruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50
cm. Field of View (FOV) kecil, antara 100 mm sampai dengan 200 m akan
menigkatkan resolusi sehingga detail gambar dan batas objek akan tampak
jelas.
f. Gantry Tilt
Gantry Tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikan dengan
gantry (tabung sinar-X dengan detektor). Gantry tilt dapat disudutkan ke
depan dan kebelakang sebesar 300.
g. Window Width
Window Width adalah rentang nilai computed tomography yang
dikonversi menjadi gray level untuk ditampilkan dalam TV monitor dengan
satuan HU (Hounsfield Unit)
h. Window Level
Window Level adalah nilai tengah CT number pada window width (WW)
dan menunjukan nilai keabu-abuan.
4. Kualitas Gambar Pada CT-Scan
a. Spatial Resolusi
Resolusi Spatial adalah kemampuan untuk dapat membedakan objek yang
berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar belakang yang sama.
Dipengaruhi oleh faktor geometri, rekontruksi alogaritma, ukuran matriks,
magnifikasi, dan FOV
b. Kontras Resolusi
Kontras Resolusi adalah kemampuan untuk membedakan atau
menampakan obyek-obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil dan
dipengaruhi oleh faktor eksposi, slice thickness, FOV dan filter kernel
(rekontruksi algoritma)
c. Noise
Noise adalah fluktuasi (standar deviasi) nilai CT number pada jaringan
atau materi yang homogeny. Noise tergantung pada beberapa antara: mAs,
scan time, kVp, tebal irisan, ukuran objek algoritma. Faktor yang
menyebabkan noise adalah:
1) Faktor eksposi : mAs, kV, semakin besar faktor eksposi akan
menurunkan noise.
2) Ukuran pixel, dipengaruhi oleh Field of Vicew (FOV) dan ukuran
matriks. Semakin besar ukuran pixel, noise semakin berkurang, akan
tetapi resolusi spatial menurul.
3) Slice thickness, semakin besar slice thickness noise akan berkurang.

12
4) Algoritma, penambahan prosedur algoritma sesuai kebutuhan dapat
meningkatkan image noise, peningkatan image noise dapat
menurunkan resolusi kontras.
d. Artefak
Secara umum artefak adalah kesalahn gambar (adanya sesuatu dalam
Tipe Jaringan CT Number Penampakan
Tulang +1000 Putih
Otot +50 Abu-abu
Materi Putih +45 Abu-abu terang
Materi Abu-abu +40 Abu-abu
Darah +20 Abu-abu
CSF +15 Abu-abu
Air 0
Lemak -100 Abu-abu gelap kehitaman
Paru -200 Abu-abu gelap kehitaman
Udara -1000 Hitam
gmabar) yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang diperiksa.

5. CT Number
CT Number pada CT scanner mempunyai koefisien atenuasi linear yang
mutlak dari suatu jaringan yang diamati, yaitu berupa CT Number. Tulang
memiliki nilai besaran CT Number yang tertinggi yaitu sebesar 1000 HU
(Hounsfield Unit) Udara mempunyai nilai CT Number yang terendah yaitu -1000
HU (Hounsfiled Unit) Sebagai standar yang digunakan air yang memiliki CT
Number 0 HU (Hounsfield Unit)

Dasar dari pemberian nilau ini adalah air denga nilai 0 HU. Untuk tulang
mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU. Sedangkan untuk kondisi
udara nilau yang dimiliki -1000 HU. Di antara rentang tersebut merupakan
jaringan atau substansi lain dengan nilai yang berbeda-beda pula tergantung pada
tingkat perlemahannya. Dengan demikian, penampakan tulang dalam layar
monitor menjadi putih dan penampakan udara hitam. Jaringan dan substansi lain
akan dikonversi menjadi warna abu-abu yang bertingkat yang disebut gray scale.
Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat
menjadi putih jika diberi media kontras.

13
5. Teknik pemerikssaan CT-Scan Kepala Polos Pada Kasus CKR
a. Persiapan Pemeriksaan
1) Persiapan Pasien
Melepas benda-benda logam (missal:anting, jepit rambut,) dan gigi palsu serta
memberi penjelasan tentang prosedur pemeriksaan kepada pasien.
2) Persiapan Alat dan Bahan
a) Pesawat CT-Scan
b) Komputer
c) Head clamp
d) Selimut
e) Pencetak radiograf

b. Teknik Pemeriksaan CT-Scan Non Kontras


1) Posisi Pasien :
Pasien supine di atas meja pemeriksaan CT-Scan dengan kepala di dekat
gantry (head first) dan kedua tangan di samping tubuh.
2) Posisi Obyek :
Kepala diposisikan di head holder dan memastikan tidak ada rotasi sehingga
midsagital plane (MSP) sejajar dengan lampu indikator longitudinal dan
midcoronal plane (MCP) sejajar dengan lampu indikator horizontal,
kemudian diberi fiksasi.
3) Prosedur Pemeriksaan :
Benda-benda logam (missal:anting, jepit rambut) dan gigi palsu harus
dilepaskan. Pasien diposisikan supine diatas meja CT dan dipastikan tidak
ada rotasi dari bidang midsagital.
Setelah diposisikan dengan benar, kepala afiksasi. Pada pasien dengan
dugaan cedera vertebra cervical tidak diperbolehkan menggerakkan kepala
dan leher untuk menyesuaikan kemiringan dan rotasi.
Membuat scanogram sebelum melakukan pemeriksan untuk
menentukan kisaran area yang akan discan. CT-Scan kepala rutin meliputi
daerah base skull sampai vertex engan irisan 5 – 8 mm. Gantry dena beam

14
angulation juga dapat ditentukan dari scanogram. Biasanya sinar-X
disejajarkan dengan infraorbitomeatal line (IOML).
Gambar CT kepala dapat dilihta dengan dua pengaturan jendela/window
atau window widths (WW). Window width sempit memmungkin visualisasi
jaringan lunak dan otak yang optimal dan window width lebar menampilkan
detil tulang yang optimal. Selain pengatura window untuk jaringan lunak dan
tulang, ada algoritma pemrosesa khusus lainnya (perhitungan matematis
dan proses yang diterapkan selama rekontruksi gambar) untuk menampilkan
anatomi tertentu.

4) Parameter CT-Scan Kepala (Merils, 2016):


a) Scan range : Skull base – vertex
b) Tipe scan : Axial sequential
c) Topogram : Ap,Lateral
d) kVp : 120
e) mAs : 250 auto
f) FOV : 22 cm
g) Scan slice thickness : 5 mm
h) Recon slice thickness : 2.5 mm
i) Gantry tilt : Menyesuaikan skull base
j) Recon kernel : medium average

5. Proteksi Radiasi
1. Proteksi radiasi terhadap pasien diantaranya:
1) Pemeriksaan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter.
2) Membatasi luas lapangan penyinaran.
3) Menggunakan factor eksposisi yang tepat, serta memposisikan pasien dengan
tepat sehingga tidak terjadi pengulangan foto.
4) Menggunakan laed apron dan gonad shield pada waktu pemeriksaan
2. Proteksi radiasi terhadap petugas diantaranya:
1) Petugas menjaga jarak dengan sumber radiasi saat pemeriksaan.
2) Selalu berlindung dibalik tabir proteksi sewaktu melakukan eksposi.
3) Jika tidak diperlukan, petugas tidak berada di area penyinaran.
4) Jangan mengarahkan tabung kea rah petugas.

15
5) Petugas menggunakan alat ukur radiasi personal (film badge) sewaktu bertugas
yang setiap bulannya dikirimkan ke BPFK (Balai Pengaman Fasilitas Kesehatan)
guna memonitor dosis radiasi yang diterima petugas.
6) Proteksi radiasi terhadap masyarakat umum diantaranya:
a. Sewaktu penyinaran berlangsung, selain pasien jangan ada yang berada di
daerah radiasi (kamar pemeriksaan).
b. Ketika penyinaran berlangsung pintu kamar selalu tertutup.
c. Tabung sinar-X diarahkan ke daerah aman (jangan mengarah ke
petugas/ruang tunggu.
d. Perawat/keluarga yang terpaksa berada dalam kamar pemeriksaan sewaktu
penyinaran wajib menggunakan Lead Apron

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Paparan Kasus
1. Profil Kasus
Pada hari Selasa, 12 Juli 2022, seorang pasien datang ke instalasi radiologi
diantar oleh keluarga dan perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan data
pasien sebagai berikut:
Nama: TN. XXXX
Umur: 24 tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Alamat: Semarang Barat
No RM: 09XXXX
Tanggal Pemeriksaan: 12 Juli 2022
Pemeriksaan: MSCT-Scan Kepala Polol

16
Diagnosa: CKR (Cedera Kepala Ringan)
2. Riwayat Pasien
Pada tanggal 12 juli 2022, pasien datang ke instalasi radiologi RSUD Tugurejo
Semarang diantar oleh perawat dan keluarganya sebagai pendamping pasien, dengan
lembar permintaan pemeriksaan MSCT-Scan kepala. Dalam lembar permintaan
pemeriksaan radiologi tertulis klinis “CKR atau Cedera Kepala Ringan” dengan kondisi
pasien dalam kesadaran yang menurun.Setelah dilakukan registrasi oleh petugas
administrasi radiologi, dilanjutkan dengan pemeriksaan MSCT-Scan Kepala polos
tanpa kontras.

2. Teknik Pemeriksaan MSCT-Scan Kepala Polos Di Instalasi Radiologi Tugurejo


Pelaksaan Pemeriksaan MSCT-Scan Kepala Polos Di Instalasi Radiologi RSUD Tugurejo
Semarang :

a. Persiapan Alat Dan Bahan


1) Alat
a) Pesawat MSCT-Scan
Merk: Philip 16 slice

17
Gambar 3.1 Pesawat CT-Scan

b) Perlengkapan imobilisasi
- Head holder
- Head clamp
- Body clamp
c) Selimut
d) Mesin pencetak gambar
– Merk: DRE59546441
– Ip: 912.168.1.3
– Modality: DV5950 A
2) Bahan
Tidak ada persiapan bahan-bahan khusus karena melakukan pemeriksaan MSCT-
Scan Kepala Non-Kontras

b. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus pada pasien. Hanya melakukan identifikasi pada
pasien dengan melihat melihat pada pasien dan menanyakan pada keluarga pasien
jika terdapat logam di daerah kepala seperti anting-anting, kalung, jepit rambut, dan
kawat pada masker, maka harus dilepas terlebih dahulu agar tidak mengganggu
gambaran yang akan kita dapat. Kemudian pasien diberi selimut agar tidak
kedinginan dan merasa nyaman dalam proses pemeriksaan.

c. Teknik Pemeriksaan CT-Scan

a. Register data pasien


Sebelum scanning dilakukan, masukkan data-data pasien dengan lengkap
terlebih dahulu ke dalam komputer sebagai registrasi pasien. Langkah-langkahnya
yaitu, pertama klik patient pada menu bar, lalu pilih register.

18
Gambar 3.2 Registrasi Pasien

Setelah itu maka akan muncul registrasi pasien yang harus diisi sesuai
dengan data pasien, yang terdiri dari Nama Pasien, Pasien ID (No RM), Tanggal
lahir Pasien, Jenis Kelamin, Umur Pasien, dan terakhir memilih jenis study.
Untuk pemeriksaan kepala non kontras maka menggunakan HeadSeq Routine.
Jika registrasi sudah diisi sesuai dengan data, lalu klik exam.

Gambar 3.3 Registrasi Pasien


b. Posisi pasien
Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi head first.

c. Posisi objek

19
Gambar 3.4 Posisi objek

1) Posisi kepala diletakkan pada head holder dan diatur hiperfleksi


2) Menggunakan sabuk perekat pada dahi, dagu, tangan, tubuh, dan kaki untuk
meminimalisir artefak karena pergerakan dan menjaga kenyamanan pasien.
Lengan pasien, diletakkan disamping tubuh, serta memberikan selimut kepada
pasien.
3) Atur ketinggian meja sehingga lampu indikator longitudinal sejajar MSP dan
MAE sejajar dengan lampu indikator horizontal.
4) Batas atas lapangan penyinaran adalah lampu indikator horizontal 1-2 cm
diatas kepala

Gamvar 3.5 Pemilihan Posis Pasien


d. Parameter CT Scan kepala

20
1) Scanogram : Kepala lateral
2) Range : Range (batas bawah basis crania sd batas atas vertex)
3) Slice thickness : 5 mm
4) FOV : 200 mm
5) Kernel : SA
6) Window : brain
7) Window width : 85
8) Window level : 40
9) Matrix : 512
10) Gantry tlit :0
11) Kv : 130
12) mAs : 30

e. Proses pengolahan gambar


Setelah scanning selesai, selanjutnya adalah pengolahan gambar. Pengolahan ini
hanya menggunakan window brain berikut ini adalah langkah-langkahnya :
1) Buka study series menu lokal masukan nama pasien search lalu pilih data
pasien yg memiliki gambar series terbanyak dengan type original lalu klik 2x

Gamabr 3.6 Menu Bar CerebumSeq Dan B

21
2) Lalu rotasikan gambar supaya simetris

Gambar 3.7 Copt To Film

3) Setelah dicopy to film sheet, lalu klik exam

Gambar 3.8 End Exam

4) Setelah itu ke menu viewing, lalu dilihat gambarnya apakah sudah benar dan
simetris
5) Jika sudah simetris, lalu gambar di select series dan copy to film sheet

22
Gambar.3.9 Copy To Film Sheet

6) Pada menu filming, atur layout division 5x4 dan diatur kontrasnya serta
ukuran gambarnya, lalu urutkan gambarnya dengan benar mulai dari
gambaran topogram, basis dan cerebrum, jika sudah sesuai maka atur ukuran
film dan expose film task untuk di print. Untuk hasil film terlampir

Gambar 3.10 Film Task Untuk Di Print

7) Berikut gambar hasil scanning:

23
Gambar 3.11 Hasil Radiograf CT-Scan Window Cerebrum

24
Gambar 3.12 Hasil Radiograf CT-Scan Window Osteo

8) Hasil bacaan dokter radiologi


 Tak tampak diskontinuitas os cranium
 Sulkus kortikalis dan fisssura sylvi baik
 Tak tampak lesi hiperdens intraparenkim
 Tak tampak lesi hipodens intraparenkim
 Tak tampak midline shifting
 Sistem sisterna dan ventrikel baik
 Batang otak dan serebellum baik
 Kedua orbita intak
 Tampak lesi densitas rendah sd padat pada sinus maksila
 Sinus ethmoid dan sinus sphenoid kanan kiri
Kesan:
 Tidak tampak perdarahan intra cranial
 Tidak tampak tanda peningkatan tekanan intra cranial
 Tidak tampak fraktur
 Sinuitis maksilaris, ethmoiditis dan sphenoiditis dupleks

25
f. Pembahasan

1) Teknik pemeriksaan CT-Scan kepala non kontras pada klinis cedera kepala
ringan (CKR) di instalasi Radiologi RSUD Tugurejo Semarang

Teknik pemeriksaan dilakukan dengan melepas benda-benda logam di


sekitar kepala yang dapat mengganggu hasil radiograf, kemudian pasien
diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan kepala berada di dekat
gantry (head first) dan kedua tangan di samping tubuh. KEpala diposisikan di
head holder dengan midsagital plane (MSP) sejajar dengan lampu indikator
longitudinal dan lampu indikator horizontal 2 jari di atas kepala, kemudian
diberi fiksasi (spon/straps). Selama pemeriksaan pasien diberi selimut agar
merasa nyaman.
Kemudian melakukan registrasi pasien pada computer consule dan
memilih jenis pemeriksaan yang akan dilakukan yaitu head routine
dengan posisi head first. Selanjutnya dibuat scanogram cranium lateral
untuk menentukan area yang akan dilakukan scan dengan parameter:
130 kV, 23 mAs, slice 0.6 mm, scan time 3.4 s, dan topogram length 256
mm.
Setelah didapatkan hasil scanogram, langkah selanjutnya adalah
mengatur daerah yang akan discan yaitu mulai dari vertex sampai
mandibula dengan parameter: 130 kV, 240mAs, slice thickness 5.00 mm,
scan time 18.125 s, dan gantry tilt 0.00. Pada klinis trauma area scan
diatur dari vertex sampai mandibular untuk memudahkan apabila akan
dilakukan format 3D, sehingga tidak ada data yang hilang.
Setelah proses scanning selesai akan muncul hasil scan, langkah
selanjutnya yaitu merekontruksi citra dengan window cerebrum dan
window osteo.
Pada window cerebrum menggunakan kernel H22s Smooth FR
dan slice thickness 5mm. Sedangkan pada window osteo menggunakan
kernel H70s Sharp FR dan slice thickness 5mm. Kemudian gambar dikirim
ke filming untuk selanjutnya diatur posisi, ukuran dan jumlah gambar
yang akan dicetak. Jika sudah sesuai, cetak gambar pada film.

26
2) Alasan digunakan teknik scanning spiral pada pemeriksaan CT-Scan kepala
non kontras pada klinis cedera kepala ringan (CKR) di Instalasi Radiologi
RSUD Tugurejo Semarang

Pada pemeriksaan CT-Scan kepala non kontras dengan klinis


cedera kepala ringan (CKR) di Instalasi Radiologi Tugurejo Semarang
teknik scanning yang digunakan adalah head routine spiral. Hal ini
dikarenakan teknik scanning spiral memiliki beberapa keunggulan yaitu
waktu scan yang lebih cepat sehingga akan lebih mudah dilakukan pada
klinis cedera kepala ringan yang pada umumnya pasien dalam kondisi
tidak kooperatif dan harus cepat mendapatkan penanganan.
Dengan menggunakan teknik scanning spiral juga lebiih
memudahkan untuk dilakukan format 3D untuk melihat apakah terdapat
fraktur atau tidak pada klinis cedera kepala ringan. Jika menggunakan
teknik scanning spiral juga bisa direkontruksi pada kondisi slice thickness
yang sama untuk melihat citra cerebrum atau osteo.

27
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Teknik pemeriksaan MSCT-Scan Kepala Polos pada kasus (CKR) di Instalasi Radiologi
RSUD Tugurejo dilakukan dengan cara mengecek identitas pasien dan melepas benda-benda
yang dapat mengganggu gambar yang kita dapat, contohnya kalung, kawat masker, anting-
anting, dll, dan mengatur posisi pasien sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan.

2. Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh penulis antara lain:
1) Alangkah lebih baiknya dalam pemeriksaan Ct-Scan di Instalasi Radiologi RSUD
Tugurejo, pasien menggunakan apron mengingat radiasi yang diterima pasien sangat
besar
2) Pemberian alat fiksasi pada pasien sangat berperan penting dalam proses pemeriksaan
Ct-Scan, agar pasien tidak bergerak saat scaning dilakukan dan tidak terjadi
pengulangan scaning.

28
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.poltekkes-smg.ac.id//index.php?p=fstream&fid=64572&bid=22463

Ballinger Philip W, Eugene D. Frank. 2016. Merill’s Atlas pf Radiographic Positioning and
Radiographic Procedures, Twelfth Edition, Volume Three. St. Louis: Mostby

Bontrager, K.L 2018. Text book of Positioning and Related Anatomi, Ninth Edition. St. Louis:
CV. Mostby Company

Brain Injury Association of America. (2019). Types of Brain Injury.


http://www.biausa.org/pages/type of brain injury.

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskoloskeletal Aplikasi PadaPraktik Klinik
Keperawatan. Buku kedokteran : EGC.

https://repository.poltekkes-smg.ac.id//index.php?p=fstream&fid=64572&bid=22463
https://rsud-kelet.jatengprov.go.id/service/ct-scan/#:~:text=CT%20scan%20adalah%20mesin
%20pemindai,dan%20memonitor%20beragam%20kondisi%20kesehatan.
https://eprints.umbjm.ac.id/221/3/BAB%202.pdf
file:///C:/Users/Asus/Downloads/6-11-1-SM.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/6139/3/BAB%202%20KTI%20IGA.pdf
http://eprints.umpo.ac.id/6139/3/BAB%202%20KTI%20IGA.pdf
https://www.docdoc.com/id/info/condition/sinar-x

29
Lampiran

Gambar 1 Hasi Bacaan Dokter Radiograf

30
Gambar 2 Gambar Surat Permintaan Foto

31

Anda mungkin juga menyukai