Disusun oleh:
P1337430223142
SEMARANG TAHUN
2023/2024
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus praktik kerja lapangan V telah diterima, disetujui dan disahkan
sebagai kelengkapan Tugas Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan V jurusan Teknik
Nim : P1337430223142
Kelas : AJRD
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Maha Esa, karena atas berkat dan
Pemeriksaan MRI Ankle Pada Kasus Soft Tissue Tumor (STT) Dengan
Wongsonegoro Semarang"
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:2. Ibu Fatimah, S.ST., M.Kes. selaku Kepala Jurusan
Radioterapi Semarang.
4. Dr. Luh Putu E Santi, M, Sp.Rad selaku Kepala Instalasi Radiologi RSD KRMT
Wongsonegoro Semarang
5. Ibu Supriyati, S.Si, M.Si selaku Kepala Ruang Instalasi Radiologi RSD KRMT
Wongsonegoro Semarang
ii
7. Seluruh Radiografer di Instalas Radiologi RSD K.R.M.T Wongsonegoro Kota
8. Kedua orang tua yang selalu memberikan do'a dan memberikan dukungan moral
serta materiil
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan yang bersifat membangun demi perbaikan laporan yang telah kami buat
Akhir kata penulis berharap semoga kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ...i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ..ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... . iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ..v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. ..6
A. Latar Belakang .................................................................................. ..6
B. Rumusan Masalah ............................................................................. ..8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. ..8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... ..9
A. Anatomi Ankle Joint ......................................................................... ..9
B. Patologi Soft Tissue Tumor (STT) ..................................................... 13
C. Parameter Mangnetic Resonance Imaging (MRI) ............................. 17
D. Teknik Pemeriksaan MRI Ankle Joint............................................... 24
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 27
A. Paparan Kasus .................................................................................... 27
B. Hasil Bacaan Dokter .......................................................................... 34
C. Pembahasan 37
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 40
A. Kesimpulan ..................................................................................... 40
B. Saran ............................................................................................... 41
DAFTAR PUSRAKA .................................................................................... 42
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kelebihan, salah satunya adalah dapat mendeteksi KNIK KES beberapa kelainan
pada jaringan lunak seperti olak, sumsum tulang serta musculoskeletal. ATAN
OLA
Modalitas MRI adalah pemeriksaan yang aman dan tidak menimbulkan rasa
sakit untuk menghasilkan gambaran detil. Salah satunya pemeriksaan dari Ankle
Joint dengan indikasi nyeri pada Ankle joint, tendonitis (khususnya posterior
tibial), achilles tendon rupture, vascular necrosis dari talus, evaluasi trauma
(Westbrook 2008).
beberapa loop kawat, sehingga coil tersebut dapat menghasilkan medan magnet
tiga type yaitu koil pemancar, koil penerima, dan koil pemancar dan penerima.
6
7
Sedangkan menurut jenisnya koil RF ada beberapa jenis antara lain surface coil,
volume coil, phased array coil, quadratur coil (J Blink, 2004). TEKNIK KESEH
Coil Extremity/Flexible coil adalah jenis surface coil yang biasa digunakan pada
(anki, wrist, dan knee) atau payudara membutuhkan surface coil untuk
(2014), penggunaan flexible coil yang mana 14) penempatannya harus dekat
atau menyentuh kulit dengan organ yang akan diperiksa membuat kurang
yaitu signal to noise ratio (SNR), contras to noise ratio (CNR), spatial resolution
dan scan time (Westbrook, 2011) SNR adalah perbandingan antara besarnya
kualitas gambar, kenaikan nilai SNR diikuti dengan berpengaruh terhadap SNR.
dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus yang
berjudul "Prosedur Pemeriksaan MRI Ankle Joint Pada Kasus Soft Tissue Tumor
8
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
penghubung. Sendi ankle terdiri atas bagian distal tibia, fibula dan superior
lateral sendi ankle tersusun oleh tiga ligmen yaitu ligament anterior
Selain ligament dan tendon. soft tissue pada ankle joint ada yang disebut
ankle joint yang mengikat semua tendon agar tetap berada di tempatnya,
lokasinya yaitu anterior, posterior Medial dan lateral Anterior tendon adalah
Posterior, yang menampilkan tendon achilles dan plantaris yang melekat kat
calcaneus bagian lateral memiliki fibolaris peroneus brevis dan longus, dan
9
10
Gambar 2 1 Anatomi tendon, retinaculum danbursae ankle joint (A) Medial View
(B) Lateral View (Lazo, 2015)
Keterangan Gambar
1. Tibia 8. Superior dan inferior fibular
2. Superior extensor 9. Retinacula (peroneal
3. Retinaculum Retinacula) 10 Bursae subtendon calcaneus
4. Maleolus medialis 11. Bursa subcutan calcaneus
5. Malleolus lateralis 12. Flexoe retinaculum
6. Bursae subcutan 13.Tendon Achilles retinaculum
7. Inferior extensor calcaneus
2015).
pemeriksaan MRI ankle joint antara lain: cidera tendon, cidera ligament,
cidera tulang rawan, patah tulang, tumor (jaringan lunak dan tulang),
lemak dan sumsum tulang serta sinyal gelap tendon dan ligament (Lazo,
Keterangan
1. M. Soleus 13. Nervi lateral plantar
2. M/T Flexorhallucis longus 14. Metatarsal III, IV
3. Achilles tendon 15. Lateral cuniform
4. Posterior tibiofibular ligament 16. M.extensor hallucis brevis
5. Posterior ligament tallobifular 17. M.extensor digitorum brevis
6. Posterior ligament talocalcaneal 18. Navicular
7. Sinus tarsi 19. Proc. Calcaneus anterior
8. M. abductor digiti minimi 20. Peronel anterior tibia
9. Lateral plantar aponeurosis 21. T/M anterior hallucis longus
10. Calcaneocuboid ligament tibialis
11. Calcaneometatarsal ligament
12
Keterangan
1 Tibialis anterior 8. Extensor Digitorum Longus
2 Medial Maleolus of Tibia 9. Anterior Talofibular Ligament
3 Tibiotalar Ligament 10. Talus
4 Tibialis Posterior 11. Lateral Malleolus of Tibia
5 Flexor Hallucis Longus 12. 12. Posterior Talobifular Ligament
6.Achilles Tendon 13 Peroneus Longus
7. Extensor Hallucis Longus 14 Peroneus Brevis
Keterangan
1. Articular Cartilage 6. 5. Medial Malleolus of Tibia
1. 2. Mortise Joint 7. Trochlea of Talus
2. 3. Lateral Malleolus of Fibula 8. Deltoid Ligament
3. 4. Calcaneus 9. Sustentaculum Tali
4. Tibia
13
tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh
dan nonneoplasma. Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru,
andfibrous tisssue, long with the vessels serving these tisssue. Soft tissue
paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher dan30% di badan
2. Etiologi
a. Kondisi genetic
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
b. Radiasi
c. Infeksi
e. Trauma
15
2008).
3. Manifestasi Klinis
5. Patway
Post Operasi
Pre Operasi
Perubahan Fisik
Mensimulasi Tempat masuknya
respon nyeri mikroorganisme
Anatomi kulit
abnormal Resiko infeksi
Nyeri
Kurang
Citra tubuh
pengetahuan berubah
tinggi. Konsep MRI memanfaatkan spin proton atom hydrogen yang ada
larmor proton (Hunt dkk., 2017). Menurut (Westbrook dll., 2014) parameter
atau menurunkan frekuensi secara acadi dalam ruang dan waktu dan bisa
terjadi akibat dari system kompinen MRI dan dari pasien. Faktor yang
c. Filed of View (FOV) menilai seberapa luas obyek yang ingin dilihat.
akan di scan. Semakin besar bandwith maka noise akan meningkat dan
CNR adalah perbedaan dari SNR antara organ yang saling berdekatan.
3. Spasial Resolution
4. Scan Time
Waktu yang digunakan untuk akuisisi data. Scan time merupakan hal
scan time yang lama dapat memberikan kesempatan pasien bergerak saat
cepat
Talbot, 2019)
6. Slice Thickness
slice thickness tipis akan menghasilkan resolusi yang baik, namun pada
besar FOV yang sama akan membutuhkan waktu akuisisi data yang lebih
7. (Field of View)
8. FA (Flip Angle)
9. Matrix
ditentukan oleh dua sisi gambar yaitu sisi yang berhubungan dengan
10. Bandwidth
a. TI-Weighted
b. T2-weighted
c. PD-Weighted
memberikan vector dalam waktu lemak dan air untuk dephase dan
Talbot, 2019)
dengan diikuti oleh satu atau lebih pulsa pengulangan 180 derajat
untuk dapat menghasilkan spin echo. Jika hanya satu gema yang
Pulse sekuen spin echo dengan waktu pemindaian yang jauh lebih
pendek dari conventional spin echo. Pada fast spin echo diawali oleh
2019)
Kelebihan Kekurangan
pencitraan
Pembobotan T2 Citra
Artifact
1. Indikasi Pemeriksaan
berikut:
2. Persiapan alat
a) Knee phased array coil/ extremity coil/ pair of small circular coils yang
d) Emergency buzzer
25
3. Persiapan Pasien
sebagai berikut:
lainnya.
sejenisnya
4. Posisi Pasien
Menurut Elmaoğlu & Çelik, (2012) posisi pasien dalam pemeriksaan MRI
ankle berada di dalam coil, kaki pasien tegak lurus pada meja
pemeriksaan
malleolus
5. Protocol Pemeriksaan
a) Sagittal/multi-plannar SE/FSE/GRE TI
b) Axial SE/FSE TI
d) Sagittal SE / FSE T1 / PD
A. Paparan Kasus
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. AF
Umur : 50 Tahun
No. RM :172XXX
2. Riwayat Pasien
MRI Ankle
27
28
3. Prosedur Pemeriksaan
2) Coil
3) Earplug
4) Baju pasien
5) Selimut
6) Tombol emergenci
7) Alat fiksasi
4. Posisi Pasien
ankle
nyaman
pemeriksaan
pemeriksaan
Plane localizer terdiri dari 3 irisan yaitu coronal, sagittal, dan axial
b. T2_ tnse_tra
30
c. T1_se_tra
d. Pd_tse_ tra
e. Pd_tse_ cor
31
f. T1_ coronal
g. T2_ coronal
h. Pd_tse_fs_ sag
32
j. T1_ Sangital
k. T2_ Sagital
33
l. T2_Stir_ sagittal
Alignment: normal
FLUID:
Medial structures:
TENDONS:
LIGAMENTS:
sprain
acute sprain
Lateral structures:
TENDONS:
LIGAMENTS:
Posterior structures:
Achilles tendon: normal, tendinosis, tear, kager fat pad edema, enthesophyte,
pad edema
36
TENDONS:
tear
complete tear
complete tear.
LIGAMENTS:
Vessels: normal
Tampak lesi bentuk lobulated batas tegas tepi reguler (ukuran sekitar AP 1,89
cm CC 2,5 cm LL 1,26 cm) pada soft tissue pada aspek medial regio ankle,
KESAN:
Lesi bentuk lobulated batas tegas tepi reguler (ukuran sekitar AP 1,89 cm CC
2,5 cm LL 1,26 cm) pada soft tissue pada aspek medial regio ankle, disertai
Tak tampak fraktur pada distal os tibia-fibula dan tarsalia yang tervisualisasi.
C. Pembahasan
keluarga terlebih dahulu. Pada saat melakukan inform consent, pasien diberi
edukasi tentang proses pemeriksaan yang akan dilakukan dan untuk melepaskan
pernah melakukan operasi pemasangan implant atau memakai alat bantu dengar.
Setelah melakukan infrom conset pasien diharuskan untuk mengganti baju yang
telah disiapkan dan melepaskan barang yang berbahan logam. Setelah itu pasien
diarahkan untuk masuk ke dalam ruang mri. Posisi pasien tidur supine feet first
dan kedua tangan berada di samping tubuh. Ankle yang akan diperiksan
38
diletakkan pada pertengahan coil. Pasien diberi selimut agar merasa nyaman dan
Sagittal/multi-plannar SE/FSE/GRE TI, Axial SE/FSE TI, Axial FSE PD/T2 +/-
tissue suppression, Sagittal SE/FSE TI/PD, Sagittal FSE/GRE T2/T2* +/- tissue
Westbrook 2014 tidak ada perbedaan yang secara signifikan, diawali dengan
persiapan pasien seperti inform consent. Pada inform consent pasien akan
diwawancarai mengenai gejala dan keluhan yang telah dialami selama ini.
Setelah itu, radiographer menjelaskan tentang alur pemeriksaan MRI Ankle yang
dan edukasi tentang dilarang membawa benda yang mengandung logam seperti
memakai perhiasan, uang logam dan kunci yang berada di saku celana. Jika
inform consent telah selesai, pasien akan diminta untuk mengganti baju
menggunakan baju pasien yang tersedia. Pada langkah terakhir ini, pasien
diingatkan kembali mengenai benda benda logam yang masih berada di tubuh.
Setelah itu baru radiographer memposisikan pasien dengan tepat diatas meja
pemeriksaan.
yang digunakan pun juga mengambil protocol dari knee, yaitu dengan
39
dijadikan sebagai salah satu opsi untuk pemeriksaan MRI Ankle karena ukuran
coil tersebut tidak terlalu besar sehingga tidak menimbulkan kesenjangan ruang
antara coil dan organ yang diperiksa sehingga kualitas citra (SNR dan CNR)
yang dihasilkan bagus. Knee coil memang dirancang seagai coil ekstremitas,
Maka dapat disimpulkan bahwa pada prosedur pemeriksaan MRI Ankle Joint
memiliki perbedaan yang siginifikan, dari segi persiapan pasien, inform consent,
K.R.M.T Wongsonegoro memakai knee coil bukan dengan ankle coil sehingga
protocol yang digunakan sedikit berbeda tetapi hasil citra yang dihasilkan tetap
bagus serta tidak ada pengaruh citra pada penggunaan knee coil dikarenakan
knee coil memang dirancang sebagai coil ekstremitas, sehingga bisa digunakan
PENUTUP
A. Kesimpulan
fungsi sebagai stabilitas dan penggerak tubuh. Salah satu persendian pada
tubuh adalah persendian pada pergelangan kaki (ankle joint) yang merupajan
bagian dari ekstremitas bawah. Ankle joint tersusun oleh tulang tibia dan
fibula pada bagian superior dan talus pada bagian inferior. Ligament yang
parameter yang diapaki tepat, citra yang dihasilkan akan tampak jelas dan
perbedaan dari persiapan pasien, proses inform consent, dan posisi pasien.
Hanya saja yang membuat berbeda teori dengan di Instalasi Radiologi RSD
40
41
menggunakan knee coil akan tetapi hasil yang diperoleh tidak menimbulkan
kesenjangan ruang antara coil dan organ yang diperiksa sehingga kualitas
citra (SNR dan CNR) yang dihasilkan bagus. Knee coil memang dirancang
Ankle.
B. Saran
scanning dan memberi hasil citra yang lebih optimal sehingga dapat
menegakkan diagnosa dengan tepat. Penggunaan flex coil juga masih dapat
Westbrook, C., Roth, C., & Talbot, J. (2014). MRI In Practice (Fourth Edi).
Westbrook, C., & Talbot, J. (2019). MRI In Practice (Fifth Edition) (Fifth).
Asher, K.A., Bangerter, N.K., Watkins, R.D. & Gold, G.E. 2011.
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Soft Tissue Tumor”, dalam Buku
42
43