Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PPDH


ROTASI BEDAH & RADIOLOGI

yang dilaksanakan di
KLINIK HEWAN DAN RUMAH SAKIT HEWAN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Malang, 25 November 2019 - 4 Januari 2019


Oleh :
Aulia Dyasti Maurenda, S.KH
NIM. 190130100111085
PPDH Gelombang VI/13 Semester Ganjil 2017/2018, Kelompok 3
Menyetujui,

Koordinator PPDH Pembimbing PPDH


Rotasi Internasi Hewan Kecil

drh. Viski Fitri Hendrawan, M.Vet drh. Dian Vidiastuti, M.Si


NIP. 198805182015041003 NIP. 19820207 200912 2 003

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Univeritas Brawijaya

Dr. Ir. Sudarminto Setyo Yuwono, M.App.Sc


NIP. 198511162018031001

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................ii
DAFTA ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Dasar Dasar Radiografi.....................................................................................3
2.2 Faktor yang Mempengaruhi.............................................................................4
2.3 Teknik dan Posisi...............................................................................................6
BAB III MATERI DAN METODE.................................................................................8
3.1 Alat dan Bahan...................................................................................................8
3.2 Ambulator...........................................................................................................8
3.3 Teknik dan Posisi yang Dilakukan...................................................................8
BAB IV HASIL.................................................................................................................9
4.1 Proses Radiografi...............................................................................................9
4.2 Foto-foto Setiap Tahapan..................................................................................9
4.3 Hasil Pemeriksaan.............................................................................................10
BAB V PEMBAHASAN...................................................................................................15
5.1 Intepretasi Hasil.................................................................................................15
5.2 Diferensial Diagnosa..........................................................................................15
5.3 Diagnosa..............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
LAMPIRAN.......................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dunia medis veteriner saat ini telah banyak mengalami perkembangan. Hal ini
dapat diketahui dari semakin meningkatnya kasus-kasus pada hewan kesayangan
sehingga dibutuhkannya teknologi yang mampu membantu dalam penegakan
diagnosa. Diagnostic Imaging adalah salah satu upaya untuk evaluasi normal dan
abnormal anotomi tubuh serta membantu peneguhan diagnosis. Pemeriksaan
penunjang merupakan salah satu langkah penting yang dilakukan untuk mendukung
data terhadap diagnosa akhir (diagnosa definitif). Pemeriksaan penunjang biasanya
dilakukan berdasarkan gejala klinis yang muncul, anamnesa, dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang beraneka ragam mulai dari pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan cepat (rapid test), dan pemeriksaan radiografi (x-ray, CT-scan, MRI,
USG). Radiografi adalah pemeriksaan dengan menggunakan teknologi pencitraan
untuk mendiagnosis dan mengobati suatu penyakit. Radiologi berguna untuk
membantu dokter melihat kondisi bagian dalam tubuh dan untuk menentukan
penyebab penyakit yang diderita oleh pasien. Interpretasi radiografi adalah dasar pada
pengenalan dan analisa struktur dengan perbedaan yang relatif pada radiopasitas
sebuah gambar hasil sinar x (Brown, 2014), sedangkan menurut Thrall (2013)
interpretasi radiografi adalah evaluasi dari hasil radiografi yang dibuat dari awal
sampai akhirnya menjadi gambaran radiografi.

Radiografi merupakan sarana diagnosa penyakit dengan menggunakan radiasi


sinar-X. Radiografi digunakan untuk menampilkan pencitraan organ dalam tubuh
secara dua dimensi. Pada proses evaluasi radiogram, perubahan pada struktur organ
bisa terlihat berlebihan (radioopaque) atau rendah (radiolucent), sehingga banyak
kekeliruan atau jebakan dalam interpretasi radiografi yang dibuat. Secara filosofi
interpretasi pertama kalinya merupakan pemeriksaan dan interpretasi film tanpa
mempertimbangkan riwayat hewan atau hasil pengujian lainnya kemudian menjadi

1
suatu pengkajian film dari penemuan kasus dengan cahaya untuk membuat
interpretasi klinis akhir. Hasil radiografi yang kurang baik dengan penetrasi yang
tidak cukup atau posisi pasien yang tidak benar mungkin dapat menyesatkan, oleh
karena itu diperlukan pengetahuan yang baik dalam evaluasi radiogram dan
penjelasan yang jelas serta tepat dalam menginterpretasikan gambaran radiografi
untuk menentukan diagnosa (Thrall, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara interpretasi gambar radiografi degan tepat pada kasus anjing Poppie?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui cara interpretasi gambar radiografi dengan tepat pada kasus anjing
Poppie.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar-dasar Radiografi


Radiografi ialah penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk
membentuk bayangan benda yang dikaji pada film. Sinar X ditimbulkan dari
penghentian tiba-tiba suatu gerakan electron dari katoda ke anoda dalam ruangan
hampa udara. Katoda dipanaskan hingga suhunya mencapai sekitar 3370°C oleh
filament pemanas khusus. Electron diemisikan oleh katoda, dipercepat oleh medan
listrik diantara katoda dan anoda, lalu menumbuk anoda dengan energy yang cukup
besar terbentuklah radiasi elektromagnetik jenis sinar X di tempat ini (Thrall, 2013).

Radiologi adalah ilmu yang mempelajari tetang penggunaan sinar-X yang


menembus organ dan ditangkap oleh film berupa gambar yang disebut radiografi.
Faktor-faktor pembentuk dalam radiografi adalah densitas, opasitas, dan kontras
radiografi. Densitas adalah istilah yang menunjukkan derajat kehitaman film.
Densitas ditentukan oleh faktor eksposisi yang digunakan, dalam hal ini yang
berpengaruh terhadap densitas adalah mAs dan jarak fokus ke film. Pada dasarnya
film sudah memiliki densitas dasar yaitu 0.05. Film sinar-x mempunyai tingkat
densitas yang berbeda-beda. Film yang terpapar sinar-x dan diolah di kamar gelap
secara kimiawi menghasilkan densitas yang terang karena sebagian besar sinar-x
banyak diserap oleh jaringan tersebut (radiolucent). Sedangkan film dengan densitas
yang gelap karena sinar-x banyak dipantulkan dan sedikit yang diserap oleh jaringan
tersebut (radiopaque). Kualitas dari sinar x-ray (panjang gelombang) di atur oleh
Kilovoltage (kV) dan milliamperage-seconds (mAs) (Thrall, 2013).

3
Gambar 2.1 Pembagian Opacity dalam radiografi
2.2 Faktor yang mempengaruhi
Menurut Easton (2012), faktor yang mempengaruhi kuantitas atau jumlah
sinar-X yang terbentuk diantaranya adalah miliamperage (mA) yang merupakan
standar satuan jumlah elektro yang keluar dari katoda menuju anoda, lamanya
exposure (S) yaitu waktu mengalirnya arus dari katoda menuju anoda, miliamperage
second (mAs) yaitu perkalian antara mA dan S (mA x S =mAs), serta bahan anoda
yang mampu menerima pancaran electron dari katoda. Nilai mAs tanpa grid untuk
kepala dan ekstremitas yaitu 2.5 mAs, thoraks yaitu 5 mAs, abdomen yaitu 7.5 mAs,
sedangkan vertebrae dan pelvis yaitu 10 mAs. Kualitas film yang dihasilkan
ditentukan oleh Kilovoltage peak (kVp) yang merupakan energi yang dihasilkan oleh
sinar-X untuk melakukan penetrasi melalui bagian tubuh sehingga mencapai
permukaan film. Bahan anoda terbuat dari bahan metalik, bahan anoda yang
menerima pancaran elektron dari katoda akan menghasilkan pancaran sinar-X.

4
Tabel 2.2 Ukuran kV dan mAs pada Masing-masing Regio.

Jarak FFD yang umum digunakan di dunia kedokteran hewan adalah 40 inchi
adau 100 cm, hal ini digunakan untuk mempermudah dalam penerapan dan
perhitungan. Jarak spot tabung sinar-X dengan permukaan film disebut dengan Focal
spot film dintance (FFD). Semakin kecil FFD maka densitas film akan semakin

5
meningkat karena intensitas sinar akan meningkat, begitu pula sebaliknya apabila
FFD tinggi maka densitas film akan rendah (Thrall, 2002). Nilai kVp sangat berkaitan
dengan FFD, tebal jaringan, dan faktor grid. Penggunaan grid dilakukan apabila objek
memiliki ketebalan lebih dari 10cm, penggunaan alat tabung dengan kV tinggi, dan
untuk meningkatkan kontras pada struktur jaringan lunak seperti pemeriksaan
mammografi. Pada umumnya standart pandang radiografi terdiri dari Cranio-caudal,
Latero-medial atau biasanya disebut Lateral recumbency, Ventro-dorsal, Dorso-
ventral, dan Oblique (Berry et al, 2002).

2.3 Teknik dan Posisi


Interpretasi radiografi adalah evaluasi dari hasil radiografi yang dibuat dari
awal sampai akhirnya menjadi gambaran radiografi. Menurut Brown (2014),
penamaan posisi di dalam radiografi secara langsung berdasarkan pada letak titik
pusat penetrasi sinar-x terhadap tubuh, dari masuknya sinar-x sampai keluarnya sinar-
x dari tubuh, penamaan penggambaran tampilan radiografi mengikuti terminology
pada Nomina Anatomica Veterinaria yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pada
umumnya, standar pandang radiografi yang biasa dilakukan yaitu posisi Cranio-
caudal, Latero-medial atau yang biasa disebut juga dengan Lateral recumbency,
Ventro-dorsal, Dorso-ventral, dan Oblique.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat ingin mengambil gambaran radiografi
adalah : Kenyamanan dan kesejahteraan, handling dan restrain, meminimalisir trauma
pada area yang ingin diambil foto. pasien harus dipertimbangkan saat melakukan
pengambilan gambar radiografi. Bila pasien tergolong hewan yang galak tidak bisa di
handling lakukan sedasi atau anastesi umum.

6
Gambar 2.1 Terminology Anatomi Arah Tubuh (Brown, 2014)
Menurut Brown (2014), teknik pengambilan foto radiografi pada hewan
adalah sebagai berikut:
1. Letakkan hewan diatas meja Xray dan posisikan lokasi yang ingin difoto pada
bentukan “+” dari collimator

Gambar 2.2 Posisi Hewan diatas


meja Xray (Brown, 2014)
2. Usahakan hewan tidak bergerak pada saat pengambilan gambar
3. Tekan tombol shoot pada mesin Xray
4. Evaluasi hasil foto

7
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan


Komputer, Mesin Xray, Meja Xray, Apron, Marker

3.2 Ambulator
Signalement
Nama : Poppie
Jenis Hewan : Anjing
Jenis Kelamin : Betina
Berat Badan : 4,95 kg
Anamnesa
Anjing “Poppie” datang ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan UB dengan keluhan
muntah cairan, 4 hari tidak mau makan, sempat caplakan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menunjukkan suhu tubuh normal yaitu 37,3 °C, berat badan 4,95
kg, respirasi rate 32x/menit, heart rate 140x/menit. Heart rate terlihat lebih tinggi
dibandingkan dengan range normal pada anjing (90-120x/menit). Respirasi rate
terlihat adanya sedikit peningkatan dari range normal (15-30x/menit)
Pemeriksaan Penunjang
Xray

3.3 Teknik dan posisi yang dilakukan


Anjing Poppie di xray dengan posisi left lateral recumbency. Pada posisi tersebut,
pasien di handling pada extremitas cranial et caudal serta kepala untuk menghindari
pergerakan hewan. Pergerakan hewan dapat menyebabkan hasil radiografi bias atau
tidak jelas.

8
BAB IV
HASIL

4.1 Proses Radiografi


Pada saat akan melakukan X-ray, pertama kali operator mengisi data
pasien di komputer sesuai dengan data pasien. Kemudian operator
menggunakan apron yang berfungsi sebagai pelindung tubuh. Sebelum
dilakukan X-ray, operator mengatur Kvp yang akan digunakan. Hewan
diletakkan di meja x-ray dengan posisi right recumbency dan left
recumbency. Hewan diposisikan thoraks berada di bawah lampu kolimator.
Kemudian tekan tombol untuk memotret, dan hasil akan keluar pada layar
computer. Hasil di print untuk di intepretasikan.

4.2 Foto-Foto Setiap Tahapan

9
4.3 Hasil Pemeriksaan

REGIO ORGANS/SYSTEM RADIOGRAPHIC DESCRIPTIONS ABNORMALITY


NS
Head Kualitas Pengambilan gambar dilakukan dengan nilai KVP dan mAs Normal
Neck yang tepat sehingga gambar terlihat baik. Tidak terdapat Abnormal
artefak.
Fore
Posisi Pengambilan gambar dilakukan dengan posisi hewan left Normal
Extremit
lateral recumbency saat fase inspirasi. Fase inspirasi Abnormal
y
menyebabkan daerah thoraks terlihat lebih luas karena paru-
Thorax paru mengembang sehingga diafragma terdorong ke caudal.
Abdomen Pertulangan Pada gambar, terlihat os vertebraethoracalis (I‐XIII), os costae, Normal
dan os sternum dengan bentuk, ukuran, jumlah, lokasi, dan Abnormal
Pelvis
marginasi yang jelas (tidak ada perubahan). Pertulangan
Hind
tampak radioopaque dan kompak.

10
Extremit Esofagus Normal
y Abnormal

Pada esophagus yang telah diberi bahan kontras terlihat adanya


pelebaran pada daerah esofagus mencapai 1/3 besar rongga
thoraks.
Trachea Normal
Abnormal

Trachea yang terisi gas terlihat radiolucent di sepanjang rongga


thoraks, dengan bentuk dan marginasi yang jelas. Tidak terlihat
adanya perubahan lokasi dan ukuran.

11
Paru-paru Normal
Abnormal

Pada paru-paru terlihat adanya warna radioopaque pada bagian


cranial yang mengarah pada adanya eksudat, pendarahan atau
cairan pada bronkiolus dengan pola peribronchial.
Jantung Ukuran Jantung Normal
Abnormal
1. Intercostal Space (ICS)
Ukuran jantung normal pada anjing : 3-3,5 ICS

ICS anjing Poppie : 3 (normal)

2. Jarak apex ke vertebrae pada garis Karina

12
Normal:
A= 1/3 s.d. 1/4 A+B;
B= 2/3 s.d. 3/4 A+B
A: 0,97 cm; B: 1,92 cm; A+B: 2,89

A= 1/3 s.d. 1/4 (2,89) = 0,96 sd 0,72


B= 2/3 s.d. 3/4 (2,89) = 1,92 sd 2,16
(Normal)

A+B
B

3. VHS
VHS anjing normal 8,5-10,6 v
SA = 4v; LA = 5v
VHS = LA+SA = 5 + 4
= 9V (Normal)

13
LA

SA

14
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Interpretasi hasil


Dari hasil radiografi yang didapatkan, kualitas hasil digital radiografi
dilakukan dengan nilai kVp dan mAs yang sesuai sehingga terlihat jelas tanpa adanya
artefak. Posisi pengambilan hasil radiografi digital secara lateral racumbency untuk
melihat kelainan pada cavum thorax. Pada hasil xray anjing “Poppie” didapatkan
pada paru-paru terlihat adanya warna radioopaque pada bagian cranial yang
mengarah pada adanya eksudat, pendarahan, atau cairan pada bronkiolus dengan pola
peribronchial. Pada bagian esophagus yang telah diberi bahan kontras terlihat adanya
pelebaran pada daerah esofagus mencapai 1/3 besar rongga thoraks.

Pada gambar, terlihat os vertebraethoracalis (I-XIII), os costae, dan os


sternum dengan bentuk, ukuran, jumlah, lokasi, dan marginasi yang jelas (tidak ada
perubahan). Pertulangan tampak radioopaque dan kompak.

5.2 Diferensial Diagnosa


Differential diagnose dari efusi pleura adalah adanya penebalan bronkiolus
karena adanya inflamasi.

5.3 Diagnosa
Dari hasil radiografi yang didapat, terdapat adanya radiopaque yang mengarah
kepada adanya eksudar atau cairan pada bronkiolus dan terjadi megaesofagus
(pelebaran esophagus).

15
DAFTAR PUSTAKA

Berry CR, Love N, Donald ET. 2002. Introduction to Radiographic Interpretation. Di


dalam Thrall DE: Teksbook of Vetrinary Diagnostic Radiology. 4th edition.
London: W. B. Saunders Company.
Brown, M., 2014. Radiography for Veterinary Technicians Fifth Edition. Elsevier :
USA
Thrall DE. 2002. Teksbook of Vetrinary Diagnostic Radiology. 4th edition. London:
W. B. Saunders Company.
Thrall. 2013. Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology Sixth Edition. Elsevier :
USA

16
Lampiran
Ambulator
No:……………..
Nama Pemilik : Lia Maringka
Nama Hewan : Poppie / Betina / 6-7 tahun
Alamat : Puncak Dieng II-3/12A Malang
No. HP : -

Tanggal Anamnesa dan Gejala Klinis Terapi


Suhu : 37,3 0C - Selamectin 0,15ml
HR : 140x/menit - Kontrol 2 minggu lagi
RR : 32x/menit
CRT : <2 detik R/ Ranitidin 2mg/KgBB
Turgor : <2 detik
0,4ml im
SL : pink
R/ Sangobion cap No. V
m.f.l.a pulv da in cap No
15-12-2019 - 4 hari tidak mau makan X
- Muntah cairan s1dd cap I p.c
- Sempat kutuan
- (-) vaksin

Pemeriksaan Penunjang
- X-ray
- Hematologi
- Kimia darah

17

Anda mungkin juga menyukai