Anda di halaman 1dari 44

TUGAS MAKALAH

RADIOLOGI VETERINER
“Teknik Radiologi pada Ekstremitas Cranial Anjing”

Kelompok D3 :
1. Muhammad Rafi Fareza 061711133174
2. Lizziya Fijriani Putri 061711133210
3. Lusia Maria Saputri Weni 061711133219
4. Vinca Firdausi Rosea 061711133241
5. Mochammad Hendra Ramadhani 061711133242
6. Myrza Azarine 061711133243
7. Arifia Kusuma Wardhani 061711133244
8. Aldhia Safiranisa 061711133245
9. Nia Masitah 061711133246
10. Ferian Firnanda 061711133247
11. Dicky Ardiansyah 061711133248
12. Panjaitan, Ribka Kartika Natalia 061711133249
13. Neisry Arysta 061711133250
14. Arifa Hasna 061711133251
15. Kurnia Arza Dwi Ningtyas 061711133252

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.......................................................................................................................... 1

Daftar Isi....................................................................................................................................... 2

Kata Pengantar............................................................................................................................. 3

Bab I Pendahuluan....................................................................................................................... 4

Latar Belakang................................................................................................................. 4

Rumusan Masalah............................................................................................................ 5

Tujuan Penulisan............................................................................................................. 5

Bab II Pembahasan...................................................................................................................... 6

Pengertian Radiologi....................................................................................................... 6

Teknik Radiologi............................................................................................................. 7

Interpretasi Radiologi...................................................................................................... 13

Kasus............................................................................................................................... 36

Bab III Penutup........................................................................................................................... 42

Kesimpulan..................................................................................................................... 42

Daftar Pustaka.................................................................................................................. 44

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat
fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Radiologi Veteriner dengan judul “Teknik Radiologi pada
Ekstremitas Cranial Anjing”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait telah membantu dalam
penulisan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surabaya, 17 Februari 2020

Penulis

3
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan radiologi adalah cara-cara pemeriksaan yang menghasilkan gambar


bagian dalam tubuh manusia untuk tujuan diagnostik yang dinamakan pencitraan diagnostik.
Ilmu kedokteran yang digunakan untuk melihat bagian tubuh manusia menggunakan
pancaran atau radiasi gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik disebut
dengan radiologi (Patel, 2005:2). Modalitas pencitraan (modality) merupakan istilah alat-alat
yang digunakan pada bidang radiologi untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit.
Pemeriksaan menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik atau gelombang mekanik ini
memungkinan suatu penyakit terdeteksi pada tahap awal sehingga akan meningkatkan
keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Jenis pemeriksaan ini dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu
fisika, kimia, dan biologi serta teknologi elektronika, dan komputer.
Dalam pembangunan suatu fasilitas kesehatan, peralatan pencitraan diagnostik
merupakan investasi terbesar dari seluruh anggaran yang diperlukan (Kartawiguna &
Georgiana, 2011:1). Tugas pokok radiologi adalah menghasilkan gambar dan laporan
temuan pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-sama dengan teknik dan
temuan diagnostik lainnya akan menjadi dasar tindakan perawatan pasien. Meskipun
radiologi merupakan komponen utama dari diagnosis, namun radiologi tidak terbatas hanya
untuk keperluan pencitraan diagnostik. Radiologi juga berperan dalam terapi intervensi
seperti biopsi, dan pengobatan lainnya, seperti aplikasi pembuluh darah termasuk
recanalization (menghilangkan penyumbatan) atau lysis (pengurangan simptom suatu
penyakit akut secara bertahap (gradually) (Kartawiguna & Georgiana, 2011:3).
Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa
ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas
radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion
(gelombang mekanik). Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah
mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodenya.

4
B. RUMUSAN MASALAH

- Apa pengertian radiologi?


- Apa saja teknik – teknik yang digunakan pada radiologi ekstremitas cranialis anjing?
- Bagaimana interpretasi hasil pembacaan pada ekstremitas cranialis anjing?
- Apa saja kasus – kasus yang sering terjadi pada ekstremitas cranialis anjing?

C. TUJUAN PENULISAN

- Mengetahui pengertian radiologi.


- Mengetahui teknik yang digunakan pada radiologi ekstremitas cranialis anjing.
- Mengetahui interpretasi hasil pembacaan pada ekstremitas cranialis anjing.
- Mengetahui kasus – kasus yang sering terjadi pada ekstremitas cranialis anjing.

5
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RADIOLOGI

Radiologi adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan penggunaan zat


radioaktif dalam diagnosis dan pengobatan penyakit. Secara sederhana, radiologi adalah
pemeriksaan untuk mendiagnosis penyakit dengan menggunakan alat pencitraan medis
seperti MRI, CT-scan, Sinar-X, dan USG (Lu, Li, & Gisler, 2011:299). Pemeriksaan
radiologi sebagian besar memanfaatkan radiasi pengion untuk diagnosis medis, seperti
penggunaan radiasi sinar-X untuk pencitraan medis dengan teknik radiografi, fluoroskopi,
angiografi, atau pemindai tomografi komputer (CT Scan). Pemeriksaan radiografi
menghasilkan gambar diam 2 dimensi, sedangkan pemeriksaan fluoroskopi menghasilkan
gambar bergerak 3 dimensi dari bagian dalam tubuh (Prins, Keptein, Stoel, Reiber, &
Valstar, 2010:694). Pemeriksaan angiografi serupa dengan fluoroskopi hanya saja
pemeriksaan angiografi lebih difokuskan pada pembuluh darah yang dilakukan
menggunakan zat kontras. Pemeriksaan radiologi dilakukan pada Unit/Departemen radiologi
di Rumah Sakit atau klinik yang merupakan salah satu unit utama yang berperan dalam
proses diagnosis. Hal ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa hampir semua pasien yang
dirawat di rumah sakit akan melakukan pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan radiologi adalah cara-cara pemeriksaan yang menghasilkan gambar
bagian dalam tubuh manusia untuk tujuan diagnostik yang dinamakan pencitraan diagnostik.
Menurut Patel (2005:2), radiologi merupakan ilmu kedokteran yang digunakan untuk
melihat bagian tubuh manusia yang menggunakan pancaran atau radiasi gelombang
elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Modalitas pencitraan (modality) merupakan
istilah dari alat-alat yang digunakan dalam bidang radiologi untuk melakukan diagnosa
terhadap penyakit. Pemeriksaan radiologi memungkinan suatu penyakit terdeteksi pada
tahap awal sehingga akan meningkatkan keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Jenis
pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan peralatan pencitraan diagnostik yang
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh kemajuan ilmu fisika, kimia, dan biologi serta
teknologi elektronika, dan komputer. Dalam pembangunan suatu fasilitas kesehatan,

6
peralatan pencitraan diagnostik merupakan investasi terbesar dari seluruh anggaran yang
diperlukan (Kartawiguna & Georgiana, 2014:1).
Tugas pokok radiologi adalah untuk menghasilkan gambar dan laporan temuan
pemeriksaan untuk keperluan diagnosis, yang bersama-sama dengan teknik dan temuan
diagnostik lainnya akan menjadi dasar tindakan perawatan pasien. Meskipun radiologi
merupakan komponen utama dari diagnosis, namun radiologi tidak terbatas hanya untuk
keperluan pencitraan diagnostik. Radiologi juga berperan dalam terapi intervensi seperti
biopsi, dan pengobatan lainnya, seperti aplikasi pembuluh darah termasuk recanalization
(menghilangkan penyumbatan) atau lysis (pengurangan simptom suatu penyakit akut secara
bertahap (gradually) (Kartawiguna & Georgiana, 2014:3).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana
Pelayanan Kesehatan menyatakan bahwa, pelayanan radiologi sebagai bagian yang
terintegrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat
Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan
yang berkualitas. Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik
khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, mulai dari sarana
pelayanan kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik–klinik swasta, maupun sarana
pelayanan kesehatan yang berskala besar seperti rumah sakit kelas A. Dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan
berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu
pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion (gelombang mekanik).
Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang
cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodenya.

B. TEKNIK RADIOLOGI

1. Persiapan pasien

Teknisi veteriner harus memastikan bahwa semua hewan yang di-radiografi memiliki
mantel rambut yang bersih dan kering. Rambut basah dan puing-puing dapat menyebabkan

7
artefak membingungkan pada radiografi. Jika memungkinkan, lepaskan semua kerah dan
kalung, obat topikal, perban, dan belat. Hewan yang menjalani studi radiografi harus
restraint dengan benar.

Idealnya, restraint kimiawi dengan obat penenang atau anestesi akan digunakan
sehingga pemilik hewan tidak harus tetap berada di ruangan. Ini juga akan meminimalkan
kemungkinan artefak gerak pada radiograf dan serta meminimalkan kecemasan hewan. Di
ruang radiologi, undang-undang melarang restraint secara manual. Ketika restraint secara
manual diperlukan, itu harus disertai dengan penggunaan alat bantu posisi dan penggunaan
pelindung timbal yang tepat untuk meminimalkan paparan teknisi terhadap radiasi.
Kenyamanan pasien juga harus diperhatikan. Perencanaan dan persiapan yang cermat akan
mengurangi total waktu pasien harus tetap dalam posisi di meja x-ray. Identifikasi semua
tampilan radiografi yang diperlukan, dan persiapkan semua persediaan dan peralatan
sebelum menempatkan hewan ke meja x-ray.

2. Terminologi Terarah

Pengetahuan dasar tentang tdiperlukan untuk penentuan posisi pasien yang tepat dan
untuk digunakan ketika menggambarkan proyeksi radiografi. Proyeksi radiografi dijelaskan
dengan menggunakan istilah arah yang menggambarkan penetrasi oleh sinar pusat dari sinar
x-ray primer melalui area anatomi yang menarik dari titik masuk ke titik keluar. Pada hewan
kecil, diasumsikan bahwa berkas sinar-X primer dihasilkan dari lokasi di atas hewan kecuali
diindikasikan sebaliknya.

Terminologi Directional yang Umum Digunakan:

- Dorsoventral (DV): radiografi yang dihasilkan ketika sinar x primer memasuki permukaan
dorsal dan keluar dari permukaan ventral pasien (Gambar 1-1a).

- Ventrodorsal (VD): radiografi yang dihasilkan ketika sinar x-ray primer memasuki ventral.

- Medial (L): arah menuju garis tengah binatang (proyeksi miring) (Gambar 1-2). Sebagai
contoh, dorsomedial mengacu pada arah sinar x-ray dari permukaan dorsal menuju garis
tengah. Radiografi tungkai yang diambil dengan sinar-x primer yang memasuki permukaan

8
medial tungkai dan keluar lateral bisa disebut mediolateral, meskipun ini biasanya disingkat
menjadi hanya L.

- Lateral: sinar x-ray primer masuk dari samping, jauh dari bidang medial atau garis tengah
tubuh pasien.

- Proximal (Pr): arah yang relatif menunjukkan struktur yang terletak lebih dekat ke titik
perlekatan atau asal dari struktur lain atau lebih dekat ke garis tengah hewan (Gambar 1-3).

- Distal (Di): arah menunjukkan struktur yang terletak lebih jauh dari titik perlekatan atau
asal struktur lain atau jauh dari garis tengah hewan (Gambar 1-3).

- Rostral: arah menunjukkan struktur yang terletak lebih dekat ke nares dari titik mana pun
di kepala (Gambar 1-3).

- Cranial (Cr): arah menunjukkan struktur yang terletak lebih dekat ke kepala hewan dari
bagian mana pun dari tubuh (Gambar 1-3).

- Caudal (Cd): arah menunjukkan struktur yang terletak lebih dekat ke ekor hewan dari
bagian tubuh mana pun (Gambar 1-3).

- Plantar: permukaan caudal (posterior) distal belakang ke tarsus; istilah yang tepat untuk
permukaan proksimal ke tarsus adalah caudal (Gambar 1-3).

- Palmar: permukaan caudal (posterior) dari forelimb distal ke carpus; istilah yang benar
untuk permukaan proksimal ke carpus adalah caudal (Gambar 1-3).

- Craniocaudal (CrCd): proyeksi radiografi yang diperoleh dengan melewatkan sinar xray
primer dari permukaan kranial ke permukaan kaudal suatu struktur. Paling sering digunakan
untuk radiografi yang melibatkan ekstremitas proksimal ke karpus atau tarsus. Literatur
veteriner yang lebih tua dapat merujuk pada proyeksi radiografi ini sebagai anterior-
posterior (AP).

- Caudocranial (CdCr): proyeksi radiografi yang diperoleh dengan melewatkan sinar xray
primer dari permukaan kaudal ke permukaan kranial suatu struktur. Paling sering digunakan
untuk radiografi yang melibatkan ekstremitas proksimal ke karpus atau tarsus. Literatur

9
veteriner yang lebih tua dapat merujuk pada proyeksi radiografi ini sebagai posterior-
anterior (PA).

- Dorsopalmar (Dpa): pandangan radiografi distal ke carpus yang diperoleh dengan


melewatkan sinar x-ray primer dari arah dorsal ke permukaan palmar forelimb. Literatur
veteriner yang lebih tua dapat merujuk pada proyeksi radiografi ini sebagai anterior-
posterior (AP).

- Palmar dorsal (PaD): Istilah ini digunakan untuk menggambarkan pandangan radiografi
distal ke karpus yang diperoleh dengan melewatkan sinar x-ray primer dari permukaan
palmar forelimb menuju permukaan dorsal tubuh. Literatur veteriner yang lebih tua dapat
merujuk pada proyeksi radiografi ini sebagai posterior-anterior (PA).

- Dorsoplantar (Dpl): pandangan radiografi distal ke tarsus yang diperoleh dengan


melewatkan sinar x-ray primer dari arah dorsal ke permukaan plantar dari hindlimb.
Literatur veteriner yang lebih tua dapat merujuk pada proyeksi radiografi ini sebagai
anterior-posterior (AP).

10
- Plantardorsal (PlD): radiografi distal ke tarsus yang diperoleh dengan melewatkan sinar x-
ray primer dari permukaan plantar forelimb menuju permukaan dorsal tubuh. Lebih tua

3. Prosedur Posisi Radiologi

Aturan khusus untuk penentuan posisi hewan untuk evaluasi radiografi bervariasi
tergantung pada bidang anatomi yang diminati dan spesies. Untuk hampir semua studi
radiografi, dua pandangan diperlukan, diambil pada sudut yang tepat satu sama lain. Pasien
biasanya diposisikan dengan bidang yang dekat dengan kaset x-ray. Ini mengurangi
perbesaran dan meningkatkan detail. Dalam beberapa kasus, perbesaran diinginkan, dan
paparan radiografi akan dibuat dengan bidang yang menarik diangkat dari kaset x-ray
sehingga lebih dekat ke tabung x-ray. Ini biasanya dilakukan ketika memperoleh radiografi
hewan eksotis. Kecuali untuk pandangan miring dan beberapa radiografi gigi, area yang
menarik harus tetap tegak lurus terhadap tabung sinar-x untuk meminimalkan distorsi area
yang diinginkan pada radiografi yang dihasilkan. Pasien harus diletakkan di meja x-ray
sehingga bagian paling tebal dari area yang diinginkan ditempatkan menuju ujung katoda
tabung x-ray. Ini mengambil keuntungan dari efek tumit, yang merujuk pada intensitas sinar-
x yang lebih besar yang berasal dari ujung katoda.

4. Pemusatan dan Kolaborasi

Struktur anatomi spesifik yang harus dimasukkan pada radiograf didasarkan pada tanda
permukaan. Ini adalah area yang diperbaiki pada tubuh pasien yang dapat dilihat atau diraba.
Misalnya, tulang rusuk terakhir, sudut rahang bawah, dan skapula adalah tengara yang dapat
diraba.

Hewan harus selalu diposisikan sehingga bidang anatomi yang menarik untuk studi
radiografi adalah di pusat film x-ray.

Radiografi harus mencakup area yang cukup luas untuk memungkinkan identifikasi
struktur. Sebagai contoh, radiografi tulang panjang harus mencakup sendi proksimal dan
distal ke tulang, sedangkan radiografi sendi harus mencakup 1/3 tulang proksimal dan distal
ke sendi. Ukuran kaset yang dipilih harus sedikit lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengakomodasi tampilan yang dibutuhkan. Kolimator kemudian digunakan untuk

11
membatasi ukuran balok (Gambar 1-8). Ini menghasilkan pengurangan radiasi hamburan,
dengan demikian mengurangi pajanan handler ke balok utama serta meningkatkan kualitas
keseluruhan gambar. Film yang dikolimasi dengan benar akan memiliki area yang jelas dan
tidak terpapar pada keempat sisi radiograf yang sudah jadi. Ketika sinar-x dipusatkan dengan
benar dan kaset ukuran yang benar digunakan, biasanya hanya perlu memverifikasi satu
tengara permukaan pada aspek Cr / Cd pasien dan satu pada aspek D / V. Dalam beberapa
kasus, diinginkan untuk menggunakan kaset x-ray dua kali lebih besar dari yang dibutuhkan
dan memaparkan satu pandangan pada setiap sisi film. Ini biasanya disebut sebagai
"membelah piring." Hal ini dilakukan dengan menggunakan pelindung timah di setengah
dari kaset x-ray untuk mencegah terpaparnya film saat mengambil tampilan pertama
(Gambar 1-9). Pelindung utama kemudian dipindahkan ke bagian lain dari kaset, dan
pandangan kedua terbuka pada bagian lain dari film. Adalah penting bahwa pasien
berorientasi pada arah yang sama setiap kali sehingga radiograf yang telah selesai memiliki
dua pandangan yang menghadap ke arah yang sama

5. Pengukuran

Caliper digunakan untuk mengukur pasien sehingga pengaturan yang benar dapat
dipilih pada mesin x-ray (Gambar 1-10). Pengukuran diperoleh dari bagian tubuh yang
paling tebal di area yang akan di-radiografi. Jika ada perbedaan ukuran yang signifikan
antara tengara permukaan kranial dan kaudal, mungkin perlu menggunakan dua kaset untuk
mendapatkan pandangan yang dibutuhkan. Dalam hal itu, radiografi yang terpisah diambil
dari bagian tengkorak dan ekor dari bidang yang diminati.

6. Pelabelan

Ada beberapa metode yang dapat diterima untuk pelabelan radiografi. Informasi
pasien dapat ditulis pada pita timah yang ditempatkan pada film sebelum pemaparan atau
dapat dicetak pada film di kamar gelap. Ketika pemberi cap digunaka), kaset x-ray harus
mengandung pemblokir timah untuk melindungi sebagian film dari paparan. Kartu cetak
digunakan yang disiapkan dengan informasi pasien. Pemberi cap digunakan di kamar gelap
untuk memancarkan cahaya putih melalui area kaset yang sebelumnya tidak terpapar untuk
mentransfer informasi dari kartu yang dicetak ke film x-ray. Pita timah digunakan dengan
filter kerapatan yang cocok dengan pengaturan paparan untuk studi radiografi tersebut.

12
Secara umum, studi radiografi yang memanfaatkan kisi-kisi dengan kaset di bawah meja
memerlukan filter kepadatan hijau, sedangkan paparan yang dibuat dengan kaset di atas
meja menggunakan filter kepadatan putih. Sistem digital biasanya menggunakan perangkat
lunak komputer untuk menanamkan informasi pasien pada radiograf yang sudah selesai.
Informasi minimal yang diperlukan mencakup tanggal radiograf dipaparkan, nama dokter
hewan atau klinik, dan pasien serta nama klien. Selain informasi pasien, label identifikasi
juga dapat menentukan arah masuk dan keluar dari balok primer. Proyeksi radiografi
anggota badan juga dapat ditetapkan sebagai forelimb atau hindlimb pada label film. Label
identifikasi harus ditempatkan sehingga tidak tumpang tindih dengan bidang anatomi yang
diminati. Penanda arah juga harus disertakan pada semua radiografi. Marker ini ditambahkan
sebelum membuat eksposur. Penanda arah dapat terdiri dari potongan pelindung timbal
hingga bentuk R atau L, atau dapat diperoleh secara komersial. Jenis umum penanda arah
terdiri dari logam dengan potongan R atau L. Marker digunakan untuk menunjuk posisi
pasien di sisi kanan atau kiri serta anggota tubuh yang di-radiografi. Penanda pada proyeksi
craniocaudal atau caudocranial ditempatkan pada aspek lateral tungkai. Untuk proyeksi
lateral tungkai, penanda kiri atau kanan ditempatkan pada aspek kranial. Untuk proyeksi
dorsoventral atau ventrodorsal, marker digunakan untuk menunjukkan sisi kanan atau kiri
pasien. Berbagai jenis penanda tersedia yang dapat digunakan untuk menunjuk informasi
terperinci tentang posisi pasien. Beberapa studi kontras radiografi memerlukan paparan
radiografi berurutan. Film-film ini juga harus ditandai dengan penanda waktu.

C. INTERPRETASI RADIOLOGI

Interpretasi radiografi adalah evaluasi dari hasil radiografi yang dibuat dari awal
sampai akhirnya menjadi gambaran radiografi. Secara filosofi interpretasi pertama kalinya
merupakan pemeriksaan dan interpretasikan film tanpa mempertimbangkan riwayat hewan
atau hasil pengujian lainnya kemudian menjadi suatu pengkajian film dari penemuan kasus
dengan cahaya untuk membuat interpretasi klinis akhir.
Proyeksi radiografi anggota badan dari Ekstremitas Cranial sering dilakukan untuk
mendeteksi patah tulang. Mengatur posisi yang hati-hati diperlukan untuk menjaga anggota
badan dalam pesawat paralel terhadap kaset x-ray untuk menghindari perbesaran dan distorsi
gambar.

13
Kaset X-ray biasanya ditempatkan di atas meja daripada di bawah meja karena
pengukuran yang relatif kecil dari anggota badan anjing dan kucing. Pembatasan berkas
radiasi termasuk sendi di atas dan di bawah tulang untuk gambar tulang panjang. Proyeksi
radiografi sendi umumnya meliputi sekitar sepertiga tulang proksimal dan distal sendi.
Balok dibatasi hanya lebar yang dibutuhkan untuk mencakup semua struktur yang
diperlukan. Hal ini akan mengurangi radiasi tersebar dan menghasilkan gambar berkualitas
tinggi.
Pemeriksaan radiografi thoraks secara rutin menggunakan tampilan secara lateral dan
caudocranial (CdCr) meliputi gambar dari scapula, humerus, bahu, sendi siku, radius, dan
ulna. Dorsopalmar dan lateral biasanya diambil dari tulang pergelangan tangan, metacarpus,
dan falang. Oblique views sering dibutuhkan untuk tulang pergelangan tangan, dan Flexed
views biasanya digunakan untuk melihat siku dan tulang pergelangan tangan.

1. Os Humerus

Pada gambaran normal radiografi para ahli teknik dokter hewan harus mengetahui
posisi gambaran radiografi yang diambil beserta penamaannya. Menurut Owens dan Biery
(1992)ahli teknik dokter hewan dan dokter hewanperlu berpartisipasi pada proses pembuatan
keputusan mengenai ketepatan proyeksi radiografi untuk menghasilkan kualitasgambar
diagnosayang baik.

14
Menurut Thrall dan Widmer (2002) penamaan posisi didalam radiografi secara
langsung berdasarkan pada letak titik pusat penetrasi sinar-x terhadap tubuh, dari masuknya
sinar-x sampai keluarnya sinar-x dari tubuh, penamaan penggambaran tampilan radiografi
mengikuti terminology pada Nomina Anatomica Veterinariayang dapat dilihat pada Gambar
11.Pada umumnya, standar pandang radiografi yang biasa dilakukan yaitu posisi Cranio-
caudal, Latero-medial atau yang biasa disebut juga dengan Lateral recumbency, Ventro-
dorsal, Dorso-ventral, dan Oblique

Pengambilan Gambar Radiografi Tulang Humerus


Sebelum dilakukan pengambilan gambar radiografi kaset diisi dengan film kosong
yang diambil di ruang khusus penyimpanan film Rontgen, Setelah kaset terisi film Rontgen,
letakkan kaset tersebut di meja Rontgen. Mesin X-ray yang digunakan untuk Rontgen
dihubungkan kabelnya dengan sumber arus. Setelah terhubung hidupkan alat dengan
menekan tombol power “ON/OFF”. Tunggu beberapa menit untuk pemanasan mesin setelah
pemanasan mesin atur kVp dengan mengukur tebal jaringan kaki belakang anjing (4cm)
dengan rumus (2x4) + 40 tanpa mengunakan grid faktor didapatkan 48 kVp dan diatur MaS
untuk ekstremitas sebesar 2,5 MaS. Sebelum dilakukan pengambilan gambar radiografi
anjing di anestesi terlebih dahulu dengan pemberian kombinasi ketamine–xilazine secara
intra musculus untuk mempermudah pengambilan gambar radiografi tulang humerus.
Setelah hewan teranastesi letakkan anjing di atas kaset Rontgen dengan posisi dorsal
recumbency dan lakukan pengambilan gambar radiografi pada tulang humerus anjing secara
lateral medial. Setelah alat dipakai atur kVp dan MaS pada posisi terendah dan matikan alat
dengan menekan tombol “ON/OFF” bila telah selesai digunakan. Setelah itu lepaskan kabel
power dari sumber arus listrik.

Proses Pencucian Film Radiografi


Film yang sebelumnya sudah melalui proses photo Rontgen dengan menggunakan X-
ray, kemudian diproses pada ruang gelap. Setalah itu keluarkan film dari kaset Rontgen dan
pasang film pada hanger. Selanjutnya masukkan hanger yang berisi film ke dalam cairan
developer selama 3 menit dengan suhu 20°C. Setelah itu lakukan pencucian awal dengan
menggunakan air untuk menyingkirkan larutan developer agar tidak terbawa ke larutan
fiksasi. Pencucian dilakukan kurang lebih selama 16 – 20 detik. Selanjutnya masukkan

15
hanger yang berisi film ke larutar fixer. Fixing ini untuk menetapkan dan membuat gambar
menjadi permanen dengan cara menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X.
Waktu yang dibutuhkan pada tahap ini yaitu dua kali waktu dari developing. Langkah
selanjutnya yaitu pencucian film dengan air mengalir untuk menghilangkan perak kompleks
yang terbentuk pada saat melakukan tahap fixing. Setelah tahap pencucian selanjutnya
dilakukan tahap pengeringan film. Setelah kering lepaskan hanger dari film dan film siap
untuk dilihat hasilnya.

Pembacaan

Posisi:
• Telentang punggung.
• Kaki depan direnangkan ke depan satu per satu.
• Jika perlu, rekatkan kedua kaki di siku untuk meluruskan dan meluruskan humerus.
-Pemusatan ada pada Poros tengah humerus
-Tempatkan lateral ke anggota tubuh yang terkena.
Teknik:
• Ukur dari meja ke humerus bagian tengan .

• Pasien dengan penyakit sendi degeneratif parah mungkin tidak dapat mentolerir posisi
seperti ini.
• Alternatifnya adalah menarik humerus ke bawah, dan gambar tengkorak ke ekor
(Gambar 5-14, 5-17, dan 5-18).

16
2. Proyeksi dari bagian lateral Humerus
Posisi:
• Pasien dalam posisi berbaring lateral dengan tungkai yang terkena.
• Ekstremitas yang terkena memanjang ke bawah dan ke depan.
• Tengkorak dan leher digerakkan ke belakang dan distabilkan dengan karung pasir jika
perlu.
• Ekstremitas atas yang tidak terpengaruh memanjang ke atas secara kaudal untuk menarik
bahu dari ekstremitas yang terkena.
 Pemusatan poros tengah humerus.
• kaset di tempatkan secara kranial.

17
• Anjing yang lebih besar mungkin membutuhkan dua pandangan karena perbedaan
ketebalan antara siku dan bahu. Pengambilan dapat dipisahkan pengukuran untuk masing-
masing dari dua tampilan di area paling tebal.

2. Sendi Bahu, Sendi Siku, dan Radius - Ulna


Bagaimana posisi yang benar dalam pengambilan x-ray sangatlah penting, karena dapat
mempengaruhi hasil dari pemeriksaan. Setiap tulang pada extremitas cranial dilakukan
dengan posisi anjing yang berbeda-beda. Umumnya, untuk pemeriksaan radiologi pada
bagian extremitas cranial dilakukan pada posisi caudocranial ataupun lateral. Namun
sebelum dilakukan pemeriksaan, anjing sebaiknya diberi efek sedasi atau dianestesikan
terlebih dahulu agar memudahkan proses pengambilan x-ray.

a. Sendi Bahu

18
 Caudocranial:
Posisikan hewan dengan keadaan telentang dan kaki depan direntangkan ke depan,
kepala dan diarahkan ke sisi yang berlawanan atau menjauhi scapula. Untuk
pengambilan gambar sertakan sepertiga distal os scapula dan sepertiga proksimal
dari os humerus. CR diarahkan ke sendi bahu.

 Lateral:

19
Baringkan hewan kearah lateral dan posisi ekstensi. Kaki depan yang diperiksa
diletakkan pada kaset film, lalu kaki yang lainnya dijauhkan. Kepala diarahkan kebelakang
untuk menghindari trakea diatasnya, disini dapat menggunakan alat bantu berupa sandbags
untuk menjaga posisi kepala tetap diatas. Untuk pengambilan gambar sertakan sepertiga
distal os scapula dan sepertiga proksimal os humerus. CR diarahkan ke sendi bahu.

b. Sendi Siku

 Caudocranial:
Pasien dalam keadan telungkup dengan kedua kaki depan direntangkan ke depan.
Kepala ekstensi kearah yang berlawanan dari kaki yang akan diperiksa. Untuk pengambilan
gambar sertakan dari sepertiga distal os humerus ke sepertiga proksimal os radius-ulna.

20
Disini kasetfilm bisa diletakkan ditengah hingga mengenai kedua kaki depan, agar dapat
membandingkan bagian yang normal dan abnormal. CR diarahkan ke condylus humerus.

 Lateral:
Pasien dalam posisi berbaring lateral dengan kaki yang akan diperiksa berada
dibagian bawah, lalu ekstensi secara cranial. Mungkin perlu menempatkan spons dibawah
pundak dorsal untuk membantu pasien tetap berada diposisi lateral. Tarik anggota yang tidak
berpengaruh secaracaudodorsal. Untuk pengambilan gambar sertakan depertiga distal os
humerus ke sepertiga cranial os radius-ulna. CR diarahkan ke erpycondylus.

21
c. Radius-Ulna

 Caudocranial:
Pasien dalam keadaan telungkup dengan kaki depan direntangkan kedepan. Kepala
diarahkan kesamping dan kesisi yang berlawanan dari kaki yang akan diperiksa. Untuk
pengambilan gambar sertakan dari proksimal sendi siku dan distal dari sendi carpal. CR
diarahkan tepat di poros tengah radius dan ulna.

22
 Lateral:
Pasien dalam posisi telungkup lateral dengan kaki yang akan diperiksa
beradadibagian bawah. Anggota badan yang tidak terpengaruh diperpanjang secara
caudodorsal.

23
3. Os Scapula
 Caudo Cranial (CdCr)
Hewan ditidurkan dengan posisi berbaring terlentang lalu kaki bagian depan ditarik
ke arah anterior dengan kepala sejajar dengan tulang belakang, serta kaki bagian
belakang ditarik ke arah posterior sehingga posisi hewan stabil. Batas berkas yang
terlihat meliputi lateral tubuh, sendi bahu dan batas caudal scapula.

 Lateral
Hewan ditidurkan pada satu sisi dengan posisi lateral scapula yang ingin diperiksa
berada di atas. Kaki yang tidak ingin diperiksa ditarik ke arah depan. Bagian tubuh
yang ingin diperiksa didorong ke arah dorsal dan dapat distabilkan menggunakan
kantung pasir. Batas berkas yang terlihat meliputi proksimal sendi bahu hingga tepi
caudal scapula.

24
4. Os Humerus

Kualitas suatu citra medis biasanya ditentukan dalam tiga konsep dasar yaitu kontras,
resolusi dan gangguan (noise). Kualitas citra bergantung pada peralatan pencitraan (sumber
sinar-X, prosesor dan detektor citra), keahlian operator dan waktu pencitraan. Dalam
radiografi diagnostik medis digunakan rentang tegangan antara 40-150 kVP untuk
pencitraan bagianbagian yang lunak. Nilai–nilai kVp yang lebih tinggi diperlukan untuk
bagian – bagian yang tebal atau padat (Simon, 1986). Kontras yang lebih baik diperoleh
pada tegangan rendah, karena perbedaan koefisien atenuasi yang lebih besar antara obyek
dan mempunyai hamburan yang rendah. Menurut (Cari, 2001). Hasil foto Rontgen tulang

25
humerus pada anjing lokal (Canis lupus familiaris) sebelum dan sesudah di
ovariohisterektomi dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Hasil pengambilan gambar radiografi pada tulang humerus

Keterangan: A,B,C= Anjing 1,2,3; M0= Sebelum dilakukan ovariohisterektomi; M1=


minggu 1, M2= minggu 2, M3= Minggu 3 dan M4= Minggu 4 setelah dilakukan
ovariohiterektomi
Tulang (bone) mempunyai kadar kalsium tinggi
dan densitas tinggi sehingga dapat menyerap
banyak radiasi sinar-X. Akibatnya sedikit sekali
radiasi sinar-X yang mencapai film, maka film
menjadi terang. Jaringan otot (soft tissue)
mempunyai kadar kalsium rendah dan densitas rendah sehingga akan menyerap radiasi
sinar-X lebih sedikit dibandingkan tulang. Akibatnya banyak radiasi sinar-X yang mencapai
film dan film menjadi gelap. Perbedaan dosis absorbsi radiasi sinar-X yang melewati
struktur tubuh akan mempengaruhi kualitas kontras pada citra yang dihasilkan yang secara
umum akan mempengaruhi kualitas radiografi (Simon, 1986).

Film radiografi memiliki karakteristik fisik dan karakteristik fotografik. Karakteristik


fotografik film radiografi (Visual Characteristic Image Of Radiography) dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu, kontras, densitas, dan detail atau ketajaman. Densitas sebagai salah
satu faktor yang mempengaruhi kualitas foto radiografi yang perlu diperhatikan
keberadaanya. Nilai densitas suatu foto radiografi dapat diukur dengan menggunakan
densitometer. Densitas foto radiografi yang optimal nilainya 0,3–2, dibawah 0,3 gambar
terlalu terang dan diatas 2 gambar dinilai terlalu gelap (Suhardjo dkk., 1995).

Hasil Pengukuran Densitas Tulang Humerus

Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan aplikasi SPSS didapatkan hasil


pengukuran densitas tulang humerus pada anjing lokal sebelum dan sesudah di
ovariohisterektomi seperti pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Rata-rata densitas tulang humerus anjing lokal (Canis lupus familiaris) yang
dilakukan pengukuran dengan Software Image J

26
Perlakuan Rata rata

M0 157.3661667 ± 23.3043699a
M1 156.8621982 ± 12.07528008a
M2 144.6901974 ±10.76999831b

M3 153.8854886 ± 15.93987235a
M4 156.1769175 ± 19.84084989a
a,b Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata
(P<0.05).
Keterangan : M0= Sebelum dilakukan ovariohisterektomi; M1= minggu1 II, M2=minggu 2,
M3= Minggu 3 dan M4= Minggu 4 setelah dilakukan ovariohiterektomi
Hasil penelitian berdasarkan tabel 1 dari keterangan dapat di ketahui bahwa densitas tulang
humerus sebelum di ovariohisterektomi menunjukkan rata rata sebesar 157.3661667 ±
23.3043699, hasil tidak berbeda nyata dengan hasil densitas radiografi pada minggu ke 1, 3
dan 4 masing-masing 156.8621982 ± 12.07528008, 153.8854 886 ± 15.93987235 dan
156.1769175 ± 19.84084989. Pebedaan yang nyata terlihat pada minggu ke 2 yaitu
144.6901974 ± 10.76999831. Naik turunnya densitas tulang secara radiografi bisa
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu proses kimiawi film X-ray, alat X-ray
yang digunakan, opasitas, densitas, dan kontras radiografi (Thrall, 2013).

Radiografi merupakan gambar yang terbentuk dari kombinasi area


berwarna hitam, area putih dan area abu-abu dengan derajat yang beragam. Struktur yang
tidak dapat dilihat dengan mata berkaitan dengan perawatan membutuhkan suatu media
yaitu pembuatan foto radiografi (Margono, 1998). Kualitas gambar radiogarfi yang baik
adalah gambar yang mampu memberikan informasi yang jelas mengenai objek atau
organ yang diperiksa. Kualitas gambar radiografi dipengaruhi oleh kontras, densitas dan
detail atau ketajaman (Bushong, 2001). Penyerapan sinar-X oleh jaringan bergantung pada
kualitas berkas sinar-X, karakter atom penyusun jaringan, densitas jaringan, dan ketebalan
struktur yang di tembus. Jumlah kalsium dalam tulang mempengaruhi penyerapan sinar-X
pada tulang. Penurunan volume tulang yang termineralisasi berakibat pada penurunan
kalsium tulang dan menurunkan penyerapan sinar-X, sehingga pengeroposan tulang yang
mengakibatkan perubahan struktur tulang tersebut dapat diamati pada citra radiograf. Citra

27
tulang pada radiograf dapat merefleksikan kepadatan tulang, histologi, dan morfologi
bagian skeletal yang diperiksa. Prinsip deteksi osteoporosis pada radiograf adalah
peningkatan radiolusensi, perubahan mikrostruktur tulang yang meliputi pembentukan
lubang (porositas) trabekula, dan penipisan korteks yang pada akhirnya berakibat pada
perubahan morfologi tulang, yaitu perubahan bentuk dan fraktur (Ayoub, 2008).

Penurunan radiografi densitas tulang pada minggu ke 2 setelah ovarioristerektomi


disebabkan oleh faktor film dan alat rontgent yang digunakan masih manual sehingga
perubahan densitasnya kurang akurat. Penurunan densitas tulang memerlukan waktu yang
lama sehingga tidak bisa diamati dalam waktu yang cepat. Menurut (Hartiningsih dan
Anggraeni, 2016), tikus yang diovariektomi dan diamati pada minggu ke 9 setelah operasi
mempunyai konsentrasi estradiol yang rendah dibandingkan tikus yang tidak dilakukan
ovariektomi. Pada pemeriksaan histopatologi epifisis tulang femur distalis menunjukkan
terjadinya gambaran osteoporosis yang ditandai dengan dominasi jaringan adiposit dalam
rongga sumsum tulang dan sedikitnya spikulum. Pada penelitian (Cigiela dkk., 2012)
melaporkan bahwa ovariektomi menurunkan spikulum trabekula dan rongga sumsum tulang
menjadi luas. Menurut (Shiraisha dkk., 2000) bahwa pembentukan tulang oleh sel osteoblas
ditandai dengan banyak dan tebalnya spikulum trabekula.

Menurut (Masyitha, 2006) tikus yang diberi pakan fosfat kalsium dengan rasio 6:1
dan diamati secara mikroskopis setelah 12 minggu pasca ovariektomi didapatkan perubahan
pada tulang mandibula yaitu gambaran osteo-porosis yang ditandai dengan berkurangnya
kepadatan tulang trabekula dan tulang trabekula yang terbentuk lebih tipis, sumsum tulang
dan eritrosit terdesak oleh banyaknya droplet lemak. Menurut (Calvo dan Park, 1996)
pemberian pakan ratio tinggi fosfat dapat mempercepat terjadinya osteoporosis, dapat
menyebabkan peningkatan penyerapan tulang dan menurunnya massa tulang.

Beberapa peneliti melaporkan bahwa turunnya estrogen tidak hanya menyebabkan


hilangnya atau tidak adanya struktur trabekula (Rosen dan Bouxsein, 2006; Syed dkk., 2008)
menyebabkan lebih luasnya area resorpsi di bagian trabekula tulang dan hilangnya
konektivitas trabekula (Parfitt dkk., 1983; Eriksen dkk., 1999), tetapi juga meningkatkan
akumulasi adiposit, jumlah dan ukuran adiposit dalam sumsum tulang pada perempuan

28
pascamenopause penderita osteoporosis maupun pada mencit ovariektomi (Syed dkk., 2008;
Benayahu dkk., 2000).

Dilaporkan (Hartiningsih dkk., 2012) bahwa dalam waktu enam minggu


pascaovariektomi, suplementasi kalsitriol pada tikus ovariektomi cenderung meningkatkan
konsumsi Ca, ekskresi Ca dalam feses dan urine dibandingkan dengan tikus ovariektomi
tanpa suplementasi kalsitriol dan tikus normal yang menggambarkan lebih rendahnya
estrogen. Menurut (Liang dkk., 2002) juga melaporkan bahwa dalam waktu 3 minggu pasca-
ovariektomi, tikus Wistar ovariektomi mengonsumsi pakan 12% lebih tinggi dibanding
dengan tikus normal yang menggambarkan lebih rendahnya estrogen.

Sebelum dilakukan pengambilan gambar radiografi kaset diisi dengan film kosong
yang diambil di ruang khusus penyimpanan film Rontgen, Setelah kaset terisi film Rontgen,
letakkan kaset tersebut di meja Rontgen. Mesin X-ray yang digunakan untuk Rontgen
dihubungkan kabelnya dengan sumber arus. Setelah terhubung hidupkan alat dengan
menekan tombol power “ON/OFF”. Tunggu beberapa menit untuk pemanasan mesin setelah
pemanasan mesin atur kVp dengan mengukur tebal jaringan kaki belakang anjing (4cm)
dengan rumus (2x4) + 40 tanpa mengunakan grid faktor didapatkan 48 kVp dan diatur MaS
untuk ekstremitas sebesar 2,5 MaS. Sebelum dilakukan pengambilan gambar radiografi
anjing di anestesi terlebih dahulu dengan pemberian kombinasi ketamine–xilazine secara
intra musculus untuk mempermudah pengambilan gambar radiografi tulang humerus.
Setelah hewan teranastesi letakkan anjing di atas kaset Rontgen dengan posisi dorsal
recumbency dan lakukan pengambilan gambar radiografi pada tulang humerus anjing secara
lateral medial. Setelah alat dipakai atur kVp dan MaS pada posisi terendah dan matikan alat
dengan menekan tombol “ON/OFF” bila telah selesai digunakan. Setelah itu lepaskan kabel
power dari sumber arus listrik.

Sebelum dilakukan pengambilan gambar radiografi kaset diisi dengan film kosong
yang diambil di ruang khusus penyimpanan film Rontgen, Setelah kaset terisi film Rontgen,
letakkan kaset tersebut di meja Rontgen. Mesin X-ray yang digunakan untuk Rontgen
dihubungkan kabelnya dengan sumber arus. Setelah terhubung hidupkan alat dengan
menekan tombol power “ON/OFF”. Tunggu beberapa menit untuk pemanasan mesin setelah
pemanasan mesin atur kVp dengan mengukur tebal jaringan kaki belakang anjing (4cm)

29
dengan rumus (2x4) + 40 tanpa mengunakan grid faktor didapatkan 48 kVp dan diatur MaS
untuk ekstremitas sebesar 2,5 MaS. Sebelum dilakukan pengambilan gambar radiografi
anjing di anestesi terlebih dahulu dengan pemberian kombinasi ketamine–xilazine secara
intra musculus untuk mempermudah pengambilan gambar radiografi tulang humerus.
Setelah hewan teranastesi letakkan anjing di atas kaset Rontgen dengan posisi dorsal
recumbency dan lakukan pengambilan gambar radiografi pada tulang humerus anjing secara
lateral medial. Setelah alat dipakai atur kVp dan MaS pada posisi terendah dan matikan alat
dengan menekan tombol “ON/OFF” bila telah selesai digunakan. Setelah itu lepaskan kabel
power dari sumber arus listrik.

5. Os Carpus
1. Arah Dorsopalmar dari Carpus

Gambar untuk Arah Dorsopalmar dari


carpus (A) dan radiografinya (B)

Posisi:
• Pasien dalam keadaan telentang (sternum).
• Kaki depan direntangkan ke depan satu per satu.
• Siku pada anggota tubuh yang terkena sedikit diculik untuk meluruskan carpus
• Kepala diulurkan ke samping dan ke sisi yang berlawanan dari tungkai yang terkena, dan
distabilkan dengan karung pasir atau selotip.
• Palung V dapat membantu menstabilkan setengah ekor tubuh.
Pemusatan:
• Pusat pada sendi carpus.
Collimation:
• Dari sepertiga distal jari-jari dan ulna ke sepertiga proksimal metakarpal. Termasuk semua
digit juga bisa diterima.

30
Pelabelan:
• Lateral ke carpus.
Teknik:
• Ukur sendi carpal.
Komentar:
• Proyeksi balok horizontal juga dapat digunakan. Tempatkan anggota badan pada spons
agar anggota tubuh memanjang langsung keluar dari tubuh. Posisikan balok dan pusatkan
pada sambungan seperti yang akan dilakukan pada posisi perut.

2. Arah Lateral dari Carpus

Gambar untuk Arah Lateral dari Carpus (A) dan radiografinya (B)
Posisi:
• Pasien dalam posisi berbaring lateral dengan tungkai yang terkena.
• Anggota tubuh yang terpengaruh diperpanjang ke bawah dalam posisi alami.
• Spons ditempatkan di bawah siku untuk membuat anggota badan lebih rata dan membantu
membuat carpus lateral.
Pemusatan:
• Sendi carpal.
Collimation:
• Dari sepertiga distal jari-jari dan ulna ke sepertiga proksimal metacarpal. Termasuk semua
digit juga bisa diterima.
Pelabelan:
• Lateral ke sendi carpal.

31
Teknik:
• Ukur sendi carpal.

3. Arah Flexed Lateral dari Carpus

Gambar untuk arah Flexed Lateral carpus (A) dan Radiografi dari gambar A (C)

Posisi:
• Pasien dalam posisi berbaring lateral dengan anggota tubuh yang terkena memanjang
secara alami.
• Lenturkan karpus dengan menekuk jari kaki ke arah jari-jari dan ulna.
• Tetap lentur dengan menempelkan pola angka-delapan di sekitar metacarpal dan jari-jari
dan ulna.
• Tempatkan spons di bawah siku untuk membantu mempertahankan posisi lateral.
Pemusatan:
• Sendi carpal.
Collimation:
• Dari sepertiga distal radius dan ulna ke sepertiga proksimal metacarpal. Termasuk semua
digit juga bisa diterima.
Pelabelan:
• Sambungan cranial ke fleksi.
Teknik:

32
• Ukurlah bagian paling tebal dari sendi yang tertekuk.
Komentar:
• Mungkin harus meletakkan spons di bawah pundak punggung untuk membantu menjaga
posisi lateral carpus yang tertekuk.

4. Arah Extended Lateral dari Carpus

Gambar untuk
arah Extended
Lateral carpus
(B) dan
Radiografi dari
gambar B (D)

Posisi:
• Pasien dalam posisi berbaring lateral dengan anggota tubuh yang terkena memanjang
secara alami.
• Perpanjang karpus dengan menekuk jari kaki ke depan.
• Simpan ekstensi dengan mengetuk pola angka-delapan di sekitar metakarpal dan jari-jari
dan ulna.
• Tempatkan spons di bawah siku untuk membantu mempertahankan posisi lateral.
Pemusatan:
• Sendi carpal.
Collimation:
• Dari sepertiga distal radius dan ulna ke sepertiga proksimal metacarpal. Termasuk semua
digiti juga bisa diterima.
Pelabelan:

33
• Sambungan cranial ke fleksi.
Teknik:
• Ukurlah bagian paling tebal dari sendi yang tertekuk.
Komentar:
• Mungkin harus meletakkan spons di bawah pundak dorsal untuk membantu menjaga posisi
lateral carpus panjang.

5. Arah Oblique Lateral dan Medial dari Carpus

Gambar arah Oblique Lateral carpus A dan radiografinya gambar C sedangkan gambar arah
Oblique Medial carpus (B) dan radiografinya gambar D

Posisi:
• Pasien dalam keadaan telentang (sternum) (pandangan miring dilakukan dari aspek dorsal
sendi).
• Kedua kaki depan direntangkan ke depan satu per satu.
• Kepala diperluas ke sisi berlawanan dari anggota tubuh yang terkena dan distabilkan
dengan selotip atau karung pasir.
• Palung V dapat membantu menstabilkan setengah ekor tubuh.
• Hindlimbs dapat diperpanjang secara kaudal untuk membantu menjaga tulang belakang
tetap lurus.
• Miring lateral: Tarik sambungan siku ke medial dan distabilkan dengan selotip atau karung
pasir.

34
• Miring medial: Tarik sambungan siku ke samping dan distabilkan dengan selotip atau
karung pasir.
Pemusatan:
• Sendi carpal.
Collimation:
• Distal sepertiga radius dan ulna dan sepertiga proksimal metacarpal.
Pelabelan:
• Marker miring lateral dan medial ditempatkan pada sisi lateral dari kedua arah.
Teknik:
• Ukur di atas sendi carpal.
• Pengukuran harus tetap sama untuk kedua arah.

35
D. KASUS

1. Fraktur pada Scapula

Canine scapula adalah tulang datar besar yang terdiri atas tubuh dengan tulang
belakang yang rata dan panjang; leher; dan glenoid, atau permukaan artikular. Kerataan
tubuh dan tulang belakang serta kurangnya rongga meduler membuat fiksasi dengan batang
dan pin intramedulla standar menjadi tidak mungkin. Karena keunggulannya di ujung tulang
belakang skapular, akromion dapat patah atau avulse. Proses akromion tidak terletak di
bawah tingkat sendi bahu pada hewan normal. Leher lebih lonjong di bagian melintang dan
memiliki tulang meduler yang cukup untuk menerima pin atau sekrup. Permukaan glenoid
adalah cekungan tulang dangkal yang berartikulasi dengan kepala humerus. Margin kranial
glenoid membentuk tuberkulum supraglenoid (tuberkel skapula), yang merupakan asal dari
otot biceps brachii. Pada anjing, proses coracoid tidak signifikan (Gambar 20-1 dan 20-2).
Skapula kucing mirip dengan taring dalam penampilan anatomi keseluruhan; Namun,
itu adalah tulang yang lebih pendek. Biasanya, proses metakromion meluas secara kaudal
dari tulang belakang dan proses akromion, dan proses coracoid tuberkulum supraglenoid ini
merupakan proses tulang yang signifikan yang memanjang dari sisi medial tuberkulum
supraglenoid. Secara signifikan besar beresiko fraktur (Gbr. 20-3).
Skapula dibentuk oleh beberapa pusat osifikasi yang terpisah pada hewan yang
belum dewasa. Yang terpenting adalah tuberkulum supraglenoid karena lempeng
pertumbuhannya mungkin keliru sebagai garis fraktur.

36
ARA. 20-1 Gambaran radiografik skapula kaninus normal: tampilan medial-lateral (A) dan
cranial-caudal (B).
ARA. 20-2 Anatomi normal skapula anjing: pandangan lateral skapula gembala Jerman (A)
dan tampilan ventral (B); tampilan lateral skapula dachshund (C) dan tampilan ventral (D).
Angka menggambarkan anatomi komparatif dan tidak ditarik ke skala yang sama.

FIG. 20-3 gambaran normal scapula kucing : lateral view (A) and ventral view (B).
FRAKTUR DARI TULANG SKAPULER

TANDA SAAT PRESENTASI


Sebagian besar hewan akan menunjukkan titik-titik kelembutan di atas lokasi fraktur
dan hanya ketimpangan ringan kecuali ada juga fraktur tubuh skapular. Sangat sering fraktur
tulang belakang scapular akan terlepas dari fraktur tubuh skapular dan membutuhkan
imobilisasi dan fiksasi.
Palpasi biasanya memungkinkan pemeriksa untuk memindahkan tulang belakang
dengan bebas jika fraktur telah lengkap atau dari titik yang tetap jika fraktur tidak lengkap.
Radiografi akan memberikan visualisasi sejauh mana fraktur.

37
ARA. 20-4 Skapula dan fraktur tulang belakang anjing yang dirawat hanya dengan
fiksasi eksternal. Pandangan medial-lateral (A) dan cranial-caudal (B) pada presentasi,
cranial-caudal view (C) 3 minggu kemudian, dan cranial-caudal view (D) 8 bulan kemudian
menunjukkan penyatuan dan remodeling. (Atas perkenan RB Hohn, DVM)

REDUKSI DAN FIXATION TERTUTUP


Umumnya fraktur ini membutuhkan sling Velpeau untuk meminimalkan
ketidaknyamanan. Namun, sebagian besar hewan tidak memerlukan perawatan.

ARA. 20-5 Skapular tubuh dan fraktur tulang belakang seekor anjing yang dirawat dengan
lempengan tulang enam tahan. Radiografi kranial-kaudal (A) diambil sebelum operasi,
radiografi medial-lateral diambil segera pasca operasi, dan radiografi kranial-kaudal (c)
diambil 6 minggu pasca operasi.

38
3. Bilateral Radial Carpal Bone Luxation
Sejarah kasus

Micha, seekor Greyhound betina berusia 2 tahun memiliki berat 22kg, dibawa ke
klinik dengan riwayat jatuh dari ketinggian beberapa hari sebelumnya. Pasien menunjukkan
kesulitan dalam berjalan dan kaki depan diamati mengalami hiperekstensi saat menahan
beban. Saat palpasi, hilang stabilitas, varus, nyeri, dan terdapat bengkak ringan di kedua sendi
karpal. Pada gambar radiografi, dapat diamati terdapat luxation tulang carpal radial bilateral
dalam arah palmaromedial dan pemisahan fragmen tulang kecil dari ulna pada proximomedial
sisi kedua tulang carpal radial (Gambar 1). Setelah pemeriksaan radiografi, operasi
pengobatan dilakukan 3 hari setelah luxation terjadi. Darah pra operasi dan profil biokimia
pasien dinilai, setelah itu seorang protokol anestesi dimulai dengan induksi propofol dengan
dosis 6-8 mg / kg IV dan dilanjutkan dengan anestesi inhalasi..
Dalam operasi, sayatan kulit longitudinal dibuat dalam interval antara os carpi II dan
III di frontal permukaan kedua sendi karpal. Perawatan diambil untuk menghindari apapun
kerusakan pada cabang aksesori v. cephalica antebrachii dan cabang superfisial dari saraf
radialis selama irisan. Aspek dorsomedial dari baris karpal adalah tterbuka melalui diseksi
tumpul. Ketika baris karpal itu teraba secara proksimal, terlihat bahwa tulang karpal radial di
kedua sisi tidak dalam posisi anatomi yang benar. Ketika palpasi dilanjutkan ke arah palmar,
ditemukan bahwa tulang karpal radial di kedua sisi telah terjepit ke arah palmaromedial.
Ruang sendi di kedua kaki diperluas menggunakan retractor otomatis dan tulang karpal radial
yang terjepit dikembalikan ke posisi anatomi normal menggunakan retraktor Hohmann dan
dengan memindahkannya ke arah dorsal. Fiksasi dicapai dengan menempatkan dua sekrup
kortikal diameter 3,5 mm berjarak sekitar 1 cm ke dalam radius distal dan kawat cerclage
berdiameter 0,3 mm di sekitar 2,7 mm- diameter sekrup kortikal ditempatkan secara terpusat
ke radial tulang karpal (Gambar 2). Luka bedah di kedua kaki itu ditutup dan kaki depan
dibalut menggunakan bahan plester sintetis tetap selama periode 45 hari. Pemilik pasien
disarankan untuk membawa anjing kembali ke klinik 10 hari setelah aplikasi perban untuk
check-up, pengangkatan jahitan, dan pembaruan perban. Namun, pasien dibawa kembali ke
klinik setelah 2 bulan (Gambar 3).

39
Dalam radiografi yang diambil pada 2 bulan, tidak terdapat deformasi pada sekrup dan kawat
cerclage dan tidak ada hilangnya stabilitas. Setelah perban itu dilepas, terdapat atrofi otot
minimal dan ekstensi. Pasien dapat menahan berat badan dengan nyaman di kedua kaki depan
dan berjalan tanpa masalah. Jangka panjang tindak lanjut pasien ini tidak dimungkinkan
karena anjing itu tidak dibawa kembali ke klinik.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan studi yang dilakukan pada mayat, mekanisme luxasi palmaroradial dari os carpi
radiale ditentukan. Luxatio palmaromedial terjadi sebagai akibatnya dari ligamen kolateral
radial pendek yang terpisah dari kapsul sendi karena trauma, pecahnya ligamentum
radioulnaris intercarpal, atau hiperekstensi sendi karpal. Ini menyebabkan os carpi radiale
menciptakan sudut 90 ° sekitar dorsopalmar dan axis mediolateral dan menetap secara
palmaromedially. Dalam posisi ini, os carpi radiale membatasi gerak fleksi dari karpus dan
menghasilkan penyimpangan varus carpal (2,5,10,11). Kehilangan stabilitas dari sendi karpal
ke medial dapat diamati pada kasus ini. Pada anjing dengan kerusakan ligamen kolateral
radial pendek mengarah ke luxasi tulang karpal radial palmaromedial dan diberikan stabilisasi
bedah, telah dilaporkan bahwa osteoartritis sekunder berkembang 6-8 minggu setelah
stabilisasi, yang dianggap terkait dengan kerusakan tulang rawan atau tulang rawan pada saat
cedera. Dalam laporan ini, ada juga fraktur pada styloid ulnari atau tulang karpal ulnar karena
trauma (6). Fakta bahwa fragmen tulang kecil telah terpisah dari ulna dalam kedua kasus
menunjukkan bahwa trauma itu dari jenis yang sama. Meskipun fakta bahwa tidak ada
temuan yang diamati berkaitan dengan mineralisasi jaringan lunak atau perubahan degeneratif
sekunder dalam radiografi yang diperoleh 8 minggu pasca operasi, karena kurangnya tindak
lanjut jangka panjang dari pasien, para penulis ragu tentang pengembangan arthritis kedua
pada sendi. Di antara opsi perawatan, buka dan tutup prosedur reduksi dapat dipertimbangkan
karena ini memungkinkan gerakan sendi dan kesuksesan reduksi dapat dicapai terutama
dalam 48-72 jam setelah trauma (2,5,12). Namun, setelah reduksi tertutup, osteoartritis
sekunder diamati berkembang karena antara penyembuhan jaringan tidak cukup lunak atau

40
adanya ketidakstabilan sendi residual (5). Meskipun pasien kami dioperasi dalam waktu 72
jam trauma, reduksi tertutup tidak dipertimbangkan pada luxatio yang menjadi bilateral dan,
oleh karena itu, fiksasi dilakukan. Tergantung pada tingkat keparahan osteocartilaginous dan
lesi jaringan lunak, total arthrodesis dalam sendi karpal dipertimbangkan (5,7). Ada internal
dan eksternal teknik untuk total arthrodesis untuk memicu fusi dalam sendi radiokarpal,
intercarpal, dan carpometacarpal. Pada Khususnya, karpal arthrodesis dilakukan dengan
menggunakan dinamik pelat kompresi (DCP) adalah pilihan yang tepat untuk perawatan
luxation tulang carpal radial (5,13). Namun, karena alasan keuangan, arthrodesis tidak
dilakukan pada kedua kasus. Dalam kasus kami, fiksasi internal menggunakan sekrup dan
kawat cerclage berhasil. Disimpulkan bahwa aplikasi perban sesudahnya stabilisasi bedah
sangat penting dalam pengobatan os carpi radiale luxations.

41
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemeriksaan radiologi adalah cara-cara pemeriksaan yang menghasilkan
gambar bagian dalam tubuh manusia untuk tujuan diagnostik yang dinamakan
pencitraan diagnostik. Ilmu kedokteran yang digunakan untuk melihat bagian tubuh
manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang elektromagnetik maupun
gelombang mekanik disebut dengan radiologi. Tugas pokok radiologi adalah
menghasilkan gambar dan laporan temuan pemeriksaan untuk keperluan diagnosis,
yang bersama-sama dengan teknik dan temuan diagnostik lainnya akan menjadi dasar
tindakan perawatan pasien. Meskipun radiologi merupakan komponen utama dari
diagnosis, namun radiologi tidak terbatas hanya untuk keperluan pencitraan
diagnostik. Radiologi juga berperan dalam terapi intervensi seperti biopsi, dan
pengobatan lainnya, seperti aplikasi pembuluh darah termasuk recanalization
(menghilangkan penyumbatan) atau lysis (pengurangan simptom suatu penyakit akut
secara bertahap.
Pada radiologi ekstremitas cranialis anjing kita menggunakan teknik mulai
dari persiapan pasien dengan cara hewan yang menjalani studi radiografi harus
restraint dengan benar, terminologi terarah proyeksi radiografi dijelaskan dengan
menggunakan istilah arah yang menggambarkan penetrasi oleh sinar pusat dari sinar
x-ray primer melalui area anatomi yang menarik dari titik masuk ke titik keluar,
prosedur penentuan posisi aturan khusus untuk penentuan posisi hewan untuk evaluasi
radiografi, pengukuran dan pelabelan.
Proyeksi radiografi anggota badan dari Ekstremitas Cranial sering dilakukan
untuk mendeteksi patah tulang. Mengatur posisi yang hati-hati diperlukan untuk
menjaga anggota badan dalam pesawat paralel terhadap kaset x-ray untuk
menghindari perbesaran dan distorsi gambar. Kaset X-ray biasanya ditempatkan di
atas meja daripada di bawah meja karena pengukuran yang relatif kecil dari anggota
badan anjing dan kucing. Pembatasan berkas radiasi termasuk sendi di atas dan di
bawah tulang untuk gambar tulang panjang. Proyeksi radiografi sendi umumnya
meliputi sekitar sepertiga tulang proksimal dan distal sendi. Balok dibatasi hanya

42
lebar yang dibutuhkan untuk mencakup semua struktur yang diperlukan. Hal ini akan
mengurangi radiasi tersebar dan menghasilkan gambar berkualitas tinggi.
Film radiografi memiliki karakteristik fisik dan karakteristik fotografik.
Karakteristik fotografik film radiografi (Visual Characteristic Image Of
Radiography) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, kontras, densitas, dan detail
atau ketajaman. Densitas sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas foto
radiografi yang perlu diperhatikan keberadaanya. Nilai densitas suatu foto radiografi
dapat diukur dengan menggunakan densitometer. Densitas foto radiografi yang
optimal nilainya 0,3–2, dibawah 0,3 gambar terlalu terang dan diatas 2 gambar dinilai
terlalu gelap.

43
DAFTAR PUSTAKA

Pradip R. Patel. “Lecture Notes Radiology” (2005)


Lu, Lingbo, Jingshan Li, and Paula Gisler. "Improving financial performance by modeling
and analysis of radiology procedure scheduling at a large community hospital." Journal of
medical systems 35.3 (2011): 299-307.
Prins, A. H., et al. "Detecting femur–insert collisions to improve precision of fluoroscopic
knee arthroplasty analysis." Journal of biomechanics 43.4 (2010): 694-700.
Kartawiguna, Daniel, and Vina Georgiana. "MODEL DEVELOPMENT OF INTEGRATED
WEB-BASED RADIOLOGY INFORMATION SYSTEM WITH RADIO DIAGNOSTIC
IMAGING MODALITY IN RADIOLOGY DEPARTMENT." Journal of Theoretical &
Applied Information Technology 63.2 (2014).
Sirois, M., & Anthony, E. (2009). Handbook of Radiographic Positioning for Veterinary
Technicians (Book Only). Cengage Learning.
Morow, M. S. (2018). DENSITAS RADIOGRAFI TULANG HUMERUS ANJING LOKAL
(CANIS LUPUS FAMILIARIS) YANG DI OVARIOHISTEREKTOMI. ETD Unsyiah.

Danielle Mauragis, CVT, and Clifford R. Berry, DVM, Diplomate ACVR. 2012 “Small
Animal Tarsus & Pes Radiography”.

44

Anda mungkin juga menyukai