Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH RADIOLOGI VETERINER

“PRINSIP DAN INTERPRETASI RADIOGRAFI”

OLEH

KELOMPOK 3 :

Chatarina De Ricci InyeBero 1809010002

Claudia Beatrice 1809010010

Maria Mauritsia Lis Sinarti 1809010012

Matheus Mbele Dede 1809010013

Dedy Sidabutar 1809010016

Putri Trinitariyani 1809010018

Theodardo E. Watun 1809010019

MuzdalifahNadilla 1809010021

Fridolin Trinita Tulasi 1809010023

Vivaldi A. S. Haan 1809010039

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Prinsip dan Interpretasi Radiografi”
ini dengan penuh keterbatasan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Radiologi Veteriner.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah
ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang senantiasa
memberi dukungan. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi teman-teman dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Kupang, Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................................iii

BABI PENDAHULUAN................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4

1.3 Tujuan..................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................6

2.1 Syarat Pengambilan Foto Rontgen.......................................................................6

2.2 Posisi Pengambilan Dan Pusat Titik Pengambilan Foto Rontgen.......................7

2.3 Interpretasi Normal Organ Genitalia Jantan.........................................................10

BAB III PENUTUP........................................................................................................16

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................16

3.2. Saran ...................................................................................................................16

Daftar Pustaka ...........................................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemeriksaan radiografi merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat berguna
dalam praktek kedokteran hewan dan merupakan sarana yang dibutuhkan dalam
penentuan diagnosa dan perawatan; khususnya untuk penyakit atau kelainan dalam organ
reproduksi.
Dalam bidang Medis penggunaan sinar X untuk pencitraan diagnostik telah
digunakan selama lebih dari satu abad (Seibert, 2004). Sedangkan dalam bidang
kesehatan bahwa radiasi dapat memberikan suatu informasi dari tubuh manusia atau
hewan sehingga dokter dapat melakukan tindakan secara benar sesuai dengan informasi
yang didapatkan (Sinaga, 2006). Menurut Patt et al, sebagaimana dikutip oleh Du, et al
(2012), radiasi yang secara luas digunakan dalam pengobatan, kesehatan, teknologi dan
bidang lainnya, harus mendapat perhatian karena radiasi dapat menyebabkan efek
merusak. Pemanfaatan berbagai sumber radiasi harus dilakukan secara cermat dan
mematuhi ketentuan keselamatan kerja untuk menghindari terjadinya paparan 1 2 yang
tidak diinginkan (Alatas, 2004).
Pemberian paparan radiasi pada tubuh akan menimbulkan interaksi antara radiasi
dengan meteri biologis. Jika tubuh tepapar radiasi maka akan ada dua kemungkinan yang
dapat terjadi yaitu, interaksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
terjadi penyerapan energi pada DNA dan dapat menimbulkan kerusakan. Secara tidak
langsung jika terjadi interaksi dengan molekul air yang kemudian menjadi radikal bebas
dan dapat merusak DNA (Alatas, 2002).
1.2. Rumusan Masalah
 Bagaimana syarat pengambilan foto rontgen ?
 Bagaimana posisi pengambilan dan pusat titik pengambilan foto rontgen ?
 Bagaimana interpretasi normal organ genitalia jantan ?

4
1.3. Tujuan
 Untuk mengetahui syarat pengambilan foto rontgen
 Untuk mengetahui posisi pengambilan dan pusat titik pengambilan foto rontgen
 Untuk mengetahui interpretasi normal organ genitalia jantan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Syarat Pengambilan Foto Rontgen

Teknisi veteriner harus memastikan bahwa sebelum menempatkan hewan ke meja


x-ray harus dilakukan identifikasi semua tampilan radiografi yang diperlukan dan
persiapkan semua perlengkapan dan peralatan. Semua hewan yang menjalani radiografi
memiliki bulu yang bersih dan kering. Bulu yang basah dan kotor dapat menyebabkan
artefak yang menganggu hasil radiografi. Hewan yang menjalani radiografi harus berada
pada posisi yang baik. Idealnya, restrain kimiawi dengan obat penenang atau anestesi
dapat digunakan, hal ini juga akan meminimalkan kemungkinan artefak gerak pada
radiografi. Kenyamanan pasien juga harus dipertimbangkan, perencanaan dan persiapan
yang cermat akan membuat hewan tenang agar menghemat waktu pada saat pasien
berada di meja x-ray.

Hal yang dapat mempengaruhi kualitas pengambilan foto yang baik adalah
Kilovoltage peak (KVP) yaitu energi yang dihasilkan oleh sinar X untuk melakukan
penetrasi melalui benda atau bagian tubuh sehingga ahkirnya mencapai permukaan film.
Dimana ketika KPV meningkat, daya tembus meningkat menyebabkan kontras film akan
menurun sehingga yang terlihat adalah banyak gradasi bayangan abu-abu, sedangkan
ketika KPV menurun, daya tembus menurun, sehingga kontras film akan meningkat dan
yang terlihat adalah sedikit gradasi bayangan abu-abu.

Milliamperage second (MAS) yaitu arus dan waktu adalah perkalian arus listrik
(mA) dan waktu exposi (s), yang mana besaran arus ini menentukan kuantitas radiasi.
Dalam setiap pemotretan pada berbagai bagian tubuh mempunyai besaran arus dan waktu
tertentu. Pada dasarnya arus tabung yang dipilih adalah pada (mA) yang paling tinggi
yang dapat dicapai oleh pesawat, sehingga dapat mencegah kekaburan gambar yang
disebabkan oleh pergerakan.

6
2.2. Posisi Pengambilan Dan Pusat Titik Pengambilan Foto Rontgen

Teknik proyeksi radiografi ventrodorsal dan lateral panggul adalah sama pada
anjing jantan maupun betina.

1. Gambar Lateral
 Posisi
Untuk gambar lateral panggul, pasien diposisikan di atas meja dengan sisi
kanan di bawah untuk gambar lateral kanan dan sisi kiri di bawah untuk gambar
lateral kiri. Untuk kasus, seperti patah tulang panggul atau ketimpangan, sisi yang
menjadi perhatian haruslah sisi yang bergantung, yang diletakkan paling dekat
dengan meja. 
Tungkai panggul harus direkatkan secara terpisah dengan spons
ditempatkan di antara mereka untuk memastikan bahwa hemipelves kanan dan
kiri sejajar dan langsung ditumpangkan. Tungkai panggul yang paling dekat
dengan meja rontgen direkatkan dengan posisi tengkorak, sedangkan tungkai yang
jauh dari meja ditempatkan dalam posisi ekor sehingga tungkai panggul berada
dalam posisi gunting, dengan sendi kaku terpisah dan tidak tumpang tindih.
(Gambar 1).

 Kolimasi
Mulailah dengan mengatur cahaya kolimator (bidang pandang atau FOV)
ke ukuran yang sama dari kaset atau detektor dengan menggunakan nomor yang
sesuai di sebelah kenop kolimator (lihat Radiografi Perut Hewan Kecil,

7
November/Desember 2011). Kemudian sesuaikan collimation dengan ukuran
sebenarnya dari panggul pasien dan tungkai panggul (biasanya lebih kecil dari
pengaturan lampu kolimator asli).
Perbatasan Cranial : Tempatkan pusat vertikal FOV di sepanjang sumbu
trokanter mayor (tungkai atas). Trokanter mayor harus berada di antara krista
iliaka dan tuberositas iskiatik. Batas kranial cahaya kolimator (FOV) harus
ditempatkan di kranial ke puncak iliaka.
Perbatasan Caudal : Perbatasan ekor cahaya kolimator harus ditempatkan pada
tingkat tuberositas iskiatik atau tepi kulit ekor di daerah perineum.
Perbatasan Dorsal : Bagian vertikal FOV harus memanjang ke dorsal hingga
krista iliaka dan trokanter mayor (tepi kulit panggul dorsal).
Perbatasan Distal : Sesuaikan pusat horizontal cahaya kolimator sehingga berada
di tengah-tengah antara permukaan kulit punggung dan di bagian distal termasuk
sendi kaku dan krura proksimal.
2. Gambar Ventrodorsal
 Posisi
Pasien harus ditempatkan dalam posisi punggung telentang dalam posisi
V-trough (Gambar 2). Menggunakan V-trough membantu menjaga kolom
vertebral dan tulang dada pasien tetap sejajar dan panggul dalam posisi
lurus. Untuk menghindari artefak tumpang tindih dari palung-V, seluruh panggul
harus ditempatkan melewati tepi palung dan ditempatkan di atas meja sinar-
X. Penempatan ini juga membantu mengurangi perbesaran geometris gambar.

8
Rekatkan tungkai dada dan tarik ke tengkorak untuk membantu
menyelaraskan kolom vertebral. Hal ini akan membantu menjaga panggul tetap
lurus. Setiap tungkai panggul harus direkatkan secara terpisah dan diperpanjang
secara merata.

Setelah tungkai panggul telah diperpanjang, yang biasanya mengharuskan


pasien dibius dengan cukup, putar femur secara internal sehingga sejajar satu
sama lain dan tabel x-ray. Jika disejajarkan dengan benar, patela untuk setiap
tungkai panggul akan dipusatkan di dalam alur trochlear di atas femur
distal. Amankan tungkai panggul anjing pada posisi ini dengan menggunakan
selotip di sekitar tulang paha setinggi sendi yang menahan (Gambar 2A dan 2B).

 Kolimasi
Gunakan prosedur yang sama untuk mengatur cahaya kolimator seperti yang
dijelaskan sebelumnya untuk gambar lateral.
Perbatasan Kranial : Perbatasan kranial lampu kolimator (FOV) harus
ditempatkan di kranial ke krista iliaka. Palpasi puncak iliaka dan tempatkan tepi
tengkorak cahaya kolimator tepat di tengkorak ke tingkat ini.
Perbatasan Caudal atau Distal : Perbatasan kaudal/distal dari cahaya kolimator
harus ditempatkan tepat di distal sendi kaku untuk memungkinkan krura
proksimal disertakan dalam gambar.
Batas Lateral : Tutup lampu kolimator secara lateral sehingga cahaya berada di
samping kulit di sisi kanan dan kiri. Tambahkan penanda film (R/L) untuk
mengidentifikasi sisi kanan atau kiri sebelum pemaparan.
3. Gambar tambahan Frogleg
 Posisi
Gunakan V-trough untuk membantu menjaga kolom vertebral dan sternum
pasien tetap sejajar (Gambar 3). Seperti gambar ventrodorsal standar, hindari
artefak tumpang tindih yang disebabkan oleh V-trough dengan menempatkan
seluruh panggul melewati tepi palung ke tabel x-ray, yang juga mengurangi
pembesaran geometris.

9
Rekatkan tungkai toraks bersama-sama dan tarik tengkorak untuk
membantu menyelaraskan kolom vertebral yang akan, pada gilirannya, membantu
menjaga panggul tetap lurus. Tempatkan tungkai panggul dalam posisi lentur
alami sehingga femur berada kira-kira sembilan puluh derajat ke tulang belakang
dan panggul.
 Kolimasi
Batas Kranial : Tepi kranial cahaya kolimator (FOV) harus ditempatkan di
kranial ke krista iliaka berdasarkan palpasi.
Perbatasan Caudal : Perbatasan ekor cahaya kolimator harus ditempatkan tepat
di ekor tuberositas iskiatik.
Batas Lateral : Tutup lampu kolimator secara lateral sehingga collimation
mencakup setidaknya level femoralis tengah hingga distal. Sambungan yang kaku
perlu diradiografi secara terpisah sesuai kebutuhan. Tambahkan penanda film
(R/L) untuk identifikasi sisi kanan atau kiri sebelum eksposur

2.3. Interpretasi Normal Organ Genitalia Jantan

1. Testes
Testes merupakan organ utama pertama yang menghasilkan sel sperma untuk prses
reproduksi. Testis dilindungsi oleh scrotum yang terdiri atas dua kantong (lobus)
kanan dan kiri. Badan testis secara ultrasonografi tampak seagai struktur hipoekhoik
yang difus. Bagan tepi tampak batas yang terlihat hiperekhoik, batas ini merupakan
jaringan ikat penyusun kantong scrotum (gambar 4). Tunika albuginea merupakakn
jaringan ikat dan serabut otot polos yang berhubungan langsung dengan jaringan

10
parenkim testis. Tunika ini terlihat sebagai struktur hiperekhoik dibagian tengah
organ sebagai jaringan ikat yang berada diantara lobuli penghasil spermatozoa.
Pembuluh darah di dalam testis tampak sebagai struktr anekhoik.

Gambar 4 sonogram testikel. A,B. potongan memanjang; C,D. potongan melintang. kS :


skrotum, t : testis, ta : tunika albuginea,bd : pembuluh darah testis.

2. Epididimis
Epididimis merupakan saluran tunggal memanjang berliku pada sisi bagian testis.
Pencitraan sonografi kaput epididimis terlihat sebagai kombinasi struktur hipoekoik
dengan anekoik. Duktus epididimis tampak anekoik dan struktur jaringan saluran
tampak hipoekoik. Ukuran duktus pada kauda epididimis terlihat lebih besar jika
dibandingkan dengan bagian kaput epididimis, sehingga tampilan anekoik lebih
dominan. Kulit bagian skrotum terlihat sebagai garis hipoekoik hingga hiperekoik.

Gambar 5 sonogram epididimis. A, B merupakan potongan memanjang; C, D merupakan


potongan melintang. A, C kaput epididimis; B, D kauda epididimis. kS = skrotum, t = testis,
ta = tunika albuginea, panah putih = duktus epididimis (anekoik).

3. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat yang normal sering kali terletak di panggul dan mungkin sulit untuk
digambarkan. Pada anjing yang usianya cukup dewasa, prostat terlihat normal seperti

11
berada di dalam rongga abdomen, lebih khusus ketika di dorong secara cranial oleh
kantong kemih.

Gambar 6 melintang prostat anjing springer spaniel berusia 2 tahun yang baru
saja dikastrasi. Prostatnya kecil, berukuran sekitar 1,5 cm, dan memiliki
ekogenisitas hypoechoic yang sedikit tidak homogen. Kapsulnya halus dan rata.

4. Urethra
Uretra normal biasa dicirikan dengan tepi yang halus, berdinding tipis, struktur
tubular dengan diameter seragam ditelusuri dari leher kandung kemih. Pemeriksaan
ultrasonografi pada uretra umumnya terbatas pada bagian paling kranial dari uretra
pelvis saat dilihat dari bagian perut ventral. Distensi penuh dari kandung kemih
meningkatkan posisi kranial di dalam perut untuk memungkinkan pemeriksaan
panggul yang lebih panjang diorgan uretra, tetapi uretra bagian ekor yang menuju ke
tulang kemaluan tidak bisa biasa diperiksa. Pada beberapa pasien, aspek kaudal dari
uretra pelvis dapat dilakukan dengan menggunakan celah perineum sagital.

Gambar 7 urethrography pada kucing jantan normal. Kateter Tomcat ada di uretra penis
bagian distal, dan media kontras beryodium disuntikkan. Uretra panggul (panah hitam)
lebar dan tepi halus. Uretra penis (panah putih) memiliki diameter yang lebih kecil dan
tidak terlalu membengkak.

12
5. Penis
Penis merupakan organ kopulasi pada hewan jantan.

Gambar 8, merupakan pencitraan glan penis dengan potongan memanjang.

Gambar 9, merupakan pencitraan gland penis dengan potongan melintang.

Gambar 10, sonogram preputium dan glan penis. (A,C) merupakan preputium. (B,D)
merupakan glan penis bagian prosesus uretralis. A,B. potongna memanjang, C,D.
potongan melintang. K : kulitt, Lpr : lumen preputium , pt : peritoneum, Gp : glan penis,
rAb : rongga abdomen.

13
Gambar 11, sonogram gla penis. A,B. potongna memanjang, C,D. potongan
melintang. K : kulitt, Lpr : lumen preputium , pt : peritoneum,Gp : glan penis,
rAb : rongga abdomen.

Pencitraan ultrasonografi glan penis terlihat sebagai struktur hipoekoik dengan


bagian tengahnya hipo dan anekhoik. Variasi tampilan ekhogenitas pada glan penis
karena bentuk glan penis yang dilengkapi dengan prosesus uretralis yang melipat
sehingga batas antara prosesus dengan glan penis tampak variasi ekhogenitas karena pada
bagian organ ini tersususn atas jaringan spongiosa yang banyak terdapat pembuluh darah
(gambar 4).
Penis terletak didalam selubung kulit abdomen dan berujung pada prepuium
sebagai gerbang pintu penghubung dengan dunia luar. Pencitraan ultrasonografi dari
badan penis terlihat berupa struktur hipoekhoik yang dibatasi oleh area anekhoik sebagai
rongga batas ntara badan penis dengan kulit pembungkus. Uretra terlihat sebagi struktur
anekhoik ditengah badan penis (gambar 5).

14
Gambar 12, sonogram badan penis. A,C. awal badan penis; B,D. badan penis.
A,B.potongan melintang; C,D. potongan memanjang. K : kulitt, pt : peritoneum,
Gp : glan penis, bp : badan penis, u : uretra, rAb : rongga abdomen.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

 Teknisi veteriner harus memastikan bahwa sebelum menempatkan hewan ke meja


x-ray harus dilakukan identifikasi semua tampilan radiografi yang diperlukan dan
persiapkan semua perlengkapan dan peralatan.
 Hal yang dapat mempengaruhi kualitas pengambilan foto yang baik adalah
Kilovoltage peak/KVP yaitu energi yang dihasilkan oleh sinar X untuk melakukan
penetrasi melalui benda/bagian tubuh sehingga ahkirnya mencapai permukaan
film.
 Milliamperage second/MAS yaitu Arus dan waktu adalah perkalian arus listrik
(mA) dan waktu exposi (s), yang mana besaran arus ini menentukan kuantitas
radiasi.
 Teknik posisi dan pusat titik pengambilan foto rontgen radiografi adalah sama
pada anjing jantan maupun betina.
 Terdapat 3 posisi dan titik dalam pengambilan foto rontgen radiografi yaitu posisi
lateral, ventrodorsal, dan posisi tambahan yaitu frogleg.
 Interpretasi normal organ genitalia jantan yang terdiri dari testis, epididimis,
kelenjar prostat, uretra dan penis dalam paparan radiasi harus dilakukan secara
cermat dan mematuhi ketentuan keselamatan kerja untuk menghindari terjadinya
kesalahan dalam melakukan demonstrasi.

3.2. Saran

Terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah, mahasiswa diharapkan


memahami hal-hal yang harus dilakukan dan diperhatikan pada saat persiapan pasien
dalam melakukan praktikum mengenai prinsip dan interpretasi radiografi agar mudah
dalam mempelajari Radiologi Veteriner.

16
DAFTAR PUSTAKA

Keely JK, McAllister H, Graham JP. Diagnostic Radiology and Ultrasonography of the Dog
and Cat, edisi ke-5. Philadelphia: Saunders Elsevier,2011.

Mauragis Danielle,.dkk. 2011. Small Animal Abdominal radiography. Today’s Veterinary


Practice

Margi Sirois, EdD, MS, RVT. 2010. Handbook of Radiographic Positioning for Veterinary
Technicians. Delmar. Clifton Park

Mokhamad FU, dkk. 2013. Pencitraan Ultrasonografi Organ Reproduksi Domba Jantan
Ekor Tipis Indonesia. Acta Veterinaria Indonesiana. Vol 1, 2: 51-56.

Thrall, Donald E. dan Robertson, Ian D. 2011. Atlas of Normal Radiographic Anatomy and
Anatomic Variants in the Dog and Cat. Elsevier Saunders.

Thrall, Donald E., DVM, PHD. 2018.Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology. Seventh
Edition. Elsevier.

17

Anda mungkin juga menyukai