OLEH
KELOMPOK 3 :
MuzdalifahNadilla 1809010021
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Prinsip dan Interpretasi Radiografi”
ini dengan penuh keterbatasan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Radiologi Veteriner.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah
ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok yang senantiasa
memberi dukungan. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi teman-teman dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................iii
BABI PENDAHULUAN................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................6
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui syarat pengambilan foto rontgen
Untuk mengetahui posisi pengambilan dan pusat titik pengambilan foto rontgen
Untuk mengetahui interpretasi normal organ genitalia jantan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Hal yang dapat mempengaruhi kualitas pengambilan foto yang baik adalah
Kilovoltage peak (KVP) yaitu energi yang dihasilkan oleh sinar X untuk melakukan
penetrasi melalui benda atau bagian tubuh sehingga ahkirnya mencapai permukaan film.
Dimana ketika KPV meningkat, daya tembus meningkat menyebabkan kontras film akan
menurun sehingga yang terlihat adalah banyak gradasi bayangan abu-abu, sedangkan
ketika KPV menurun, daya tembus menurun, sehingga kontras film akan meningkat dan
yang terlihat adalah sedikit gradasi bayangan abu-abu.
Milliamperage second (MAS) yaitu arus dan waktu adalah perkalian arus listrik
(mA) dan waktu exposi (s), yang mana besaran arus ini menentukan kuantitas radiasi.
Dalam setiap pemotretan pada berbagai bagian tubuh mempunyai besaran arus dan waktu
tertentu. Pada dasarnya arus tabung yang dipilih adalah pada (mA) yang paling tinggi
yang dapat dicapai oleh pesawat, sehingga dapat mencegah kekaburan gambar yang
disebabkan oleh pergerakan.
6
2.2. Posisi Pengambilan Dan Pusat Titik Pengambilan Foto Rontgen
Teknik proyeksi radiografi ventrodorsal dan lateral panggul adalah sama pada
anjing jantan maupun betina.
1. Gambar Lateral
Posisi
Untuk gambar lateral panggul, pasien diposisikan di atas meja dengan sisi
kanan di bawah untuk gambar lateral kanan dan sisi kiri di bawah untuk gambar
lateral kiri. Untuk kasus, seperti patah tulang panggul atau ketimpangan, sisi yang
menjadi perhatian haruslah sisi yang bergantung, yang diletakkan paling dekat
dengan meja.
Tungkai panggul harus direkatkan secara terpisah dengan spons
ditempatkan di antara mereka untuk memastikan bahwa hemipelves kanan dan
kiri sejajar dan langsung ditumpangkan. Tungkai panggul yang paling dekat
dengan meja rontgen direkatkan dengan posisi tengkorak, sedangkan tungkai yang
jauh dari meja ditempatkan dalam posisi ekor sehingga tungkai panggul berada
dalam posisi gunting, dengan sendi kaku terpisah dan tidak tumpang tindih.
(Gambar 1).
Kolimasi
Mulailah dengan mengatur cahaya kolimator (bidang pandang atau FOV)
ke ukuran yang sama dari kaset atau detektor dengan menggunakan nomor yang
sesuai di sebelah kenop kolimator (lihat Radiografi Perut Hewan Kecil,
7
November/Desember 2011). Kemudian sesuaikan collimation dengan ukuran
sebenarnya dari panggul pasien dan tungkai panggul (biasanya lebih kecil dari
pengaturan lampu kolimator asli).
Perbatasan Cranial : Tempatkan pusat vertikal FOV di sepanjang sumbu
trokanter mayor (tungkai atas). Trokanter mayor harus berada di antara krista
iliaka dan tuberositas iskiatik. Batas kranial cahaya kolimator (FOV) harus
ditempatkan di kranial ke puncak iliaka.
Perbatasan Caudal : Perbatasan ekor cahaya kolimator harus ditempatkan pada
tingkat tuberositas iskiatik atau tepi kulit ekor di daerah perineum.
Perbatasan Dorsal : Bagian vertikal FOV harus memanjang ke dorsal hingga
krista iliaka dan trokanter mayor (tepi kulit panggul dorsal).
Perbatasan Distal : Sesuaikan pusat horizontal cahaya kolimator sehingga berada
di tengah-tengah antara permukaan kulit punggung dan di bagian distal termasuk
sendi kaku dan krura proksimal.
2. Gambar Ventrodorsal
Posisi
Pasien harus ditempatkan dalam posisi punggung telentang dalam posisi
V-trough (Gambar 2). Menggunakan V-trough membantu menjaga kolom
vertebral dan tulang dada pasien tetap sejajar dan panggul dalam posisi
lurus. Untuk menghindari artefak tumpang tindih dari palung-V, seluruh panggul
harus ditempatkan melewati tepi palung dan ditempatkan di atas meja sinar-
X. Penempatan ini juga membantu mengurangi perbesaran geometris gambar.
8
Rekatkan tungkai dada dan tarik ke tengkorak untuk membantu
menyelaraskan kolom vertebral. Hal ini akan membantu menjaga panggul tetap
lurus. Setiap tungkai panggul harus direkatkan secara terpisah dan diperpanjang
secara merata.
Kolimasi
Gunakan prosedur yang sama untuk mengatur cahaya kolimator seperti yang
dijelaskan sebelumnya untuk gambar lateral.
Perbatasan Kranial : Perbatasan kranial lampu kolimator (FOV) harus
ditempatkan di kranial ke krista iliaka. Palpasi puncak iliaka dan tempatkan tepi
tengkorak cahaya kolimator tepat di tengkorak ke tingkat ini.
Perbatasan Caudal atau Distal : Perbatasan kaudal/distal dari cahaya kolimator
harus ditempatkan tepat di distal sendi kaku untuk memungkinkan krura
proksimal disertakan dalam gambar.
Batas Lateral : Tutup lampu kolimator secara lateral sehingga cahaya berada di
samping kulit di sisi kanan dan kiri. Tambahkan penanda film (R/L) untuk
mengidentifikasi sisi kanan atau kiri sebelum pemaparan.
3. Gambar tambahan Frogleg
Posisi
Gunakan V-trough untuk membantu menjaga kolom vertebral dan sternum
pasien tetap sejajar (Gambar 3). Seperti gambar ventrodorsal standar, hindari
artefak tumpang tindih yang disebabkan oleh V-trough dengan menempatkan
seluruh panggul melewati tepi palung ke tabel x-ray, yang juga mengurangi
pembesaran geometris.
9
Rekatkan tungkai toraks bersama-sama dan tarik tengkorak untuk
membantu menyelaraskan kolom vertebral yang akan, pada gilirannya, membantu
menjaga panggul tetap lurus. Tempatkan tungkai panggul dalam posisi lentur
alami sehingga femur berada kira-kira sembilan puluh derajat ke tulang belakang
dan panggul.
Kolimasi
Batas Kranial : Tepi kranial cahaya kolimator (FOV) harus ditempatkan di
kranial ke krista iliaka berdasarkan palpasi.
Perbatasan Caudal : Perbatasan ekor cahaya kolimator harus ditempatkan tepat
di ekor tuberositas iskiatik.
Batas Lateral : Tutup lampu kolimator secara lateral sehingga collimation
mencakup setidaknya level femoralis tengah hingga distal. Sambungan yang kaku
perlu diradiografi secara terpisah sesuai kebutuhan. Tambahkan penanda film
(R/L) untuk identifikasi sisi kanan atau kiri sebelum eksposur
1. Testes
Testes merupakan organ utama pertama yang menghasilkan sel sperma untuk prses
reproduksi. Testis dilindungsi oleh scrotum yang terdiri atas dua kantong (lobus)
kanan dan kiri. Badan testis secara ultrasonografi tampak seagai struktur hipoekhoik
yang difus. Bagan tepi tampak batas yang terlihat hiperekhoik, batas ini merupakan
jaringan ikat penyusun kantong scrotum (gambar 4). Tunika albuginea merupakakn
jaringan ikat dan serabut otot polos yang berhubungan langsung dengan jaringan
10
parenkim testis. Tunika ini terlihat sebagai struktur hiperekhoik dibagian tengah
organ sebagai jaringan ikat yang berada diantara lobuli penghasil spermatozoa.
Pembuluh darah di dalam testis tampak sebagai struktr anekhoik.
2. Epididimis
Epididimis merupakan saluran tunggal memanjang berliku pada sisi bagian testis.
Pencitraan sonografi kaput epididimis terlihat sebagai kombinasi struktur hipoekoik
dengan anekoik. Duktus epididimis tampak anekoik dan struktur jaringan saluran
tampak hipoekoik. Ukuran duktus pada kauda epididimis terlihat lebih besar jika
dibandingkan dengan bagian kaput epididimis, sehingga tampilan anekoik lebih
dominan. Kulit bagian skrotum terlihat sebagai garis hipoekoik hingga hiperekoik.
3. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat yang normal sering kali terletak di panggul dan mungkin sulit untuk
digambarkan. Pada anjing yang usianya cukup dewasa, prostat terlihat normal seperti
11
berada di dalam rongga abdomen, lebih khusus ketika di dorong secara cranial oleh
kantong kemih.
Gambar 6 melintang prostat anjing springer spaniel berusia 2 tahun yang baru
saja dikastrasi. Prostatnya kecil, berukuran sekitar 1,5 cm, dan memiliki
ekogenisitas hypoechoic yang sedikit tidak homogen. Kapsulnya halus dan rata.
4. Urethra
Uretra normal biasa dicirikan dengan tepi yang halus, berdinding tipis, struktur
tubular dengan diameter seragam ditelusuri dari leher kandung kemih. Pemeriksaan
ultrasonografi pada uretra umumnya terbatas pada bagian paling kranial dari uretra
pelvis saat dilihat dari bagian perut ventral. Distensi penuh dari kandung kemih
meningkatkan posisi kranial di dalam perut untuk memungkinkan pemeriksaan
panggul yang lebih panjang diorgan uretra, tetapi uretra bagian ekor yang menuju ke
tulang kemaluan tidak bisa biasa diperiksa. Pada beberapa pasien, aspek kaudal dari
uretra pelvis dapat dilakukan dengan menggunakan celah perineum sagital.
Gambar 7 urethrography pada kucing jantan normal. Kateter Tomcat ada di uretra penis
bagian distal, dan media kontras beryodium disuntikkan. Uretra panggul (panah hitam)
lebar dan tepi halus. Uretra penis (panah putih) memiliki diameter yang lebih kecil dan
tidak terlalu membengkak.
12
5. Penis
Penis merupakan organ kopulasi pada hewan jantan.
Gambar 10, sonogram preputium dan glan penis. (A,C) merupakan preputium. (B,D)
merupakan glan penis bagian prosesus uretralis. A,B. potongna memanjang, C,D.
potongan melintang. K : kulitt, Lpr : lumen preputium , pt : peritoneum, Gp : glan penis,
rAb : rongga abdomen.
13
Gambar 11, sonogram gla penis. A,B. potongna memanjang, C,D. potongan
melintang. K : kulitt, Lpr : lumen preputium , pt : peritoneum,Gp : glan penis,
rAb : rongga abdomen.
14
Gambar 12, sonogram badan penis. A,C. awal badan penis; B,D. badan penis.
A,B.potongan melintang; C,D. potongan memanjang. K : kulitt, pt : peritoneum,
Gp : glan penis, bp : badan penis, u : uretra, rAb : rongga abdomen.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
Keely JK, McAllister H, Graham JP. Diagnostic Radiology and Ultrasonography of the Dog
and Cat, edisi ke-5. Philadelphia: Saunders Elsevier,2011.
Margi Sirois, EdD, MS, RVT. 2010. Handbook of Radiographic Positioning for Veterinary
Technicians. Delmar. Clifton Park
Mokhamad FU, dkk. 2013. Pencitraan Ultrasonografi Organ Reproduksi Domba Jantan
Ekor Tipis Indonesia. Acta Veterinaria Indonesiana. Vol 1, 2: 51-56.
Thrall, Donald E. dan Robertson, Ian D. 2011. Atlas of Normal Radiographic Anatomy and
Anatomic Variants in the Dog and Cat. Elsevier Saunders.
Thrall, Donald E., DVM, PHD. 2018.Textbook of Veterinary Diagnostic Radiology. Seventh
Edition. Elsevier.
17