Anda di halaman 1dari 11

Laporan praktikum 4 Hari, tanggal : Senin, 26 Februari 2018

Kesehatan Hewan Laboratorium dan Dosen : drh. Henny Endah A., MSc
Akuatik Asisten : Saut Raza L. S., Amd
Nadya AP, Amd

IDENTIFIKASI PAKAN DAN BEDDING HEWAN


LABORATORIUM
Kelompok 3 / P1
Nama NIM Tanda Tangan
1. Arnold Scorpsky M. J3P116010 1.
2. Aulia Fildzah R. J3P116012 2.
3. Cut Aldila Febiana J3P116014 3.
4. Giovanni Rivaldo T. J3P116025 4.
5. Chairul Hardian P. J3P216080 5.

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Hewan percobaan yang dipelihara untuk tujuan penelitian, umumnya berada dalam
suatu lingkungan yang sempit dan terawasi. Walaupun kehidupannya diawasi, namun
diusahakan agar proses fisiologis dan reproduksi termasuk makan, minum, bergerak dan
istirahat tidak terganggu. Hewan percobaan ditempatkan dalam kandang-kandang yang
disusun pada rak-rak didalam suatu ruangan khusus. Kandang harus dirancang untuk dapat
memberikan kenyamanan dan kesejahteraan bagi hewan tersebut (Anggorodi, 1973).

Pakan hewan (feed) adalah makanan/asupan yang diberikan kepada hewan. Pakan
merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup.
Zat yang terpenting dalam pakan adalah protein. Pakan berkualitas adalah pakan yang
kandungan protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitaminnya seimbang. Pakan dan minum
merupakan hal penting untuk memelihara hewan percobaan. Pakan untuk hewan lab adalan
pakan yang komposisi komponen penyusunnya harus disesuaikan dengan syarat ideal
pertumbuhan masing-masing hewan percobaan dan jumlah dan jenis makanannya pun harus
disesuaikan. Terdapat berbagai macam pakan hewan percobaan yang dapat memenuhi nutrisi
kebutuhan tubuh hewan percobaan tersebut.

Hal yang harus diperhatikan juga dalam pemeliharaan hewan percobaan ialah penutup
lantai atau disebut juga bedding. Penutup lantai kandang atau bedding merupakan penyerap
untuk menampung kotoran termasuk air kencing dan sisa-sisa makanan. Pemakaian bedding
mempunyai tiga tujuan, yaitu untuk menyerap kotoran, melengkapi bahan sarang dan untuk
isolasi panas (Green, 1968). Bahan untuk bedding ini dapat berasal dari bahan-bahan limbah
industri atau hasil pasca panen, seperti serbuk gergaji kayu, tatal kayu, sekam padi, potongan
jerami kering, tongkol jagung, ampas bit gula kering dan butiran tanah liat (Peter, 1976).

1.2. Tujuan

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui komposisi pakan dan jenis - jenis
alas kandang hewan percobaan.

1.3. Metodologi
Hari/tgl : Senin, 26 Februari 2018
Waktu : 14.00 – 18,.00
Tempat : Klinik Hewan Program Diploma Institut Pertanian Bogor

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap beberapa jenis pakan hewan
laboratorium dan bedding atau alas kandang.
2. HASIL

Tabel 1.1. Identifikasi pakan hewan laboratorium

PAKAN KETERANGAN

Bentuk : Pellet
Jenis : Pakan tikus atau mencit
Tekstur : Keras/padat
Warna : Coklat muda
Bau : Bau khas

Bentuk : Butiran
Jenis : Pakan burung, Jagung Kering
Tektur : Permukaan halus, keras
Bau : Khas jagung

Bentuk : Pellet
Jenis : Pakan marmut
Tekstur : Keras/padat
Warna : coklat tua
Bau : Bau khas
Bentuk : Pellet
Jenis : Pakan kelinci
Tekstur : Keras, permukaan kasar
Warna : Orange dan hijau tua
Bau : Rumput kering

Bentuk : Butiran / pellet


Jenis : Pakan ikan
Tekstur : Keras, permukaan licin
Warna : Merah tua
Bau : Bau udang

Tabel 1.2. Identifikasi bedding/ alas kandang hewan laboratorium

BEDDING KETERANGAN

Bentuk : Serutan halus


Jenis : Serutan kayu komersil
Tekstur : Lembut
Warna : krem
Bentuk : Potongan / lembaran
Jenis : Potongan kertas
Tekstur : Kasar, lunak
Warna : Hitam dan putih

Bentuk : Serpihan
Jenis : Serbuk kayu
Tektur : Kasar, tebal
Warna : Coklat

Bentuk : Potongan
Jenis : Kulit jagung
Tekstur : halus, lembab, lembut
Warna : Hijau muda

Bentuk : Serpihan
Jenis : Sekam padi
Tekstur : Kasar
Warna : Coklat kekuningan
3. PEMBAHASAN

Pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan bernilai gizi yang baik
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan hewan. Penyediaan
pakan yang tidak sesuai dengan jumlah hewan yang dipelihara menyebabkan laju
pertumbuhan hewan menjadi lambat. Akibatnya produksi yang dihasilkan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Pada dasarnya, sumber pakan bagi hewan peliharaan berasal dari
pakan alami dan pakan buatan. Karena jumlah pakan alami dalam kolam/perairan sangat
terbatas dan kurang memadai, maka agar tercapai laju pertumbuhan hewan yang baik perlu
diberikan pakan tambahan atau pakan buatan sesuai dengan kebutuhan hewan.
Ada beberapa bentuk pakan buatan yaitu Tepung/fowder, Remah/crumble dan
pellet. Bentuk tepung dibagi lagi menjadi halus dan tepung kasar. Bentuk remah biasanya
berasal dari bentuk pellet yang dihancurkan sehingga menjadi butiran kasar. Sedangkan pellet
Pellet adalah bentuk pakan buatan yang terdiri dari beberapa macam bahan yang diramu dan
dijadikan adonan. Kemudian adonan itu dicetak sehingga bentuknya berupa batangan kecil
yang panjangnya 1 – 2 cm. Tetapi dengan berkembangnya teknologi sekarang ini terdapat
alat pencetak pellet berkapasitas besar yang menghasilkan pellet berbentuk bulatan dengan
diameter yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Pakan yang dibuat murni sangat penting untuk hewan pengerat atau peliharaan sebab
mengandung bermacam – macam sumber gizi dalam bentuk murni, sumber karbohidrat yang
dapat disediakan sebagai disakarida yaitu pati, sumber lemak berupa lemak nabati dan
mineral sebagai sumber garam – garaman. Oleh sebab itu, hal tersebut dapat mempengaruhi
kualitas makanan hewan yaitu makanan mudah dicerna. Pada hewan lab kebutuhan pakan
bagi seekor hewan lab tiap harinya kurang lebih sebanyak 10% dari bobot tubuhnya jika
pakannya berupa pakan kering. Kualitas makanan yang baik dapat diperoleh dengan
membuatnya, biasanya dalam bentuk pellet.

Seekor mencit dewasa dapat mengkonsumsi 3-5 gr pakan dan apabila mencit yang
sedang bunting atau menyusui, akan makan lebih banyak. Sedangkan kebutuhan minum
seekor mencit setiap hari kira – kira 15 – 30 ml air. Pertumbuhan mencit yaitu pertambahan
berat badan mencit hanya mencapai 5 gr perminggunya sehingga dapat dinilai bahwa
pertambahan berat badan mencit tidak melebihi 1 gr / hari. Hal ini tidak sesuai dengan
pendapat Yuwono dkk (2009) bahwa pertumbuhan berbeda dengan perkembangan,
pertumbuhan dilukiskan sebagai proses pertambahan bobot sejalan dengan bertambahnya
waktu (umur); sedangkan perkembangan adalah penggantian bentuk, penyusunan komponen
tubuh panca indra dan fungsi organ tubuh. Pada umumnya berat lahir mencit sekitar 1 gram;
berat lahir tergantung pada jenis (strain) mencit. Setelah 4 hari rambut mulai tumbuh di
sekujur tubuhnya, terutama misai yang jelas terlihat, pada 5 hari seluruhnya sudah terlihat
putih. Pada umur 10 hari daun telinga membuka, bagian tubuh lainnya seperti puting susu dan
alat kelamin luar menjadi jelas kelihatan. Pada umur 12 hari mata mulai membuka dan anak-
anak mencit aktif lari berkeliling-keliling. Pada umur 13-14 hari mencit selain minum susu
induk mulai memakan makanan padat (pellet) dan mulai belajar minum dari botol. Pada umur
16 hari sudah dapat disapih, tetapi penyapihan sebaiknya dilakukan umur 21 hari. Berat sapih
umumnya sekitar 8-12 gram. (Yuwono et al. 2009).

Seekor tikus dewasa rata-rata mengkonsumsi sekitar 5 gram pakan dan 10 ml air per
100 gram BB (Malole dan -20 g/hari/ekor Pramono 1989) atau 12dan 20-40 ml air/hari/ekor .
Pakan yang diberikan pada tikus umumnya tersusun dari komposisi alami dan mudah
diperoleh dari sumber daya komersial. Namun demikian, pakan yang diberikan pada tikus
sebaiknya mengandung nutrien dalam komposisi yang tepat. Pakan ideal untuk tikus yang
sedang tumbuh harus memenuhi kebutuhan zat makanan antara lain protein 12%, lemak 5%,
dan serat kasar kira-kira 5%, harus cukup mengandung vitamin A, vitamin D, asam linoleat,
tiamin, riboflavin, pantotenat, vitamin B12, biotin, piridoksin dan kolin serta mineral-mineral
tertentu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Kelinci termasuk ternak herbivora yang tidak dapat mencerna serat kasar secara baik,
sehingga pakan kelinci hendaknya dipilih dari dedaunan atau hijauan yang berserat halus.
Pakan kelinci terdiri dari rumput/ hijauan, sayuran termasuk biji-bijian dan konsentrat. Pakan
hijauan yang diberikan seperti daun kol, daun sawi, kangkung, lobak, caisim, daun turi, daun
kacang tanah, kacang panjang. Demikian pula rumput yang relatif lunak dan batangnya halus
yaitu rumput lapangan, rumput gajah. Kelinci membutuhkan karbohidrat, lemak, protein,
mineral, vitamin dan air. Jumlah kebutuhannya tergantung pada umur, tujuan produksi, serta
laju atau kecepatan pertumbuhannya. Untuk Pejantan aktif kawin, betina bunting, betina
menyusui, anak kelinci masa pertumbuhan membutuhkan protein 14- 18 %, lemak 3 -6 % ,
serat 15 – 20 % dan abu 5 – 6 %. Sedangkan untuk betina kering, pejantan tak aktif, anak
yang mulai dewasa membutuhkan protein 12 – 14 %, lemak 2-4 %, serat 20 – 28 % dan abu
5-6%.
Pemberian Pakan hijauan diberikan sekitar 60 – 80% dari total pakan atau sebanyak
650 – 700 gram/ hari/ekor, Hijauan untuk pakan kelinci sebaiknya tidak diberikan dalam
bentuk segar tetapi telah dilayukan terlebih dahulu untuk mengurangi kadar airnya. Selain
hijauan kelinci juga diberikan pakan kering berupa pellet atau konsentrat yang terbuat dari
hijauan yang dikeringkan lalu ditambah bahan lainnya. Pakan penguat/ konsentrat 120 – 180
gram/hari/ekor. Jumlah pakan tiap harinya bervariasi berdasarkan ukuran atau besar kelinci
serta tahapan atau tingkatan produksinya (Anonim 2010).

Pakan marmut memiliki kandungan sebagai berikut; gandum, dehydrated Alfalfa


Meal, kedelai, jagung kering biji-bijian dengan solubles, Oatmeal, whey kering, jagung, biji
rami, minyak sayur, kalsium karbonat, monocalcium fosfat, fosfat Dicalcium, garam, DL-
metionin, Sulfat, Sulfat Tembaga, Sulfat Manganous, Sulfat Mangan, Seng Oksida, Seng
Sengat, Kobalt Karbonat, Kalsium Iodat, Sodium Selenit, Suplemen Vitamin A, Suplemen
Vitamin D3, Suplemen Vitamin E, L-Ascorbyl-2-Polifosfat, Asam Askorbat, Tiamin
Mononitrate, Suplemen Niacin, Suplemen Riboflavin, Kalsium Pantothenate, Pyridoxine
Hydrochloride, Choline Chloride, Asam Folat, Biotin, Suplemen Vitamin B12 (Manna Pro
2018).

Jagung merupakan tanaman semusim dengan siklus hidup 80-150 hari. Pada
umumnya tinggi tanaman jagung mencapai 1-3m bahkan ada yang mencapai 6m. jagung
meerupakan energi utama bagi ternak karena kandungan pati jagung lebih dari 60-80% dan
mudah dicerna karena kandungan serat kasar relatif rendah. Pati jagung berbentuk amilosa
amilopektin. Jagung mengandung xantofil yang berguna untuk meningkatkan kepekatan
warna kuning pada kaki ayam dan kuning telur. Kandungan lemak jagung lebih tinggi 3%
disbanding sorgum, gandum, gaplek dan beras. Protein pada jagung hanya 8,5%. Kandungan
gizi dalam 100 gr jagung adalah sebagai berikut (Cheeke P. R. 2004) :

– Kalori : 355 kal

– Protein : 9,2 gr

– Lemak : 3.9 gr

– Karbohidrat : 73,7 gr

– Kalsium : 10 mg
– Posfor : 256 mg

– Besi : 2,4 mg

– Vitamin A : 510 SI

– Vitamin B1 : 0,38 mg

– Air : 12 gr

Penutup lantai kandang atau bedding, merupakan penyerap untuk menampung


kotoran termasuk air kencing dan sisa-sisa makanan. Pemakaian bedding mempunyai tiga
tujuan, yaitu untuk menyerap kotoran, melengkapi bahan sarang dan untuk isolasi panas
(Green 1968). Bahan untuk bedding ini dapat berasal dari bahan-bahan limbah industri atau
hasil pasca panen, seperti serbuk gergaji kayu, tatal kayu, sekam padi, potongan jerami
kering, tongkol jagung, ampas bit gula kering dan butiran tanah liat (Peter 1976).

Ada beberapa bahan yang bisa digunakan untuk alas kandang tikus. Berikut ini bahan-
bahan yang bisa digunakan disertai dengan kelebihan dan kekurangannya (McRoy D 2009) :

1. Zeolit aktif: ukuran butiran 2-3 mm, sepert kerikil-kerikil halus. Zeolit aktif bisa
menyerap bau dan air, sehingga kandang relatif bersih dan tidak bau. Kelebihan lain
dari zeolit aktif adalah bisa dicuci jika sudah kotor dan digunakan kembali setelah
diaktivasi lagi. Tikus terlihat lebih sehat. Kelemahannya adalah harganya yang relatif
mahal. Untuk tikus-tikus yang harganya mahal, unik, dan eksotik, sebaiknya
menggunakan zeolit aktif sebagai alasnya. Namun demikian, jika tikus ini
berpasangan atau lebih dari satu, sebaiknya ditambahkan juga serabut kelapa/seresah
yang bisa berfungsi untuk sarang tikus.

2. Sekam kering: sekam sebaiknya dikeringkan sampai kering sebelum digunakan untuk
alas. Sekam relatif murah dan muda diperoleh. Namun, sekam tidak bisa menyerap
bau dan sedikit menyerap air. Sehingga secara berkala sekam ini harus diganti,
terutama jika sudah menunjukkan tanda-tanda kotor, lembab, dan tikus sering
mengaruk-garuk tubuhnya.

3. Tahi gergaji/sisa gergajian: sebaiknya gunakan sisa-sisa gergaji yang halus, bukan
yang besar-besar dan kasar. Sisa gergajian juga dikeringkan terlebih dahulu sebelum
digunakan. Sama seperti sekam, gergajian murah dan mudah diperoleh. Gergajian
juga bisa menyerap air lebih banyak daripada sekam. Namun, gergajian lebih mudah
lembab. Jika sudah kotor, gergajian harus diganti dengan yang baru.
4. Sobekan kertas: sobekan kertas juga bisa digunakan sebagai alas kandang tikus.
Kelebihannya adalah harganya murah dan mudah diperoleh. Namun, kertas sangat
mudah kotor dan menyerap air.
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi R. 1973. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: Gramedia

Anonim 2010. Teknologi Budidaya Kelinci. Direktorat Jenderal Peternakan. Direktorat


Budidaya Ternak Non ruminansia.

Cheeke, P. R. 2004. Animal Agriculture. 3th Ed. New Jersey: Upper Saddle Rive. Prentice
Hall.
Green E. 1968. Biology of The Laboratory Mouse. New York: Hill Book.

Manna Pro. 2018. Complete Feed for Guinea Pig.


http://www.mannapro.com/smallworld/products/guinea-pig. Diakses pada tanggal 3
Maret 2018.

McRoy D. 12/01/2009. Mouse Bedding and Enrichment.


https://www.alnmag.com/article/2009/12/mouse-bedding-and-enrichment. Diakses
pada tanggal 3 Maret 2018.

Peter W. L. 1976. The Laboratory Mouse. New York: Edinburg.

Smith John B & Mangkoewidjojo Soesanto. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan


Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta. Universitas Indonesia
Salemba 4. Hlm. 37-48.)

Yuwono, dkk. 2009. Mencit strain CBR Swiss Derived. Pusat Penelitian Penyakit Menular
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai