Anda di halaman 1dari 24

PEMERIKSAAN POSTMORTEM DAN KELAINAN

POSTMORTEM PADA HEWAN RUMINANSIA (KAMBING)

Kelompok 6 P1

Aulia Fildzah Ramadhita J3P116012


Cut aldila Febiana J3P116014
Ferhat Nadian Saputra Rahmat J3P116019
Azalia Devara J3P216075
Edi Sugiarto J3P216101

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK


VETERINER
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Ternak Ternak ruminansia kecil yang


dapat hidup dan berkembang biak
kambing dengan baik di seluruh wilayah
Indonesia

Hasil ternak yang sangat


penting dalam pemenuhan kebutuhan
pangan manusia.
Daging sumber protein hewani
Pemeriksaan
Post Mortem

• Dilakukan setelah penyembelihan


• Dilakukan dokter hewan atau
pemeriksa daging di bawah
pengawasan petugas berwenang
HASIL DAN
PEMBAHASAN
FRAKTURA

Perubahan kecelakaan, trauma,


Letak terjatuh tumor, dan
tulang dan luka ricketsia
Gejala klinis

Fibris
• Perubahan susunan tulang

Bengkak
• Panas lokal
Kambing yang mengalami penyakit
fraktura dagingnya dapat diedarkan dan
dikonsumsi karena penyakit bersifat lokal dan
tidak membahayakan konsumen (manusia).
BRUCELLOSIS

Penyebab 6 Spesies Penularan

B. melitensis, Melalui per


B. abortus, oral, lendir
Bakteri B. suis, B. mata,
Brucella neotomae, B. inhalasi, dan
ovis, dan B. kulit yang
canis terluka
Gejala klinis
Hygroma, arthritis, spondylitis, dan orchitis

Betina Jantan
kebengkakan pada
Abortus pada bulan
persendian atau
ketiga atau keempat
testes
Daging hewan yang menderita yang
menderita brucellosis dapat diedarkan dan
dikonsumsi dengan syarat, sebelum peredaran
daging dilayukan sekurang – kurangnya 24
jam.
FASCIOLOSIS

merupakan salah
Penyebab
satu penyakit parasit

cacing fasciola sp. Pencemaran


metaserkaria, larva
infektif cacing trematoda
Pemeriksaan

Bagian hepar ditujukan untuk


mendeteksi ada tidaknya cacing
fasciola sp di hepar dan ataupun
saluran empedu
Gejala
• titik-titik perdarahan pada kapsula
• permukaan hati tidak rata
• Hati mengalami sirosis dengan luasan sepertiga
lobus
• saluran empedu menebal dan ditemukan cacing hati
• mengalami sirosis setengah lobus atau lebih
• saluran empedu sangat menebal dan ditemukan
cacing
Oleh karena itu pada pemeriksaan
postmortem jika ditemukan penyakit fasciolosis
pada organ hati kambing sebaiknya organ hati
yang tidak layak untuk dikonsumsi manusia
dibuang.
SALMONELLOSIS

S. abortus ovis
yang menyerang
Salmonella sp
pada kambing
dan domba

Penularan melalui saluran


pencernaan dengan cara memakan
atau meminum bahan makanan yang
tercemar bakteri Salmonella dan juga
ADANYA PERUBAHAN
SEPTIKEMI

1. kongesti dan hemorragis pada usus


2. pembesaran kelenjar – kelenjar limfe
3. Perdarahan yang mungkin terdapat pada
cortex dari ginjal dan pericardium
Kambing yang menderita
penyakit salmonellosis dilarang
diedarkan karena dagingnya
berbahaya untuk konsumsi
manusia.
PENUTUP
SIMPULAN

Keputusan postmortem pada kasus


penyakit kambing fraktura dapat diedarkan dan
dikonsumsi karena penyakit bersifat lokal dan
tidak membahayakan konsumen (manusia).
Daging hewan yang menderita yang menderita
brucellosis dapat diedarkan dan dikonsumsi
dengan syarat, sebelum peredaran daging
dilayukan sekurang – kurangnya 24 jam
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. The Merk Veterinary Manual 11th Edition. New
Jersey. USA Merek & CO. Inc Rahway.
Anonimous, 2008. Laporan Koasistensi Laboratorium
Kesmavet. Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Syiah Kuala.
Bleby J Bishop G. 2003. The Dog’s Health from a to Z the
Ultimate handy Guide For every Dog Owner. UK : A
David & Charles Boob.
Budisatria, I.G.S. 2009. Plasma Nutfah Kambing di Indonesia.
Yogyakarta. Fakultas Peternakan, UGM.
Kusumamiharja, S. 2005. Parasit Dan Parasitosis Pada Hewan
Ternak Dan Hewan Piaraan Di Indonesia. Bogor. Pusat
Antar. Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.
Subronto dan Tjahajati. 2008. Ilmu Penyakit Ternak III (Mamalia)
Farmakologi Veteriner. Farmakodinami dan Farmakokinesis
Farmakologi Klinis. Yogyakarta. Indonesia Gadjah Mada
University Press.
Soedarto. 2003. Zoonosisi Kedokteran. Surabaya. Airlangga press.
Suparno. 2005. Ilmu Daging. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai