Anda di halaman 1dari 7

Makalah Hari/Tgl : Sabtu/27 Mei 2017

Kesejahteraan Hewan Dosen :

Peran Penting Paramedik veteriner


Di Karantina Hewan

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Cut Aldila Febiana J3P116014


Febri Kurniawan
Ferhat Nadian Saputra
Sabrian Glorio
Zayyin Thoyibatul M.

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2017
I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Karantina Hewan adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya


pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan dari luar negeri dan dari suatu
area lain di dalam negeri atau keluarnya hama dan penyakit hewan dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia. Upaya itu dilakukan melalui tindakan-tindakan karantina
terhadap hewan dan produk hewan berupa tindakan 8P yaitu : pemeriksaan, pengasingan,
pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan.

Landasan hukum operasional karantina hewan adalah :


1. Undang-Undang RI No.16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan.
2. Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan.
3. Peraturan Pemerintah RI No.49 Tahun 2002 juncto PP No.7 Tahun 2004 Perubahan
Atas Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
4. SK. Mentan No.442/Kpts/LB.720/6/1998 tentang Peraturan Karantina Hewan.
5. SK. Mentan No.1096/Kpts/TN.120/10/1999 tentang Pemasukan Anjing, Kucing, Kera
ke wilayah/daerah bebas Rabies di Indonesia
6. Beberapa peraturan perundangan dan SK Mentan lainnya.

Dalam karantina hewan, ada beberapa profesi yang berperan penting salah satunya
adalah paramedik veteriner. Paramedik Veteriner adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang melakukan kegiatan dibawah pengawasan
Medik Veteriner di bidang pengendalian hama dan penyakit hewandan pengamanan produk
hewan.

1.2. TUJUAN
Untuk mengetahui peran penting Paramedik Veteriner di karantina hewan.

1.3.RUMUSAN MASALAH
Apa peranan penting paramedic veteriner di karantina hewan?
II. PEMBAHASAN

Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan


masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan
dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Republik
Indonesia.

Karantina Hewan dan Tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan masuk
dan tersebarnya hama dan penyakit hewan atau organisme pengganggu tumbuhan dari luar
negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.

Institusi Karantina (dalam hal ini Karantina Hewan) berdasarkan Undang-undang No.
16 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000 merupakan institusi yang
diberikan tugas menyelenggarakan perkarantinaan hewan di Indonesia. Untuk itu dalam
melaksanakan tugasnya, Karantina perlu disertai dengan perangkat baik perangkat lunak
maupun perangkat keras. Perangkat lunak selain sistem pengawasan lalulintas media
pembawa (E-QVet), peraturan terkait perkarantinaan, juga mencakup kompetensi petugas
karantinanya (pengetahuan, ketrampilan). Sedangkan perangkat keras mencakup sarana
prasarana untuk melaksanakan tindakan karantina, pengawasan lalulintas media pembawa,
termasuk sarana prasarana komunikasi terkait dengan pencarian, penyimpanan dan
pengelolaan informasi dan data yang diperlukan sebagai bahan on desk review dalam
menyusun persyaratan teknis terutama terkait importasi hewan. Hal ini amat diperlukan
dalam kaitannya dengan fungsi pencegahan masuknya HPHK dari luar negeri ke dalam
wilayah RI. Tugas pokok karantina hewan adalah :

1. Mencegah masuknya hama dan penyakit hewan karantina dari luar negeri kedalam
wilayah Negara Republik Indonesia
2. Mencegah tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina ke area lain di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia
3. Mencegah keluarnya hama dan penyakit hewan karantina dari wilayah Negara
Republik Indonesia.
Media pembawa hama dan penyakit hewan atau organism pengganggu tumbuhan
adalah hewan, asal bahan hewan, hasil bahan asal hewan, tumbuhan dan bagian-bagiannya
dan/atau benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) atau
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK).

Ada beberapa proses tindakan karantina yang dikenal dengan istilah 8P


1. Pemeriksaan
2. Pengasingan
3. Pengamatan
4. Perlakuan
5. Penahanan
6. Penolakan
7. Pemasukan
8. Pembebasan

1. Pemeriksaan

Dilakukan untuk mengetahui kelengkapan isi dokumen dan mendeteksi hama dan
penyakit hewan karantina, status kesehatan dan sanitasi media pembawa, atau kelayakan
sarana prasarana karantina, alat angkut. Pemeriksaan kesehatan atau sanitasi media pembawa
dilakukan secara fisik dengan cara pemeriksaan klinis pada hewan atau pemeriksaan
kemurnian atau keutuhan secara organoleptik pada bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan
dan benda lain.

2. Pengasingan

Dilakukan terhadap sebagian atau seluruhnya media pembawa untuk diadakan pengamatan,
pemeriksaan dan perlakukan dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan penularan hama
penyakit hewan karantina selama waktu tertentu yang akan dipergunakan sevagai dasar
penetapan masa karantina.

3. Pengamatan

Mendeteksi lebih lanjut hama penyakit hewan karantina dengan cara mengamati timbulnya
gejala hama penyakit hewan karantina pada media pembawa selama diasingkan dengan
mempergunakan system semua masuk – semua keluar.
4. Perlakuan

Merupakan tindakan untuk membebaskan dan mensucihamakan media pembawa dari


hama penyakit hewan karantina, atau tindakan lain yang bersifat preventif, kuratif dan
promotif.

5. Penahanan

Dilakukan terhadap media pembawa yang belum memenuhi persyaratan karantina


atau dokumen yang dipersyaratkan oleh Menteri lain yang terkait atau dalam pemeriksaan
masih diperlukan konfirmasi lebih lanjut.

6. Penolakan

Dilakukan penolakan apabila media pembawa tersebut berasal dari daerah/negara


terlarang karena masih terdapat/tertular atau sedang wabah penyakit hewan karantina
golongan I, atau pada waktu pemeriksaan ditemukan gejala adanya penyakit hewan karantina
golongan I, atau pada waktu pemeriksaan tidak dilengkapi dengan dokumen karantina
(sertifikat kesehatan).

7. Pemusnahan

Pemusnahan dilakukan apabila media pembawa yang ditahan tersebut melewati batas
waktu yang ditentukan dan pemilik/kuasanya tidak dapat memenuhi persyaratan yang
diperlukan, atau terhadap media pembawa tersebut ditemukan adanya hama dan penyakit
hewan karantina golongan I atau golongan II tetapi telah diobati ternyata tidak dapat
disembuhkan, atau hewan yang ditolak tidak segera di berangkatkan/tidak mungkin dilakukan
penolakan dan media pembawa tersebut berasal dari daerah terlarang atau daerah yang tidak
bebas dari penyakit hewan karantina golongan I.

8. Pembebasan

Pembebasan dilakukan apabila semua kewajiban dan persyaratan untuk


memasukkan/mengeluarkan media pembawa tersebut telah dipenuhi dan dalam pemeriksaan
tidak ditemukan adanya/dugaan adanya gejala hama dan penyakit hewan karantina, atau
selama pengasingan dan pengamatan tidak ditemukan adanya hama dan penyakit hewan
karantina. Pembebasan untuk masuk diberikan dengan sertifikat pelepasan/pembebasan
sedang pembebasan keluar diberikan dengan Sertifikat kesehatan.
Paramedik Veteriner Bekerja dibawah pengawasan dokter hewan untuk melakukan
berbagai macam tindakan dalam karantina hewan, yaitu :

 Melakukan pemeriksaan rutin terhadap hewan.


 Melakukan berbagai uji lab dan pengawasan untuk menjamin kualitas hasil uji.
 Melakukan perawatan tehadap hewan yang dikarantina.
 Melakukan pemantauan daerah sebar HPHK.
 Melakukan pembuatan koleksi HPHK.
 Melakukan pengawasan keamaan hayati hewani.
 Melakukan kegiatan fungsional lainnya.

Karantina Hewan mempunyai wewenang mengawasi lalu lintas dan melakukan tindak
karantina tehadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina baik ekspor, impor,
pemasukan maupun pengeluaran antar area/domestik yang terdiri dari :

1. Semua jenis hewan.


2. Bahan Asal Hewan (BAH), yaitu Bahan yang berasal dari hewan yang dapat diolah
lebih lanjut seperti daging, telur, susu, jeroan, kulit hewan mentah/jadi, darah, tulang,
sarang burung wallet, madu, dll.
3. Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH) yaitu bahan asal hewan yang telah diolah seperti
sosis, bakso, dendeng, abon, keju, dll.
4. Benda Lain, yaitu media pembawa yang bukan tergolong hewan, dan hasil bahan asal
hewan yang mempunyai potensi sebagai penyebar hama dan penyakit berupa bahan
biologik seperti vaksin, sera, hormon, obat hewan dan bahan diagnosis seperti
antigen.
5. Media Pembawa Lain berupa pakan hewan, sisa makanan penumpang pesawat udara
atau kapal laut, kotoran ternak, bangkai hewan dan barang/bahan yang pernah
berhubungan dengan hewan yang diturunkan dari alat angkut.

III. KESIMPULAN

Paramedik Veteriner Bekerja dibawah pengawasan dokter hewan untuk melakukan


berbagai macam tindakan dalam karantina hewan, yaitu, melakukan pemeriksaan rutin
terhadap hewan, melakukan berbagai uji lab dan pengawasan untuk menjamin kualitas hasil
uji, melakukan perawatan tehadap hewan yang dikarantina, melakukan pemantauan daerah
sebar HPHK, melakukan pembuatan koleksi HPHK, melakukan pengawasan keamaan hayati
hewani, dan melakukan kegiatan fungsional lainnya.

IV. DAFTAR PUSTAKA

[BARANTAN] BADAN KARANTINA PERTANIAN. 2004. Rencana Strategik


Pembangunan Badan Karantina Pertanian 2005 – 2009. Jakarta : Badan Karantina
Pertanian.
[PKH] PUSAT KARANTINA HEWAN. 2002. Rencana Strategis dan Kebijakan Teknis
Karantina Hewan. Jakarta : Pusat Karantina Hewan.
[PKH] PUSAT KARANTINA HEWAN. 2003. Buku Saku Peraturan Perundang-undangan
Karantina Hewan. Jakarta : Pusat Karantina Hewan.
SOEJOEDONO RR. 2000. Bahan Mata Ajaran Zoonosis. Bogor : Laboratorium Kesehatan
Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai