Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan Hewan mempunyai peranan penting dalam penyedian pangan asal hewan dan
hasil hewan lainnya serta memiliki berbagai macam manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
Kesehatan hewan menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat karena berpengaruh
terjadap kesehatan manusia. Hewan berpotensi sebagai penyebar penyakit yang dapat menular ke
manusia atau zoonosis. Penyakit-penyakit pada hewan berpotensi menyebabkan permasalahan
kesehatan pada manusia. Penyakit baru yang tidak diketahui sebelumnya atau (emerging disease)
dan penyakit yang sebelumnya sudah dikontrol namun mewabah kembali sehingga menjadi
masalah signifikan (re-emerging disease), munculnya penyakit tersebut tidak hanya berdampak
pada aspek kesehatan, tetapi juga menimbulkan kerugian dari aspek ekonomi dan sosial.
Perdagangan bebas memicu terjadinya peningkatan pemasukan dan pengeluaran hewan
dan produk hewan (Bahan Asal Hewan/BAH dan Hasil Bahan Asal Hewan/HBAH) dalam
wilayah Negara Republik Indonesia. Kegiatan pemasukan dan pengeluaran tersebut bertujuan
untuk memenuhi konsumsi masyarakat ataupun kebutuhan industri dalam rangka mendukung
kemajuan sektor perekonomian nasional. Media pembawa berupa hewan, BAH, dan HBAH
tersebut dapat berpotensi membawa Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) (Barantan, 2017).
Peningkatan kebutuhan konsumen akan bahan pangan asal hewan dengan ketersediaan
yang terbatas pada suatu daerah tertentu mendorong masyarakat untuk melakukan proses ekspor
dan impor. Hal tersebut meningkatkan peluang penyebaran penyakit hewan menular sehingga
diperlukan suatu tindakan karantina untuk meminimalisisr resiko penyebabran penyakit.Lalu
lintas hewan, bahan asal hewan, maupun hasil bahan hewan berpotensi meningkatkan resiko
penyebaran Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS). Penyakit Hewan Menular Strategis
(PHMS) merupakan penyakit yang memiliki dampak ekonomi yang cukup besar sehingga resiko
penyebarannya harus diminimalisir. Lalu lintas hewan yang tidak mendapat pengawasa
berpotensi meningkatkan resiko terhadap pelanggaran prinsip kesejahteraan hewan (Animals
Welfare). Sebagai upaya pencegahan terhadap penyebaran Penyakit Hewan Menular Strategis
serta, pencegahan perdagangan satwa dilindungi, dan pencegahan terhadap pelanggaran Animals
Welfare dari lalu lintas hewan, diperlukan badan pengawas dalam mengontrol lalu lintas hewan
dan produk asal hewan beserta olahannya. Lembaga negara di Indonesia yang bertugas
menangani hal tersebut adalah Badan Karantina Pertanian yang membawahi karantina-karantina
di seluruh Indonesia, salah satunya adalah Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, Jawa
Timur. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 tahun 1992 tentang tindakan
karantina hewan, ikan dan tumbuhan, karantina merupakan tempat pengasingan dan tindakan
sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme dari luar
negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah Negara
Republik Indonesia.
Karantina merupakan barrier pertama dan pertahanan utama (first line defence) suatu
negara. Karantina memiliki wewenang untuk mengamankan lalu lintas dan melakukan tindakan
karantina terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina seperti, hewan, bahan
asal hewan, hasil bahan asal, dan media pembawa berupa benda lain. Balai Besar Karantina
Pertanian (BBKP) Surabaya merupakan salah satu balai karantina yang mempunyai peranan
penting dalam usaha mencegah masuk dan keluarnya suatu penyakit hewan menular yang
dibawa oleh hewan yang ditransportasikan melalui jalur udara, laut dan darat. Pengambilan
keputusan serta tindakan – tindakan di karantina hewan dari hulu hingga hilir sangat beraitan erat
dengan peran dokter hewan. Sehingga sangat diperlukan kompetensi dokter hewan di karantina
hewan.
Berdasarkan uraian diatas, pelaksanaan koasistensi mahasiswa Profesi Pendidikan Dokter
Hewan (PPDH) Universitas Brawijaya ini diharapkan dapat mengetahui secara keseluruhan
kegiatan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya baik kegiatan administrasi maupun teknis
pelaksanaan di karantina hewan. Selain itu, kegiatan koasistensi yang akan dilakukan juga
sebagai bekal mahasiswa PPDH mengenai peran dokter hewan di karantina. Pendidikan Profesi
Dokter Hewan (PPDH) Universitas Brawijaya merupakan bagian dari proses pendidikan untuk
menghasilkan dokter hewan yang professional, memiliki ketarampilan di lapangan, dan
berwawasan luas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah sebagai berikut :


1. Bagaimana peran dokter hewan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi di BBKP
Surabaya?
2. Bagaimana peran dokter hewan dalam tindakan pencegahan masuknya HPHK di BBKP
Surabaya?
3. Bagaimana mekanisme alur pelayanan komoditas ekspor, impor dan domestik di BBKP
Surabaya?
1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan laporan ini adalah :


1. Mengetahui peran dokter hewan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi di BBKP
Surabaya.
2. Mengetahui peran dokter hewan dalam tindakan pencegahan masuknya HPHK di BBKP
Surabaya.
3. Mengetahui meknisme alur pelayanan komoditas ekspor, impor, dan domestik di BBKP
Surabaya.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh adalah
1. Mampu memahami peran dokter hewan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi di
BBKP Surabaya.
2. Mampu memahami peran dokter hewan dalam tindakan pencegahan masuknya HPHK di
BBKP Surabaya.
3. Mampu memahami kegiatan pengiriman hewan area domestik di BBKP Surabaya.
4. Mampu mengetahui peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan, tindakan
karantina, dokumen persyaratan karantina, pengujian laboratorium dan sistem informasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya


BBKP Surabaya sangat dibutuhkan untuk melindungi hewan dan tumbuhan dari suatu
penyakit. Karantina mutlak diperlukan dan harus ada di pelabuhan, bandara udara ataupun
pos lalu lintas batas di suatu daerah karena tempat tersebut adalah tempat perlintasan masuk
dan keluarnya hewan dan tumbuhan. Pengertian karantina adalah tempat pengasingan dan
upaya pencegahan penyakit yang masuk, tersebar dan keluar dari wilayah Negara Republik
Indonesia.
BBKP Surabaya berada di bawah dikewenangan Badan Karantina Pertanian
Kementerian Pertanian. Balai Besar Pertanian Surabaya memiliki dua cabang yaitu: Unit
Pelaksanaan Teknis (UPT) Balai Besar Karantina Hewan Tanjung Perak dan UPT Balai
Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak. BBKP Surabaya memiliki tugas yaitu melakukan
sistem perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan terhadap produk asal hewan
dan tumbuhan.
BBKP Surabaya pertama kali dibentuk pada tahun 1978 dengan nama Balai
Karantina Kehewanan Wilayah III Surabaya dan Karantina Tumbuhan pada tahun 1980
dengan nama Karantina Tumbuhan Cabang Pelabuhan Tanjung Perak. Karantina pertanian
merupakan garda terdepan pertanian untuk melindungi kelangsungan sumber daya hayati
hewani dan nabati. Keberadaan karantina yang strategis sangat diperlukan karena Indonesia
merupakan negara agraris dan kepulauan.
BBKP Surabaya merupakan salah satu UPT lingkup Badan Karantina Pertanian dari
Kementrian Pertanian sebagai hasil penggabungan antara UPT Balai Besar Karantina
Tumbuhan Tanjung Perak. UPT ini dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 22/Permentan/Ot.140/4/2008 pada tanggal 3 April 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian (Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Struktur Organisasi BBKP Surabaya (Kementrian Pertanian, 2016)

Visi dari BBKP Surabaya yaitu menjadi garda terdepan pelayanan karantina yang
tangguh, profesional, modern dan terpercaya di Jawa Timur pada tahun 2019. Untuk
mewujudkan visi tersebut, BBKP Surabaya memiliki misi yaitu:
1. Melindungi kelestarian sumber daya hayati hewani dan nabati dari ancaman serangan
HPHK dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) serta pengawasan lalu
lintas komoditi pertanian segar yang memenuhi standar keamanan pangan.
2. Meningkatkan manajemen operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan.
3. Mewujudkan sistem manajemen mutu pelayanan dengan mengimplementasikan secara
konsisten SNI ISO 9001:2008.
4. Mewujudkan kompetensi sebagai Laboratorium Penguji (Testing Laboratory) dengan
mengimplementasikan secara konsisten SNI ISO/IEC 17025:2008 serta Laboratorium
Biosafety Level 2+ (BSL2) yang terakreditasi.
5. Mendorong terwujudnya peran perkarantinaan nasional dalam akselerasi ekspor
komoditas pertanian yang akseptabel dan mampu bersaing di pasar internasional.
6. Mendukung keberhasilan program agribisnis dan ketahanan pangan nasional.
7. Membangun masyarakat cinta karantina pertanian Indonesia.

2.2 Tugas dan Fungsi Pokok Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya
Tugas pokok dari BBKP Surabaya yaitu melaksanakan kegiatan operasional menurut
perundang-undangan karantina hewan dan tumbuhan serta melakukan pengawasan terhadap
kelangsungan sumber daya hayati hewani dan nabati. Fungsi dari BBKP Surabaya yaitu:
1. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan,
pemusnahan, pembebasan dan pembebasan media membawa HPHK dan OPTK.
2. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK.
3. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK.
4. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati.
5. Memberikan pelayanan operasional karantina hewan dan tumbuhan.
6. Memberikan pelayanan operasional pengawasan keamanan hayati dan hewani.
7. Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina hewan dan
tumbuhan.
8. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaan peraturan perundangan undangan
di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan keamanan hayati hewani dan nabati.
9. Penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan.
10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerja sama tim karantina hewan dan tumbuhan

2.3 Kegiatan Administrasi di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya


Komoditi yang akan keluar masuk domestik maupun luar negeri akan melalui proses
administrasi karantina. Dalam proses tersebut akan diterbitkan 12 dokumen legalitas dari
karantina, yaitu:
a. Dokumen Penunjang
1. KH-1 berisi tentang Surat Permohonan Pemeriksaan Kesehatan Karantina. Form tersebut
wajib diisi oleh pemilik atau kuasa pemilik media pembawa.
2. KH-2 berisi tentang Surat Penugasan, dibuat oleh Kepala UPT Karantina Hewan
berdasarkan Permohonan Pemeriksaan Karantina Hewan (KH-1). KH-2 adalah sebagai
surat penugasan/perintah penugasan kepada petugas karantina hewan (dokter hewan
karantina dan atau paramedik karantina) untuk melakukan pemeriksaan/tindakan
karantina. Hasil pemeriksaan/diagnosa oleh dokter hewan karantina segera dilaporkan
kepada kepala UPT Karantina Hewan setempat untuk mendapatkan disposisi/perintah
lebih lanjut.
3. KH-3 berisi tentang Keterangan Muatan Kapal/Produknya, disediakan oleh UPT
Karantina Hewan untuk diisi oleh nahkoda/pilot yang membawa media pembawa pada
saat melakukan pemeriksaan di atas alat angkut khusus (kapal laut atau pesawat udara
yang bermuatan hewan, produk hewan, produk asal hewan dan benda lain) dan ditujukan
kepada kepala UPT atau dokter hewan karantina setempat.
4. KH-4 berisi tentang Penolakan Bongkar, dibuat oleh dokter hewan karantina berdasarkan
hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa media pembawa berupa hewan/produk
hewan/benda lain ditolak untuk dibongkar/diturunkan dari alat angkut karena tidak
memenuhi persyaratan karantina.
5. KH-5 berisi tentang Persetujuan Bongkar, dibuat oleh dokter hewan karantina
berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa media pembawa berupa
hewan/produk hewan/benda lain disetujui dibongkar/diturunkan dari alat angkut untuk
dilakukan tindakan karantina lebih lanjut.
6. KH-6 berisi tentang Persetujuan Muat, dibuat oleh dokter hewan karantina berdasarkan
hasil pemeriksaan yang menyatakan media pembawa berupa hewan/produk hewan/benda
lain dinyatakan sehat dan disetujui untuk dimuat ke atas alat angkut.
7. KH-7 berisi tentang Perintah Masuk Instalasi Karantina, dibuat oleh dokter hewan
karantina berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyatakan bahwa media pembawa
berupa hewan/produk hewan/benda lain disetujui untuk dibongkar namun dengan
ketentuan harus dimasukkan ke instalasi karantina hewan yang telah ditetapkan oleh
kepala Badan Karantina Pertanian untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
8. KH-8a berisi tentang Berita Acara Penahanan, dibuat oleh dokter hewan karantina
berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata belum memenuhi persyaratan dan perlu
dilakukan penahanan dengan berita acara penahanan dan ditandatangani oleh
pemilik/kuasanya.
9. KH-8b berisi tentang Berita Acara Penolakan, dibuat oleh dokter hewan karantina
berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen ternyata belum memenuhi persyaratan dalam
waktu yang telah ditetapkan dan/atau hasil pemeriksaan kesehatan ditemukan HPHK
golongan I, busuk, rusak, tidak layak dan tidak aman dikonsumsi dan/atau dari
daerah/negara yang dilarang pemasukannya, pemasukannya tidak melalui tempat yang
telah ditetapkan yang dilakukan dengan berita acara penolakan serta ditandatangani oleh
saksi dan pemilik/kuasanya.
10. KH-8c berisi tentang Berita Acara Pemusnahan, dibuat oleh dokter hewan karantina
berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen ternyata belum memenuhi persyaratan dalam
waktu yang telah ditetapkan dan/atau hasil pemeriksaan kesehatan ditemukan HPHK
golongan I, busuk, rusak, tidak layak dan tidak aman dikonsumsi dan/atau dari
daerah/negara yang dilarang pemasukannya, pemasukannya tidak melalui tempat yang
telah ditetapkan dan/atau tidak segera dibawa keluar dari wilayah Indonesia atau dari area
tujuan, yang dilakukan dengan berita acara pemusnahan serta ditandatangani oleh saksi
saksi dan pemilik/kuasanya.
b. Dokumen Utama
1. KH-9 berisi tentang Sertifikat Kesehatan Hewan, dibuat oleh dokter hewan karantina
berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen dan kesehatan dan dinyatakan sehat/bebas dari
HPHK.
2. KH-10 berisi tentang Sertifikat Sanitasi Produk Hewan, dibuat oleh dokter hewan
karantina berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen dan sanitasi (kesehatan) produk hewan
dinyatakan bebas dari HPHK golongan I dan golongan II. Sertifikat ini berlaku untuk
sertifikasi produk hewan yang digunakan untuk keperluan konsumsi manusia, makanan
hewan, pertanian, industri, farmasi serta operasi (bedah) termasuk daging, telur, susu,
kulit, bulu, tanduk, telur tetas, semen, ova (sel telur), tepung daging, tepung tulang,
tepung darah, tepung telur, tepung bulu dan produk hewan lainnya. Bagi produk hewan
untuk konsumsi manusia dinyatakan aman dan layak untuk dikonsumsi serta dipisahkan
antara yang halal dan yang tidak halal.
3. KH-11 berisi tentang Surat Keterangan untuk Benda Lain, dibuat oleh dokter hewan
karantina berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen dan sanitasi (kesehatan) benda lain
tersebut. Surat keterangan ini berlaku untuk sertifikasi bahan biologik, bahan patogenik,
pakan dan bahan baku pakan, biakan organisme, sarana pengendalian hayati, kompos
serta benda lain yang bukan tergolong hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal
hewan yang mempunyai potensi penyebaran HPHK
4. KH-12 berisi tentang Sertifikat Pelepasan Karantina, dibuat oleh dokter hewan karantina
berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen dan kesehatan/sanitasi yang menyatakan bahwa
media pembawa berupa hewan/produk hewan/benda lain tersebut telah memenuhi
kelengkapan dokumen karantina hewan yang dipersyaratkan dan dinyatakan sehat,
sanitasi yang baik, dan bebas dari ektoparasit.

2.4 Alur Pelayanan Domestik dan Internasional


Standar operasional alur pelayanan pemasukan diawali dengan pengguna jasa mengisi
formulir laporan rencana pemasukan media pembawa hama dan penyakit hewan karantina
(Form-1) disertai dengan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan. Adapun persyaratan
dokumen yang harus dilengkapi oleh pengguna jasa dalam kegiatan pemasukan baik
domestik maupun impor, jika merujuk pada Peraturan Menteri Pertanian No.
18/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pelayanan Dokumen Karantina Pertanian dalam
Sistem Elektronik Indonesia National Single Window (INSW), antara lain :
1. Persyaratan dokumen impor:
a. Health Certificate (untuk hewan, Bahan Asal Hewan (BAH), Hasil Bahan
Asal Hewan (HBAH), benda lain).
b. Halal Certificate (BAH dan HBAH konsumsi manusia).
c. Surat Rekomendasi Pemasukan dari Kementerian Pertanian.
d. Certificate of Origin (untuk hewan, BAH, HBAH, benda lain).
e. Certificate of Analyze (Benda lain).
f. Surat angkut satwa (CITES).
g. Surat Kuasa + Fotokopi Identitas Pengguna Jasa.
2. Dokumen tambahan (impor) berupa:
a. Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
b. Surat Persetujuan Impor.
c. Cargo Manifest.
d. Commercial Invoice.
e. Surat izin dari kementerian Pertanian/kementerian lain.
f. Bill of Lading/Air Ways Bill.
g. Packing List.
3. Persyaratan dokumen pemasukan domestik
a. Surat Kuasa + Fotokopi Indentitas Pengguna Jasa.
b. Sertifikat Karantina dari daerah asal.
c. Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa (SATS) dari Dinas Kehutanan setempat
bagi media pembawa yang tergolong hewan liar.
d. Surat Keterangan Alat untuk benda lain.
e. Rekomendasi pemasukan dari Dinas Peternakan setempat.
f. Sertifikat Veteriner (untuk hewan, BAH dan HBAH) dari Dinas Peternakan
di daerah asal.
g. Dokumen lainnya seperti buku vaksin dan hasil uji laboratorium yang
dipersyaratkan oleh daerah tujuan.
Operator selanjutnya menginput data, merekam, dan menyerahkan Form-1 beserta
dokumen kelengkapan yang dipersyaratkan kepada Kepala UPT atau pejabat yang ditunjuk
di tempat pemasukan. Hal tersebut dituangkan dalam berita acara serah terima (KH-1).
Kepala UPT atau pejabat yang ditunjuk kemudian menganalisa, menyusun dan
menugaskan personel sesuai dengan jenjang jabatan pejabat fungsional dengan
menerbitkan surat penugasan (KH-2). Pejabat fungsional melakukan penyiapan bahan,
peralatan dan fasilitas pelayanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan tindakan
karantina. Pejabat fungsional yang diberi surat penugasan melaksanakan pemeriksaan
dokumen dan fisik. Pemeriksaan dokumen dilakukan untuk mengetahui kelengkapan,
keabsahan dan kebenaran isi dokumen, selanjutnya dilakukan verifikasi terhadap kebenaran
isi dokumen melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mendeteksi
HPHK. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan, diatas alat angkut dan pintu pemasukan
(entrypoint). Media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan diatas alat angkut atau
pintu masuk pelabuhan udara atau laut dan telah memenuhi prosedur dan persyaratan serta
menjamin kesehatan dan sanitasi yang baik maka pejabat fungsional dapat langsung
menerbitkan sertifikat pelepasan (KH-14).
Apabila pemeriksaan fisik tidak dapat dilakukan diatas alat angkut maupun di pelabuhan
udara atau laut maka pemeriksaan dapat dilakukan di instalasi karantina hewan. Apabila
pemeriksaan dokumen dan fisik diatas alat angkut pejabat fungsional tidak menemukan adanya
penyakit hewan menular utama (penyakit golongan I) dan berasal dari negara yang tidak
dilarang pemasukannya maka pejabat fungsional menandatangani surat persetujuan bongkar
(KH-5). Setelah menerbitkan persetujuan bongkar, maka pejabat fungsional menandatangani
surat perintah masuk instalasi karantina hewan (KH-7) untuk pemeriksaan lebih lanjut terhadap
media pembawa. Media pembawa yang masuk Instalasi Karantina Hewan (IKH) selama
pengasingan, maka pejabat fungsional dapat melakukan pengamatan, pengambilan sampel
untuk pengujian laboratorium serta dapat dilakukan tindakan perlakuan. Lamanya waktu
pengasingan bergantung pada lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan,
pemeriksaan dan perlakuan terhadap media pembawa mengacu pada standar waktu pelayanan
yang telah ditetapkan. Bilamana media pembawa selama pengasingan dan setelah dilakukan
pengamatan, pengujian laboratorium serta dilakukan tindakan perlakuan, pejabat fungsional
dapat menjamin media pembawa dinyatakan sehat dan sanitasi baik maka pejabat fungsional
dapat menerbitkan sertifikat pelepasan (KH-14). Sertifikat pelepasan (KH-14) dapat
diterbitkan setelah pengguna jasa menyelesaikan kewajiban pembayaran Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) kepada bendahara penerima atau petugas pemungut dan
penyetor.
Bilamana dalam proses verifikasi terhadap kebenaran isi dokumen, pejabat fungsional
menemukan ketidaksesuaian (tidak memenuhi persyaratan dokumen) maka media
pembawa tersebut ditolak untuk dibongkar (KH-4). Pada media pembawa yang ditolak
tersebut kemudian dapat dilakukan tindakan penahanan (KH-8a), dengan ketentuan
pengguna jasa menjamin dapat memenuhi persyaratan dokumen dalam waktu paling lama
tiga hari, media pembawa tersebut bukan berasal dari negara, area atau tempat yang
pemasukannya dilarang, serta pada pemeriksaan diatas alat angkut tidak ditemukan adanya
gejala HPHK golongan I dan resiko penularan HPHK golongan II. Apabila pengguna jasa
tidak dapat memenuhi persyaratan dalam batas waktu yang ditentukan, maka media
pembawa tersebut ditolak pemasukannya (KH-9a). Jika media pembawa yang ditolak
pemasukannya, tidak segera dibawa ke luar dari wilayah negara Republik Indonesia atau
dari area tujuan oleh pengguna Jasa dalam batas waktu paling lama 24 jam, maka
dilakukan pemusnahan oleh pejabat fungsional dengan menerbitkan surat perintah
pemusnahan (KH-10a). Alur pelayanan pemasukan media pembawa (impor maupun
domestik) dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Bagan alur pelayanan pemasukan media pembawa (impor dan
domestik) di BBKP Surabaya
Standar operasional alur pelayanan pengeluaran diawali dengan pengguna jasa mengisi
formulir laporan rencana pengeluaran media pembawa hama dan penyakit hewan karantina
(Form-1) disertai dengan kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan. Dokumen yang
dipersyaratkan dalam kegiatan pengeluaran (domestik maupun ekspor) juga tertuang dalam
Peraturan Menteri Pertanian No. 18/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pelayanan Dokumen
Karantina Pertanian dalam Sistem Elektronik Indonesia National Single Window (INSW),
diantaranya:
1. Persyaratan dokumen ekspor
a. Surat Rekomendasi Pengeluaran dari Kementerian Pertanian.
b. Health Certificate (KH-11 untuk hewan, KH-12 untuk produk hewan seperti
Bahan Asal Hewan (BAH) dan Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH) atau KH-
13 untuk benda lain) disertai dokumen declaration).
c. Ekspor sarang burung wallet ke China dilengkapi dengan dokumen nomor
registrasi dari pihak China.
d. Untuk ekspor sarang burung wallet ke Amerika Serikat disertai dokumen
CITES.
e. Pengiriman ekspor hewan liar dan reptil dilengkapi dengan dokumen
CITES.
f. Surat Kuasa + Fotokopi Identitas Pengguna Jasa.
2. Dokumen tambahan (ekspor) berupa:
a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).
b. Commercial Invoice.
c. Packing List.
d. Persetujuan Ekspor dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan,
atau Kementerian Perhutanan.
3. Persyaratan dokumen pengeluaran domestik
a. Surat Kuasa + Fotokopi Indentitas Pengguna Jasa.
b. Sertifikat Karantina dari daerah asal
c. Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa (SATS) dari Dinas Kehutanan setempat
bagi media pembawa yang tergolong hewan liar.
d. Rekomendasi pengeluaran dari Dinas Peternakan setempat.
e. Sertifikat Veteriner (untuk hewan, BAH dan HBAH) dari Dinas Peternakan
di daerah asal
f. Dokumen lainnya seperti buku vaksin dan hasil uji laboratorium yang
dipersyaratkan oleh daerah tujuan.
Operator selanjutnya menginput data, merekam, dan menyerahkan Form-1 beserta
dokumen kelengkapan yang dipersyaratkan kepada Kepala UPT atau pejabat yang ditunjuk di
tempat pemasukan. Hal tersebut dituangkan dalam berita acara serah terima (KH-1). Kepala
UPT atau pejabat yang ditunjuk kemudian menganalisa, menyusun dan menugaskan personel
sesuai dengan jenjang jabatan pejabat fungsional dengan menerbitkan surat penugasan (KH-2).
Pejabat fungsional melakukan penyiapan bahan, peralatan dan fasilitas pelayanan yang
diperlukan dalam penyelenggaraan tindakan karantina. Pejabat fungsional yang diberi surat
penugasan melaksanakan pemeriksaan dokumen dan fisik. Pemeriksaan dokumen dilakukan
untuk mengetahui kelengkapan, keabsahan dan kebenaran isi dokumen, selanjutnya dilakukan
verifikasi terhadap kebenaran isi dokumen melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik juga
dilakukan untuk mendeteksi HPHK.
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan di pintu pengeluaran (exit point). Media pembawa
yang telah dilakukan pemeriksaan di pintu pengeluaran (exit point) dan telah memenuhi
prosedur dan persyaratan serta menjamin kesehatan dan sanitasi yang baik maka pejabat
fungsional dapat langsung menerbitkan sertifikat pelepasan berupa KH-11, KH-12.
Media pembawa yang memerlukan pemeriksaan di Instalasi maka pejabat fungsional
menandatangani surat perintah masuk instalasi karantina hewan (KH-7) untuk pemeriksaan
lebih lanjut terhadap media pembawa. Media pembawa yang masuk IKH selama
pengasingan maka pejabat fungsional dapat melakukan pengamatan, pengambilan sampel
untuk pengujian laboratorium serta dapat dilakukan tindakan perlakuan. Lamanya waktu
pengasingan bergantung pada lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pengamatan,
pemeriksaan dan perlakuan terhadap media pembawa mengacu pada standar waktu
pelayanan yang telah ditetapkan sesuai jenis dan volume media pembawa. Bilamana media
pembawa selama pengasingan dan setelah dilakukan pengamatan, pengujian laboratorium
serta dilakukan tindakan perlakuan, pejabat fungsional dapat menjamin media pembawa
dinyatakan sehat dan sanitasi baik maka pejabat fungsional dapat menerbitkan persetujuan
muat (KH-6) ke atas alat angkut, dan dapat dilakukan pembebasan.
Pembebasan dapat dilakukan dengan menerbitkan KH-11, KH-12, atau KH-13 yang
dapat diterbitkan oleh pejabat fungsional setelah pengguna jasa menyelesaikan kewajiban
pembayaran PNBP. Bilamana dalam proses verifikasi terhadap kebenaran isi dokumen,
pejabat fungsional menemukan ketidaksesuaian (tidak memenuhi persyaratan dokumen)
media pembawa tersebut ditolak pengeluarannya (KH-9a) dan dikembalikan kepada
pengguna jasa. Skema alur pelayanan pengeluaran baik ekspor maupun domestik dapat
dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Bagan alur pelayanan pengeluaran media pembawa (ekspor dan
domestik) di BBKP Surabaya
Pemasukan maupun pengeluaran media pembawa tertentu pada beberapa wilayah di
Indonesia perlu mendapat perhatian khusus sebab terdapat persyaratan dokumen dan
pengujian yang diwajibkan. Beberapa daerah bahkan menerapkan pelarangan pemasukan
media pembawa berupa unggas, seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Bali, Maluku, Maluku
Utara, Papua dan Papua Barat (kecuali Kota Sorong). Selain itu, juga terdapat pelarangan
untuk melalulintaskan anjing dan kucing pada beberapa daerah, seperti Bali, Nusa Tenggara
Barat (NTB), Papua dan Papua Barat, lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Persyaratan dokumen dan pengujian yang diwajibkan pada beberapa daerah
2.5 Media
Hewan Daerah Syarat uji
Anjing dan kucing Kalimantan Tengah Uji ELISA rabies protektif
Rekom keluar
Buku vaksin
Kalimantan Barat Uji ELISA rabies protektif
Rekom keluar
Rekom masuk
Buku vaksin
Nusa Tenggara Timur Uji ELISA rabies protektif
Rekom keluar
Rekom masuk
Buku vaksin
Maluku + Maluku Utara Uji ELISA rabies protektif
Rekom keluar
Rekom masuk
Buku vaksin
Kalimantan Selatan Rekom keluar
Buku vaksin
Unggas Sorong PCR AI
Pontianak PCR AI
Maksimal pengiriman 2
ekor
Makassar HA-HI
Manado HA-HI
Maksimal pengiriman 2
ekor
KTP pengirim dan
penerima
Burung Makassar PCR AI
Pontianak PCR AI
Maksimal pengiriman 2
ekor
Manado Rapid AI

Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina


Dalam melaksanakan tugas fungsi pencegahan tersebarnya hama penyakit hewan
karantina maka, BBKP Surabaya melakukan pengawasan terhadap lalu lintas perdagangan
hewan dan produknya sesuai dengan aturan yang berlaku. Karantina hewan mempunyai
kewenangan mengawasi lalu lintas dan melakukan tindak karantina hewan terhadap media
pembawa hama dan penyakit hewan karantina baik ekspor, impor dan pemasukan maupun
pengeluaran antar area. Media pembawa HPHK terbagi menjadi 6 golongan, diantranya :
1. Semua Jenis Hewan
2. Bahan Asal Hewan ( BAH ) : Bahan yang berasal dari hewan yang dapat diolah
lebih lanjut seperti daging, telur, susu, jerohan, kulit, darah, tanduk, tulang, sarang burung
wallet, rnadu, embrio beku, mani beku, hewan opset.
3. Hasil Bahan Asal Hewan ( HABAH ) : Bahan asal hewan yang telah diolah seperti
sosis, bakso, dendeng, abon, keju, cream, yugurt, mentega.
4. Media Pembawa Lain : berupa pakan hewan, ternak (pellet, konsentrat, hay, silase,
cubes meal), pakan burung, pakan hewan kesayangan (cecak, ulat, kadal, tokek, kecoa,
belalang, jangkrik, pet food)
5. Benda lain ( MPBTH ): adalah media pembawa yang bukan tergolong hewan,
bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan yang mempunyai potensi penyebab hama
dan penyakit hewan berupa bahan biologik seperti vaksin, serum, hormon, obat hewan,
dan bahan diagnostik lainnya seperti antigen, media pertumbuhan.
6. Alat angkut : berupa alat angkut udara, perairan, darat dan kemasan
Provinsi Jawa Timur merupakan gudang ternak nasional dan daerah yang bebas penyakit
sapi gila (BSE), PMK, Bovine Viral Diarrhea (BVD), rabies, blue tongue, Contagious Bovine
Pleuropneumonia (CBPP). Salah satu media pembawa HPHK adalah hewan. Pengawasan HPHK
terutama ditujukan terhadap HPHK Golongan I dan II (Kepmentan 3238/Kpts/PD.630/9/2009).
Kriteria dari HPHK Golongan I, yaitu mempunyai sifat dan penyebaran penyakit yang serius
dan cepat, belum diketahui cara penanganannya, dapat membahayakan kesehatan manusia, dapat
menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat, serta dapat menimbulkan kerugian
ekonomi yang tinggi. Sedangkan kriteria untuk HPHK Golongan II adalah tidak mempunyai sifat
dan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat, diketahui cara penanganannya, tidak
membahayakan kesehatan manusia, tidak menimbulkan dampak sosial yang meresahkan
masyarakat, tidak menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi, dan atau sudah terdapat di suatu
area dalam wilayah Indonesia. Contoh HPHK Golongan I dan HPHK Golongan II terlihat pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Contoh HPHK golongan I dan II
HPHK Golongan Penyakit
I African Horse Sickness, African Swine Fever,
Contagious Bovine Pleuropneumonia, Foot and Mouth
Disease, Highly Pathogenic Avian Influenza, Johne
Disease, Peste des Petits Ruminants, Porcine
Reproductive and Respiratory, Rift Valley Fever,
Rinderpest, Scrapie, Sheep and Goat Pox, Strangles,
Swine Vesicular Disease, dan Yersinia
Pseudotuberculosis Septicaemiae
II Anthrax, Avian Infectious Bronchitis, Black Leg, Blue
Tongue, Bovine Tubercullosis, Bovine Virral Diarrheae,
Brucellosis, Canine Parvovirus, Infection, Enzootic
Bovine Leucosis, Infectious Bursal Disease, Japannese
Enchepahalitis, Scabies, Lymphoid Leucosis Compleks, ,
ORF, Malignant Catarrhal Fever, Rabies, dan
Sepiticemiae Epizootica.

2.6 Dokumen Karantina


Karantina hewan yang selanjutnya disebut dokumen karantina merupakan semua formulir
resmi yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian dalam rangka tertib administrasi pelaksanaan
tindakan karantinaBentuk, jenis dokumen dan sertifikat karantina hewan tersebut terdiri atas:

1. KH – 01 Berita acara serah terima media pembawa hama penyakit hewan karantina dan
dokumen karantina kepada petugas karantina ditempat pemasukan dan/atau pengeluaran.
2. KH – 02 Surat penugasan melakukan karantina hewan
3. KH – 03 Laporan pelaksanaan tindakan karantina hewan
4. KH – 04 Penolakan bongkar.
5. KH – 05 Persetujuan bongkar
6. KH – 06 Persetujuan muat.
7. KH – 07 Perintah masuk instalasi karantina hewan.
8. KH – 08a Surat perintah penahanan.
KH – 08b Berita acara penahanan
9. KH – 09a Surat perintah penolakan.
KH – 09b Berita acara penolakan
10. KH – 10a Surat perintah pemusnahan.
KH – 10b Berita acara pemusnahan
11. KH – 11 Sertifikat Kesehatan Hewan
12. KH – 12 Sertifikat Sanitasi Produk Hewan
13. KH – 13 Surat Keterangan Untuk Benda Lain
14. KH – 14 Sertifikat Pelepasan Karantina Hewan
15. KH – 15 Surat Keterangan Transit
16. KH – 16 Berita acara serah terima media pembawa hama penyaki hewan Karantina dan
pelaksanaan tindakan antar dokter hewan Karantina
17. KH – 17 Surat keterangan untuk barang yang bukan termasuk media pembawa hama
penyakit hewan karantina
BAB III METODE KEGIATAN

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan koasistensi PPDH rotasi Kesmavet akan dilakukan di Balai Besar Karantina
Pertanian Surabaya jln. Raya Bandara Ir. H. Juanda Sidoarjo pada tanggal 6 Desember – 10
Desember 2021.
3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode kegiatan yang digunakan selama PPDH kesmavet karantina adalah:
a. Mengikuti kegiatan rutin yang berjalan sesuai dengan kondisi BBKP Surabaya.
b. Melakukan wawancara, diskusi dan pengumpulan data primer dan sekunder dari
pembimbing lapang dan petugas serta pengamatan langsung di lapangan.
c. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara selama melakukan kegiatan
PPDH Rotasi Kesmavet Karantina dianalisa dan dilaporkan secara tertulis kepada BBKP
Surabaya tempat pelaksanaan PPDH Kesmavet Karantina.
3.3. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan koasistensi rotasi Kesehatan Masyarakat Veteriner yang akan
dilaksanakan di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya adalah mahasiswa Program Studi
Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas Brawijaya dari subkelompok 1. Jumlah
peserta sebanyak 9 orang dengan rincian sebagai berikut :
1. Laily Nabilah Hayuningrum, S.KH (210130100111002)
2. Mifta Rizqina Amalia, S.KH (210130100111010)
3. Elfahra Casanza Amalda, S.KH (210130100111017)
4. Asyrafun Nisa, S.KH (210130100111032)
5. Fallah Fernando A.M.Q., S.KH (210130100111050)
6. Jusanti Mukaromah, S.KH (210130100111078)
7. Karlina, S.KH (210130100111079)
8. Adilah Aprilia Saputri, S.KH (210130100111081)
9. Renaldi Lintang Dwi Utomo, S.KH (210130100111092)

3.4. Jadwal Kegiatan


Jadwal kegiatan selama koasistensi di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya seperti
yang tertera di bawah ini :
Tabel 3. 1. Jadwal Kegiatan Koasistensi di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya
No Desember
Kegiatan
. 6 7 8 9 10
1. Penerimaan mahasiswa dan pengenalan
kondisi lapang
2. Pelaksanaan Rotasi Kesehatan Masyarakat
Veteriner Karantina dan diskusi dengan
dokter hewan pembimbing lapang serta
medik veteriner
3. Pelepasan Mahasiswa
BAB IV PENUTUP

Demikian proposal koasistensi rotasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Pendidikan Profesi Dokter
Hewan (PPDH) di Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. Kegiatan koasistensi rotasi
Kesehatan Masyarakat Veteriner Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) di Balai Besar
Karantina Pertanian Surabaya diharapkan dapat berjalan dengan baik. Mahasiswa koasisten
Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) mengharapkan bantuan dari semua pihak yang akan
terlibat baik secara langsung atau tidak langsung dalam kegiatan ini. Semoga kegiatan
koasistensi rotasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) di
Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya dapat berjalan dengan lancar sebagaimana yang
diharapkan serta tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai. Semoga hubungan kerjasama ini dapat
terlaksana dengan baik dan kami dapat diterima dalam pelaksanaan kegiatan koasistensi
Pendidikan Profesi Dokter Hewan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pertanian. 2016. Profil Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 22/Permentan/OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian
LAMPIRAN
1.
Nama : Laily Nabilah Hayuningrum, S.KH.

TTL : Malang, 10 Oktober 1999

Alamat : Jl. Kemuning no.5 Sengkaling Indah 2, Dau, Malang

No. HP : 081232742688/081330145359

E-mail : lailynabilah@student.ub.ac.id

2.
Nama : Mifta Rizqina Amalia, S.KH.

TTL : Balikpapan, 9 November 1998

Alamat : Jl. Marsma R. Iswahyudi TC-14 RT-15, Balikpapan


Selatan, Kalimantan Timur
No. HP : 081347732299

E-mail : miftarizqina@student.ub.ac.id

3.
Nama : Elfahra Casanza Amalda, S.KH.

TTL : Medan, 25 November 1999

Alamat : Jalan Karya Wisata Komplek Perumahan J.City


Metropolis Blok I No.2, Kota Medan, Sumatera Utara
No. HP : 081233332313

E-mail : elfahracasanza@student.ub.ac.id

4.
Nama : Asyrafun Nisa, S.KH.

TTL : Bukittinggi, 20 Juli 1999

Alamat : Jl. Tabek Panjang, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam,


Sumatera Barat
No. HP : 085806244308

E-mail : asyrafunnisa@student.ub.ac.id

5.
Nama : Fallah Fernando Al Malikil Quddus, S.KH.

TTL : Banjarmasin, 12 Januari 2000

Alamat : Jl. Raya Dieng Atas No.311B Kalisongo Dau Malang

No. HP : 082254558322

E-mail : fallahfernando@student.ub.ac.id

6.
Nama : Jusanti Mukaromah, S.KH.

TTL : Marunggang 1 Oktober 2000

Alamat : Sumberejo, Kalisongo RT/RW 01/01 Dau , Malang (kos


bu bawon) 65151
No. HP : 085609529824

E-mail : jusantimukaromah@student.ub.ac.id

7.
Nama : Karlina, S.KH.
TTL : Subang, 01 Agustus 1999

Alamat : Jl. Eyang Kayad no.1 Sukamaju RT 07/RW 02, Kec.


Sukasari, Kab. Subang
No. HP : 085216960497

E-mail : karlina@student.ub.ac.id

8.
Nama : Adilah Aprilia Saputri, S.KH.

TTL : Bondowoso, 25 April 1998

Alamat : Perum De campus inside , jalan simpang golf kav 10,


tasikmadu, lowokwaru, kota malang
No. HP : 082330708425

E-mail : adilahaprilia@student.ub.ac.id

9.
Nama : Renaldi Lintang Dwi Utomo, S.KH.

TTL : Malang, 20 September 1996

Alamat : Griya Damai Sejahtera No. 41 D Balearjosari, Blimbing,


Malang
No. HP : 089603488535

E-mail : renaldilintang@student.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai