Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi sangat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit hewan menular pada
suatu wilayah ke wilayah lainnya. Penyebaran penyakit tersebut dapat terjadi akibat
terbawanya bibit penyakit melalui media pembawa komoditas hewan atau produk hewan
yang dilalulintaskan antar negara, antar pulau maupun antar wilayah yang diperdagangkan
lewat pengiriman maupun sebagai barang bawaan. Saat ini Indonesia termasuk dari 5 (lima)
negara besar di dunia yang dinyatakan bebas Penyakit Mulut dan Kuku, disamping itu
Indonesia juga bebas penyakit hewan menular lainnya seperti Rinderpest, penyakit sapi gila
(Mad Cow Disease/Bovine Spongiform Encephalopathy), Contagius Bovine
Pleuropneumonie (CBPP), Demam Lembah Rift (Rift Valley Fever/RVF), Nipah Virus dan
penyakit lainnya. Namun demikian ada beberapa penyakit yang bersifat zoonosis
keberadaannya secara endemik ada di beberapa wilayah Indonesia diantaranya anthrax,
rabies, leptospirosis, brucellosis, dan toksoplasmosis (Baraniah, 2009).
Untuk mengantisipasi kemungkinan masuk dan tersebarnya penyakit tersebut, baik
dari luar negeri maupun antar area diperlukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap lalu
lintas hewan ataupun bahan asal hewan.Oleh karena itu, peranan Karantina Hewan sangat
penting untuk melakukan tindakan pencegahan dan penangkalan atau penolakan masuk dan
tersebarnya hama penyakit hewan serta diharapkan mampu mengelola suatu sistem
kewaspadaan atau kesiagaan darurat jika terjadi suatu wabah hama penyakit hewan karantina.
Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun1992, tentang karantina tumbuhan,
hewan, dan ikan, karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar
negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah
negara Republik Indonesia. Berdasarkan pengertian tersebut, terlihat begitupentingnya Balai
Karantina dalam menjaga kesehatan masyarakat dalam sebuah negara.
Berdasarkan uraian tersebut, maka Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mencetak dokter hewan di Indonesia dirasa
perlu membekali para calon dokter hewanyang dihasilkannya untuk mengetahui dan
mempelajari langsung tentang tugas dan fungsi karantina hewan khususnya tentang cara
pencegahan penyebaran penyakit hewan dan bahan asal hewan. Oleh karena itu, Pendidikan
Profesi Dokter Hewan (PPDH) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana dibidang

1
Kesehatan Masyarakat Veteriner mengadakan Praktek Kerja Lapangan(PKL) yang
bekerjasama dengan Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya kegiatan PPDH di Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasarantara lain :
1. Untuk mengetahui tugas dan peran dokter hewan dalam melakukan tindakan
karantina hewan Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.
2. Untuk mengetahui tugas pokok dan peran karantina dalam menjaga keamanan
pangan asal hewan Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.
3. Untuk mengetahui tindakan karantina terhadap lalu lintas hewan, bahan asal hewan
dan olahan bahan asal hewan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan PPDH di Karantina Kelas I Denpasar
adalah:
1. Mengetahui tugas dan peran dokter hewan dalam melakukan tindakan karantina
hewan dalam menjaga keamanan pangan asal hewan di Balai Karantina Pertanian
Kelas I Denpasar.
2. Untuk mengetahui tindakan karantina terhadap lalu lintas hewan, bahan asal hewan
dan olahan bahan asal hewan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar dan
Wilayah Kerja Penyeberangan Pelabuhan Gilimanuk.

1.4 Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan


Kegiatan PPDH Laboratorium Kesmavet dilaksanakan di Balai Karantina Pertanian
Kelas I Denpasar dan Wilayah Kerja Penyeberangan Pelabuhan Gilimanuk dimulai pada
tanggal 30 Januari 2017 hingga 3 Februari 2017.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pengertian karantina hewan, ikan dan tumbuhan berdasarkan undang-undang No.16
tahun 1992 pasal 1 ayat 1 adalah tempat pengasingan dan atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar
negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia (PKH, 2003).
Berdasarkan Undang-undang No 16 tahun 1992, karantina hewan, ikan, dan tumbuhan
bertujuan :
a) mencegah masuknya hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan
karantina, dan organisme penggangu tumbuhan karantina dari luar negeri ke dalam
wilayah negara Republik Indonesia;
b) mencegah tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan
karantina, dan organisme pengganggu tumbuhan karantina dari suatu area ke area lain
di dalam wilayah negara Republik Indonesia;
c) mencegah keluarnya hama dan penyakit hewan karantina dari wilayah negara
Republik Indonesia;
d) mencegah keluarnya hama dan penyakit ikan dan organisme pengganggu tumbuhan
tertentu dari wilayah negara Republik Indonesia apabila negara tujuan
menghendakinya.
2.2 Visi dan Misi Balai Karantina Kelas I Denpasar
2.2.1 Visi
Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar yang Tangguh dan Terpercaya dalam
Mencegah Masuk dan Tersebarnya HPHK dan OPTK .
Tangguh (sebagai benteng terdepan, karantina harus mampumelindungi pertanian
Indonesia dari ancaman masuk dan tersebarnyaHPHK, OPTK dan Keamanan Hayati dengan
menerapkan peraturanperundang-undangan karantina secara tegas dan konsisten).
Terpercaya (setiap kebijakan dan tindakan karantina perlu mendapatkankepercayaan
yang tinggi. Kepercayaan akan diperoleh antara lainmelalui akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dibidangperkarantinaan dan keamanan hayati).

3
2.2.2 Misi
Dalam rangka pencapaian VISI tersebut, ditetapkan misi Badan Karantina Pertanian
yang menggambarkan ruang lingkup hal yang harus dilaksanakan, yaitu:
Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan
hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK)
Memfasilitasi kelancaran perdagangan/pemasaran produk pertanian
Meningkatkan jaringan kerjasama dengan para pihak terkait
Mendorong partisipasi masyarakat dalam membantu penyelenggaraan perkarantinaan.
2.3 Kedudukan, Tugas dan Fungsi Karantina Pertanian Kelas I Denpasar
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian menyatakan bahwa kedudukan, tugas
pokok dan Fungsi Badan Karantina Pertanian adalah:
2.3.1 Kedudukan
Badan Karantina Pertanian dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Menteri Pertanian RI.
2.3.2 Tugas Pokok
Badan Karantina Pertanian, mempunyai tugas melaksanakan perkarantinaan pertanian:
2.3.2.1 Fungsi
Badan Karantina Pertanian menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program perkarantinaan hewan, tumbuhan,
serta pengawasan keamanan hayati
Pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati
Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan perkarantinaan hewan dan
tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati
Pelaksanaan administrasi Badan Karantina Pertanian
2.4 Wilayah Kerja Karantina Kelas I Denpasar
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 548/Kpts/OT.140/9/2004, Balai
Karantina Pertanian Kelas I Denpasar terdiri dari 5 wilayah kerja, sebagai berikut:
a. Bandar Udara Ngurah Rai di Kab. Badung
b. Pelabuhan Laut Benoa di Kota Denpasar
c. Pelabuhan Laut Celukan Bawang di Kab. Buleleng
d. Pelabuhan Laut Padang Bai di Kab. Karangasem

4
e. Pelabuhan Laut/Ferry Gilimanuk di Kab. Jembrana
2.5 Persyaratan Karantina
Menurut UU Nomor 16 tahun 1992 tentang persyaratan karantina yang meliputi :
2.5.1 Persyaratan Masuk ke Wilayah Indonesia
Setiap media pembawa hama dan hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina,
atau organisme pengganggu tumbuhan karantina yang dimasukkan ke dalam wilayah negara
Republik Indonesia wajib :
Dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal dan negara transit bagi hewan, bahan
asal hewan, hasil bahan asal hewan, ikan, tumbuhan dan bagian-bagian tumbuhan,
kecuali media pembawa yang tergolong benda lain
Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan
Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pemasukan
untuk keperluan tindakan karantina
2.5.2 Persyaratan Keluar dari Wilayah Indonesia
Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina yang akan dikeluarkan dari
wilayah negara Republik Indonesia wajib :
Dilengkapi sertifikat kesehatan bagi hewan, bahan asal hewan, dan hasil bahan asal
hewan, keculai media pembawa yang tergolong benda lain
Melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan
Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat pengeluaran
untuk keperluan tindakan karantina
2.6 Kebijakan Karantina Hewan
Kebijakan Karantina Hewan dalam melaksanakan tugas fungsi pencegahan dan
penolakan masuk dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina maka KarantinaHewan
melakukan pengawasan lalulintas perdagangan hewan dan produknya sesuai dengan aturan
dan ketentuan ketentuan tersebut diatas (PKH, 2002). Kebijakan Karantina Hewan dalam hal
ini adalah :
1. Mempertahankan status bebasnya Indonesia dari beberapa penyakit hewan menular
utama (major epizootic disease) dari kemungkinan masuk dan tersebarnya agen
penyakit dari luar negeri.
2. Mengimplementasikan kebijakan pengamanan maksimum (maximum security policy)
dengan menerapkan kebijakan pelarangan atau pelarangan sementara jika terjadi
wabah penyakit hewan menular, yang dalam pelaksanaannya memantau

5
perkembangan situasi wabah melalui berbagai informasi resmi baik dari OIE maupun
dengan mencermati pelaporan negara yang bersangkutan atau melalui komunikasi
langsung dengan Negara tersebut.
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan lalu lintas hewan dan produknya dengan
menerapkan CIA (Controlling, Inpection and Approval) untuk melindungi sumber
daya alam hayati fauna dari ancaman penyakit hewan berbahaya lainnya serta
penyakit eksotik.
4. Melakukan Minimum Disease Program yaitu program untuk meminimalkan kasus
penyakit hewan di suatu wilayah/daerah tertentu di Indonesia melalui sistem
pengendalian dan pengawasan lalu lintas hewan dan produknya antar wilayah/antar
pulau sehingga dapat mencegah dan menangkal penyebarannya.
5. Mewujudkan pelayanan karantina hewan yang modern, mandiri dan professional.
Dalam menjalankan kebijakan karantina hewan yang dilaksanakan oleh petugas
karantina hewan di lapangan untuk memastikan dan meyakinkan bahwa media pembawa
tersebut tidak mengandung atau tidak dapat lagi menularkan hama penyakit hewan karantina,
tidak lagi membahayakan kesehatan manusia dan menjaga ketenteraman bathin masyarakat,
mengangkat harkat dan martabat hidup masyarakat melalui kecukupan pangan yang bermutu
dan bergizi, serta ikut menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
2.7 Operasional Karantina Hewan
Pemasukan dan pengeluaran komoditi strategis hasil pertanian telah ditetapkan
sebagai kebijakan umum berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No. 16
Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, bahwa setiap pemasukan dan
pengeluaran komoditas hasil pertanian termasuk hewan, bahan asal hewan, dan hasil bahan
asal hewan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Disertai Sertifikat Kesehatan Hewan, Bahan asal hewan, atau Hasil bahan asal
hewan;
2. Melalui pintu masuk dan atau pintu keluar yang telah ditetapkan pemerintah
3. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ditempat pemasukan dan
pengeluaran untuk dilakukan tindakan karantina.
Disamping ketiga persyaratan tersebut diatas, lalu-lintas komoditi hasil pertanian
(hewan, bahan asal hewan, maupun hasil bahan asal hewan) dapat pula diwajibkan memenuhi
persyaratan teknis lainnya yang ditetapkan pemerintah, sepanjang tidak bertentangan dengan
perjanjian SPS WTO. Sebagaimana diketahui pelaksanaan tindakan karantina didasarkan
atas UU No.16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan dan sejalan
6
dengan pelaksanaan perjanjian SPS WTO dengan tujuan untuk mencegah masuk, tersebar
dan keluarnya hama penyakit berbahaya yang dapat mengancam keamanan dan kesehatan
manusia, hewan, ikan, dan tumbuhan, serta kelestarian lingkungan hidup (Berantan, 2004).
Secara umum pelaksanaan tindakan karantina khususnya terhadap media pembawa
hama dan penyakit hewan karantina dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan
Dilakukan untuk mengetahui kelengkapan isi dokumen dan mendeteksi hama dan
penyakit hewan karantina, status kesehatan dan sanitasi media pembawa, atau kelayakan
sarana prasarana karantina, alat angkut. Pemeriksaan kesehatan atau sanitasi media pembawa
dilakukan secara fisik dengan cara pemeriksaan klinis pada hewan atau pemeriksaan
kemurnian atau keutuhan secara organoleptik pada bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan
dan benda lain.
2. Pengasingan
Dilakukan terhadap sebagian atau seluruhnya media pembawa untuk diadakan
pengamatan, pemeriksaan dan perlakukan dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan
penularan hama penyakit hewan karantinaselama waktu tertentu yang akan dipergunakan
sebagai dasar penetapan masa karantina.
3. Pengamatan
Mendeteksi lebih lanjut hama penyakit hewan karantina dengan cara mengamati
timbulnya gejala hama penyakit hewan karantina pada media pembawa selama diasingkan
dengan mempergunakan system semua masuk semua keluar
4. Perlakuan
Merupakan tindakan untuk membebaskan dan mensucihamakan media pembawa dari
hama penyakit hewan karantina, atau tindakan lain yang bersifat preventif, kuratif dan
promotif.
5. Penahanan
Dilakukan terhadap media pembawa yang belum memenuhi persyaratan karantina
atau dokumen yang dipersyaratkan oleh Menteri lain yang terkait atau dalam pemeriksaan
masih diperlukan konfirmasi lebih lanjut.
6. Penolakan
Dilakukan penolakan apabila media pembawa tersebut berasal dari daerah/negara
terlarang karena masih terdapat/tertular atau sedang wabah penyakit hewan karantina
golongan I, atau pada waktu pemeriksaan ditemukan gejala adanya penyakit hewan karantina

7
golongan I, atau pada waktu pemeriksaan tidak dilengkapi dengan dokumen karantina
(sertifikat kesehatan).
7. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan apabila media pembawa yang ditahan tersebut melewati batas
waktu yang ditentukan dan pemilik/kuasanya tidak dapat memenuhi persyaratan yang
diperlukan, atau terhadap media pembawa tersebut ditemukan adanya hama dan
penyakithewan karantina golongan I atau golongan II tetapi telah diobati ternyata tidak dapat
disembuhkan, atau hewan yang ditolak tidak segera di berangkatkan/tidak mungkin dilakukan
penolakan dan media pembawa tersebut berasal dari daerah terlarang atau daerah yang tidak
bebas dari penyakit hewan karantina golongan I.
8. Pembebasan
Pembebasan dilakukan apabila semua kewajiban dan persyaratan untuk
memasukkan/mengeluarkan media pembawa tersebut telah dipenuhi dan dalam pemeriksaan
tidak ditemukan adanya/dugaan adanya gejala hama dan penyakit hewan karantina, atau
selama pengasingan dan pengamatan tidak ditemukan adanya hama dan penyakit hewan
karantina. Pembebasan untuk masuk diberikan dengan sertifikat pelepasan/pembebasan
sedang pembebasan keluar diberikan dengan Sertifikat kesehatan.
2.8 Instansi yang Membantu Kerja Karantina
Pengawasan lalu lintas hewan, bahan asal hewan, produk asal hewan, karantina tidak
bekerja sendiri tetapi juga dibantu oleh instansi lain dengan tugasnya masing-masing.
Instansi-instansi tersebut antara lain :
a. Kepolisian Republik Indonesia
Tugas dari pihak kepolisian adalah memberikan paying hukum bagi karantina jika ada
pihak pelaku lalu lintas ternak dan bahan ikutnaya yang mencoba melawan atau mengancam
pegawai karnatina khususnya di setiap Wilayah Kerja
b. Dinas Peternakan
Tugas dari dinas peternakan adalah menerbitkan surat rekomendasi dalam pemasukan
dan pengiriman serta surat keterangan sehat ternak
c. Badan Penanaman Modal Dan Perizinan
Tugas dari BPMP adalah menerbitkan surat izin dalam pemasukan dan pengiriman
ternak berdasarkan rekomendasi dari Dinas Peternakan
d. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
BKSD berperan dalam perlindungan/pelestarian satwa liar dan menerbitkan Surat Ijin
Angkut Satwa (SIAS)
8
e. Balai Besar Veteriner (BBVet)
Tugas dari BBVet adalah membantu karantina untuk meneguhkan diagnosa terhadap
hewan maupun bahan ikutan lainya
f. Bea dan Cukai
Tugas beacukai adalah untuk membantu pengawasan komoditi wajib periksa
karantina baik ekspor maupun impor
g. Imigrasi
Bea cukai, imigrasi dan karantina merupakan tiga unsur yang disebut dengan C.I.Q.
(Custom, Imigration, Quarantine)
2.9 Komoditi Karantina Hewan
Komoditi karantina hewan meliputi :
a. Hewan/ternak yaitu semua binatang/hewan yang hidup didarat baik yangdipelihara
maupun yang hidup secara liar
b. Bahan asal hewan (BAH) yaitu bahan yang berasal dari hewan yang dapat diolah
lebih lanjut seperti : dendeng, kulit, tulang, telur, tanduk, lemak, susu segar, madu, tepung
tulang, tepung hati, dll.
c. Hasil bahan asal hewan (HBAH) yaitu bahan asal hewan yang telah diolah lebih lanjut
seperti : daging kaleng, keju, cream, mentega, sosis, daging olahan, dll.
d. Benda lain adalah media pembawa yang bukan tergolong hewan, BAH, dan HBAH,
yang mempunyai potensi penyebaran hama penyakit hewan karantina.
2.10Formulir Penting di Karantina Pertanian
Dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas karantina Hewan diperlukan berbagai
macam bentuk formulir dokumen operasional karantina hewan yang meliputi :
KH.1 (Permohonan Pemeriksaan Hewan Atau Komoditi Asal Hewan kepada
karantina hewan. Diajukan paling lambat 2 hari sebelum mendatangkan atau
memberangkatkan hewan atau komoditi asal hewan)
KH.2 (Surat Penugasan Dari Karantina Kepada Petugas yang ditunjuk guna
memeriksa hewan atau komoditi asal hewan)
KH.3 (Surat Keterangan Muatan)
KH.4 (Surat Penolakan Bongkar Muatan, karena komoditi tersebut adalah komoditi
yang tidak boleh masuk ke daerah tujuan atau transit)
KH.5 ( Surat Persetujuan Bongkar Muatan, bongkar muatan biasanya dilakukan Bea
cukai atas persetujuan karantina saat transit atau pindah pesawat)

9
KH.6 (Surat Persetujuan Muat)
KH.7 (Surat Perintah Masuk Karantina hewan sementara, untuk daging biasanya
proses karantina dilakukan di IKHS )
KH.8a (Berita Acara Penahanan jika komoditi tersebut tidak memiliki dokumen yang
lengkap. Pemilik diberikan waktu maximal 7 hari untuk melengkapinya)
KH.8b (Berita Acara Penolakan Komoditi Masuk atau Keluar wilayah tersebut
komoditi tersebut tidak boleh masuk atau keluar wilayah)
KH.8c (Berita acara pemusnahan, jika komoditi tersebut terbukti membawa penyakit
Golongan 1 atau sudah melewati batas waktu untuk melengkapi dokumen)
KH.9 ( Sertifikat Kesehatan Hewan)
KH.10 (Sertifikat Sanitasi Produk Hewan)
KH.11 (Sertifikat Sanitasi Produk Hewan Non Pangan)
KH.12 (Sertifikat Pelepasan Karantina)
2.11 Peraturan Perundangan-undangan sebagai Dasar Karantina di Indonesia
Peraturan perundang-undangan merupakan landasan hukum bagi karnatina dalam
menjalankan tugasnya. Landasan hukum ini berfungsi agar segala upaya yang dilakukannya
dapat dipatuhi segala pihak yang terkait dan berjalan dengan efisien. Peraturan perundangan
yang menjadi dasar karantina di Indonesia adalah
a. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang karantina hewan, ikan dan tumbuhan
b. Peraturan mengenai Karantina Hewan. Peraturan karantina hewan terdiri dari
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan,
Pemberantasan, dan Pengobatan Penyakit Hewan
SK Menteri Pertanian Nomor 422/Kpts/LB.720/6/1988 tentang Peraturan
Karantina Hewan
SK Menteri Pertanian Nomor 750/Kpts/Um/10/1982 tentang Syarat-syarat
pemasukkan bibit Ternak dari Luar Negeri.SK Menteri Pertanian Nomor
752/Kpts/Um/10/1982 tentang Syarat-syarat pemasukkan bibit Sapi Perah dari
Luar Negeri
SK Menteri Pertanian Nomor 745/Kpts/TN.240/12/1992 tentang Persyaratan dan
Pengawasan Pemasukkan Daging dari Luar Negeri
SK Menteri Pertanian Nomor 501/Kpts/OT.210/8/2002 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai dan Stasiun Karantina Hewan

10
SK Menteri Pertanian Nomor 206/Kpts/TN.530/3/2003 tentang Penggolongan
Jenis-jenis Hama Penyakit Hewan Karantina , Penggolongan dan Klasifikasi
Media Pembawa
Peraturan Menteri Pertanian No. 51/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman
Tata Hubungan Kerja Fungsional Pemeriksaan, Pengamatan dan Perlakuan
Penyakit Hewan Karantina
2.12Operasional Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar
Dasar hukum pelaksanaan tindakan karantina hewan meliputi: Undang-Undang
No.16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan; Peraturan
Pemerintah No.82 tahun 2000 tentang Karantina Tumbuhan. Secara operasional
beberapa ketentuan Peraturan Pemerintah telah dijabarkan dalam sejumlah Keputusan
Menteri Pertanian, dan beberapa diantaranya juga telah dilengkapi dengan petunjuk
teknis. Dari peraturan perundangan tersebut masih ada beberapa peraturan menteri yang
harus ada sesuai ketentuan UU No. 16 Tahun 1992 dan perlu dilakukan harmonisasi
antara peraturan pusat dan daerah (BKP Kelas I Denpasar), seperti:
1. Prosedur pemasukan unggas ke Provinsi Bali
Terdapat perbedaan persyaratan pemasukan unggas antara Undang-Undang
nomor.16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, Peraturan
Pemerintah Nomor 82 tahun 2000 tentang Karantina Hewan, Peraturan Menteri Pertanian
nomor.37 tahun 2014 tentang Tindakan Karantina Hewan terhadap Pemasukan dan
Pengeluaran Unggas, serta Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor
316a tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Hewan Terhadap Media
Pembawa HPAI dengan Peraturan Gubenur Bali Nomor.44 Tahun2005 tentang
Penutupan Sementara Pemasukan dan Transit Unggas dari Luar Pulau Bali.
2. Prosedur pemasukan Pemasukan Ternak, Hewan/Satwa, Bahan Asal Hewan dan
Hasil Bahan Asal Hewan dari Provinsi Tertular Penyakit Anthrax Ke Provinsi Bali.
Terdapat perbedaan persyaratan pemasukan Ternak, Hewan/Satwa, Bahan Asal
Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan dari Provinsi Tertular Penyakit Anthrax Ke Provinsi
Bali antara Undang-Undang nomor.16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan, Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2000 tentang Karantina Hewan, serta
Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor .
153/KPTS/KH010/L/02/2014 tentang Pedoman Tindakan Karantina Hewan Terhadap
Ruminansia Sebagai Media Pembawa Anthrax dengan Peraturan Gubenur Bali Nomor 12

11
Tahun 2011 tentang Pelarangan Sementara Masuknya Ternak, Hewan/Satwa, Bahan
Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan dari Provinsi Tertular Penyakit Anthrax Ke
Provinsi Bali.

12
Prosedur pemasukan komoditi wajib periksa karantina yang dilakukan di Balai
Karantina Pertanian Kelas I Denpasar wilayah kerja Gilimanuk untuk hewan, BAH, dan
HBAH maupun benda lain disajikan dalam bagan sebagai berikut :

Dokumen Keabsahan Tidak Tolak/


Dikembalikan

Kelengkapan Tidak Melengkapi


Rekomen. Dinas
Daerah Asal idak
(Domestik) Penahanan
Wajib lapor,
Permohonan
Pemeriksaan Kebenaran Isi
KH 1, Pemeriksaan
Pemeriksaan
Dokumen
Awal
Perlu Inst.I Penyakit
KH/KHS. Pemusnahan
Pemeriksa GOL I
an -Pengasingan
-Pengamatan
-Perlakuan

Fisik
Tidak Perlu
Sehat/Kemasan
Pemeriksaan
Lanjutan
baik. Dokumen
Lengkap

Setuju Muat (KH-6),


KH-9, KH-10)

Tidak Tolak/
Sehat/Kemas Dikembalikan
an tidak baik

Penolakan

13
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksaaan kegiatan Koas Laboratorium Kesmavet di Balai Karantina Pertanian Kelas
I Denpasar dan Wilayah Kerja Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk dilaksanakan pada hari
Senin, 30 Januri 2017 hingga Jumat, 3 Februari 2017. Rincian kegiatan tersebut disajikan
pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 3.1 Pelaksanaan kegiatan pada hari pada hari Senin, 30 Januari 2017 hingga
Jumat, 3 Februari 2017.
No Hari / Tanggal Kegiatan Pembina

1. Senin, 30 Januari Pengarahan tentang drh. Ni Wayan


2017 karantina hewan secara Sudarmini, M.P.
umum dan peraturan Ibu Sriyati
perundang undangan
karantina hewan
Pengarahan tentang
laboratorium dan
pembagian wilayah kerja
karantina pertanian.
Preparasi daging yang akan
di uji di Lab. Bakteriologi
Penanaman bakteri pada
media PCA
Sterilisasi alat-alat yang
telah digunakan
2. Selasa, 31 Membaca hasil penanaman drh. Made Ary
Januari 2017 bakteri A. Saraswati,
Preparasi daging yang akan M.Si
di uji di Lab. Bakteriologi Ibu Sriadyani
Membuat larutan BPW dan
media PCA di
lab.Bakteriologi
Penanaman bakteri pada
media PCA
Sterilisasi alat-alat yang
telah digunakan
3. Rabu, 1 Febuari Preparasi daging yang akan Ibu Sriadyani
2017 di uji di Lab. Bakteriologi drh. Made Ary
Membaca hasil penanaman A. Saraswati,
bakteri M.Si
Penanaman bakteri pada
media PCA

14
Sterilisasi alat-alat yang
telah digunakan
4. Kamis, 2Februari Mengunjungi Balai Ibu Wahyu
2017 Karantina Kelas I Denpasar Savitri
Wilayah Kerja Pelabuhan drh.Siska
Penyeberangan Gilimanuk Mahargian
Pengarahan dan diskusi Febrianti
tentang operasional,
kebijakan dan prosedur
kerja di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar
Wilayah Kerja Pelabuhan
Gilimanuk.
Pemantauan lalu lintas
komoditi hewan yang
masuk dan keluar dari Bali
5. Jumat, 3 Februari Penyusunan Laporan drh. I Nyoman.
2015 Kegiatan Mahasiswa PPDH Budiarta
di Balai Karantina Kelas I
Denpasar Wilayah Kerja
Pelabuhan Penyeberangan
Gilimanuk
Penyerahan Laporan
Kegiatan Mahasiswa PPDH
di Balai Karantina Kelas I
Denpasar Wilayah Kerja
Pelabuhan Penyeberangan
Gilimanuk

3.2Hasil pengujian bakteri di laboratorium Karantina Pertanian


Setelah dilakukan preparasi sampel, selanjutnya dilakukan pengujian di Lab.
Bakteriologi untuk melihat total bakteri yang ada pada sampel tersebut. Hasil dari pengujian
total bakteri dalam tabel 3.2

15
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Bakteri di Laboratorium Bakteriologi Karantina
Kode Pengenceran
2 3 CFU/g
Sampel 10 10 104 105
312 190 1 0 200102
313 3 0 0 5102
314 TT 38 0 40102
315 165 1 0 170102
316 TT 32 0 30102
317 108 16 3 110102
318 81 17 2 80102
319 TT 89 7 90103
320 192 15 0 190102
321 33 8 0 30102
322 324 60 7 60103
323 TT 168 4 170103
324 TT 52 11 50103
325 TT TT TT TT
326 TT TT TT TT
327 TT 11 2 11103
328 3 0 0 3102
329 6 0 0 6102
330 5 0 0 5102
331 50 0 0 50102
332 TT TT TT TT
333 TT TT 64 60104
334 18 6 0 18102
335 28 2 0 30102
336 138 2 0 140102
337 236 1 0 240102
338 TT 29 0 30103
339 121 1 0 120102
340 28 0 0 30102
341 82 0 0 80102
342 86 0 0 90102
343 88 0 0 90102

3.3 Pengawasan dan Monitoring Lalu Lintas Bahan Asal Hewan (BAH) dan Hasil
Bahan Asal Hewan (HBAH) di Pelabuhan Gilimanuk
Pada tanggal 2-3 Februari 2017, kunjungan ke Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Gilimanuk untuk mengetahui tindakan karantina
terhadap lalu lintas hewan, bahan asal hewan dan olahan bahan asal hewan dari kegiatan
tersebut di dapatkan hasil seperti dalam tabel 3.3.

16
Tabel 3.3 Pengawasan dan Monitoring Lalu Lintas Bahan Asal Hewan (BAH) dan Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH)
Pembebasan TK. 8
No Tanggal Kelompok Daerah Nama/alamat Nama/alamat
Klasifikasi Form
Agenda tiba komoditas Asal/Tujuan Pengirim penerima
dan No Tgl Jumlah
Seri
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/
000731 03/02/2017 Wayan Darmika Wayan Darmika 1472491 03/02/2017 1000 kg
Unggas Ayam Denpasar
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/
000732 03/02/2017 Bu Warni Bu Warni 1472492 03/02/2017 1000 kg
Unggas Ayam Denpasar
Hewan Ternak Pangan
Malang/
000733 03/02/2017 Unggas Kecil Umur DOC PT. Wonokoyo PT. Wonokoyo 1472493 03/02/2017 11000 ekor
Denpasar
Sehari
Hewan Ternak Pangan
Malang/
000734 03/02/2017 Unggas Kecil Umur DOC PT. Wonokoyo PT. Wonokoyo 1472494 03/02/2017 11000 ekor
Denpasar
Sehari
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/
000735 03/02/2017 Imam Safii Imam Safii 1472495 03/02/2017 600 kg
Unggas Ayam Denpasar
B.A.H. Pangan Telur Lumajang/
000736 03/02/2017 Telur Ayam Rohim Karwo 1472496 03/02/2017 1000 butir
Konsumsi Denpasar
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/
000737 03/02/2017 Bu Warni Bu Warni 1472497 03/02/2017 1000 kg
Unggas Ayam Denpasar
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/ Drs Ketut Drs I Ketut
000738 03/02/2017 1472498 03/02/2017 1000 kg
Unggas Ayam Denpasar Gotama Gotama
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/
000739 03/02/2017 Ketut Wilantara Ketut Wilantara 1472499 03/02/2017 1000 kg
Unggas Ayam Denpasar
Hewan Ternak Pangan
Pasuruan/
000740 03/02/2017 Unggas Kecil Umur DOC PT. JCI PT. JCI 1472500 03/02/2017 16000 ekor
Denpasar
Sehari

17
3.4 Pembahasan

Pada hari Senin (30/1), diawali dengan pengenalan dan penerimaan oleh drh. drh. Ni
Wayan Sudarmini, M.P, dilanjutkan dengan pengarahan dan pembekalan mengenai tugas dan
rencana kegiatan yang akan dilakukan. Pengarahan tentang karantina hewan secara umum
dan peraturan perundang undangan karantina hewan (Undang-undang No. 16 Tahun 1992
dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000). Pengarahan tentang laboratorium yang
dimiliki oleh Balai Karantina Kelas I Denpasar yaitu: a) Lab. Bakteriologi, b) Lab.
Parasitologi, c) Lab. Virologi, d) Lab. Biomolekuler. Pembagian wilayah kerja karantina
pertanian Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar memiliki lima wilayah kerja (wilker),
antara lain: a) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai di Kabupaten Badung, b) Pelabuhan
laut Benoa di Kota Denpasar, c) Pelabuhan Laut Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng, d)
Pelabuhan Laut Padang Bai di Kabupaten Karangasem, e) Pelabuhan Laut Gilimanuk di
Kabupaten Jembrana. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan di Lab. Bakteriologi dengan ibu
Sriyati meliputi preparasi daging yang akan di uji di Lab. Bakteriologi, penanaman bakteri
pada media PCA, dan sterilisasi alat-alat yang telah digunakan.

Pada hari Selasa (31/1), kegiatan pada hari kedua dilakukan di Lab. Bakteriologi
dimulai dengan melakukan penghitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada cawan
petri hsil penanaman hari pertama, setelah dilakukan penghitungan didapatkan jumlah
cemaran bakteri terbanyak sejumlah 170x103 dengan kode sampel 323. Sedangkan batas
maksimal cemaran mikroba pada daging sapi segar 1 X 10 6 CFU/g, daging olahan sapi 1 X
105 CFU/g, daging ayam segar 1 X 106 CFU/g, dan daging olahan ayam 1 X 105
CFU/g.Tingginya cemaran bakteri yang didapatkan pada saat pengujian bisa dikarenakan
kontaminasi dari alat-alat yang kurang steril ataupun standar operasional yang kurang
diperhatikan. Kemudian, dilakukan preparasi daging yang akan di uji di Lab. Bakteriologi,
membuat larutan BPW dan media PCA di lab. Bakteriologi, penanaman bakteri pada media
PCA, serta sterilisasi alat-alat yang telah digunakan.

Pada hari Rabu (1/2), kegiatan dilakukan di Lab.Bakteriologi, dilakukan peparasi


HBAH berupa sosis dan susu, penanaman bakteri pada media PCA, melakukan penghitungan
jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri hasil penanaman hari kedua, serta
sterilisasi alat-alat yang telah digunakan.

Pada hari Kamis (2/2), Kegiatan dilakukan di Balai Karantina Kelas I Denpasar
Wilayah Kerja Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk, kemudian dilanjutkan pengarahan dan

18
diskusi tentang operasional, kebijakan dan prosedur kerja di Balai Karantina Pertanian Kelas
I Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Gilimanuk didampingi oleh Ibu Wahyu Savitri dan
drh.Siska Mahargian Febrianti, Kemudian pada malamnya dilkakukan pemantauan lalu lintas
komoditi hewan, BAH, HBAH yang masuk dan keluar dari Bali.

Pada hari Jumat (3/2), Dilakukan penyusunan laporan kegiatan mahasiswa PPDH di
Balai Karantina Kelas I Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Penyeberangan Gilimanu serta
Penyerahan Laporan Kegiatan Mahasiswa PPDH di Balai Karantina Kelas I Denpasar
Wilayah Kerja Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk kepada drh. I Nyoman. Budiarta selaku
Kepala Balai Karantina Kelas I Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Penyeberangan
Gilimanuk.

19
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan di Balai Karantina Pertanian Kelas I


Denpasar dapat disimpulkan bahwa:
1. Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar dan Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar Wilker Gilimanuk memilki peran yang penting dalam mencegah masuknya,
keluarnya serta tersebarnya hama dan penyakit hewan ke masyarakatsesuai Undang-
undang No 16 tahun 1992 adalah tempat pengasingan dan atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu
dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari
dalam wilayah Negara Republik Indonesia
2. Pengujian mikrobiologi dalam sistem karantina sangat penting untuk menunjang
keamanan Bahan Asal Hewan ataupun Hasil Bahan Asal Hewan.
3. Mekanisme pelayanan dan pemeriksaan Karantina Hewan dilakukan sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 02/Kpts/OT.140/I/2007 yang terdiri dari
KH-1 sampai KH-12 serta Segel Karantina Pertanian (KP-1).

20
DAFTAR PUSTAKA

Balai Karantina PertanianKelas I Denpasar (BKP Kelas I Denpasar). 2015. Rencana


Strategis (Rentra) Tahun 2015-2019. Balai Karantina Kelas I Denpasar. Denpasar.
Baraniah MA. 2009. Peran Karantina Hewan dalam Mencegah dan Menangkal Penyakit
Zoonosis. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Jakarta.
Balai KarantinaPertanian Kelas I Denpasar (BKP Kelas I Denpasar). 2015. Rencana
Strategis (Rentra) Tahun 2015-2019. Balai Karantina Kelas I Denpasar. Denpasar.
Pusat Karantina Hewan (PKH). 2002. Rencana Strategis dan Kebijakan Teknis Karantina
Hewan. Pusat Karantina Hewan. Jakarta.
Pusat Karantina Hewan (PKH). 2003. Buku Saku Peraturan Perundang-undangan Karantina
Hewan. Pusat Karantina Hewan. Jakarta.

21
LAMPIRAN

22
Gambar 1. Daging yang akan Gambar 2. Persiapan alat preparasi
diperiksa

Gambar 3. Preparasi daging yang Gambar 4. Daging yang telah


akan di uji di Lab. Bakteriologi dipotong seberat 10 gram
selanjutnya akan dihomogenkan
dengan Buffered Peptone Water.

23
Gambar 5. Pembuatan BPW Gambar 6. Pembuatan Plate Count
Agar

Gambar 7. BPW dan PCA yang Gambar 8. BPW dan PCA yang
telah dibuat akan disterilkan di telah disterilkan
Autoclave pada suhu 1210C selama
15 menit

24
Gambar 9. Persiapan bahan Gambar 10. Persiapan 90 ml BPW
pengencer sebanyak 9 ml untuk dihomogenkan dengan 10
gram daging yang akan diperiksa

Gambar 11. Persiapan Cawan Petri Gambar 12. Daging 10gram yang
dan Pengencer di Clean Bench dicampur dengan BPW 90ml
dihomogenkan

25
Gambar 13. Pengenceran sampel Gambar 14. Memasukkan 1ml
sampel yang telah diencerkan
sebanyak 3x ke cawan petri
kemudian menuangkan PCA ke
cawan petri

Gambar 15. Terlihat koloni bakteri Gambar 16. Pembacaan dan


yang tumbuh pada media biakan penghitungan jumlah koloni
bakteri

26
Gambar 17. Pemeriksaan oleh pihak Gambar 18. Pemeriksaan komoditi oleh
kepolisian di Pelabuhan mahasiswa Koas dan pegawai Balai
Karantina

Gambar 19. Bahan asal hewan berupa daging Gambar 20. Kendaraan pengangkut bahan
ayam beku dari Kabupaten Banyuwangi asal hewan yang masuk ke Provinsi Bali

27

Anda mungkin juga menyukai