Oleh :
KELOMPOK 4
NUR ALAM
TENRI SA’NA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sistem Pencernaan Ternak Perah”. Pada makalah ini Penulis banyak
mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak
.oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini untuk penulisan yang akan datang.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar………………………………………………………………. i
Daftar Isi……………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….
A. Latar Belakang…………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………….
C. Tujuan………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………
A. Simpulan………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Hewan ruminansia
sebagai serat kasar. Hewan ini disebut juga hewan berlambung jamak
dan abomasum. Rumen merupakan bagian terbesar dan terpenting dalam mencerna
maka timbul pelajaran khusus yang disebut ruminologi. Pencernaan pada ruminansia
organ seperti gigi (dentis). Pencernaan fermentatif terjadi dengan bantuan mikroba
zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga
abomasum), usus halus, usus besar, anus.Sehingga sangat perlu untuk mengetahui
dan mempelajari anatomi dan fisiologi pencernaan, supaya dapat juga mengetahui
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
pencernaan dan absorbsi zat makanan. Perjalanan pakan yang dimakan oleh hewan
ruminansia melewati organ-organ pencernaan yang memiliki tugas dan fungsi yang
mulut, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, usus besar dan anus. Fungsi utama
dari saluran pencernaan adalah mengubah bahan pakan yang dikonsumsi oleh ternak
ke dalam senyawa kimia yang dapat diserap ke dalam pembuluh darah untuk
digunakan sebagai zat-zat makanan bagi jaringan di dalam tubuh. Saluran pencernaan
juga sebagai tempat pengeluaran sisa -sisa metabolisme jaringan dan bahan pakan
zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga
Hewan ruminansia (pemamah biak; seperti sapi, kambing, dll.) memiliki sistem
pencernaan yang rumit dibanding herbivora lainnya. Kerumitan ini terletak pada
lambung yang memiliki empat ruang. Kerumitan sistem pencernaan ini merupakan
adaptasi pada kelompok herbivora seperti pada ruminansia. Tumbuhan lebih sulit
dicerna dibanding daging hewan, halini karena sel tumbuhan dilindungi oleh dinding
sel yang tinggi akan selulosa sehingga butuh alat yang lebih kompleks untuk dapat
menyerap nutrisi dari tumbuhan. Sama seperti pada manusia, pencernaan akan
Terjemahan:
Dan sungguh, pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya (berupa)
susu murni antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang
meminumnya.
Maksud dari ayat ini adalah Allah swt menjelaskan bahwa pada hewan
ternak itu terdapat banyak pelajaran dan dalam perutnya terdapat susu yang berada
diantara kotoran dan darah yang dapat diminum dengan mudah dan itupun merupakan
hasil dari apa yang ternak makanan melalui pencernaan didalam perutnya yag dimana
dapat memisahkan antara yang mana yang baik dan bersih dan yang mana yang kotor.
1. Mulut
pencampuran saliva. Menurut Rianto (2011), saliva disekresikan ke dalam mulut oleh
3 pasang glandula saliva, yaitu glandula parotid yang terletak di depan telinga,
2. Esopghagus
lambung panjangnya sekitar 125-150 cm pada sapi. Bolus pada pakan yang dibentuk
cardia.Esophagus merupakan suatu saluran yang terdiri dari otot berwarna merah
yang dilapisi selaput lendir. Esophagus merupakan saluran penghubung mulut dengan
lambung sapi perah yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum dan abomasum.
3. Rumen
Semakin banyak ingesta yang terekspos pada pailae tersebut untuk tumbuh
sehingga akan menjadi semakin besar dan panjang. Perlu diketahui bahwa pada pilar-
pilar rumen tersebut papilaenya lebih sedikit yang dikarenakan fungsi pilar tersebut
untuk kontraksi sehingga kontak dan penyerapannya lebih sedikit. Bagian rumen
yang ada maka caudal adalah bagian yang paling sedikit terdapat papilaenya. Rumen
untuk ternak yang sudah dewasa menempati kurang lebih 80-86% dari seluruh
lambung.
4. Reticulum
Secara fisik retikulum tidak terpisah dari rumen tetapi secara anatomi berbeda.
Retikulum merupakan bagian terkecil dari keempat lambung ternak perah. Terletak
merupakan jaringan yang langsung dari oeshophagus menuju omasum. Bagian dalam
(2002) menyatakan bagian yang kedua dari lambung depan adalah retikulum,
lambung bagian ini juga berpapilae yang berlainan bentuk dengan papilae pada
rumen. Bentuk papilaenya lebih spesifik yang berbentuk segi enam seperti sarang
5. Omasum
yang dimiliki oleh ternak ruminansia. Perut bagian tersebut masih tergolong perut
Poporsiomasum pada lambung adalah 7-8 %. Perut bagian ini sering disebut juga
6. Abomasum
bagian ini sudah mulai disekresikan getah pencernaan seperti HCL dan pepsin.
non ruminansia). Lambung tersebut dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu cardia,
fundus, dan pilorus. Bagian kardia merupakan glandmucus bagian ini berdekatan
dengan omasum, anatara abomasum dan omasum ini dihubungkan oleh suatu celah
7. Usus Halus
Sebagian besar pencernaan dan absorbsi nutrisi terjadi di dalam usus halus.
berfungsi sebagai pelicin dan enzim sukrase memecah sukrosa menjadi glukosa,
Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan illeum.
Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus. Saluran yang berasal dari hati
dan saluran pankreas menyatu dalam duodenum pada jarak yang pendek dibelakang
pilorus (Istidamah, 2006). Jejenum dengan jelas dap at dipisahkan dengan duodenum.
Jejenum bermula dari kira-kira pada posisi dari mesentri mulai kelihatan memanjang.
Jejenum dan ileum itu bersambung dan tidak ada batas yang jelas diantaranya. Protein
yang dikonsumsi tidak seluruhnya dirombak oleh mikroba rumen, sebagian ada yang
lolos dan masuk ke abomasum, terus mengalir ke usus halus (Tanuwiria, 2007).
8. Usus Besar
Usus Besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum. Usus besar tidak
tiap pencernaan yang terjadi di dalamnya adalah sisa-sisa kegiatan oleh enzim-enzim
dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik yanng banyak
intestinumkrassum terdiri dari kolon, rektum, dan kloaka. Dinding saluran ini banyak
pembusukkan sisa digesti (pembentukkan feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel
Sekum merupakan suatu kantong buntu dan kolon yang terdiri dari bagian
naik, mendatar dan turun. Bagian yang turun akan berakhir di rektum dan anus
Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum.
Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkterrectum mengatur pembukaan dan
penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot
dihasilkan oleh bakteri yang ada, hingga akhirnya menjadi gumpalan-gumpalan yang
masih kasar (bolus). Pengadukan dilakukan oleh kontraksi otot dinding retikulum.
Kemudian, gumpalan makanan tersebut didorong kembali ke mulut untuk dikunyah
lebih sempurna (dimamah kedua kali), sambil beristirahat. Setelah itu, gumpalan
(Munadi,2011).
Sapi perah merupakan hewan pemamah biak atau ruminansia yang memiliki 4
bagian perut, yaitu retikulum, rumen, omasum dan abomasum. Retikulum, rumen dan
omasum disebut perut depan (fore stomach). Abomasum dikenal dengan lambung
sejati karena secara anatomis maupun fisiologis berfungsi sama dengan lambung non-
pencernaan secara mekanis (di dalam mulut), fermentatif (oleh mikroba di dalam
rumen) dan kimiawi (oleh enzim-enzim pencernaan di abomasum dan usus) (Rianto
(pengunyahan) dan deglutisi (Frandson, 1996). Organ utama dalam proses prehensi
adalah lidah. Lidah sapi perah panjang, kuat, lentur, kasar dan dapat melilit hijauan
maupun makanan lainnya, yang ditarik di antara gigi seri bawah dan lapisan gigi atas
untuk selanjutnya mengalami proses mastikasi oleh gigi. Sapi perah dewasa memiliki
8 buah gigi seri pada rahang bawah tetapi tidak terdapat pada rahang bagian atas,
namun pada rahang atas terdapat lapisan gigi yang tipis, yaitu lapisan luar zat tanduk.
Sapi perah tidak memiliki gigi taring, tetapi memiliki 6 gigi geraham pada masing-
mudah ditelan. Saliva disekresikan ke dalam mulut oleh 3 pasang glandula saliva,
terletak pada rahang bawah dan glandula sublingual yang terletak di bawah lidah
(Frandson, 1996). Saliva berperan sangat penting dalam proses pencernaan di dalam
rumen, saliva pada sapi mengandung urea, fosfor (P) dan natrium (Na) yang dapat
dimanfaatkan oleh mikroba rumen. Saliva juga memiliki kandungan senyawa alkali
yang berikatan dengan senyawa karbon yaitu buffer bicarbonate. yang sangat berguna
dalam menjaga pH rumen agar tidak turun terlalu tajam (Hungate, 1966; Rianto dan
Purbowati, 2009).
Esofagus adalah saluran memanjang dari mulut ke rumen dengan panjang 3,5 kaki
(1,07 meter) pada sapi perah dewasa (Prihartini, 2013). Dinding muscular esofagus
terdiri dari 2 lapis yang saling melintas miring, kemudian spiral dan akhirnya
makanan dari mulut ke rumen dan berfungsi untuk mengalirkan makanan dari rumen
utama rumen adalah tempat untuk mencerna serat kasar dan zat-zat pakan lainnya
dengan bantuan mikroba (Rianto dan Purbowati, 2009). Isi rumen dibagi dalam 4
zona, yaitu zona gas, zona apung, zona cairan dan zona padatan. Besar kecilnya zona
ini sangat bergantung pada macam pakan yang dikonsumsi (Prihartini, 2013).
Pakan di dalam rumen akan bercampur dengan ingesta (cairan rumen) dan
menjadi obyek pencernaan oleh mikroba rumen yang terdiri dari bakteri
sedikit. Kemampuan bakteri rumen antara lain mendegradasi serat kasar untuk
membentuk volatile fatty acid (VFA), mensintesis protein, mensintesis vitamin B dan
mikroorganisme rumen dapat berlangsung dengan baik pada pH 5,5-7,3 dan kondisi
ini akan dipertahankan oleh saliva yang masuk ke dalam rumen yang berfungsi
sebagai buffer (Hoover dan Miller, 1991). Salah satu faktor yang mempengaruhi pH
rumen ialah sifat fisik, jenis dan komposisi kimia pakan yang dikonsumsi, apabila
pakan lebih banyak mengandung pati atau karbohidrat yang mudah larut maka pH
Rumen dan retikulum dihubungkan oleh suatu lipatan dari jaringan yang
dengan leluasa dari rumen ke retikulum atau sebaliknya (Prihartini, 2013). Letak
retikulum yang berada dibawah rumen menyebabkan beberapa benda asing seperti
potongan tali, kabel atau lainnya yang termakan di pastura menjadi tertahan di
retikulum untuk waktu yang lama tanpa merusaknya (Murti, 2014). Retikulum
memiliki fungsi untuk mengatur aliran digesta dari rumen ke omasum (Rianto dan
Purbowati, 2009).
Omasum merupakan suatu organ seferis yang terisi oleh laminae muscular
yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membran mukosa yang menutupi
laminae, ditebar dengan papillae yang pendek dan tumpul yang akan menggiling
omasum adalah untuk digesti, menyaring partkel pakan yang besar, absorpsi dan
mengatur arus ingesta ke abomasum (Prihartini, 2013). Partikel yang masih terlalu
Abomasum atau perut sejati pada ternak ruminansia (sapi perah) berfungsi
pepsinogen, garam anorganik, mukosa, asam hidroklorat (HCl) dan factor interistik
yang penting untuk absorpsi vitamin B12 secara efisien. Pepsinogen merupakan
bentuk inaktif dari enzim pepsin yang nantinya akan diaktifkan dengan kondisi asam
polipeptida dan sedikit asam amino. Digesta yang keluar dari abomasum akan
zat-zat makanan. Usus halus terdiri atas 3 bagian, yaitu duodenu m, jejenum dan
pencampuran dengan hasil sekresi dari duodenum itu sendiri, hati dan pankreas.
Kelenjar duodenum menghasilkan cairan yang bersifat alkali yang berguna sebagai
pelumas dan melindungi dinding duodenum dari asam hidrokhlorat (HCl) dari
abomasum. Kelenjar empedu menghasilkan cairan yang berisi garam sodium dan
enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas dan mengemulsikan lemak digesta
sehingga mudah diserap melalui dinding usus. Kelenjar pancreas menghasilkan cairan
lecithinase dan nuclease. Enzim-enzim ini bertugas untuk memecah zat-zat nutrisi
pakan (karbohidrat, protein dan lemak) menjadi senyawa sederhana sehingga dapat
Digesta yang masuk ke dalam usus besar merupakan materi yang tidak
tercerna di usus halus. Kelenjar mukosa pada usus besar tidak mengeluarkan enzim,
pencernaan yang terjadi di usus besar karena adanya enzim dari usus halus yang
terbawa bersama digesta serta adanya aktivitas mikroba (Rianto dan Purbowati,
2009). Aktivitas mikroba di dalam usus besar terjadi di caecum dan menghasilkan
vitamin-vitamin B yang dapat diserap tubuh ternak. Materi yang tidak terserap di usus
PENUTUP
A. Kesimpulan
pencernaan dan absorbsi zat makanan. Pencernaan pada ruminansia dimulai dari
fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan protozoa
tertentu. Setelah dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini
makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar disebut bolus
dan akan dikunyah kembali kemudian ditelan menuju omasum dan abomasums untuk
dimana omasum merupakan perut sejati pada ternak sampai ke colon atau usus besar.
B. Saran
Saran dari makalah ini yaitu apabila ada kesalahan penulisan pada makalah ini
dimohon para pendengar atau pembaca untuk mengkritik makalah ini agar kita dapat
puas.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A. dkk. 2009. Biology 8th edition. Pearson Benjamin Cummings. San
Francisco
Rianto, E., Purbowati, E. 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong. Jakarta: Penebar
Swadaya
Yasin, Ismail. 2010. Pencernaan Serat Kasar pada Ternak Unggas. Jurnal Ilmiah
Inkoma, Vol 21 (3): 7.