Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN TERNAK PERAH

(SISTEM PENCERNAAN TERNAK PERAH)

Oleh :

KELOMPOK 4

ILHAM HASAN AL-FIQRY

ANDI ANISA NISDA

NUR ALAM

TENRI SA’NA

JURUSAN ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Sistem Pencernaan Ternak Perah”. Pada makalah ini Penulis banyak

mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak

.oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah

ini.

Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari

sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun guna kesempurnaan makalah ini untuk penulisan yang akan datang.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini

dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

GOWA, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar………………………………………………………………. i

Daftar Isi……………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….

A. Latar Belakang…………………………………………………..

B. Rumusan Masalah……………………………………………….

C. Tujuan………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………

A. Pengertian sistem pencernaan ternak perah…………………..

B. Bagian-bagian sistem pencernaan ternak perah……………..

C. Proses pencernaan ternak perah…………………………….

BAB III PENUTUP………………………………………………………

A. Simpulan………………………………………………………..

B. Saran……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ruminansia merupakan binatang berkuku genap subordo dari

ordoArtiodactyla disebut juga mammalia berkuku. Nama ruminan berasal dari bahasa

Latin "ruminare" yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga

dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Hewan ruminansia

umumnya herbivora atau pemakan tanaman, sehingga sebagian besar makanannya

adalah selulose, hemiselulose dan bahkan lignin yang semuanya dikategorikan

sebagai serat kasar. Hewan ini disebut juga hewan berlambung jamak

atau polygastricanimal, karena lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum

dan abomasum. Rumen merupakan bagian terbesar dan terpenting dalam mencerna

serat kasar, sehingga karena pentingnya rumen dalam prosespencernaan ruminansia,

maka timbul pelajaran khusus yang disebut ruminologi. Pencernaan pada ruminansia

terjadi secara mekanik, fermentatif dan enzimatik. Pencernaan mekanik melibatkan

organ seperti gigi (dentis). Pencernaan fermentatif terjadi dengan bantuan mikroba

(bakteri, ptotozoa, dan fungi). Pencernaan enzimatik melibatkan enzim pencernaan

untuk mencerna pakan yang masuk.

Sistem pencernaan (tractusdigestivus) terdiri atas suatu saluran

muskulomembranosa yang terentang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah


memasukan makanan, menggiling, mencerna dan menyerap makanan serta

mengeluarkan buangannya yang berbentuk padat. Sistem pencernaan mengubah zat-

zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga

dapat diserap dan digunakan sebagai energi, membangun senyawa-senyawa lain

untuk kepentingan metabolisme. Pencernaan merupakan rangkaian proses yang

terjadi dalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya penyerapan.

Perut sejati pada sistem  pencernaan ruminansia diawali oleh tiga bagian perut

atau divertikula (diselaputi oleh epitel-epitel squamous berstrata), dimana makanan

dicerna oleh mikroorganisme sebelum bergerak ke saluran pencernaan

berikutnya. Rumen, retikulum, dan omasum pada ruminansia, secara bersama-sama

disebut perut depan (forestomach atau proventrikulus). Bagian-bagian sistem

pencernaan adalah mulut, oesophagus, forestomach (rumen, retikulum, omasum,

abomasum), usus halus, usus besar, anus.Sehingga sangat perlu untuk mengetahui

dan mempelajari anatomi dan fisiologi pencernaan, supaya dapat juga mengetahui

kelainan-kelainan pada saluran pencernaan dan mengobati dan mencegahnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sistem pencernaan pada ternak perah?

2. Bagaimana bagian-bagian sistem pencernaan ternak perah?

3. Bagaimana proses pencernaan ternak perah?


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian sistem pencernaan sapi perah

2. Untuk mengetahui bagian-bagian sistem pencernaan sapi perah

3. Untuk mengetahui proses pencernaan sapi perah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan

beberapa organ yang bertanggung jawab terhadap pengambilan, penerimaan,

pencernaan dan absorbsi zat makanan. Perjalanan pakan yang dimakan oleh hewan

ruminansia melewati organ-organ pencernaan yang memiliki tugas dan fungsi yang

berbeda-beda, dimulai dari mulut,oesophagus, rumen, retikulum, kembali lagi ke

mulut, retikulum, omasum, abomasum, usus halus, usus besar dan anus. Fungsi utama

dari saluran pencernaan adalah mengubah bahan pakan yang dikonsumsi oleh ternak

ke dalam senyawa kimia yang dapat diserap ke dalam pembuluh darah untuk

digunakan sebagai zat-zat makanan bagi jaringan di dalam tubuh. Saluran pencernaan

juga sebagai tempat pengeluaran sisa -sisa metabolisme jaringan dan bahan pakan

yang tidak tercerna (Pratiwi, dkk., 2007).

Sistem pencernaan (tractusdigestivus) terdiri atas suatu saluran

muskulomembranosa yang terentang dari mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah

memasukan makanan, menggiling, mencerna dan menyerap makanan serta

mengeluarkan buangannya yang berbentuk padat. Sistem pencernaan mengubah zat-

zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana hingga

dapat diserap dan digunakan sebagai energi, membangun senyawa-senyawa lain


untuk kepentingan metabolisme. Pencernaan merupakan rangkaian proses yang

terjadi dalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya penyerapan.

Hewan ruminansia (pemamah biak; seperti sapi, kambing, dll.) memiliki sistem

pencernaan yang rumit dibanding herbivora lainnya. Kerumitan ini terletak pada

lambung yang memiliki empat ruang. Kerumitan sistem pencernaan ini merupakan

adaptasi pada kelompok herbivora seperti pada ruminansia. Tumbuhan lebih sulit

dicerna dibanding daging hewan, halini karena sel tumbuhan dilindungi oleh dinding

sel yang tinggi akan selulosa sehingga butuh alat yang lebih kompleks untuk dapat

menyerap nutrisi dari tumbuhan. Sama seperti pada manusia, pencernaan akan

melalui tahap-tahap: ingesti-digesti-absorpsi-eliminasi melalui pencernaan mekanik

dan kimiawi(Campbell, dkk., 2009).

Allah berfirman dalam QS. An-Nahl/16: 66


ۖ
ٖ ‫ر‬Lۡ Lَ‫َوإِ َّن لَ ُكمۡ فِي ٱأۡل َ ۡن ٰ َع ِم لَ ِع ۡب َر ٗة نُّ ۡسقِي ُكم ِّم َّما فِي بُطُونِ ِهۦ ِم ۢن بَ ۡي ِن ف‬
ٗ ِ‫ا خَال‬LLً‫ث َود َٖم لَّبَن‬
‫ٓائِ ٗغا‬L‫ا َس‬L‫ص‬

٦٦ َ‫لِّل ٰ َّش ِربِين‬

Terjemahan:
Dan sungguh, pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya (berupa)
susu murni antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang
meminumnya.

Maksud dari ayat ini adalah Allah swt menjelaskan bahwa pada hewan

ternak itu terdapat banyak pelajaran dan dalam perutnya terdapat susu yang berada

diantara kotoran dan darah yang dapat diminum dengan mudah dan itupun merupakan
hasil dari apa yang ternak makanan melalui pencernaan didalam perutnya yag dimana

dapat memisahkan antara yang mana yang baik dan bersih dan yang mana yang kotor.

B. Bagian-bagian Sistem Pencernaan Sapi perah

1. Mulut

Pakan mengalami penghancuran di dalam mulut secara mekanik karena

menggunakan gigi.Selain itu pakan juga mengalami penghancuran dengan

pencampuran saliva. Menurut Rianto (2011), saliva disekresikan ke dalam mulut oleh

3 pasang glandula saliva, yaitu glandula parotid yang terletak di depan telinga,

glandula submandibularis (submaxillaris) yang terletk pada rahang bawah, dan

glandula sublingualis yang terletak di bawah lidah.

2. Esopghagus

Oeshophagus merupakan lubang yang menghubungkan pharynx dengan

lambung panjangnya sekitar 125-150 cm pada sapi. Bolus pada pakan yang dibentuk

di dalam rongga mulut dapat berjalan melalui oeshophagus karena adanya gerakan

anti peristaltic dari oeshophagus. Lubang terakhir dari oeshophagus disebut

cardia.Esophagus merupakan suatu saluran yang terdiri dari otot berwarna merah

yang dilapisi selaput lendir. Esophagus merupakan saluran penghubung mulut dengan

lambung sapi perah yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum dan abomasum.

Dalam oesophagus pakan mengalami degluitasi atau penelanan (Istidamah, 2006).

3. Rumen

Semakin banyak ingesta yang terekspos pada pailae tersebut untuk tumbuh

sehingga akan menjadi semakin besar dan panjang. Perlu diketahui bahwa pada pilar-
pilar rumen tersebut papilaenya lebih sedikit yang dikarenakan fungsi pilar tersebut

untuk kontraksi sehingga kontak dan penyerapannya lebih sedikit. Bagian rumen

yang ada maka caudal adalah bagian yang paling sedikit terdapat papilaenya. Rumen

untuk ternak yang sudah dewasa menempati kurang lebih 80-86% dari seluruh

lambung.

4. Reticulum

Secara fisik retikulum tidak terpisah dari rumen tetapi secara anatomi berbeda.

Retikulum merupakan bagian terkecil dari keempat lambung ternak perah. Terletak

berhadapan antara costae ke 6 sampai ke 8 atau ke 9 merupakan jalan antara rumen

dan omasum, dimana pada retikulum terdapat lipatan-lipatan oeshophagus yang

merupakan jaringan yang langsung dari oeshophagus menuju omasum. Bagian dalam

retikulum terdiri papillae-papilae yang berbentuk seperti rumah tawon. Nuswantara

(2002) menyatakan bagian yang kedua dari lambung depan adalah retikulum,

lambung bagian ini juga berpapilae yang berlainan bentuk dengan papilae pada

rumen. Bentuk papilaenya lebih spesifik yang berbentuk segi enam seperti sarang

lebah. Retikulum mempunyai fungsi dalam statusnya sebagai saluran pencernaan

terutama lambung bagian kedua.

5. Omasum

Menurut Nuswantara (2002), omasum merupakan lambung depan terakhir

yang dimiliki oleh ternak ruminansia. Perut bagian tersebut masih tergolong perut

semu karena belum mensekresikan getah pencernaan. Omasum berbentuk seperti

lembaran-lembaran atau lipatan  yang disebut dengan laminae. Penghubung antara


omasum dan reticulum terdapat saluran yang disebut reticuloomasicum.

Poporsiomasum pada lambung adalah 7-8 %. Perut bagian ini sering disebut juga

dengan perut buku-buku.

6. Abomasum

Murti (2003) menyatakan bahwa abomasum merupakan lambung sejati karena

bagian ini sudah mulai disekresikan getah pencernaan seperti HCL dan pepsin.

Abomasum ternak ruminansia sama fungsinya dengan lambung (abomasum ternak

non ruminansia). Lambung tersebut dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu cardia,

fundus, dan pilorus. Bagian kardia merupakan glandmucus bagian ini berdekatan

dengan omasum, anatara abomasum dan omasum ini dihubungkan oleh suatu celah

yang disebut dengan omase-abomas orificae. 

7. Usus Halus

Sebagian besar pencernaan dan absorbsi nutrisi terjadi di dalam usus halus.

Proses pencernaan dibantu oleh kelenjar intestinal yang mengahasilkanmucin

berfungsi sebagai pelicin dan enzim sukrase memecah sukrosa menjadi glukosa,

fruktosa, maltase memecah maltosa menjadi glukose, eripsin memecah bentuk

intermediet protein menjadi asam amino (Yasin, 2010).

Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan illeum.

Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus. Saluran yang berasal dari hati

dan saluran pankreas menyatu dalam duodenum pada jarak yang pendek dibelakang

pilorus (Istidamah, 2006). Jejenum dengan jelas dap at dipisahkan dengan duodenum.

Jejenum bermula dari kira-kira pada posisi dari mesentri mulai kelihatan memanjang.
Jejenum dan ileum itu bersambung dan tidak ada batas yang jelas diantaranya. Protein

yang dikonsumsi tidak seluruhnya dirombak oleh mikroba rumen, sebagian ada yang

lolos dan masuk ke abomasum, terus mengalir ke usus halus (Tanuwiria, 2007).  

8. Usus Besar

Usus Besar terdiri dari sekum, kolon, dan rektum. Usus besar tidak

menghasilkan enzim karena kelenjar-kelenjar yang ada adalah mukosa, karenanya

tiap pencernaan yang terjadi di dalamnya adalah sisa-sisa kegiatan oleh enzim-enzim

dari usus halus dan enzim yang dihasilkan oleh jasad-jasad renik yanng banyak

terdapat pada usus besar. Sekum melakukan pencernaan fermentatif. Usus besar atau

intestinumkrassum terdiri dari kolon, rektum, dan kloaka. Dinding saluran ini banyak

mengandung nodus limfatikus. Fungsi saluran adalah sebagai tempat proses

pembusukkan sisa digesti (pembentukkan feses) dan proses reabsorpsi air dan partikel

terlarut di dalamnya (Campbell, 2003).

Sekum merupakan suatu kantong buntu dan kolon yang terdiri dari bagian

naik, mendatar dan turun. Bagian yang turun akan berakhir di rektum dan anus

(Frandson, 2002). Rectum merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.

Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum.

Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkterrectum mengatur pembukaan dan

penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot

lurik. Retikulummengaduk-aduk makanan kemudian dicampur dengan enzim yang

dihasilkan oleh bakteri yang ada, hingga akhirnya menjadi gumpalan-gumpalan yang

masih kasar (bolus). Pengadukan dilakukan oleh kontraksi otot dinding retikulum.
Kemudian, gumpalan makanan tersebut didorong kembali ke mulut untuk dikunyah

lebih sempurna (dimamah kedua kali), sambil beristirahat. Setelah itu, gumpalan

makanan ditelan lagi masuk ke omasum melewati rumen dan reticulum

(Munadi,2011).

C. Poses Pencernaan Sapi Perah

Sapi perah merupakan hewan pemamah biak atau ruminansia yang memiliki 4

bagian perut, yaitu retikulum, rumen, omasum dan abomasum. Retikulum, rumen dan

omasum disebut perut depan (fore stomach). Abomasum dikenal dengan lambung

sejati karena secara anatomis maupun fisiologis berfungsi sama dengan lambung non-

ruminansia. Proses pencernaan ruminansia dibagi menjadi tiga tahap, yaitu

pencernaan secara mekanis (di dalam mulut), fermentatif (oleh mikroba di dalam

rumen) dan kimiawi (oleh enzim-enzim pencernaan di abomasum dan usus) (Rianto

dan Purbowati, 2009).

1. Pencernaan pakan dimulut dan kerongkongan (Esophagus)

Proses pencernaan di dalam mulut sebagian besar adalah pencernaan secara

mekanik yang meliputi prehensi (pengambilan pakan dengan lidah), mastikasi

(pengunyahan) dan deglutisi (Frandson, 1996). Organ utama dalam proses prehensi

adalah lidah. Lidah sapi perah panjang, kuat, lentur, kasar dan dapat melilit hijauan

maupun makanan lainnya, yang ditarik di antara gigi seri bawah dan lapisan gigi atas

untuk selanjutnya mengalami proses mastikasi oleh gigi. Sapi perah dewasa memiliki

8 buah gigi seri pada rahang bawah tetapi tidak terdapat pada rahang bagian atas,

namun pada rahang atas terdapat lapisan gigi yang tipis, yaitu lapisan luar zat tanduk.
Sapi perah tidak memiliki gigi taring, tetapi memiliki 6 gigi geraham pada masing-

masing rahang atas dan bawah (Prihartini, 2013).

Pakan di dalam mulut juga mengalami pencampuran dengan saliva agar

mudah ditelan. Saliva disekresikan ke dalam mulut oleh 3 pasang glandula saliva,

yaitu glandula parotid di depan telinga, glandula mandibular (submaxillaris) yang

terletak pada rahang bawah dan glandula sublingual yang terletak di bawah lidah

(Frandson, 1996). Saliva berperan sangat penting dalam proses pencernaan di dalam

rumen, saliva pada sapi mengandung urea, fosfor (P) dan natrium (Na) yang dapat

dimanfaatkan oleh mikroba rumen. Saliva juga memiliki kandungan senyawa alkali

yang berikatan dengan senyawa karbon yaitu buffer bicarbonate. yang sangat berguna

dalam menjaga pH rumen agar tidak turun terlalu tajam (Hungate, 1966; Rianto dan

Purbowati, 2009).

Pakan yang sudah mengalami proses mastikasi dan pencampuran dengan

saliva, kemudian mengalami proses deglutisi melalui esofagus menuju rumen.

Esofagus adalah saluran memanjang dari mulut ke rumen dengan panjang 3,5 kaki

(1,07 meter) pada sapi perah dewasa (Prihartini, 2013). Dinding muscular esofagus

terdiri dari 2 lapis yang saling melintas miring, kemudian spiral dan akhirnya

membentuk suatu sirkuler. Esofagus hewan ruminansia bertugas mengalirkan

makanan dari mulut ke rumen dan berfungsi untuk mengalirkan makanan dari rumen

menuju mulut untuk mengalami proses re-mastikasi (Frandson,1996).


2. Pencernaan pakan di rumen dan reticulum

Rumen merupakan kantong yang besar sebagai tempat penampungan dan

pencampuran bahan pakan untuk proses fermentasi oleh mikroorganisme. Fungsi

utama rumen adalah tempat untuk mencerna serat kasar dan zat-zat pakan lainnya

dengan bantuan mikroba (Rianto dan Purbowati, 2009). Isi rumen dibagi dalam 4

zona, yaitu zona gas, zona apung, zona cairan dan zona padatan. Besar kecilnya zona

ini sangat bergantung pada macam pakan yang dikonsumsi (Prihartini, 2013).

Pakan di dalam rumen akan bercampur dengan ingesta (cairan rumen) dan

menjadi obyek pencernaan oleh mikroba rumen yang terdiri dari bakteri

(Bacteriodes, Ruminococcus, Butyrivibrio), protozoa dan fungi dalam jumlah relatif

sedikit. Kemampuan bakteri rumen antara lain mendegradasi serat kasar untuk

membentuk volatile fatty acid (VFA), mensintesis protein, mensintesis vitamin B dan

mendegradasi komponen beracun dari berbagai pakan (Murti, 2014). Aktivitas

mikroorganisme rumen dapat berlangsung dengan baik pada pH 5,5-7,3 dan kondisi

ini akan dipertahankan oleh saliva yang masuk ke dalam rumen yang berfungsi

sebagai buffer (Hoover dan Miller, 1991). Salah satu faktor yang mempengaruhi pH

rumen ialah sifat fisik, jenis dan komposisi kimia pakan yang dikonsumsi, apabila

pakan lebih banyak mengandung pati atau karbohidrat yang mudah larut maka pH

cenderung rendah (Aswandi dkk., 2012).

Rumen dan retikulum dihubungkan oleh suatu lipatan dari jaringan yang

disebut reticulo-rumen fold yang memungkinkan ingesta dapat berpindah/mengalir

dengan leluasa dari rumen ke retikulum atau sebaliknya (Prihartini, 2013). Letak
retikulum yang berada dibawah rumen menyebabkan beberapa benda asing seperti

potongan tali, kabel atau lainnya yang termakan di pastura menjadi tertahan di

retikulum untuk waktu yang lama tanpa merusaknya (Murti, 2014). Retikulum

memiliki fungsi untuk mengatur aliran digesta dari rumen ke omasum (Rianto dan

Purbowati, 2009).

3. Pencernaan pakan di omasum

Omasum merupakan suatu organ seferis yang terisi oleh laminae muscular

yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membran mukosa yang menutupi

laminae, ditebar dengan papillae yang pendek dan tumpul yang akan menggiling

hijauan atau serat-serat sebelum masuk ke abomasum (Frandson, 1996). Fungsi

omasum adalah untuk digesti, menyaring partkel pakan yang besar, absorpsi dan

mengatur arus ingesta ke abomasum (Prihartini, 2013). Partikel yang masih terlalu

besar akan dikembalikan ke retikulum dan akan mengalami regurgitasi (dikeluarkan

kembali ke mulut) untuk mengalami proses re-mastikasi (pengunyahan kembali)

(Rianto dan Purbowati, 2009).

4. Pencernaan pakan di abomasums

Abomasum atau perut sejati pada ternak ruminansia (sapi perah) berfungsi

seperti perut pada ternak non-ruminansia. Fungsi abomasum adalah mengatur

pencernaan secara enzimatis dan kimiawi (Prihartini, 2013). Dinding abomasums

memiliki kelenjar-kelenjar pencernaan yang menghasilkan cairan lambung berupa

pepsinogen, garam anorganik, mukosa, asam hidroklorat (HCl) dan factor interistik

yang penting untuk absorpsi vitamin B12 secara efisien. Pepsinogen merupakan
bentuk inaktif dari enzim pepsin yang nantinya akan diaktifkan dengan kondisi asam

di dalam lambung. Enzim pepsin bertugas untuk menghidrolisis protein menjadi

polipeptida dan sedikit asam amino. Digesta yang keluar dari abomasum akan

memasuki usus halus (Rianto dan Purbowati, 2009).

5. Pencernaan pakan di usus halus

Usus halus merupakan organ pencernaan yang memiliki fungsi penyerapan

zat-zat makanan. Usus halus terdiri atas 3 bagian, yaitu duodenu m, jejenum dan

ileum (Frandson, 1996). Digesta yang masuk ke dalam duodenum mengalami

pencampuran dengan hasil sekresi dari duodenum itu sendiri, hati dan pankreas.

Kelenjar duodenum menghasilkan cairan yang bersifat alkali yang berguna sebagai

pelumas dan melindungi dinding duodenum dari asam hidrokhlorat (HCl) dari

abomasum. Kelenjar empedu menghasilkan cairan yang berisi garam sodium dan

potassium dari asam empedu. Garam-garam empedu berfungsi mengaktifkan enzim-

enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas dan mengemulsikan lemak digesta

sehingga mudah diserap melalui dinding usus. Kelenjar pancreas menghasilkan cairan

yang berfungsi menetralisir ingesta asam lambung berupa ion-ion bikarbonat

berkonsentrasi tinggi yang disekresikan akibat rangsangan dari asam lambung.

Kelenjar pankreas juga mensekresikan proenzim dan enzim seperti trypsinogen,

khimotripsinogen, prokarboksipeptidase A dan B, proelastase, α- amilase, lipase,

lecithinase dan nuclease. Enzim-enzim ini bertugas untuk memecah zat-zat nutrisi

pakan (karbohidrat, protein dan lemak) menjadi senyawa sederhana sehingga dapat

diserap oleh dinding usus halus (Rianto dan Purbowati, 2009).


6. Pencernaan pakan di usus besar

Digesta yang masuk ke dalam usus besar merupakan materi yang tidak

tercerna di usus halus. Kelenjar mukosa pada usus besar tidak mengeluarkan enzim,

pencernaan yang terjadi di usus besar karena adanya enzim dari usus halus yang

terbawa bersama digesta serta adanya aktivitas mikroba (Rianto dan Purbowati,

2009). Aktivitas mikroba di dalam usus besar terjadi di caecum dan menghasilkan

vitamin-vitamin B yang dapat diserap tubuh ternak. Materi yang tidak terserap di usus

besar akan dikeluarkan berupa feses melalui rektum (Prihartini, 2013).

7. Organ lain yang berfungsi sebagai alat pencernaan

a. Hati, berfungsi menyimpan energy, sejumlah ammonia dalam darah, dan

mengubah berbagai bahan kimia menjadi bahan yang lebih sederhana

yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh tubuh.

b. Ginjal, berfungsi mengambil sisa makanan dari dalam darah yang

kemudian dilepas dalam bentuk air kencing.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan yang dilengkapi dengan

beberapa organ yang bertanggung jawab terhadap pengambilan, penerimaan,

pencernaan dan absorbsi zat makanan. Pencernaan pada ruminansia dimulai dari

mulut, esofagus, rumen, retikulum, kembali lagi ke mulut, retikulum, omasum,

abomasum, usus halus, usus besar dan anus.

Proses pencernaan pada rumen adalah pencernaan protein, polisakarida, dan

fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan protozoa

tertentu. Setelah dari rumen, makanan akan diteruskan ke  retikulum dan di tempat ini

makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar disebut bolus

dan akan dikunyah kembali kemudian ditelan menuju omasum dan abomasums untuk

dimana omasum merupakan perut sejati pada ternak sampai ke colon atau usus besar.

B. Saran

Saran dari makalah ini yaitu apabila ada kesalahan penulisan pada makalah ini

dimohon para pendengar atau pembaca untuk mengkritik makalah ini agar kita dapat

puas.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. dkk. 2009. Biology 8th edition. Pearson Benjamin Cummings. San
Francisco

Frandsond, R. D. 2002.  Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM  Pess.Yogyakarta.

Istidamah, Iis. 2006. Study Perbandingan Fisiologi dan Anatomi Saluran


Pencernaan Kambing dan Domba Lokal.Skripsi. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor.

Nuswantara, Limbang Kustiawan. 2002. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia (Sapi


Perah). Fakultas Peternakan. UNDIP.

Rianto, E., Purbowati, E. 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong. Jakarta: Penebar
Swadaya

Tanuwiria, U. Hidayat. 2007. Potensi Pakan Serat dan Daya Dukungnya terhadap


Populasi Ternak Ternak Ruminansia Diwilayah Kabupaten Garut. Jurnal Ilmu
Ternak, Vol.7 (2): 117-127.

Yasin, Ismail. 2010. Pencernaan Serat Kasar pada Ternak Unggas. Jurnal Ilmiah
Inkoma, Vol 21 (3): 7.

Anda mungkin juga menyukai