Ir. Rukmiasih, MS
Disusun oleh:
Weni Wardani
J3I113041
PROGRAM DIPLOMA
2014
i
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
“Pemelihiraan Ayam Petelur Komersial ” ini dengan baik.
Penulis
i
DAFTAS ISI
PRAKATA................................................................................................................i
DAFTAS ISI............................................................................................................ii
1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
2.1 Materi........................................................................................................2
2.2 Metode.......................................................................................................2
3.3 FCR...........................................................................................................9
3.4 IOFC........................................................................................................11
3.5 BEP..........................................................................................................13
4. KESIMPULAN...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16
LAMPIRAN...........................................................................................................17
ii
1. PENDAHULUAN
Menurut Candra, et. al. (2012) perkembangan ayam petelur di Jawa Timur
sangat pesat. Ayam ras petelur merupakan hewan yang populer untuk diternakkan
di Indonesia dengan populasi mencapai lebih dari 110 juta ekor (Data Direktorat
Jenderal Peternakan thn. 2011). Banyak orang memilih usaha tersebut karena telur
dan daging ayam merupakan sumber protein hewani yang terjangkau.
Perkembangan ayam ras petelur juga semakin maju dari hasil silang genetik
berbagai ras ayam unggulan seluruh dunia.
1.2 Tujuan
2.1 Materi
Waktu dan Tempat
1
Praktikum Pemeliharaan Petelur Ayam Petelur ini dilaksanakan pada 06
September 2014 sampai tanggal 13 Desember 2014 . Praktukum ini dilaksanakan
di kandang ayam petelur Kampus GG Diploma IPB.
Alat dan bahan yang digunakan telah disediakan oleh kampus Diploma IPB.
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Alat
Kandang Ember
Tempat pakan Spons
Tempat minum (pipa) Sikat
Rak telur (egg tray) Semprotan
Timbangan Sapu lidi
Spoit/suntikan
Bahan
2.2 Metode
Pada praktikum budidaya ayam petelur, dilakukan persiapan sebelum
pemeliharaan diantaranya yaitu pembagian kelompok, pembersihan kandang, dan
piket kandang setiap hari. Perlakuan piket diantaranya menimbang sisa pakan,
memberi pakan 110gr/ ekor/hari pada 3 waktu pemberian (pagi, siang, dan sore),
membersihkan tempat minum, serta merapikan sekam.
Jumlah ayam
Total ayam yang ada di dalam kandang berjumlah 240 ekor pada awal
pemeliharaan, akan tetapi dalam pelaksanaan pemeliharaan jumlah ayam tersebut
dibagi menjadi tiga kelas praktikum sehingga dalam satu kelas praktikum
memelihara 80 ekor ayam. Pemeliharaan ayam kelas 2B dimulai dari ayam
dengan nomor batre 80 sampai 160.
Strain ayam
Ayam yang kami gunakan dalam praktikum pemeliharan ini adalah bangsa
ISA-Brown. ISA-Brown merupakan ayam ras petelur tipe medium yang juga
disebut ayam ras dwiguna dan ayam ras petelur coklat. Disebut ayam tipe
2
dwiguna karena ayam ini mampu menghasilkan telur dan daging yang relatif
cukup banyak. Selain itu, dikatakan sebagai ayam petelur coklat karna memiliki
bulu berwarna coklat dan menghasilkan kerabang telur berwarna coklat.
Sistem pemeliharaan
Pakan yang diberikan yaitu pakan komersil dalam bentuk mash dengan
komposisi pakan sebagai berikut:
Kadar air maksimum = 12,0 %
Protein kasar = 17-18 %
Lemak kasar maksimum = 7,0 %
Serat kasar maksimum = 7,0 %
Abu maksimum = 14 %
Calcium = 3.25-4,25 ppm
Phospor = 0,6-1,0 ppm
Zine bacitracin = 5-30 ppm
Dalam sehari, ayam diberi pakan sebanyak 110 gram dibagi menjadi tiga kali
pemberian yaitu pagi 40gr, siang 30gr, dan sore 40gr.
Pemberian pakan pakan pada siang hari relatif lebih sedikit disbanding pagi
dan sore hari. Hal ini disebabkan oleh faktor suhu lingkungan yang panas serta
tingkah laku ayam yang cenderung lebih banyak minum untuk mengurangi
cekaman panas. Air minum harus selalu tersedia, sebab ayam setiap 15-20 menit
sekali akan minum. Apabila ayam kekurangan air, maka produksi telur akan
menurun (AAK. 1972).
Abidin (2003) menyebutkan bahwa air minum sangat vital bagi ayam
petelur, karena sebagian besar tubuhnya terdiri dari air untuk mengurangi stress
sebelum dan sesudah vaksinasi. Air minum yang didapatkan dari sumber air
(kran) terdekat dari kandang menunjukan bahwa air yang digunakan untuk minum
ayam sama dengan air yang digunakan oleh manusia (kualitasnya sama) sehingga
aman untuk dikonsumsi ayam.
Selain pemberian pakan dan minum, mahasiswa juga perlu memperhatikan
lingkungan kandang. Kandang harus dalam keadaan bersih. Artinya, tidak ada
sekam yang tercecer di dalam kandang. Sekam merupakan alas untuk
penampungan eskreta ayam, sehingga sekam tidak boleh tercecer dan harus rapih.
Pencatatan produksi telur, konsumsi pakan, dan bobot telur sangat penting
untuk dilakukan. Hal ini dapat memudahkan peternak maupun mahasiswa untuk
melakukan evaluasi diakhir pemeliharaan. Pencatatan atau recording tersebut
3
dilakukan setiap melaksanakan piket. Tujuannya agar pencatatan benar-benar
nyata dan pasti.
Menejemen kesehatan
a. Pemberian Vaksin
b. Pemberian Vitamin
c. Sanitasi Kandang
Sanitasi yang baik dapat mempengaruhi performa ayam dan produksi telur.
Apabila sanitasi jarang dilakukan, maka kandang akan kotor kemudian
menjadi penyebab timbulnya berbagai penyakit. Sanitasi yang dilakukan
yakni membersihkan tempat pakan dan minum, membersihkan tempat
penampung air, mengganti sekam secara berkala, menabur sekam yang
basah, dan melakukan desinfeksi kandang.
4
1 60658.1 79 767.824
2 60446.85 79 765.15
3 60124 79 761.063
4 61062.4 80 763.28
5 61600 80 770
6 60830 80 760.375
7 60830 80 760.375
8 61218.8 80 765.235
9 61450.2 80 768.128
10 60060 78 770
11 60060 80 750.75
12 61186.5 80 764.831
13 60060 80 750.75
14 60830 80 760.375
5
Berdasarkan tabel diatas, pakan yang terkonsumsi paling banyak terdapat
pada minggu ke-5 dan minggu ke-10. Namun, jumlah populasi ayam pada minggu
ke-10 berkurang 2 ekor karena mati. Untuk konsumsi paling sedikit terdapat pada
minggu ke-11 dan ke-13. Penyebab menurunnya konsumsi ini dimungkinkan
ayam mengalami stress. Untuk mengetahui perubahan konsumsi pakan dari
minggu ke minggu dapat dilihat pada Grafik 1.
6
3.2 Produksi telur
2 439 79 6
3 404 79 5
4 294 80 4
5 273 80 3
6 260 80 3
7 334 80 4
8 295 80 4
9 149 80 2
10 169 78 2
11 114 80 1
12 105 80 1
13 170 80 2
14 287 80 4
7
Tabel diatas menunjukkan data produksi telur setiap minggu, mulai awal
pemeliharaan sampai umur 14 minggu pemeliharaan. Untuk mengetauhi
pertambahan maupun penurunan produksi, dapat dilihat pada Grafik 2.
8
3.3 FCR
FCR
Minggu Ke Bobot Butir
1 3.02 168.03
2 2.40 137.69
3 2.70 148.82
4 3.86 207.70
5 4.11 225.64
6 4.27 303.96
7 3.21 182.13
8 3.69 207.52
9 7.42 412.42
10 6.38 355.38
11 9.50 526.84
12 10.57 582.73
13 6.21 353.29
14 3.83 211.95
9
Tabel diatas menunjukkan angka konversi pakan di setiap minggu. Untuk
lebih jelasnya lagi, dapat dilihat pada Grafik 3.
Rasio Konversi Pakan atau Food Convertion Ratio (FCR) adalah banyaknya
pakan yang dibutuhkan untuk membentuk satu satuan produk, produk dalam hal
ini tentunya telur. Konversi pakan adalah jumlah pakan yang dibutuhkan untuk
membentuk 1 kilogram berat telur (Edjeng suprijatna, dkk. 2005). Dalam
menghitung FCR kami menghitung dua jenis FCR pada ayam petelur yaitu FCR
bobot dan FCR butir, perhitungan ini menggunakan cara/rumus sebagai berikut :
10
peternakan tersebut kurang efisien dalam melakukan menejemen
pemeliharaannya.
3.4 IOFC
IOFC
Minggu Ke
(Rp)
1 -1869.60
2 91379.70
3 40738.80
4 -81983.40
5 -99834.00
6 170394.60
7 -23469.60
8 -68764.80
9 -219639.60
10 -190890.00
11 -246582.00
12 -262873.80
13 -356436.92
14 -79356.00
11
Tabel diatas menunjukkan hasil perhitungan dari IOFC (Income Over Feed
Cost). IOFC adalah hasil pengurangan dari pendapatan penjualan telur dan biaya
pakan. IOFC merupakan keuntungan dari penjualan hasil pemeliharaan, dalam hal
ini telur. Untuk memperjelas pembacaan tabel diatas, dapat dilihat Grafik 4.
12
3.5 BEP
BEP
Minggu ke
Bobot Butir Harga
13
Tabel diatas menunjukkan data perhitungan BEP (Break Event Point) yaitu
terjadi titik impas dalam usaha pemeliharaan. Artinya, peternak dapat
memprediksi bzhwa usahanya mengalami keuntungan maupun kerugian apabila
angka BEP telah ditentukan. Untuk mengetahui BEP di tiap-tiap minggu, dapat
dilihat pada Grafik 5.
Titik pulang pokok (Break Event Point) merupakan titik impas usaha
berdasarkan nilai Break Event Point BEP dapat diketahui pada tingkat produksi
dan harga berapa suatu usaha peternakan tidak memberikan keuntungan dan tidak
pula mengalami kerugian. (Rahardi dkk, 2003;70).
Naik turunnya BEP dipengaruhi oleh FCR, konsumsi pakan, harga pakan,
produksi telur dan harga telur. Bila harga telur dan produksi telur meningkat
sedangkan biaya pakan menurun maka nilai BEP akan semakin kecil, dengan
demikian perputaran modal akan semakin cepat.
14
4. KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
17