Disusun oleh:
Kelompok 2
Kelas A
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini pada waktu yang
tepat.
Makalah ini berisikan tentang berbagai pembahasan mengenai mata kuliah Manajemen
Ternak Unggas dengan judul “Pembibitan dan Penetasan Ayam”. Manfaat dari penyususnan
makalah ini adalah menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai ilmu dan manfaat dari
berbagai pembahasan tersebut. Harapan kami kedepannya semoga makalah ini dapat dijadikan
referensi dan dapat diperbaiki bentuk maupun isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. 3
I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
1.2 Identifikasi Masalah.................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................ 5
II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 6
2.1 Pembibitan Ayam Ras .............................................................................................................. 6
2.2 Penetasan Ayam Ras ................................................................................................................. 7
III PEMBAHASAN .................................................................................................................................. 9
3.1 Penetasan telur .......................................................................................................................... 9
3.2 Faktor yang mempengaruhi Penetasan. ................................................................................ 16
3.3 Ciri-ciri bibit ayam yang baik ................................................................................................ 18
IV PENUTUP .......................................................................................................................................... 21
4.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 22
I
PENDAHULUAN
telurnya yang mempunyai ciri fisik hampir seluruh tubuhnya ditumbuhi oleh bulu. Salah
satu ternak yang paling digemari untuk diternakkan diantaranya adalah ayam. Ayam
merupakan genus Gallus yang berkembangbiak dengan cara bertelur. Telur merupakan
cikal bakal dari calon anak ayam yang didalam telur tersebut mengandung banyak
kandungan zat gizi yang diperlukan oleh pertumbuhan embrio selama didalam telur. Telur
yang akan ditetaskan harus berasal dari telur yang fertil atau dibuahi oleh pejantan. Selain
itu, masih banyak faktor yang mempengaruhi telur yang akan ditetaskan. Sedangkan telur
yang tidak dibuahi oleh pejantan disebut dengan telur konsumsi artinya telur tersebut tidak
Maka diperlukan cara penetasan telur yang tepat untuk dapat mengerami jumlah
telur yang banyak dalam waktu yang bersamaan. Pengeraman telur ini dapat terjadi pada
unggas jika sifat mengeraminya telah muncul, hal ini dapat berakibat menurunkan hasil
produksi ternak unggas. Maka dibutuhkan alat yang dapat meningkatkan produksi seperti
mesin tetas. Mesin tetas merupakan mesin penetasan yang mempunyai prinsip kerja seperti
pada induk ayam pada saat mengerami telur.mesin tetas diusahakan memenuhi berbagai
syarat yang sesuai untuk perkembangan struktural dan fisiologi dari embrio anak ayam,
dalam pembuatan alat tetas perlu dipertimbangkan beberapa solusi dalam pengaturan
parameter biologi yang meliputi temperatur, kelembaban udara dan sirkulasi udara.pada
alat penetasan semua faktor-faktor tersebut dapat diatur dengan baik sesuai dengan kondisi
Menetaskan telur ayam berarti mengeramkan telur agar menetas dengan tanda
kerabang telur terbuka atau pecah sehingga anak ayam dapat keluar dan dapat hidup.
Penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan telur pada induk dan
mempergunakan mesin penetas atau incubator. Oleh karena itu, penetasan telur bertujuan
untuk mendorong industri perunggasan dalan penyediaan bibit unggul dalam jumlah besar.
2) Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi penetasan telur dan bagaimana mekanisme
penetasannya?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penetasan dan pembibitan.
2) Untuk mengetahui apa saja factor-faktor yang mempengaruhi penetasan telur dan
TINJAUAN PUSTAKA
keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya. Ayam
“Final Stock” diperoleh melalui beberapa tahapan pemurnian dan penyilangan. Hasil
penyilangan ini diperoleh pembibitan yang menghasilkan “Pure Line” (PL) atau ayam galur
murni, pembibitan yang menghasilkan “Great Grand Parent Stock”(GGPS) atau ayam bibit buyut,
pembibitan yang menghasilkan “Grand Parent Stock” (GPS) atau ayam bibit nenek dan
pembibitan untuk menghasilkan “Parent Stock” (PS) dan yang terakhir “Final Stock” (Sudarmono,
2003). “Parent Stock” merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit
sebar atau bibit niaga (“Final Stock”) yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Syukur, 2006).
“Parent Stock” adalah ayam induk penghasil ayam komersil yang merupakan hasil persilangan
Klasifikasi atau pengelompokan ayam dapat dibedakan menjadi klasifikasi standart dan
klasifikasi ekonomi. Klasifikasi standart meliputi ayam, bangsa, strain/galur dan varietas.
Sedangkan klasifikasi ekonomi meliputi tipe petelur (egg type), tipe pedaging (meat type),
pedaging. Ciri ayam bibit petelur adalah berbadan ramping, kecil, mata bersinar dan berjengger
tunggal merah darah. Ayam bibit pedaging mempunyai bobot badan yang besar, jengger dan pial
merah darah serta mata bersinar (Rasyaf, 2008). Jika pemeliharaan “Parent Stock” kurang baik
berdampak buruk pada keturunan yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu adanya manajemen
Strain ayam pembibit pedaging yang biasa digunakan adalah Starbro, Arbor Accres, Avian,
Cobb 500, Cobb 100, Isa Vedette, Kimber, Lohman Broiler, Ross dan Jumbo (ASOHI, 2001).
Bibit ayam strain yang dihasilkan berupa “Final Stock” memiliki keunggulan diantaranya
produktivitas dan bobot telur tinggi, konversi makanan rendah, kekebalan dan daya hidup tinggi
dan pertumbuhan baik serta masa bertelur panjang (long lay) (Sudarmono, 2003).
yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan terbagi dua yaitu penetasan
alami (menggunakan induk) dan penetasan buatan (menggunakan alat tetas telur). Penetasan
buatan lebih praktis dan efisien dibandingkan penetasan alami, penggunaan alat tetas telur
memiliki kelebihan yaitu dengan kapasitas yang lebih banyak sehingga membantu peternak dalam
menjaga kontiniuitas usahanya. Prinsip kerja alat tetas yaitu mengkondisikan panas yang
ditimbulkan oleh hasil eraman induk ayam dengan alat pemanas buatan (Sujionohadi dan
Setiawan, 2007). Pentingnya penanganan telur tetas dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
proses penetasan. Kesalahan dalam penanganan telur tetas akan menyebabkan kegagalan dalam
Proses penetasan dimulai ketika telur tetas dimasukkan ke mesin tetas sampai dengan telur
menetas menghasilkan day old chick dan dikeluarkan dari mesin tetas. Mesin tetas berperan
mengganti induk unggas dalam penetasan telur. Proses penetasan pada telur, penting menciptakan
kondisi yang ideal seperti penetasan alami, sehingga pada mesin tetas temperatur, kelembaban,
dan sirkulasi udara dalam ruang mesin tetas harus diperhatikan ( Suprijatna dkk., 2005).
Telur tetas merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi baik secara alami maupun
buatan, dihasilkan dari peternakan ayam pembibit bukan peternakan komersial (Suprijatna dkk.,
2005). Telur yang ditetaskan haruslah melalui proses seleksi, tidak semua telur tetas dapat
digunakan dalam penetasan. Faktor utama yang perlu diperhatikan dalam memilih telur tetas
adalah kualitas telur, jika kualitas telur yang akan ditetaskan buruk maka presentase jumlah telur
yang menetas rendah. Bobot telur tetas haruslah seragam sehingga besarnya juga seragam, yaitu
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Telur yang terlalu besar menyebabkan kantung udara
terlalu kecil untuk perkembangan embrio sehingga telur akan terlambat untuk menetas (Kholis dan
Sarwono, 2013). Bobot telur setiap spesies unggas memiliki perbedaan. Faktor yang
mempengaruhi bobot telur yaitu lingkungan, genetik, komposisi telur, periode bertelur, umur
unggas dan bobot badan induk (Gunawan, 2001). Persiapan Penetasan yaitu meliputi seleksi telur
PEMBAHASAN
telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk ayam atau unggas
lainnya selama masa mengeram. Perbanyakan populasi unggas biasanya ditempuh dengan cara
menetaskan telur yang sudah dibuahi. Menurut Paimin (2000) penetasan telur ada dua cara, yaitu
melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas). Kapasitas
produksi unggas sekali pengeraman hanya sekitar 10 – 15 butir telur. Akan tetapi, untuk mesin
tetas sangat bervariasi tergantung kapasitas mesinnya (minimal 100 butir telur).
dilakukansejak adanya pemeliharaan ayam. Saat itu belum ada alat pengganti induk ayam.
Semua proses penetasan ditumpukan sepenuhnya pada induk ayam itu sendiri. Yang perlu
disiapkan untuk proses ini adalah tempat penetasan telur yang kelak akan menghasilkan
individu baru. Tempat penetasan ini biasa disebut sarang atau sangkar. Alasnya terbuat dari
rumput atau jerami yang bersih dan lembut. Biasanya induk akan membuat sendiri sarangnya
dengan menggunakan naluri kehewanan nya dan dapat menentukan baik tidaknya sarang yang
telah dibuatnya. Bila hal ini diabaikan, kegagalan penetasan menjadi lebih besar. Saat ini
campur tangan manusia dalam pembuatan sangkar telah dilakukan, terutama pada induk ayam
yang baru belajar mengerami telurnya (Paimin, 2000). Penetasan telur secara alami mudah
dilakukan karena pengeraman telur sepenuhnya diserahkan pada induknya sehingga tidak
memerlukan pengetahuan khusus, tidak memerlukan peralatan khusus serta tidak ada
ketergantungan terhadap tersedianya sumber panas. Akan tetapi, kejelekan dari penetasan
alami diantaranya adalah kapasitasnya kecil, selama mengerami telurnya tidak berproduksi
telur serta memudahkan penularan penyakit dari induk kepada yang baru menetas (Sukardi,
1999).
Berbeda dengan cara pertama, maka pada cara kedua ini 100% aktivitas penetasan itu
membutuhkan campur tangan manusia dan sang induk tidak tahu menahu masalah penetasan.
Induk unggas itu hanya bertelur dan tidak punya tugas untuk menetaskan telur tetas melalui
aktivitas pengeraman. Selama mengeram hingga anaknya disapih, ayam atau unggas itu tidak
akan bertelur (Rasyaf, 1990). Penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut mesin tetas atau inkubator. Pada prinsipnya penetasan buatan sama dengan penetasan
alami, yaitu menyediakan kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara)
yang sesuai agar embrio dalam telur berkembang dengan optimal, sehingga telur dapat
menetas (Sukardi, 1999). Penetasan dengan alat tetas buatan terbagi atas dua car, yaitu dengan
matahari dan sekam serta mesin tetas. Alat – alat ini sederhana, bahkan dapat kita buat sendiri.
Dari kedua jenis ini pun terdapat bermacam – macam jenis alat tetas yang prinsip kerjanya
sama, karena umumnya menggunakan tenaga panas, baik panas matahari maupun panas listrik
Embrio akan berkembang cepat selama suhu telur tetap di atas 900F (32, 220C) dan akan
berhenti berkembang jika suhu dibawah 800F (26,660C), sesudah telur diletakan dalam alat
penetasan atau mesin tetas, pembelahan sel segera berlangsung dan embrio akan terus
berkembang sempurna dan menetas. Perlu diperhatikan bahwa suhu ruang penetasan harus
sedikit diatas suhu telur yang dibutuhkan. Sehingga suhu yang diperlakukan untuk penetasan
telur ayam menurut kondisi buatan dapat sedikit berbeda dengan suhu optimum telur untuk
mendapatkan hasil yang terbaik. Mulai hari pertama hingga hari kedelapan belas diperlukan
suhu ruang penetasan antara 99 – 100 derajat Farenheit (35 – 41,11 derajat Celcius),
sedangkan pada hari kesembilan belas hingga menetas, sebaiknya suhu diturunkan sekitar 2
– 3 derajat Farenheit (0,55 – 1,11 derajat Celcius). Adapun suhu yang umum untuk penetasan
telur ayam adalah sekitar 101 – 105 derajat Farenheit (38,33 – 40,55 derajat Celcius) atau
rata – rata sekitar 100,4 derajat Farenheit. Cara ini bertujuan untuk mendapatkan suhu telur
keadaan kelembaban udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sedangkan pertumbuhan
embrio optimum akan diperoleh pada kelembaban nisbi mendekati 60%. Mulai hari pertama
hiungga hari kedelapan belas kelembaban nisbi yang diperlukan sebesar 60%, sedangkan
untuk hari – hari berikutnya diperlukan 70%. Biasanya, kelembaban dapat diatur dengan
memberikan air kedalam mesin tetas dengan cara meletakannya dalam wadah ceper.
3. Ventilasi
Perkembangan normal embrio membutuhkan oksigen (O2) dan mengeluarkan
karbondioksida (CO2) melalui pori – pori kerabang telur. Untuk itulah didalam mesin tetas
Jika kerabang tertutup oleh kotoran, pertukaran gas oksigen dan karbondioksida akan
mengalami gangguan. Dala keadaan yang demikian kadar karbondioksida akan meningkat sekitar
0,5%, sedangkan kadar oksigen menurun sekitar 0,5%. Peningkatan kadar karbondioksida yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan berkurangnya daya teteas telur. Jika kadar karbondioksida
meningkat 1%, maka kematian embrio dapat meningkat. Sedangkan jika peningkatan sebesar 5%,
embrio akan mati sebelum menetas. Penigkatan kadar karbondioksida yang masih diperbolehkan
adalah sebesar 0,5 – 0,8%, dengan kadar optimum 0.5%. Menurut Djanah Djamalin (1981),
perimbangan udara dalam mesin tetas selama periode penetasan adalah 0,5% gas CO2 dan 21%
O2 (Paimin,2000). Jangka waktu lamanya penetasan yang diperlukan pada masing – masing
spesies unggas berbeda satu sama lain. Ada kecenderungan, semakin besar ukuran tubuh dari
masing – masing spesies semakin besar pula ukuran telurnya dan semakin lama jangka waktu yang
diperlukan untuk menetaskan telurnya. Jangka waktu yang diperlukan untuk penetasan telur pada
Ostrich 42
Angsa 35
Itik manila 35
Kalkun 35
Itik 28
Puyuh bobwhite 24
Ayam 21
Puyuh Jepang 17
Burung Merpati 17
(Sukardi, 1999)
Tata laksana Penetasan
Telur Keberhasilan penetasan telur sangat tergantung pada manajemen penetasan. Hal – hal
1. Sesuai dengan kegunaannya, telur dibedakan menjadi dua macam, yaitu telur konsumsi dan
telur tetas. Telur konsumsi umumnya berasal dari unggas yang tidak dikawinkan, sehingga
didalamnya tidak terkandung embrio (infertil). Jika telur tersebut dierami, maka telur tersebut
tidak dapat menetas, telur tetas adalah telur yang berasal dari induk yang dikawinkan,
sehingga Pemilihan telur didalamnya terdapat embrio yang dapat berkembang bila kondisi
lingkungannya sesuai. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam memilih teluryang akan
ditetaskan adalah :
a. Asal telur ; telur yang akan ditetaskan harus berasal dari induk yang dikawinkan.
b. Besar telur ; telur yang terlalu kecil ataupun terlalu besar mempunyai daya tetas yang
rendah. Disamping itu ukuran (bobot) telur mempunyai korelasi positif dengan bobot
tetas, sehingga telur yang kecil akan menghasilkan bobot tetas yang kecil, demikian pula
sebaliknya.
c. Bentuk telur ; telur mempunyai bentuk oval (bulat telur) dengan dua ujung yaitu ujung
tumpul dan ujung lancip. Telur yang normal memiliki indeks telur sekitar 74%. d.
Kerabang telur ; kerabang telur disamping penting sebagai sumber mineral untuk
pertumbuhan embrio, juga untuk melindungi isi sel telur dari gangguan fisik serta
mencegah masuknya mikroba yang dapat merusak isi telur sehingga daya tetasnya
rendah.
2. Fumigasi
Telur yang baru diambil dari kandang telah tercemar mikroba yang populasinya tergantung
pada tingkat kebersihan telur. Fumigasi merupakan upaya untuk membasmi mikroba tersebut.
Fumigasi dengan menggunakan gas formaldehyde digunakan secara luas pada perusahaan
penetasan telur, karena disamping mudah dilakukan, gas tersebut mempunytai daya basmi
Persiapan penetasan
Dengan melakukan sanitasi / membersihkan mesin tetas dari segala kotoran, kemudian
Wadah/bak air diisi dengan air hangat-hangat kuku (38,5ºC), setelah itu bak air dimasukkan
konstan pada skala 101ºF. Cara mengatur suhu dengan merubah kedudukan skrup
termostat, apabila suhu belum mencapai 101ºF lampu sudah mati maka skrup pada
termostat diputar ke kiri sampai menyala, atau sebaliknya apabila suhu sudah mencapai
101ºF tetapi lampu belum mati maka skrup pada termostat diputar ke kanan sampai lampu
mati. Pekerjaan ini di ulang-ulang hingga diperoleh suhu 101ºF, kemudian tunggu selama
24 jam, apabila sudah tidak berubah lagi maka mesin tetas sudah siap digunakan.
Susun telur yang akan ditetaskan pada rak telur dengan posisi kemiringan 45 derajat, dan
Pelaksanaan penetasan
a. Hari ke 1 : Masukkan telur ke dalam mesin tetas setelah langkah-langkah persiapan sudah
siap. Ventilasi ditutup rapat, suhu 101ºF, catat posisi telur pada kartu kontrol. Lakukan
06.00, siang jam 14.00, malam jam 22.00 (interval 8 jam) dengan cara membalik,
menit (Putar 3 kali dan pendinginan), Suhu 101ºF. Ventilasi dibuka ¼ bagian, jangan lupa
dicatat.
g. Hari ke 7 : Putar 3 kali dan pendinginan, dilakukan pemeriksaan telur dan hanya telur yang
embrionya hidup yang dimasukkan kembali kedalam mesin tetas, suhu 101 ºF, ventilasi
h. Hari ke 8 : Putar 3 kali dan pendinginan, kontrol air. ventilasi dibuka seluruhnya.
i. Hari ke 9 : Putar 3 kali dan pendinginan.
dikontrol. Ventilasi dibuka seluruhnya, air diperiksa jika perlu ditambah dengan air
aa. Hari ke 28 : Pada hari ini biasanya telur sudah mulai retak.
bb. Hari ke 29 : Pada hari ini biasanya telur sudah menetas, anak itik yang sudah kering
1. Sumber panas, karena mesin tetas ini sumber panasnya dari energi listrik dan sebagai media
penghantar panasnya menggunakan lampu pijar, maka selama proses penetasan berlansung
lampu pijar harus diusahakan tidak terputus, kalau lampu pijar terputus harus segera diganti.
Lampu pijar harus mampu menghantarkan panas yang dibutuhkan untuk penetasan yakni
101ºF (38,5ºC), untuk menjaga kestabilan suhu digunakan alat yang namanya termoregulator.
2. Air, berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan kelembaban didalam ruangan mesin
tetas, oleh karena itu air didalam mesin selama proses penetasan berlangsung tidak boleh
kering. Kelembaban yang dibutuhkan pada penetasan umur 1 hari – 25 hari adalah yang ideal
antara 60% - 70%, sedangkan pada hari ke 26 sampai menetas membutuhkan lebih tinggi yaitu
75%.
3. Operator, adalah orang yang mengoperasikan mesin tetas. Tugas operator selama penetasan
adalah :
a. Mengatur suhu ruangan mesin tetas sesuai dengan suhu yang ditentukan.
4. Pemutaran telur, mempunyai tujuan untuk memberikan panas secara merata pada permukaan
telur, Selain itu untuk mencegah agar embrio tidak menempel pada salah satu sisi kerabang
telur. Pemutaran telur dilakukan dengan mengubah posisi telur dari kiri ke kanan atau
sebaliknya, untuk telur dengan posisi mendatar yang bawah diputar menjadi diatas, apabila
secara dini. Peneropongan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali selama penetasan berlangsung
yaitu pada hari ke 1, ke 7 dan hari ke 25 ( Gatot, 2009).
Pembibitan
Ayam pembibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan
yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya. Ayam “Final Stock”
diperoleh melalui beberapa tahapan pemurnian dan penyilangan. Hasil penyilangan ini diperoleh
pembibitan yang menghasilkan “Pure Line” (PL) atau ayam galur murni, pembibitan yang
menghasilkan “Great Grand Parent Stock” (GGPS) atau ayam bibit buyut, pembibitan yang
menghasilkan “Grand Parent Stock” (GPS) atau ayam bibit nenek dan pembibitan untuk
menghasilkan “Parent Stock” (PS) dan yang terakhir “Final Stock” (Sudarmono, 2003). “Parent
Stock” merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit sebar atau bibit niaga
(“Final Stock”) yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Syukur, 2006). “Parent Stock”adalah ayam
induk penghasil ayam komersil yang merupakan hasil persilangan pada “Grand Parent Stock”
Klasifikasi atau pengelompokan ayam dapat dibedakan menjadi klasifikasi standart dan
klasifikasi ekonomi. Klasifikasi standart meliputi ayam, bangsa, strain/galur dan varietas.
Sedangkan klasifikasi ekonomi meliputi tipe petelur (egg type), tipe pedaging (meat type),
pedaging. Ciri ayam bibit petelur adalah berbadan ramping, kecil, mata bersinar dan berjengger
tunggal merah darah. Ayam bibit pedaging mempunyai bobot badan yang besar, jengger dan pial
merah darah serta mata bersinar (Rasyaf, 2008). Jika pemeliharaan “Parent Stock” kurang baik
berdampak buruk pada keturunan yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu adanya manajemen
Strain ayam pembibit pedaging yang biasa digunakan adalah Starbro, Arbor Accres, Avian,
Cobb 500, Cobb 100, Isa Vedette, Kimber, Lohman Broiler, Ross dan Jumbo (ASOHI, 2001).
Bibit ayam strain yang dihasilkan berupa “Final Stock” memiliki keunggulan diantaranya
produktivitas dan bobot telur tinggi, konversi makanan rendah, kekebalan dan daya hidup tinggi
dan pertumbuhan baik serta masa bertelur panjang (long lay) (Sudarmono, 2003).
Dalam penetasan hasil akhir yang diharapkan adalah bibit ayam yang baik yang pada
akhirnya akan menghasilkan produktivitas yang optimal. Dalam pekembangan usaha peternakan,
penentuan bibit ternak akan sangat mempengaruhi keberlangsungan suatu usaha. Maka, pemilhan
bibit ternak harus dilakukan dengan baik karena akan sangat mempengaruhi hasil yang akan
diperoleh. Salah satu usah ayang banyak dikembangkan ialah peternakan ayam ras baik itu broiler
maupun layer. Ayam ras banyak dikembangkan karena dinilai memiliki nilai ekonomis yang tinggi
dibandingkan dengan ternak lain.
Pada ayam broiler kelebihan utama ayam ini ialah kecepatan pertumbuhan atau produksi
daging yang tinggi dalam waktu yang relative singkat sekitar 4-5 minggu sudah bisa dipasarkan
Adapun bila ingin mengembangkan peternakan ayam harus melakukan penentuan atau
memilih DOC (Day Old Chick) yang bagus dan berkualitas. Untuk mengetahui ciri-ciri fisik DOC
a. Bebas dari hama dan penyakit, misalnya penyakit pullorum, omphatilitis dan jamur.
b. Berasal dari indukan yang berkualitas dan sudah matang umur.
i. Berat badan sesuai dengan standar strain, biasanya 37 gram (Fadilah, 2011).
Pada ayam layer, pemilihan DOC yang berkualitas akan mampu bertahan terhadap tekanan
yang ada disekitarnya yang mana bisa menyebabkan ayam menjadi stress, dan tidak nafsu makan.
Pada ayam layer, DOC yang tidak berkualitas akan menyebabkan produksi telur menjadi turun
dan berukuran kecil. Produksi yang turun dan ukuran telur yang kecil dapat mengurangi laba
perusahaan secara signifikan. Untuk itu diperlukan pemilihan bibit yang baik dimana bibit yang
Mata yang jernih dapat mengindikasikan bahwa ayam tersebut sehat. Mata yang berair
b. Berdiri tegap
Tubuh yang tidak kokoh serta kaki yang bermasalah bisa menyebabkan DOC tidak bisa
Kondisi bibit yang tidak sehat, sayapnya akan turun kebawah sedangkan pahanya akan
d. Lincah
Bibit yang sehat akan mampu berlari atau berjalan dengan kencang, berbeda dengan bibit
f. Suara nyaring
Ayam jenis petelur akan mempunyai suara yang nyaring jika suara yang dihasilkan itu
(Sudarmono, 2003)
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
(1) Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penetasan dan pembibitan.
Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin penetas
telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk ayam atau
unggas lainnya selama masa mengeram. Pembibitan ada suatu usaha untuk menghasilkan
keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya
(2) Dapat mengetahui saja faktor-faktor yang mempengaruhi penetasan telur dan bagaimana
sumber panas, air, operator, pemutalaran telur dan peneropongan. Mekanisme penetasan
terdiri dari persiapan penetasan, pelaksanaan penetasan, dan penanganan anak ayam.
(3) Dapat mengetahui ciri-ciri bibit ayam yang baik. Memiliki mata jernih, berdiri tegap, sayap
dan paha simetris, lincah, bulu lebat dan mengkilap, dan suara nyaring.
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah , R., Polana. 2011. 71 Mengatasi Penyakit Pada Ayam. Jakarta; Agromedia Pustaka.
Gunawan, H. 2001. Pengaruh bobot telur terhadap daya tetas serta hubungan antara bobot telur
dan bobot tetas. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Unggas.http://sentralternak.com/index.php/2008/09/01/tips-dan-trik-dalam-penetasan-
Kholis, Sdan B. Sarwono.2013. Ayam Elba Kampung Petelur Super. Penebar Swadaya. Jakarta.
Murtidjo. 2006. Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Ayam. Yogyakarta: Kanisius
Nuryati, Tutik, dkk. 2000. Sukses Menetaskan Telur. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Paimin, Farry. 2000. Membuat Dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rasyaf, Muhammad. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
Risyana, W. 2008. Kinerja Suppli Chain Management Komoditi Ayam Nenek (Grand Parent Stock
Broiler) di PT. Galur Prima Cobbindo Sukabumi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso, H., dan Sudaryani, T. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang Panggung Terbuka.
Sukardi, dkk. 1999. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto
September 2019.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartosudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.