Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

“MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM NIAGA PEDAGING


DI PETERNAKAN SAEFUL FARM DENGAN POPULASI 100.000 EKOR”

Oleh:
Nama : Farashyella Lumintang Ragazasusilo
NIM : D1A019162
Kelompok : 2B
Asisten : Rizky Aditya

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PETERNAKAN
LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak unggas merupakan salah satu komoditas ternak yang mempunyai peran
sebagai penghasil telur dan daging. Salah satu jenis unggas sebagai penghasil telur dan
daging adalah ayam. Ayam pedaging (broiler) merupakan salah satu komoditi unggas yang
memberikan kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan protein asal hewani bagi
masyarakat Indonesia.
Kebutuhan daging ayam setiap tahunnya mengalami peningkatan, karena
harganya yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat. Broiler adalah jenis ternak
unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat, karena dapat dipanen pada
umur 5 minggu. Keunggulan broiler didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan
yang meliputi makanan, temperatur lingkungan, dan pemeliharaan.
Produksi daging yang dihasilkan oleh ayam pedaging memiliki kemungkinan baik
atau buruk untuk dikonsumsi. Kualitas daging tersebut dapat dipengaruhi oleh factor
manajemen. Faktor manajemen memiliki peran penting dalam proses pemeliharaan ayam
pedaging hingga mencapai target. Manajemen yang dilakukan oleh peternak mencakup
beberapa aspek, yaitu manajemen pemeliharaan, manajemen pemberian pakan,
manajemen kesehatan, dan lain-lain.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui informasi mengenai peternakan ayam pedaging yang
dikunjungi.
2. Mahasiswa mengetahui perlakuan manajemen dari peternakan ayam pedaging
yang dikunjungi.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Manajemen Ternak Unggas acara “Pemeliharaan Ternak Unggas”
dilakukan pada tanggal 22 September 2021 melalui google meet di rumah masing-masing.
Praktikum mandiri dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2021 di Peternakan Saeful Farm.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian, usaha yang menarik untuk
dikaji di subsektor peternakan ini adalah usaha ayam ras pedaging. Prospek pasar dan
pengembangan agribisnis ayam ras pedaging di Indonesia baik pada subsistem hulu,
subsistem budidaya, maupun subsistem hilir sangat terbuka lebar. Peningkatan jumlah
penduduk di Indonesia setiap tahunnya menyebabkan semakin meningkatnya tingkat
konsumsi pangan khususnya daging ayam (Karpriana dan Tribudi, 2019).
Ayam broiler merupakan salah satu komoditas peternakan yang mempunyai peran
penting dan substansial dalam memenuhi kebutuhan produk hewani dalam negeri.
Permintaan produk hewani terutama daging meningkat seiring meningkatnya jumlah
penduduk, tingkat pendapatan, dan kesadaran masyarakat terhadap gizi. Hal ini
menyebabkan perlu adanya peningkatan jumlah produksi guna memenuhi permintaan
tersebut. Pengembangan jumlah populasi ayam broiler di Indonesia sangat diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan daging yang semakin meningkat (Puspita et al., 2019).
Kontribusi usaha ayam ras pedaging (broiler) dalam perkembangan sektor
peternakan di Indonesia sangat strategis dalam memenuhi kebutuhan asupan protein
hewani dan membuka lapangan kerja. Industri perunggasan merupakan pemicu utama
perkembangan usaha di sub sektor peternakan. Permintaan pangan hewani asal unggas
dari waktu ke waktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan populasi
penduduk, pendapatan, perbaikan konsumsi dan tingkat Pendidikan (Habaora, 2015).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengamatan Lokasi Peternakan
Peternakan Saeful Farm terletak di Kebondalem Rt 01 Rw 01, Kecamatan Bawang,
Kabupaten Banjarnegara. Lingkungan sekitar peternakan Saeful Farm merupakan
lingkungan pedesaan, sehingga suasana dan hawa di sekitar peternakan tersebut tidak
terlalu panas. Lingkungan yang mempunyai suhu tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu
rendah mempunyai fungsi untuk menjaga produktivitas ayam pedaging. Hal tersebut
sesuai dengan Prayogi (2014), yang menyatakan bahwa tingkat keberhasilan dalam
pemeliharaan bergantung pada kandang yang digunakan, oleh karena itu kondisi kandang
harus diperhatikan dengan baik terutama mengenai temperatur lingkungan, kelembaban
dan sirkulasi udara. Menurut Dharmawan et al. (2016), kualitas udara yang dibutuhkan
oleh ternak unggas adalah kadar oksigen (>19,6%), karbondioksida (<0,35%),
karbonmonoksida (<10 ppm), ammonia (<10 ppm), dan rekomendasi kelembaban udara
65-75%.
Jarak antara kendang dengan pemukiman warga sejauh 200-300 m untuk kandang
depan dan ± 1 km untuk kandang belakang. Hal tersebut kurang sesuai dengan
pernyataan Yuwanta (2004), bahwa jarak antara pemukiman dan kandang peternakan
ayam minimal 500 meter agar tidak menimbulkan pencemaran udara, air, bau dan
kotoran. Namun, berdasarkan informasi yang didapatkan, polusi atau pencemaran dari
peternakan Saeful Farm tidak mengganggu penduduk setempat karena pengolahan
limbah sudah dilakukan dengan baik.
Lokasi kandang berada di tempat yang termasuk ke dalam daratan tinggi. Selain
karena suhu, pemilihan lokasi kandang juga mempertimbangkan keselamatan ayam dari
bencana alam yang sering terjadi, seperti banjir. Tabara (2012), menyatakan bahwa panas
yang ekstrim atau dingin akan mempengaruhi penampilan unggas dengan mengurangi
pertambahan bobot badan dan menurunkan produksi telur, juga meningkatkan kematian
dan peka terhadap penyakit.
3.2 Perkandangan
Kandang merupakan sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal
ternak. Tipe kandang dalam peternakan ayam dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tipe
kandang tertutup atau kandang terbuka. Sesuai dengan Sarjana (2007), menjelaskan
secara umum tipe kandang yang digunakan pada pemeliharaan ayam pedaging di
Indonesia ada dua macam, yaitu kandang terbuka (open sided house) dan kandang
tertutup (closed house). Jenis kandang di atas dapat dikombinasikan dengan beberapa
tipe atap dan lantai yang berbeda pula. Peternakan Saeful Farm menggunakan tipe
kandang tertutup (closed house). Terdapat 3 kandang tipe closed house. Kandang tipe
closed house yang digunakan dibuat dengan tipe kandang panggung 2 lantai. Sesuai
dengan Prayogi (2014), bahwa tipe kandang yang sering digunakan oleh peternak di
Indonesia dalam budidaya ayam pedaging adalah kandang panggung dan kandang
bertingkat.
Penggunaan kandang tipe closed house pada Saeful Farm bertujuan supaya
peternak dapat mengatur suhu sesuai dengan kebutuhan. Pengaturan suhu sangat
berpengaruh pada performa atau produktivitas ayam pedaging. Efek iklim dan cuaca juga
dapat diminimalisir dengan penggunaan tipe kandang tertutup. Hal tersebut sesuai
dengan Susanti et al. (2016), yang menjelaskan bahwa kelebihan dari kandang tipe closed
house adalah kapasitas atau populasi jauh lebih banyak, ayam lebih terjaga dari gangguan
luar baik fisik, cuaca, maupun serangan penyakit, terhindar dari polusi, keseragaman
ayam lebih bagus, dan pakan lebih efisien. Kandang tipe ini juga memberikan kemudahan
karena kondisi angin akan lebih terkontrol dibandingkan dengan kandang tipe terbuka.
Terdapat 3 kandang tipe closed house. Ukuran tiap kandang pada peternakan
Saeful Farm sebesar 12 m x 120 m. Tiap kandang diisi ayam pedaging dengan jumlah
20.000 ekor. Ukuran kandang dengan jumlah ayam per kandang tersebut tidak
menyebabkan kepadatan kandang terlalu tinggi, sehingga performa ayam pedaging di
peternakan Saeful Farm baik dan ayam tidak stress. Hal tersebut sesuai dengan Nurfaizin
et al. (2014), bahwa kepadatan yang terlalu tinggi memiliki efek negatif yaitu peningkatan
suhu dan kelembapan dalam kandang serta sirkulasi udara yang buruk.
3.3 Pengamatan Ternak yang Dipelihara
Ternak yang dipelihara oleh peternakan Saeful Farm merupakan ayam pedaging.
Ayam pedaging tersebut berasal dari Charoen Pokphan dengan strain CP 707. Ayam
pedaging merupakan jenis unggas yang memiliki fungsi sebagai penghasil daging. Hal
tersebut sesuai dengan Wati et al. (2018), bahwa ayam pedaging atau broiler merupakan
salah satu jenis ternak unggas sebagai sumber protein hewani yang dimanfaatkan
dagingnya.
Populasi ayam broiler yang ada di Saeful Farm sebanyak 100.000 ekor. Jumlah
ayam broiler tersebut tergolong banyak sehingga bisa disebut peternakan ayam broiler
besar dan mengeluarkan biaya yang lebih besar dalam pemeliharaannya. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Utomo et al., (2015) yang menyatakan bahwa semakin banyak
populasi ayam broiler yang dipelihara, semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan,
begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena semakin besar populasi yang dipelihara,
biaya variabel yang dikeluarkan akan semakin besar. Biaya variabel merupakan biaya yang
dikeluarkan seiring dengan jumlah ayam dipelihara.
Bibit ayam diperoleh dari Charoen Pokphand. Bibit yang digunakan merupakan
bibit yang memiliki performans bagus. Hal ini agar pertumbuhan ayam nantinya dapat
maksimal. Menurut Rasyaf, (2012) menyatakan bahwa pemilihan bibit bertujuan untuk
menghasilkan hasil yang optimal. Pemilihan bibit dapat dilakukan dengan memilih anak
ayam yang berasal dari indukan yang sehat agar agar tidak membawa penyakit bawaan,
ukuran atau bobot tubuh yang baik, kondisi mata yang cerah atau bercahaya, aktif, tidak
cacat fisik 5 dan tidak ada lekatan tinja di duburnya. Ciri–ciri bibit ayam yang baik adalah
sehat dan aktif bergerak, tubuh gemuk (bentuk tubuh bulat), bulu bersih dan kelihatan
mengkilat, hidung bersih, mata tajam dan bersih serta lubang kotoran (anus) bersih.
3.4 Pemberian Pakan
Pakan yang digunakan oleh Saeful Farm untuk diberikan pada ayam pedaging
berupa pellet. Bentuk fisik pelet sangat dipengaruhi jenis bahan yang digunakan, ukuran
pencetak, jumlah air, tekanan dan metode setelah pengolahan serta penggunaan bahan
pengikat/ perekat untuk menghasilkan pelet dengan struktur yang kuat, kompak dan
kokoh sehingga pelet tidak mudah pecah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rahmana
et al. (2016), yang menyebutkan bahwa keunggulan pakan bentuk pelet adalah : (1) bulk
density (kerapatan tumpukan) lebih tinggi dibandingkan pakan bentuk lain sehingga daya
angkut kendaraan lebih maksimal, (2) komposisi pelet relatif merata karena pencampuran
yang teliti sehingga tidak ada segregasi (pemisahan) didalamnya.
Perbaikan manajemen pakan perlu dilakukan karena pola konsumsi ayam
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sehingga pemberian pakan dilakukan saat nafsu
makan tinggi dan lingkungan nyaman. Jumlah pemberian pakan diberikan secara
kondisional. Menurut Idayat et al. (2012), melaporkan bahwa frekuensi pemberian pakan
2 kali, 3 kali dan 4 kali tidak memberikan pengaruh nyata terhadap performa ayam
pedaging. Didukung Betty et al. (2015), yang melaporkan bahwa pemberian pakan 2 kali
(pukul 06:00 dan 18:00 WIB), 3 kali (pukul 06:00, 12:00 dan 18:00 WIB) dan 4 kali (pukul
06:00, 10:00, 14:00 dan 18:00) menunjukkan performa ayam pedaging yang tidak
berbeda.
Bahan bahan yang digunakan sebagai pellet pada peternakan Saeful Farm,
diantaranya jagung, dedak, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, dan
beberapa bahan lainnya. Kandungan nutrisi yang terdapat pada pelet yaitu kadar air,
protein, lemak, serat, abu, calcium, phosphor, aflatoxin, dan M.E. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Nasruddin (2011), bahwa mutu dan kualitas pakan baik kandungan
nutrisi maupun jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam sangat menentukan percepatan
produksi ayam. Pakan ayam pedaging harus mengandung unsur protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral dan air dengan tujuan untuk menjamin pertambahan berat
badan yang optimal selama masa pertumbuhan.
3.5 Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit pada peternakan Saeful Farm dilakukan dengan cara
biosecurity, sanitasi, pemberian vitamin dan vaksinasi. Biosecurity dilakukan dengan
penyemprotan di dalam kandang dan di luar kandang 3 hari sekali. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Putra (2017), bahwa kandang dan tempat sekitar kandang yang bersih
dan bebas penyakit, diharapkan ayam yang tinggal di kandang menjadi lebih sehat dan
nyaman sehingga proses produksi menjadi lebih baik.
Sanitasi dilakukan dengan cara pencucian kandang dan sterilisasi, sedangkan
untuk vaksinasi menggunakan obat dilaksanakan di hari ke 8 dan hari ke 16/18.
Penerapan vaksinasi biasa digunakan untuk mencegah tersebarnya penyakit. Hal tersebut
sesuai dengan Saputro et al. (2014), bahwa pemberian vaksin maupun obat-obatan pada
bibit ayam sangat menentukan keberhasilan dalam usaha peternakan. Vaksinasi
merupakan proses melemahkan mikroorganisme yang menyebabkan penyakit di dalam
tubuh hewan. Pelaksanaan vaksinasi dapat dilakukan melalui berbagai cara. Vaksin dapat
diberikan dengan cara tetes mata, tetes hidung, disuntikkan pada urat daging,
dicampurkan dengan pakan, air minum, dan disemprotkan (spraying) (Ayu et al., 2013).
Pemberian vitamin diberikan dengan tujuan untuk mencegah masuknya penyakit.
Vitamin diberikan melalui cara pencampuran dengan air minum ayam tersebut. Sesuai
dengan Aslimah et al. (2017), bahwa tujuan dari pemberian obat-obatan dan vitamin juga
dibutuhkan untuk mengatasi penyakit, meningkatkan kekebalan tubuh, dan menunujang
pertumbuhan ayam broiler.
3.6 Perhitungan FCR dan IP
Diketahui :
- Daya Hidup = 100% - Mortalitas = 100% - 3,5% = 96,5%
- Rata-rata BB = 2,2kg saat umur panen
- Jumlah Pakan = 337,5 ton = 337.500 kg/100.000 ekor
= 3,375kg/ekor
1. FCR
£Pakan(kg)/ £BB(kg) = 3,375kg/2,2kg = 1,53 kg
2. IP
DH x Rata−rata BB 96,5 x 2,2
x 100 = x 100 = 396,45
FCR x Umur 1,53 x 35
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Peternakan Saeful Farm terletak di Kabupaten Banjarnegara dengan kondisi
lingkungan di sekitar kandang yang sesuai dengan kebutuhan ternak ayam
pedaging dan tidak rawan dari bencana alam.
2. Manajemen yang diterapkan pada peternakan Saeful Farm meliputi manajemen
pemeliharaan, perkandangan, pemberian pakan, dan kesehatan.
4.2 Saran
1. Keaktifan praktikan dalam kegiatan kunjungan untuk mencari tahu informasi
mengenai pemeliharaan ayam pedaging bisa ditingkatkan lagi.
2. Disarankan adanya pendampingan dari asisten untuk praktikan pada saat waktu
pelaksanaan kunjungan, baik pendampingan secara langsung maupun
pendampingan secara materi yang diterapkan di lapangan.
3. Jalan ke peternakan perlu diperbaiki.
4. Kebersihan di luar kandang seperti tempat istirahat karyawan dan kamar mandi
lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Aslimah, S., Solikhatin, E., & Nadliroh, S. 2017. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler
Fase Starter Di Pt. Ciomas Adisatwa Unit Lamongan. Jurnal Inovasi Penelitian.
1(1):29-36.
Ayu, G., Kencana, Y., Virologi, L., Hewan, F. K., Dan Udayana, U. 2013. Penentuan
Kandungan Virus Vaksin Newcastle Disease Dari Dua Poultry Shops Yang Berbeda
Pada Kultur Sel Primer Fibroblast Embrio Ayam. 5(2):61–69.
Betty, H., R. Novita Dan T. Karyono. 2015. Pengaruh Jenis Dan Waktu Pemberian Ransum
Terhadap Performans Pertumbuhan Dan Produksi Ayam Broiler. J. Sains
Peternakan Indonesia. 10(2):107- 113.
Dharmawan, R., Prayogi, H. S., & Nurgiartiningsih, V. M. A. 2016. Penampilan Produksi
Ayam Pedaging Yang Dipelihara Pada Lantai Atas Dan Lantai Bawah. Jurnal Ilmu-
Ilmu Peternakan (Indonesian Journal Of Animal Science). 26(3):27-37.
Habaora F. 2015. Struktur Dan Komponen Telur. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Idayat, A., U. Atmomarsono Dan W. Sarengat. 2012. Pengaruh Berbagai Frekuensi
Pemberian Pakan Pada Pembatasan Pakan Terhadap Performans Ayam Broiler.
Anim. Agric. J. 1(1): 379-388.
Karpriana, A. P., & Tribudi, Y. A. 2019. Tata Niaga Pemasaran Ayam Pedaging Pola Mandiri
Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu, 7(2):230-233.
Nasruddin, N. 2010. Komposisi Nutrisi Pakan Ayam Ras Pedaging Masa Akhir (Broiler
Finisher) Dari Beberapa Bahan Pakan Lokal. Jurnal Dinamika Penelitian
Industri. 21(2):144-152.
Nurfaizin, L. D. Mahfudz Dan U. Atmomarsono. 2014. Profil Hematologi Ayam Broiler
Akibat Pemeliharaan Dengan Kepadatan Kandang Dan Penambahan Jintan Hitam
(N. Setivai) Yang Berbeda. Jurnal Agromedia. (1):81-88.
Prayogi, H. S. 2014. The Performance Of Broiler Rearing In System Stage Floor And Double
Floor. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal Of Animal Science). 24(3).
Puspita, P. M., Santoso, S. I., & Sarengat, W. 2019. Analisis Pendapatan Dan Profitabilitas
Usaha Ternak Ayam Pedaging Kecamatan Cluwak Kabupaten Pati. Jurnal
Pengembangan Penyuluhan Pertanian. 13(24):71-76.
Putra, T. G. 2017. Penerapan Biosekuriti Pada Peternakan Ayam Broiler Milik Orang Asli
Papua (OAP) Di Kabupaten Nabire. Jurnal Fapertanak: Jurnal Pertanian Dan
Peternakan. 2(1).
Rahmana, I., Mucra, D. A., & Febrina, D. 2016. Kualitas Fisik Pelet Ayam Broiler Periode
Akhir Dengan Penambahan Feses Ternak Dan Bahan Perekat Yang Berbeda. Jurnal
Peternakan. 13(1):33-40.
Rasyaf, M. 2012. Panduan Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Saputro, B., Edy, S. P., Dan Kurtini, T. 2014. Pengaruh Cara Pemberian Vaksin ND Live Pada
Broiler Terhadap Titer Antibodi, Jumlah Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih.
Jurnal Ilmiah Peternakan. 43–48.
Sarjana, T. A. 2007. Manajemen Ternak Unggas. Undip Press. Semarang
Susanti, E. D., Dahlan, M., & Wahyuning, D. 2016. Perbandingan Produktivitas Ayam
Broiler Terhadap Sistem Kandang Terbuka (Open House) Dan Kandang Tertutup
(Closed House) Di UD Sumber Makmur Kecamatan Sumberrejo Kabupaten
Bojonegoro. Jurnal Ternak. 7(1).
Tabara, J. H. 2012. Respon Ayam Ras Pedaging Pada Lokasi Pemeliharaan Daerah Pantai
Dan Pegunungan. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makasar.
Utomo, H. R., H. Setiyawan, S. I. Santoso. 2015. Analisis Profitabilitas Usaha Peternakan
Ayam Broiler Dengan Pola Kemitraan di Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal.
Animal Agriculture Journal. 4(1): 7-14.
Wati, A. K., Zuprizal, Z., Kustantinah, K., Indarto, E., Dono, N. D., & Wihandoyo, W. 2018.
Performan Ayam Broiler dengan Penambahan Tepung Daun dalam Pakan. Sains
Peternakan. Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan. 16(2):74-79.
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Lampiran:
Link video kunjungan ke peternakan Saeful Farm
https://youtu.be/8byISrpgg2o

Anda mungkin juga menyukai