Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

TEKNOLOGI PEMBIBITAN DAN PENETASAN UNGGAS

PULL CHICK DAN PROSESSING DOC


OLEH:

MUH. IRSYAD
SUHARMAN
ERNI DAMAYANTI
MUNADIYAH
ROSITA RANDA LINTA MUKKUN
ELISA TRIAYUNI
IMMANUEL

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri peternakan berkembang sangat pesat karena merupakan sumber

utama kebutuhan daging dan telur. Perusahaan pembibitan merupakan salah satu

faktor penunjang keberhasilan suatu usaha peternakan. Oleh karena itu kontinuitas

produk harus terjaga dengan cara tersedianya bibit. Tersedianya bibit yang baik

apabila usaha penetasan berkembang dengan baik. Usaha peternakan tidak akan

berkembang dengan baik tanpa adanya usaha penetasan yang baik. Aspek yang

harus diperhatikan dalam perusahaan penetasan adalah tata laksana atau kegiatan

seleksi telur tetas, proses penetasan, pasca tetas dan pengepakan sampai

pendistribusian ke peternak. Kegiatan tersebut harus dilaksanakan dengan baik

agar diperoleh DOC dengan kualitas yang baik pula.

Usaha penetasan merupakan parameter dari suatu usaha peternakan

pembibitan dalam menghasilkan telur tetas yang berkualitas dan merupakan

langkah awal dari suatu usaha peternakan baik komersial maupun pembibitan

(breeding). Seleksi yang ketat terhadap ayam bibit parent stock harus dilakukan

oleh perusahaan pembibitan yang bersangkutan untuk dapat memperoleh anak

ayam (Final Stock) yang mempunyai sifat-sifat yang unggul seperti yang dimiliki

oleh tetuanya (Parent Stock) yang dalam hal ini adalah produktivitas dan nilai

ekonomisnya yang tinggi (Ardiansyah, dkk., 2012).

Manajemen penetasan dapat dipelajari dengan cara mempelajari

perkembangan embrio dan mencari tahu factor yang mempengaruhi

perkembangan embrio. Telur ayam akan menetas setelah 21 hari inkubasi dengan
melalui serangkaian perkembangan embrio secara komplek (Smith, dkk., 2004).

Telur yang telah di keluarkan di mesin hetcher dilakukan prosessing hingga di

lakukan transport ke peternak. Hal inilah yang melatarbelakangi sehingga

dilakukannya prakteklapang Teknologi Pembibitan dan Penetasan Unggas

mengenai Full Chick dan Prosessing DOC PT Satwa Indonesia Timur.

Tujuan Praktek

Tujuan dilakukannya prakteklapang Teknologi Pembibitan dan Penetasan

Unggas mengenai Full Chick dan Prosessing Doc adalah agar dapat mengetahui

prosessing fullchick dan doc PT Satwa Indonesia Timur


METODE PRAKTEK

Waktu dan Tempat

Prakteklapang Teknologi Pembibitan dan Penetasan Unggas mengenai

Full Chick dan Prosessing Doc dilaksanakan pada hari selasa tanggal 17 April

samapi hari Rabu tanggak 18 April 2017, bertempat di PT Satwa Indonesia Timur

Patalassang Gowa.

Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan yaitu :

1.Data Kualitatif

Yaitu data yang berupa kalimat atau pernyataan yang sesuai dengan fakta.

2.Data Kuantitatif

Yaitu data yang berupa angka yang dapat di ukur.

Sumber data yang di gunakan yaitu :

1.Sumber Data Sekunder

Yaitu data yang di peroleh dari institusi atau lembaga-lembaga tertentu atau

terkait.

2.Sumber Data Primer

Yaitu data yang tidak di olah secara sistematis.

Metode pengambilan data

Adapun metode pengambilan data yaitu :

1. Metode Wawancara

Yaitu proses tatap muka langsung dengan karayawan dengan menyiapkan

petanyaan tertentu sesuai dengan topik yang di bahas.


2. Observasi

Yaitu data yang di lakukan dengan proses pengamatan langsung mendapatkan

informasi yang aktual tentang keadaan yang sebesar-besarnya sesuai dengan

topik yang di bahas.


PEMBAHASAN

a. Pull Chick dari Mesin Tetas

Pull chick merupakan suatu rangkaian kegiatan dimulai dari pengeluaran

DOC dari hatcher, pemindahan DOC dari bok plastik pada troly ke dalam bok

karton yang telah dirakit dan memisahkannya dari sisa-sisa proses penetasan

(cangkang telur dan telur yang tidak menetas) lalu diteruskan dengan proses

grading dan seleksi. Perusahaan PT Satwa Indo Timur pull chick dilkukan pada

setelah 504 jam dan biasanya dilakukan penambahan jam apabila bulu belum

kering sekitar 95 %. Total waktu tetas normal 504 jam dari setting sesuai dengan

jenis mesin, musim dan jenis induk (Setyobudi, 2015).

Gambar 1 proses pull chick

b. Pengeluaran Doc dari Rak Penetasan

Pengeluaran DOC dari rak penetasan (Hatcher) dimur 21 hari dengan

asumai bahwa sudah sekitar 95 % yang bulu DOC nya sudah kering. Suprijatna

dkk (2008) menyatakan bahwa anak ayam yang menetas jangan tergesa-gesa

dikeluarkan dari mesin tetas. Biarkan dahulu sampai bulunya kering dan dapat
berdiri tegak untuk mencegah terjadinya cacat. Setelah dikeluarkan dari mesin

tetas, tempatkan anak ayam pada boks atau kotak kardus yang telah dipersiapkan

Gambar 2. Pengeluaran Doc dari Rak Penetasan

c. Pemisahan DOC dengan Sisa Penetasan

Pemisahan DOC dengan sisa penetasan dilaksanakan pada saat grading

DOC dan cull DOC. Limbah atau sisa penetasan di PT Satwa Indo Timur tidak

diolah dan langsung dibuang. Hadi (2015) menyatakan bahwa tatalaksana usaha

peternakan ayam sisa-sisa produksi atau limbah sudah jelas akan dijumpai.

Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh mungkin sari areal produksi.

Bila mungkin harus ada petugas khusus yang mengambil sisa produksi ini secara

teratur untuk dibuang atau dimusnahkan di luar areal produksi. Apabila tidak

mungkin dibuang atau dimusnahkan di luar, maka harus dipilih di lokasi di dalam

wilayah peternakan yang memungkinkan sisa-sisa produksi ini tidak mengganggu

kegiatan produksi lainnya serta mencegah pencemaran lingkungan.


Gambar 3. Pemisahan DOC dengan Sisa Penetasan

d. Kriteria DOC yang Cull

DOC culling merupakan DOC yang tidak layak untuk dijual termasuk juga

HE yang tidak jadi menetas. Kriteria doc yang di cull di PT Satwa Indo Timur

yaitu pusar tidak kering, pincang, albumen tidak terserap, bulu belum kering, dan

cacat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hayati (2015) yang menyatakan bahwa

DOC culling, yaitu DOC yang dikeluarkan dan tidak mempunyai daya jual.

Kriteria DOC ini adalah DOC yang cacat, lumpuh, black navel (adanya gumpalan

hitam pada bagian pusar), dehidrasi, bloody (berdarah), string navel (tali pusar),

wet neck, under grade (ukuran sangat kecil) dan bulu keriting.
Gambar 4. Kriteria DOC yang Cull

e. Pemisahan DOC Jantan dan Betina

Pemisahan DOC Jantan dan betina tidak dilakukan di PT Satwa Indo

Timur dengan alasan mereka hanya melakukan penetasan pada ayam strain

COBB. Broiler tidak perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina karena

tujuannya untuk produksi daging bukan telur. Menurut Suprijatna dan

Kartasudjana (2005) Sexing merupakan proses pemisahan antara jantan dan betina

layer. Sexing hanya dilakukan pada DOC ayam layer, yaitu dengan menggunakan

metode warna bulu. DOC betina memiliki warna bulu cokelat keemasan.

Sementara itu DOC pejantan memiliki warna bulu kuning keemasan. Sexing

adalah memisahkan/memilih antara ayam jantan dan betina. Biasanya dilakukan

dengan metode buka kloaka, perbedaan warna bulu, dan perbedaan panjang bulu

sayap

f. Grading DOC

Grading DOC di PT Satwa Indo Timur menggunakan 2 Grade yaitu A

dan B. Grade A merupakan kualitas terbaik dan dijual ke ternak , sedangkan grade
B kaualitasnya tidak terlalu baik dan di pelihara oleh farm itu sendiri. Laporan

akhir Ulya (2015) menyatakan bahwa PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Hatchery

Pekan Baru merupakan salah satu perusahaan penetasan yang memproduksi DOC

layer. Sedangkan, HE untuk menghasilkan DOC tersebut berasal dari farm 1

Medan yang menghasilkan 2 strain yaitu Isa Brown dan Lohman dan

menghasilkan 3 grade yang sama yaitu A1, A2 dan A3 dengan berat masing-

masing yaitu 50-53,9 gram, 54-59,9 gram dan 60 gram ke atas.

Gambar 5 . Grading DOC

g. Vaksinasi

PT Satwa indo Timur tidak melakukan vaksinasi pada DOC yang di

produksi. Vaksinasi hanya dilakukan pada induk ayam. Menurut Hadi (2015)

menyatakan bahwa Aspek lain dari biosekuritas adalah mencegah penyakit

melalui vaksinasi. Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri.

Karena tidak ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum

infeksi terjadi di dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam .
h. Packing DOC

Packing DOC di PT Satwa Indo Timur menggunakan BOX . satu box

berisi 100 ekor + 2 % toleransi (Jaminan kematian Delivery). Label di box tertera

nama perusahaan, tanggal tetas, jumlah DOC, serta berat DOC. Menurut

Kartasudjana (2001) menyatakan bahwa pada perusahaan pembibit, setelah

dilakukan seleksi dan anak ayam tersebut akan dikirim ke tempat pemesan

biasanya dikemas dalam kemasan karton atau plastik. Di kita kemasan ini masih

dibuat dari karton dengan ukuran panjang bagian bawah 64 cm dan bagian atas

60 cm, lebar bagian bawah 48 cm dan bagian atas 44 cm, sedangkan tinggi

kemasan 15 cm. Kotak kemasan ini didalamnya dibagi menjadi empat bagian

dengan disekat, tiap bagian ini diisi dengan anak ayam antara 25-26 ekor. Jumlah

anak ayam dalam kemasan sebanyak 102 ekor dan kotak kemasan ini mempunyai

ventilasi yang cukup karena pada bagian atas, bagian samping, bagian depan dan

belakang kotak kemasan diberi lubang-lubang yang cukup banyak. Untuk jelasnya

bisa dilihat pada gambar dibawah

Gambar 6. Packing DOC


i. Lama Menunggu DOC hingga Pengiriman

Lama Menunggu DOC hingga Pengiriman di PT Satwa Indo Timur mulai

dari empat jam setelah Packing DOC dan paling lama Hari ke 2 setelah di

produksi. DOC yang telah diproduksi harus habis terjual hingga 2 hari. Menurut

Kartasudjana (2001) menyatakan bahwa Apabila anak ayam di kirim ke

distributor (Poultry Shop) maka tempat penyimpanan sebelum sampai dipeternak

harus memenuhi syarat yaitu anak ayam tidak disimpan lebih dari satu hari, tetapi

harus segera dikirim ke peternak, Kenyamanan anak ayam harus terjamin dan

tetap sehat dan label harus dalam keadaan utuh dan mudah dapat dibaca dengan

jelas.

Gambar 7. Penyimpanan DOC

j. Transport DOC

Transport DOC menggunakan mobil khusus, mobil yang dilengkapi

dengan blower yang berfungsi untuk melancarkan sirkulasi udara untuk DOC

dalam mobil. Juga di lengkapi pembatas antar tumpukan agar tidak ambruk.suhi
dalam mobil pengangkut doc selama perjalanan yaitu 27-29o C, temperature kotak

kemasan selama dalam transportasi tidak lebih dari 30o C. sebelum pengiriman

perrsiapan surat jalan di persiapkan. Dalam Setyobudi (2012) setelah selesai

penghitungan DOC jumlah DOC yang didapatkan secepatnya di laporkan ke

bagian sales, periksa deliveryorder dan denah customer dari sales kemudian

dibuat surat jalan sesuai dengan delivery ordernya, penomoran surat jalan dibuat

secara berurutan berdasarkan surat jalan sebelumnya dab kode nama hatchery

yang bersangkutan periksa dan sanitasi mobil transportasi sebelum DOC di

masukkan didalam mobil dan didistribusikan custumer, hal-hal yang perlu di

perhatikan exhaust fan dan kontrol dipastikan berfungsi dengan baik, atap dan

jendela serta dinding mobil tidak bocor, box mobil dalam keadaan bersih dan

disemprot dengan desinfektan, kondisi mesin baik dan tidak menimbulkan bunyi

yang mencurigakan jumlah box pada surat jalan sesuai dengan jumlah actual pada

mobil yang membawanya.

Gambar 8. Mobil Transport DOC


Gambar 9. Denah perusahaan

Gambar 10. Skema pull chick


PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan Praktek Lapang di PT Satwa Indo Timur mengenai Pull

Chick dan Prosessing DOC dapat disimpulkan bahwa proses yang dilakukan

dalam pull chick sangat mempengaruhi kualitas DOC yang dihasilkan sehingga

dalam prosessing grading dapat dilakukan dengan mudah.

Saran

Penanganan mengenai Pull Chick dan Prosessing pada PT. Satwa Indo

Timur masih standar jika dibandingkan dengan perusahaan besar lain. Karena

terkendala oleh masalah dana.


DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, dkk. 2012. Perbandingan performa dua strain ayam jantan tipe
medium yang diberi ramsum kmersial broiler.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=97062&val=4017 .
Diakses pada tanggal 5 Mei 2017.

Hadi, U. K. 2015. Pelaksanaan biosekuritas pada peternakan ayam. Fakultas


Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Hayati, A. N. 2015. Persentase hasil penetasan ( DOC broiler ) Berdasarkan grade


A3, A2 dan A1 pada mesinpasreformdi hatchery 1 Pt. Charoen
pokphand jaya farm pekanbaru. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

Kartasudjana, R. 2001. Penetasan Telur. Departemen Pendidikan Nasional Proyek


Pengembangan Sistem Dan Standar Pengelolaan SMK Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta.

Rahayu, I., T. Sudaryani, dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Setyobudi,A. W. 2015.Manajemen penetasan di PT Hathchery super unggas jaya


Kecamatan Sukurejo Kabupaten Pasuruan. Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

Smith, T. 2004. Avian Embryo. Mississippi State University. Hal : 4-10.

Suprijatna, Kartasudjana. 2005. Ilmu dasar ternak unggas. Penebar swadaya,


Jakarta.

Ulya, R. 2015. Perbandingan Hasil Penetasan (Doc Layer) Antara Strain Isa
Brown Dan Lohman Di Pt. Charoen Pokphand Jaya Farm Hatchery
Pekanbaru. Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh Payakumbuh.

Anda mungkin juga menyukai