Anda di halaman 1dari 3

Pemanenan DOC dan evaluasi hasil tetas

1. Evaluasi Hasil Tetas

Evaluasi hasil tetas dilakukan setelah telur menetas, pelaku usaha

penetasan harus segera melakukan evaluasi dan pencatatan (recording) terhadap

hasil penetasan yang diperoleh. Pencatatan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan pelaku usaha penetasan untuk meningkatkan kualitas hasil

tetas. Evaluasi dan pencatatan meliputi daya tetas, kondisi kesehatan setelah

penetasan, tingkat kematian, fertilitas dan telur yang tidak menetas akibat dead in

shell (Hartono dan Isman, 2010). Dalam suatu penetasan tidak seluruh telur

menetas secara bersamaan. Pada perusahaan penetasan komersial, lama penetasan

ditetapkan 500 jam, setelah diketahui jumlah telur yang menetas dan tidak maka

keberhasilan penetasan dapat dihitung dengan cara menghitung daya

tetas (hatchability) (Suprijatna dkk, 2008).

2. Pull Chick

Pull chick atau tarik ayam yaitu proses pengeluaran DOC dari mesin

hatcher. Pull chick dilakukan setelah 21 hari pemeraman atau sekitar 504 jam.

Penambahan lama waktu pemeraman dapat menyebabkan DOC dehidrasi.

Keragaman lama waktu pemeraman disebabkan karena perbedaan ukuran telur.

Semakin besar telur maka telur tersebut membutuhkan panas yang lebih banyak

untuk menetas, sehingga memerlukan waktu inkubasi yang lebih lama. Faktor

yang berpengaruh terhadap besar kecilnya ukuran telur yaitu usia induk. Semakin

tua usia induk maka telur yang dihasilkan semakin besar sehingga membutuhkan

panas yang lebih banyak. Telur pertama yang dihasilkan oleh induk lebih kecil

daripada yang dihasilkan berikutnya. Ukuran telur secara bertahap meningkat

sejalan dengan mulai teraturnya induk bertelur. Timing pada saat pull chick harus
tepat yaitu pada saat bulunya sudah kering dan dapat berdiri tegak. Hal ini

bertujuan untuk mencegah terjadinya cacat pada anak ayam.. Anak ayam yang

telah menetas sebaiknya segera dikeluarkan dari mesin tetas, kira-kira setelah 95%

bulunya sudah kering kemudian dipindahkan dari bagian penetasan ke ruang pull

chick dengan suhu 75o F (23,9o C), tujuannya untuk mengurangi cekaman panas

pada DOC (Suprijatna dkk, 2005).

3. Seleksi DOC

Setelah selesai proses pull chick, kemudian DOC diseleksi. Hal yang

perlu diperhatikan dalam seleksi yaitu kesehatan dan cacat fisik anak ayam. Ciri-

ciri DOC yang baik antara lain pusar tertutup sempurna dan berwarna sama

dengan bulunya, tidak kuning, hitam dan juga tidak terdapat tali seperti antena,

paruh normal, jumlah bagian tubuh normal, kotoran tidak menempel pada dubur.

Ciri-ciri DOC yang baik yaitu berat badan tidak kurang dari 32 gram, berperilaku

gesit, lincah dan aktif mencari makan, kotoran tidak menempel pada dubur, posisi

di dalam kelompok selalu tersebar, rongga perut elastis, pusar kering tertutup

bulu kapas yang halus, lembut dan mengkilap, mata bulat dan cerah (Sudarmono,

2003). Ciri-ciri DOC yang baik menurut SNI (2005) yaitu bobot per ekor

minimal 37 gram; kondisi fisik sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, paruh

normal, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan

tidak cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering dan pusar tertutup, warna bulu

seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu kering dan

berkembang, jaminan kematian kuri maksimal 2%.

Sedangkan DOC yang jelek mempunyai ciri ciri bulu kering karena

dehidrasi, pusar tidak tertutup sempurna, kuning telur tidak terserap sempurna
(omphalitis), kaki bengkok dan tidak dapat berdiri tegak, jari kaki kurang atau

lebih, paruh bengkok, kerdil, terdapat kotoran pada anus. DOC yang tidak layak

jual kemudian diculling dan dimusnahkan kedalam karung untuk selanjutnya

digunakan untuk pakan lele. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna bahwa

seleksi anak ayam yang baru menetas merupakan pemisahan antara anak ayam

yang baik dengan yang tidak baik. Anak ayam yang baik dapat dikelola lebih

lanjut, sedangkan yang buruk harus diafkir. Telur yang tidak menetas karena mati

dalam cangkang (dead in shell) disebabkan oleh beberapa faktor antara lain

temperatur penetasan pada 3 hari terakhir terlalu tinggi ataupun terlalu rendah

(Suprijatna dkk, 2005).

SNI01-4868.1-2005. Bibit niaga (final stock) ayam ras tipe pedaging umur sehari

(kuri/doc). Dewan Standarisasi Nasional.

Sudarmono, A.S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius,

Yogyakarta.

Suprijatna, E., Atmomarsono, U., Kartasudjana, R. 2005. Ilmu Dasar Ternak

Unggas. Penebar swadaya, Jakarta.

Suprijatna, E., Umiyati Atmomarsono, Ruhyat Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar

Ternak Unggas. Penebar Swadaya: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai