tetas. Evaluasi dan pencatatan meliputi daya tetas, kondisi kesehatan setelah
penetasan, tingkat kematian, fertilitas dan telur yang tidak menetas akibat dead in
shell (Hartono dan Isman, 2010). Dalam suatu penetasan tidak seluruh telur
ditetapkan 500 jam, setelah diketahui jumlah telur yang menetas dan tidak maka
2. Pull Chick
Pull chick atau tarik ayam yaitu proses pengeluaran DOC dari mesin
hatcher. Pull chick dilakukan setelah 21 hari pemeraman atau sekitar 504 jam.
Semakin besar telur maka telur tersebut membutuhkan panas yang lebih banyak
untuk menetas, sehingga memerlukan waktu inkubasi yang lebih lama. Faktor
yang berpengaruh terhadap besar kecilnya ukuran telur yaitu usia induk. Semakin
tua usia induk maka telur yang dihasilkan semakin besar sehingga membutuhkan
panas yang lebih banyak. Telur pertama yang dihasilkan oleh induk lebih kecil
sejalan dengan mulai teraturnya induk bertelur. Timing pada saat pull chick harus
tepat yaitu pada saat bulunya sudah kering dan dapat berdiri tegak. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya cacat pada anak ayam.. Anak ayam yang
telah menetas sebaiknya segera dikeluarkan dari mesin tetas, kira-kira setelah 95%
bulunya sudah kering kemudian dipindahkan dari bagian penetasan ke ruang pull
chick dengan suhu 75o F (23,9o C), tujuannya untuk mengurangi cekaman panas
3. Seleksi DOC
Setelah selesai proses pull chick, kemudian DOC diseleksi. Hal yang
perlu diperhatikan dalam seleksi yaitu kesehatan dan cacat fisik anak ayam. Ciri-
ciri DOC yang baik antara lain pusar tertutup sempurna dan berwarna sama
dengan bulunya, tidak kuning, hitam dan juga tidak terdapat tali seperti antena,
paruh normal, jumlah bagian tubuh normal, kotoran tidak menempel pada dubur.
Ciri-ciri DOC yang baik yaitu berat badan tidak kurang dari 32 gram, berperilaku
gesit, lincah dan aktif mencari makan, kotoran tidak menempel pada dubur, posisi
di dalam kelompok selalu tersebar, rongga perut elastis, pusar kering tertutup
bulu kapas yang halus, lembut dan mengkilap, mata bulat dan cerah (Sudarmono,
2003). Ciri-ciri DOC yang baik menurut SNI (2005) yaitu bobot per ekor
minimal 37 gram; kondisi fisik sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, paruh
normal, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan
tidak cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering dan pusar tertutup, warna bulu
seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu kering dan
Sedangkan DOC yang jelek mempunyai ciri ciri bulu kering karena
dehidrasi, pusar tidak tertutup sempurna, kuning telur tidak terserap sempurna
(omphalitis), kaki bengkok dan tidak dapat berdiri tegak, jari kaki kurang atau
lebih, paruh bengkok, kerdil, terdapat kotoran pada anus. DOC yang tidak layak
digunakan untuk pakan lele. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna bahwa
seleksi anak ayam yang baru menetas merupakan pemisahan antara anak ayam
yang baik dengan yang tidak baik. Anak ayam yang baik dapat dikelola lebih
lanjut, sedangkan yang buruk harus diafkir. Telur yang tidak menetas karena mati
dalam cangkang (dead in shell) disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
temperatur penetasan pada 3 hari terakhir terlalu tinggi ataupun terlalu rendah
SNI01-4868.1-2005. Bibit niaga (final stock) ayam ras tipe pedaging umur sehari
Yogyakarta.