Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN PENETASAN TELUR

Nama Kelompok : Yakoba Wanda Kapitan


Agustina Mutiara Butar Butar
Imelda Elu Sada
Afianai Seran
Andreas Avelino Wao
Penanganan Telur di Kandang Ayam Bibit

• Penetasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penetasan secara


alami dan penetasan buatan. Penetasan alami banyak dijumpai di
desa-desa, dimana peternak menetaskan telur ayam dengan
menggunakan induk ayam yang sedang dalam masa mengeram.
Penetasan buatan, dilakukan dengan menggunakan inkubator atau
alat penetasan buatan yang pada prinsipnya harus memperhatikan
suhu, kelembaban dan ventilasi.
1. Material Sarang
Penggunaan material sarang yang bersih, kering dan bebas dari jamur dapat menghindari telur retak dan kotor. Material
sarang memberikan kenyamanan pada ayam, dan apabila tidak cukup telur dapat pecah oleh ayam.

2. Melatih Ayam Untuk Menggunakan Saranag

Melatih ayam untuk bertelur dalam sarang, baik yang konvensional maupun yang mekanikal adalah penting untuk mencegah
kontaminasi dan untuk mengurangi telur pecah. Buka sarang seminggu sekali sebelum produksi telur pertama dan material
sarang harus cukup tersedia.
- Lokasi tempat bertengger tidak lebih dari 69 cm diatas litter.
- Tempatkan sarang dalam kandang sebelum ayam dikandangkan.
- Letakan material sarang dalam sarang pada saat pertama dikandangkan. Periksa material sarang setiap 2-3 hari dan
bersihkan kotorannya. Ayam bisa menolak sarang yang bertanah, berdebu, atau kotor.
- Sediakan ventilasi kandang yang baik sehingga material sarang dan lantai selalu kering. Juga bersihkan air yang tumpah
dan perbaiki tempat minum yang bocor.
- Sediakan satu sarang untuk 4 ekor ayam pada sarang konvensional dan satu sarang untuk 5-7 ekor ayam dengan sarang
mekanik.
3. Koleksi telur tetas
Frekuensi koleksi telur tetas sangat penting untuk mempertahankan kualitas. Sebagian besar publikasi
menyarankan bahwa koleksi telur tetas sebaiknya minimum 4 kali per hari dengan sarang konvensional.

4. Tempat menyimpan telur tetas


Tempat penyimpanan telur tetas di kandang bibit pada saat koleksi harus mempertimbangkan bahan,
kekuatan, dan keamanannya. Bahan harus mudah mendapatkan sirkulasi udara, sehingga telur tidak cepat
berkeringat., dan harus mudah disanitasi.

5. Transportasi Telur Tetas


Pertimbangan utama dalam transportasi telur tetas yaitu untuk mencegah keretakan dan
mempertahankan suhu dan kelembaban yang terkontrol. Kendaraan untuk mengangkut penetasan telur harus
dilengkapi dengan alat pengontrol suhu dan kelembaban. Suhu harus dipertahankan 65 oF (18oC) dan
kelembaban relative berkisar antara 60-70%.
Seleksi Telur Tetas

1. Warna kulit telur


Derajat dari pigmentasi berkorelasi dengan daya tetas. Ayam petelur yang memproduksi kulit
telur coklat atau kulit telur yang berwarna lebih gelap cenderung menetas lebih baik daripada
telur dengan kulit telur berwarna lebih terang.
2. Kulit telur
Pada umumnya, telur tetas dengan kondisi kulit telur yang tidak baik tidak akan menetas sebaik
telur yang kualitas kulit telurnya baik. Telur dengan kulit telur yang rusak sebaiknya di
culling/apkir, jangan dikirim ke penetasan.

3.Besar telur
Telur yang terlalu besar atau terlalu kecil tidak akan menetas dengan baik.
4. Bentuk Telur
Bentuk telur oval akan menetas dengan baik. Telur yang terlalu panjang, lonjong, atau bundar sekali tidak akan
menetas dengan baik.
5. Kualitas Interior
Kualitas interior dari telur tetas adalah factor yang menentukan daya tetas. Kualitas interior telur rata-rata
dapat ditentukan dengan memecahkan sample telur segar dan mengukurnya dengan Haugh Unit (HU).

6. Ketebalan kulit telur


Ketebalan kulit telur juga merupakan faktor penting untuk kualitas telur. Sangat sedikit telur dengan ketebalan
kurang dari 0.27 mm akan menetas. Untuk hasil terbaik, ketebalan kulit telur sebaiknya antara 0.33 dan 0.35 mm.
Tetapi, ketebalan kulit telur tidak dapat diukur tanpa memecahkan telur.
 Penyebab Kerusakan Telur
Pada penetasan komersial, ditemukan bahwa sampai 2% dari semua telur yang diset/diletakan pada inkubator mengalami
keretakan. Rata-rata 1.1% retak pada saat di set dan 0.9% retak pada saat transfer. Keretakan telur menyebabkan kerugian
yang signifikan, oleh karena itu harus diperhatikan pada saat telur ditangani untuk mengurangi kerusakan kulit telur.

1. Faktor Mekanik
Tidak dapat dihindari, beberapa telur tetas akan menjadi kotor, bernoda, retak, atau luka di kandang bibit. Sehingga
penting untuk mengikuti pelaksanaan manajemen sarang yang baik seperti dijelaskan sebelumnya.

2. Faktor biologis
Kondisi fisiologis ayam dapat mempengaruhi telur yang dihasilkan. Umur, stress, penyakit, dan defisiensi nutrisi
berpengaruh negatif terhadap kualitas kulit telur. Stress dan penyakit yang mempengaruhi oviduk dan ovari, seperti
bronchitis dan IBD dapat menyebabkan kulit telur tipis dan berkerut. Penyebab stress dapat mencakup manajemen yang
kurang baik, kepadatan kandang, suhu yang tidak nyaman, reaksi vaksin, pemotongan paruh yang tidak baik, dll.
Metoda Sanitasi Telur Tetas

• Sanitasi telur tetas yang kurang baik dapat menjadi penyebab utama dari rendahnya daya tetas dan kualitas
anak ayam yang tidak baik. Segala usaha sebaiknya dilakukan untuk membuat telur tetas bebas dari resiko
kontaminasi dari mulai telur dikeluarkan sampai di dapatkan anak ayam. Tidak ada kulit telur yang steril.
Telur-telur yang keluar dari oviduk akan mempunyai bakteri. Bakteri yang terdapat pada kulit telur terjadi
saat telur melalui kloaka dimana urine dan isi dari intestinal juga melewatinya. Bakteri yang ditemukan pada
kulit telur pada saat ditelurkan berkisar antara 300 sampai 500 organisma.
• Sanding/mengampelas, buffing/mengkilapkan dan wiping/menggosok telur tetas bukan metoda yang baik
untuk sanitasi, karena akan mengurangi bagian dari kutikula sehingga telur lebih mudah dipenetrasi/ditembus
oleh bakteri
Pengelolaan Telur di Dalam Inkubator

1. Suhu Optimum untuk Inkubasi


• Suhu adalah pertimbangan lingkungan yang paling penting selama inkubasi untuk perkembangan embrio. Pada 18 hari pertama dari
inkubasi (fase pengaturan) kisaran suhu inkubasi adalah 37.2 oC-38.2oC. Pada 3 hari terakhir (fase penetasan) suhu lebih rendah
antara yaitu antara 37oC dan 37.5oC. Besarnya suhu tergantung pada mesin inkubator. Di Indonesia, standar untuk suhu dalam
inkubator yang menggunakan aliran udara adalah 37.3 oC, dan 37.9oC untuk tipe inkubator yang tidak menggunakan aliran udara.
Mesin inkubator harus tertutup rapat untuk menghindari hilangnya panas atau kelembaban udara. Ada komplikasi untuk menentukan
suhu inkubasi yang tepat, karena suhu optimum tidak sama untuk semua telur, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah:
 Ukuran telur
 Kualitas kulit telur
 Genetic (breed atau strain)
 Umur telur pada saat masuk ke dalam inkubator
 Kelembaban inkubasi
2. Kelembaban relatif selama inkubasi
Kelembaban selama inkubasi menentukan kecepatan hilangnya kelembaban dari telur. Apabila kandungan telur
kering terlalu cepat, maka embrio akan gagal menetas atau anak ayam lebih kecil dari normal dan tidak berpenampilan
baik.

3. Ventilasi
Ventilasi yang cukup, penting untuk pernafasan embrio didalam telur, sehingga harus diatur agar cukup ada sirkulasi
udara dengan memperhatikan penurunan tingkat kelembaban udara. Pada incubator tipe still-air, ventilasi ada di bagian
atasnya yang dapat diatur untuk mengeluarkan udara bersamaan dengan pergerakan udara panas yang ada didalamnya.

4. Posisi dan pemutaran telur selama inkubasi


Inkubasi telur sebaiknya ujung tumpul diatas, ini membuat kepala anak ayam berkembang di ujung tumpul dekat
dengan kantung udara. Apabila telur diinkubasi dengan ujung lancip diatas, kira-kira 60% embrio akan berkembang
dengan kepala dekat dengan ujung lancip.

5. Peneropongan/Candling
Telur dengan kulit yang putih seperti telur ayam kampung akan lebih mudah dilihat daripada telur yang warna
kulitnya coklat.
• Pengelolaan Anak Ayam yang Baru Menetas
Ada beberapa hal yang harus dilaksanakan terhadap anak ayam yang baru menetas sebelum dikirim ke peternakan,
diantaranya: seleksi, pemisahan jantan dan betina, potong paruh dan vaksinasi.

1. Seleksi
Seleksi merupakan proses penentuan kualitas yang penting di penetasan. Mengirim anak ayam yang berkualitas dapat
mempertahankan reputasi dari perusahaan dan mengurangi keluhan dari pembeli. Seleksi harus memperhatikan anak
ayam yang mempunyai masalah seperti deformities, pusar tertutup sebagian, jari kaki bengkok, terlalu basah, kaki
bengkok, dll.

2. Pemisahan jantan dan betina


Untuk petelur, pada umumnya dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sedangkan untuk ayam broiler setelah
vaksinasi dapat langsung dikirim ke peternakan. Untuk menentukan jenis kelamin, harus dilakukan dengan teliti oleh
orang yang sudah terlatih dan berpengalaman. Biasanya dilihat dari adanya perbedaan bulu hasil persilangan jantan dan
betina yang berbeda bulu, atau dengan metoda sexing.
3. Vaksinasi dan Potong Paruh
Vaksinasi dilakukan dibawah kulit leher dengan mengunakan mesin suntik otomatis atau dengan alat suntik
biasa. Potong paruh hanya dilakukan untuk ayam ras petelur dengan alat yang dinamakan debeaker.

4. Tempat Penyimpanan Anak Ayam


Setelah anak ayam dihitung dan dimasukan ke dalam boks, kemudian anak ayam dipindahkan ke ruang
penyimpanan. Suhu diruangan ini harus dipertahankan sebesar 24oC dengan kelembaban relatif 70%. Kondisi
lingkungan ini dapat mencegah anak ayam dari kedinginan dan dehidrasi.

5. Pengiriman Anak Ayam


Pengiriman DOC yang aman dan bersih adalah akhir dari proses pengoperasian penetasan. Pada umumnya
anak ayam dikirim dengan truk, bus, dan kadang-kadang kereta api atau pesawat. Kendaraan pengangkut harus
mempunyai sistem pemanas ,pendingin dan ventilasi yang cukup untuk mencegah anak ayam dari stress selama
perjalanan.
KESEPIAN TANPA KEKASIH
CUKUP SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai