Anda di halaman 1dari 31

BAB I

MENGENAL KORUPSI

Tindak pidana korupsi merupakan persoalan klasik yang telah lama ada.
Sejarawan Onghokham pernah menyebutkan bahwa tindak pidana korupsi ada ketika
orang mulai melakukan pemisahan antara keuangan pribadi dan keuangan umum. Masih
menurut Onghokham, pemisahan tersebut tidak ada dalam konsep kekuasaan
tradisional.1 Korupsi merupakan salah satu kejahatan kerah putih (white collar crime)
atau kejahatan berdasi. Berbeda dengan kejahatan konvensional yang melibatkan para
pelaku kejahatan jalanan (street crime, blue collar crime, blue jeans crime), terhadap
white collar crime ini, pihak yang terlibat adalah mereka yang merupakan orang-orang
terpandang dalam masyarakat dan biasanya berpendidikan tinggi dengan modus
operandi2 yang canggih.3
Korupsi di Indonesia berkembang pesat. Korupsi meluas, terjadi dimana mana
dan terjadi secara sistematis. Artinya, seringkali korupsi dilakukan dengan rekayasa
yang canggih dan memanfaatkan teknologi modern. Saat ini, korupsi merupakan
“penyakit” yang telah menjangkiti negara Indonesia. Layaknya penyakit, korupsi ini
harus disembuhkan agar tidak menyebar ke bagian tubuh yang lainnya.4
A. Pengertian Korupsi
Menurut Fockema Andrea, kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio
atau corruptus. Selanjutnya disebutkan bahwa corruption itu berasal pula dari
kata asal corrumpere, suatu kata Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin itulah
turun ke banyak bahasa Eropa, seperti Inggris yaitu corruption, corrupt;

1
Kristiawan & Yopi Gunawan,.2015.,Tindak Pidana Korupsi:Kajian Terhadap Harmonisasi antara
Hukum Nasional dan The United Nations Covention Against Corruption (UNCAC),.Penerbit Refika
Aditama,.hlm.1.
2
Dalam bahasa Latin modus operandi berarti cara bertindak atau prosedur. Jadi modus operandi
adalah cara melaksanakan, cara bertindak. Modus operandi korupsi telah berkembang pesat mulai dari
cara konvensional sampai kepada pemanfaatan hi-tech yang memunculkan kejahatan berdimensi baru
seperti bank crime, crime as bussines, manipulation crime, corporation crime, custom crime, custom
fraud, money laundering, illegal logging, illegal fishing,.lihat,.Rohim,.2008.,Modus Operandi Tindak
Pidana Korupsi,.Penerbit Pena Multi Media.,hlm. 13.
3
Jawade Hafidz Arsyad,.2013,.Korupsi dalam Perspektif Hukum Administrasi Negara,.Penerbit Sinar
Grafika,.Jakarta.,hlm 1-2.
4
Ibid.,hlm. 2-3.

1|Page
Perancis, yaitu corruption; dan Belanda, yaitu corruptie (korruptie). Dari bahasa
Belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia, yaitu “korupsi”.5
Dalam Black’s Law Dictionary, korupsi merupakan suatu perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi
dengan hak-hak dari pihak lain, secara salah menggunakan jabatannya atau
karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau
orang lain.
Arti kata korupsi lainnya, antara lain:
1. Korup : buruk, palsu, suap.
2. Korup : buruk, rusak, suka menerima uang sogok, menyelewengkan uang atau
barang milik perusahaan atau negara, menerima uang dengan menggunakan
jabatannya untuk kepentingan pribadi.
3. Korupsi : penyuapan, pemalsuan.
4. Korupsi : penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan sebagai
tempat seseorang bekerja untuk keuntungan pribadi atau orang lain.6
Selain itu, korupsi dapat didefinisikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan dan
kepercayaan untuk keuntungan pribadi. Korupsi mencakup perilaku pejabat-
pejabat sektor publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang memperkaya
diri mereka secara tidak pantas dan melanggar hukum, atau orang-orang yang
dekat dengan mereka, dengan meyalahgunakan kekuasaan yang dipercayakan
kepada mereka.7
Perbuatan korupsi juga dikategorikan sebagai extraordinary crime atau
kejahatan yang luar biasa karena akan menimbulkan kerugian keuangan negara
yang berdampak pada kerugian perekonomian suatu bangsa. Beberapa ciri
korupsi sebagai extraordinary crime, yakni:
1. Berpotensi dilakukan oleh siapa saja (tanpa batasan kemampuan ekonomi, suku,
agama, usia, jenis kelamin)

5
Ibid.,hlm. 3.
6
Arya Maheka,.Mengenali dan Memberantas Korupsi,.KPK RI,.Jakarta,.hlm. 12.
7
Jeremi Pope,.2003,.Strategi Memberantas Korupsi:Elemen Sistem Integritas
Nasional,.Transparency Internasional Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia,.Jakarta,.hlm. 6-7

2|Page
2. Bersifat random target/victim (pengurusan KTP, berlalu lintas, mengikuti tender
proyek dsbnya)
3. Kerugiannya besar dan meluas (snowball atau domino effect). Kerugian yang
besar dan meluas ini berupa buruknya kesenjangan pendapatan kaya—miskin,
mengurangi tingkat investasi, menurunkan perkembangan ekonomi, menghapus
demokrasi dan merendahkan keterwakilan)
4. Terorganisasi atau oleh organisasi (atasan-bawahan, hubungan bisnis, orang tua-
anak) dan korupsi dapat bersifat lintas negara, diantaranya termasuk kejahatan
luar biasa: narkotika, pelanggaran berat Hak Azasi Manusia, terorisme, dan
money laundering.8
Robert Klitgaard merumuskan korupsi dalam sebuah proposisi matematis,
yaitu dengan rumusan sebagai berikut:

C=M+A–D

Corruption = Monopoly Power + Disrection by Official – Accountability

Korupsi terjadi dimana terdapat monopoli atas kekuasaan dan diskresi (hak
untuk melakukan penyimpangan kepada suatu kebijakan), tetapi dalam kondisi
tidak adanya akuntabilitas. Dalam arti sempit, korupsi berarti pengabaian standar
perilaku tertentu oleh pihak yang berwenang demi memenuhi kepentingan
sendiri.9
Komisi Pemberantasan Korupsi merilis bahwa tindak pidana korupsi merupakan
tindak pidana yang diperhitungkan. Perhitungan yang dimaksud adalah
perhitungan secara ekonomis dengan membandingkan hasil korupsi dan biaya
yang dikeluarkan.10

8
Gandjar Laksamana Bonaprapta.,Perempuan Melawan Korupsi,.(power point),. disampaikan pada
kegiatan Seminar Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi “Pendidikan AntiKorupsi bagi Keluarga,
Organisasi Perempuan Provinsi NTT” Kupang, 9 Maret 2015.
9
Jawade Hafidz Arsyad,.Op Cit,.hlm. 5-6.
10
Kristiawan & Yopi Gunawan,.Op Cit,.hlm. 24.

3|Page
R P-X – RP-Y = RP-Z
Keterangan:
R P – X : Hasil Korupsi
RP-Y : Biaya selama di tahanan + Denda = Biaya legitasi
RP-Z : Hasil

Lord Acton dalam suratnya kepada Uskup Mandell Creighton pada tanggal 3
April 1887 menghubungkan korupsi dengan kekuasaan dalam kata-katanya yang
terkenal: “power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely,
(kekuasaan cenderung untuk korupsi dan kekuasaan yang absolut cenderung
melakukan korupsi secara absolute pula)11. Berangkat dari pernyataan Lord
Acton tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kekuasaan sangat rentan
terhadap tindak pidana korupsi.12
Pengertian korupsi dirumuskan pula dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yakni:
1. Setiap orang yang secara sengaja melawan hukum, melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
2. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Pengertian korupsi tersebut tidak bisa dilepaskan dari apa yang disebut dengan
kolusi dan nepotisme. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) hanya mempunyai
batasan tipis, dan tindakan tersebut berkaitan dan termasuk dalam unsur
perbuatan korupsi. I.G.M Nurdjaman mengemukakan bahwa kolusi atau

11
Al Andang L. Binawan (Editor),.2006,.Korupsi Kemanusiaan,.”Korupsi (dalam Cakrawala)
Kemanusiaan:Beberapa Pernik Gagasan untuk Pengantar”,.Penerbit Buku Kompas,.hlm.xiii
12
Kristiawan & Yopi Gunawan,.Op Cit,.hlm. 25.

4|Page
collusion adalah suatu kesepakatan atau persetujuan dengan tujuan bersifat
melawan hukum atau melakukan suatu tindakan penipuan. Sedangkan kata
nepotisme berasal dari kata nepotism dalam bahasa Inggris yang mengandung
pengertian “mendahulukan atau memprioritaskan keluarga, kelompok dan
golongannya untuk diangkat dan/atau diberikan jalan menjadi pejabat negara
atau sejenisnya”. Nepotisme merupakan suatu perbuatan atau tindakan atau
pengambilan keputusan secara subyektif terlebih dahulu mengangkat atau
memberikan jalan dalam bentuk apa pun bagi keluarga, kelompok dan
golongannya untuk suatu kedudukan atau jabatan tertentu.13
B. Ruang Lingkup Korupsi
Korupsi terjadi di banyak sektor. Berdasarkan catatan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), setidaknya ada 11 sektor yang potensial rawan korupsi, yaitu:14
1) Pendidikan.
2) Anggaran dana bantuan social.
3) Rekruitmen calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan pejabat publik.
4) Penyalahgunaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
5) Pembahasan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di Badan Anggaran (Banggar) Dewa
Perwakilan Rakyat/Daerah (DPR/DPRD).
6) Mafia hukum dan peradilan.
7) Pajak dan energi.
8) Perijinan tambang dan investasi.
9) Kehutanan.
10) Izin importasi.
11) Pengadaan barang dan jasa.

13
Jawade Hafidz Arsyad,.Op Cit,.hlm. 8.
14
Saya Perempuan AntiKorupsi,.Peran Serta Masyarakat,.(leaflet),.diterbitkan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ).

5|Page
C. Bentuk Korupsi
Korupsi dapat terjadi bila ada peluang dan keinginan dalam waktu yang
bersamaan. Misalnya, suap yang ditawarkan pada seorang pejabat atau seorang
pejabat meminta (atau bahkan memeras) uang pelicin. Orang yang menawarkan
suap melakukannya karena ia menginginkan sesuatu yang bukan haknya, dan ia
menyuap pejabat bersangkutan supaya pejabat itu mau mengabaikan peraturan,
atau karena ia yakin pejabat bersangkutan tidak akan mau memberikan
kepadanya apa yang sebenarnya menjadi haknya tanpa imbalan uang. Korupsi
dapat terjadi di setiap lapisan masyarakat, tidak saja pejabat yang duduk di
pemerintahan, tetapi setiap kelas dalam masyarakat tidak lepas dari apa yang
dinamakan korupsi.15
Bentuk-bentuk korupsi yang paling umum dikenal sebagaimana dikutip oleh
Jeremi Pope dari Gerald E. Caiden dalam Toward a General Theory of Official
Corruption.,Asian Journal of Public Administration.,Volume 10 No. 1 Tahun
1988, yakni sebagai berikut:16
1) Berkhianat, subversi, transaksi luar negeri illegal, penyelundupan;
2) Menggelapkan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran pemerintah,
menipu dan mencuri;
3) Menggunakan uang yang tidak tepat, memalsukan dokumen dan menggelapkan
uang, mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak, serta
menyalahgunakan dana;
4) Menyalahgunakan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, member
ampun dan grasi tidak pada tempatnya;
5) Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan
memperdaya, memeras;
6) Mengabaikan keadilan, melanggar hukum, memberikan kesaksian palsu,
menahan secara tidak sah, menjebak;

15
Jawade Hafidz Arsyad,.Op Cit,.hlm. 22.
16
Jawade Hafidz Arsyad,.Op Cit,.hlm. 23-24.

6|Page
7) Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain seperti
benalu;
8) Penyuapan dan penyogokan, memeras dan mengutip pungutan, dan meminta
komisi;
9) Menjegal pemilihan umum, memalsu kartu suara, membagi bagi wilayah
pemilihan umum agar bisa unggul;
10) Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk kepentingan
pribadi, membuat laporan palsu;
11) Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik pemerintah dan surat izin
pemerintah;
12) Manipulasi peraturan, pembelian barang persediaan, kontrak dan pinjaman uang;
13) Menghindari pajak, meraih laba berlebih lebihan;
14) Menjual pengaruh, menawarkan jasa perantara, konflik kepentingan;
15) Menerima hadiah, uang jasa, uang pelican, dan hiburan, perjalanan yang tidak
pada tempatnya;
16) Berhubungan dengan organisasi kejahatan, operasi pasar gelap;
17) Perkoncoan, menutupi kejahatan;
18) Memata-matai secara tidak sah, menyalahgunakan telekomunikasi dan pos;
19) Menyalahgunakan stempel dan kertas suara kantor, rumah jabatan dan hak
istimewa jabatan.
Berdasarkan tingkatnya, bentuk korupsi dikelompokan menjadi 3 (tiga), antara
lain:17
1. Pengkhianatan kepercayaan (betrayal of trust). Pengkhianatan kepercayaan
adalah bentuk korupsi paling sederhana. Semua oarng yang berkhianat atau
mengkhianati kepercayaan atau amanat yang diterima adalah koruptor. Misalnya,
anggota DPR yang tidak menyampaikan aspirasi rakyat atau menggunakan
aspirasi rakyat untuk kepentingan pribadi merupakan pengkhianatan
kepercayaan.

17
David Wijaya.,2014.,Pendidikan AntiKorupsi:untuk Sekolah dan Perguruan Tinggi.,Penerbit
Indeks.,Jakarta.,hlm. 11.

7|Page
2. Penyalahgunaan kepercayaan (abuse of power). Korupsi ini merupakan korupsi
di tingkat menengah. Penyalahgunaan kepercayaan ialah segala bentuk
penyimpangan yang dilakukan melalui struktur kekuasaan, baik di tingkat
negara maupun lembaga struktural lain termasuk lembaga pendidikan, tanpa
memperoleh keuntungan materi.
3. Penyalahgunaan kekuasaan agar bisa memperoleh keuntungan materi (material
benefit). Penyimpangan kekuasaan dilakukan untuk memperoleh keuntungan
materi baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Korupsi di tingkat ini
merupakan korupsi paling membahayakan karena kekuasaan dan keuntungan
materi. Bentuk korupsi ini adalah korupsi yang paling banyak terjadi di
Indonesia.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur bentuk-
bentuk tindak pidana korupsi. Secara ringkas perbuatan tersebut dikelompokan
menjadi:18
1. Merugikan keuangan negara;
2. Suap menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin);
3. Penggelapan dalam jabatan;
4. Pemerasan;
5. Perbuatan curang;
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan;
7. Gratifikasi (istilah lain:pemberian hadiah).
Alatas sebagaimana dikutip Chaerudin, mengembangkan tujuh tipologi korupsi
sebagai berikut:19
1) Korupsi transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan di antara seorang
donor dengan resipien untuk keuntungan kedua belah pihak;

18
Saya Perempuan AntiKorupsi,.Mengenal Korupsi,.(leaflet),.diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dan Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ).
19
Jawade Hafidz Arsyad,.Op Cit,.hlm. 25-26.

8|Page
2) Korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan penekanan dan pemaksaan untuk
menghindari bahaya bagi mereka yang terlibat atau orang-orang yang dekat dengan
pelaku korupsi;
3) Korupsi investif, yaitu korupsi yang berawal dari tawaran yang merupakan investasi
untuk mengantisipasi adanya keuntungan di masa datang;
4) Korupsi nepotistik, yaitu korupsiyang terjadi karena perlakuan khusus, baik dalam
pengangkatan kantor publik maupun pemberian proyek-proyek bagi keluarga dekat;
5) Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat
keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (insiders information)
tentang berbagai kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan;
6) Korupsi supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi yang menjadi intrik
kekuasaan dan bahkan kekerasan;
7) Korupsi defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka mempertahankan diri
dan pemerasan.

D. Nilai-Nilai AntiKorupsi
Nilai antikorupsi perlu ditanamkan sejak dini dan berkesinambungan sebab
prilaku korupsi terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal. Apabila nilai-nilai
antikorupsi tertanam dengan kuat di dalam diri setiap individu, faktor internal korupsi
dapat dicegah. Nilai-nilai antikorupsi perlu diterapkan oleh setiap individu agar dapat
mengatasi faktor eksternal sehingga korupsi tidak terjadi.
I. Nilai Kejujuran
Jujur adalah kebalikan dari bohong. Orang yang tidak jujur adalah orang yang telah
melakukan kebohongan. Jujur adalah sikap yang ditunjukan dengan perbuatan dan
perkataan yang sebenarnya, tidak berbohong dan tidak melakukan perbuatan curang.
Dalam hal ini, jujur merupakan perbuatan yang dilakukan dengan tidak
membohongi diri sendiri maupun orang lain. Nilai kejujuran ini dalam kehidupan
sehari-hari adalah sebagai fondasi awal dalam mencegah tindakan korupsi.20 Prilaku

20
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih,.2016.,Pendidikan AntiKorupsi:Kajian
AntiKorupsi Teori dan Praktik.,Sinar Grafika.,Jakarta.,hlm.67.

9|Page
jujur harus dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu mulai dari diri sendiri, keluarga,
sekolah, dan tempat tinggal. Pribadi jujur awal dari keluarga yang jujur. Keluarga
jujur membentuk lingkungan jujur dan masyarakat jujur membentuk bangsa jujur.21
Seseorang yang telah menanamkan sifat kejujuran dalam dirinya akan terhindar dari
perbuatan korupsi. Ia merasa takut apabila harus mencurangi orang lain. Selain
karena akan merugikan orang lain, dampak yang diperoleh dengan melakukan
perbuatan yang tidak jujur adalah keresahan psikis yang dirasakan secara berlarut-
larut. Sebaliknya, orang yang nilai kejujurannya lemah akan terbiasa dan mudah
melakukan kebohongan-kebohongan yang mengakibatkan kerugian orang lain,
termasuk korupsi yang merugikan keuangan negara.22
Contoh perbuatan antikorupsi yang mencerminkan nilai kejujuran adalah:
1. Melakukan pekerjaan yang seharusnya diselesaikan;
2. Tidak menyontek atau menyalin pekerjaan orang lain;
3. Tidak memanipulasi data dan fakta pada suatu pekerjaan;
4. Bersikap arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan.

II. Nilai Kepedulian


Kepedulian23 adalah kemampuan kita untuk memahami dan menghargai perasaan
orang lain. Kepedulian adalah bagaimana kita memperlakukan orang lain secara sebaik-
baiknya sebagaimana kita juga ingin diperlakukan oleh orang lain.24
Dengan menjunjung sikap peduli, seseorang akan semakin waspada terhadap
fenomena sosial globalisasi dan modernitas. Penanaman antikorupsi yang
mencerminkan nilai kepedulian dapat diterapkan melalui sikap peduli terhadap diri
sendiri, keluarga, masyakarat dan bangsa.25
1. Peduli Terhadap Diri Sendiri:

21
David Wijaya., Op Cit.,hlm. 110.
22
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.68.
23
Kepedulian berasal dari kata peduli, yang berarti suatu tindakan yang didasari pada keprihatinan
terhadap masalah orang lain. Sugono mendefinisikan kata peduli sebagai mengindahkan, memperhatikan
dan menghiraukan,.lihat,. Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.68.
24
David Wijaya., Op Cit.,hlm. 155-156.
25
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.69-70.

10 | P a g e
Mengapa diri sendiri perlu dipedulikan? Karena sebelum orang lain peduli,
sebaiknya diri sendiri memperlihatkan kemampuan yang patut diperhatikan,
dihargai dan dinilai oleh orang lain. Sikap ini perlu untuk memotivasi diri menjadi
lebih baik dan mawas diri agar terhindar dari hal-hal negative. Bila dari dalam diri
sendiri sudah peduli, pasti dapat menularkan energy positif kepada orang-orang di
sekitarnya. Berikut beberapa prilaku antikorupsi yang mencerminkan nilai peduli
terhadap diri sendiri, yakni: melakukan pola hidup sederhana agar tidak terpengaruh
oleh modernisasi dan prilaku konsumtif, mengontrol emosi agar tidak mudah
terjerumus dalam pergaulan yang salah, dan menyibukan diri dengan kegiatan yang
positif.
2. Peduli Terhadap Keluarga:
Sebagai sistem terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki peran sebagai
pendidik pertama kepada anak. Karena keluargalah yang mampu mendidik seorang
anak menjadi individu yang berwawasan luas, berbudaya dan berilmu. Setiap
anggota keluarga harus peduli dengan anggota keluarga yang lain. Kepedulian
dalam keluarga juga merupakan bentuk kontrol yang dilakukan agar anggota
keluarga tidak melakukan korupsi. Sikap peduli ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yakni: memberikan pendidikan moral dan agama terhadap anak, dan
menghindari hal-hal yang menyebabkan anggota keluarga melakukan korupsi
seperti berkata bohong, melakukan suap, member imbalan/hadiah berlebih, misalnya
kepada bapak/ibu guru di sekolah.
3. Peduli Terhadap Lingkungan dan Masyarakat:
Perilaku antikorupsi yang mencerminkan nilai kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat, antara lain:
a. Tidak menebang hutan secara illegal, selain mengakibatkan kerugian Negara,
juga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan—bencana alam;
b. Saling bertegur sapa dengan orang-orang di lingkungan agar saling mengenal;
c. Memedulikan lingkungan sekitar dan menjalin komunikasi dengan baik.26

26
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.71

11 | P a g e
4. Peduli Terhadap Bangsa
Pada akhirnya, korupsi berdampak pada kesejahteraan masyarakat, yang dalam hal
ini adalah bangsa Indonesia. Bagi individu yang hidup di sebuah bangsa, seharusnya
ia turut memedulikan bangsanya. Hal ini dapat diwujudkan dengan mewujudkan
cita-cita bangsa Indonesia yang ingin menyejahterakan bangsa, salah satu caranya
adalah dengan tidak melakukan korupsi.27
III. Nilai Kemandirian
Mandiri berarti keadaan bisa berdiri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain
sehingga membuat kita bertumbuh menjadi pribadi yang sanggup mengatasi segala
persoalan sendiri. Orang yang mandiri adalah orang yang percaya kepada
kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab serta dapat
mengatasi masalah.28
Pada dasarnya, perkembangan kemandirian individu merupakan perkembangan
eksistensial manusia. Seseorang dikatakan mandiri apabila pemikiran dan sikap
yang ia tunjukan menuju arah kedewasaan dan bertanggung jawab dengan tindakan
yang telah dilakukan. Hal ini ditunjukan dengan sikap yang tidak bergantung pada
orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Apabila kemandirian
sudah tertanam dalam diri seseorang (remaja) maka ia pun akan menghindari
perbuatan-perbuatan korupsi yang dapat merugikan keuangan negara dan
mencelakakan nasib bangsanya. Beberapa perilaku antikorupsi yang mencerminkan
nilai kemandirian, antara lain:
a. Menyelesaikan tanggung jawab tanpa bantuan orang lain;
b. Mengontrol diri agar dapat menyelesaikan tugas tepat waktu;
c. Dapat mengatur diri sendiri sebelum mengatur orang lain (bawahan);
d. Tidak putus asa dalam menghadapi kendala dan hambatan yang dihadapi.29
IV. Nilai Kedisipilinan

27
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.72
28
David Wijaya., Op Cit.,hlm. 133
29
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.72-74

12 | P a g e
Kata disiplin berasal dari bahasa latin discipline yang berarti latihan atau pendidikan
kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Kedisiplinan berasal dari kata
dasar “disiplin” yang berarti ketaatan kepada peraturan atau tata tertib. Sikap
disiplin erat kaitannya dengan peraturan dan sanksi. Seseorang dikatakan disiplin
karena telah melakukan perbuatan yang patuh terhadap peraturan. Disiplin perlu
diterapkan untuk mengatur kehidupan dari berbagai aspek. Mengapa demikian?
Karena apabila tidak didukung dengan disiplin, berbagai aspek kehidupan akan
menjadi carut-marut dan berantakan. Misalnya, tidak dispilin dalam berlalu-lintas
atau tidak dispilin ketika membuang sampah tidak pada tempatnya. Banyak manfaat
yang didapatkan dari pola hidup disiplin, disiplin juga dapat membuat orang lain
percaya dengan kinerja yang telah dilakukan, karena tugas diselesaikan tepat
waktu.30
V. Nilai Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatu, bila terjadi apa-apa
boleh dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan. Adapun dalam kamus hukum,
tanggung jawab adalah suatu keseharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa
yang telah diwajibkan kepadanya.31 Secara sudut pandang yang lebih luas, tanggung
jawab adalah kesadaran seseorang terhadap tingkah laku atau perbuatan yang telah
dilakukan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Sikap ini dipandang sebagai
perwujudan atas kesadaran dan kewajiban. Dimana ada kewajiban, di sanalah ada
tanggung jawab yang harus dilakukan secara sadar. Kesadaran disebabkan oleh
kodrat manusia sebagai masyarakat dan hidup di lingkungan (alam).
Bila ditinjau dari keadaan individu terhadap hubungan yang dibuatnya, tanggung
jawab dibedakan menjadi 5 (lima) macam, yaitu sebagai berikut32:
1. Tanggung jawab terhadap Diri Sendiri: orang yang bertanggung jawab adalah
orang yang terhindar dari praktik-praktik korupsi yang merugikan orang lain,
bangsa dan Negara. Beberapa contoh prilaku yang mencerminkan nilai tanggung

30
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.74
31
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.75,.lihat pula,.Andi
Hamzah,.2005,.Kamus Hukum (selanjutnya disebut Andi Hamzah III),.Jakarta,.Ghalia,.Indonesia,.
32
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.76-78

13 | P a g e
jawab terhadap diri sendiri, antara lain: menjalankan amanah kerja dengan baik,
mengerjakan tugas dan kewajiban dengan sungguh-sungguh, menjaga diri
sendiri agar tidak terpengaruh untuk melakukan tindakan korupsi, dan membuat
manajemen waktu agar pekerjaan tidak terbengkalai.
2. Tanggung jawab terhadap Keluarga: secara kodrat, keluarga juga mempunyai
tanggung jawab untuk mendidik anak. Selain tanggung jawab orang tua terhadap
anak, tanggung jawab dilakukan juga oleh tiap-tiap anggota keluarga. Tanggung
jawab terhadap keluarga menyangkut nama baik keluarga. Artinya, apabila
seorang anggota keluarga melakukan kebaikan, yang mendapat pujian adalah
seluruh anggota keluarga. Sebaliknya, apabila seorang anggota keluarga
melakukan perbuatan yang tidak terpuji, pihak yang akan menerima dampaknya
juga seluruh anggota keluarga.
3. Tanggung jawab terhadap Masyarakat: manusia adalah mahluk social yang tidak
dapat hidup sendiri tanpa peran orang lain. Peran individu dalam masyarakat
adalah menjalankan perannya sebagai warga dalam menjalankan peraturan yang
berlaku. Seorang individu juga harus menjalin komunikasi dengan baik terhadap
masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian, seorang individu dapat
melangsungkan kehidupannya dalam masyarakat tersebut sebagai manusia yang
bertanggung jawab.
4. Tanggung jawab terhadap Bangsa dan Negara: Nasib bangsa berada di tangan
tiap tiap warga negara. Oleh karenanya sebagai warga Negara, setiap individu
juga memiliki tanggung jawab terhadap bangsa dan Negara. Bentuk sikap dan
prilaku warga negara yang dapat dilakukan sebagai perwujudan tanggung jawab
warga negara terhadap bangsa dan negara antara lain: memahami dan
mengamalkan ideologi Pancasila, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,
memelihara rasa solidaritas antar warga negara, mematuhi peraturan perundang-
undangan serta tidak melakukan tindakan korupsi.
5. Tanggung jawab terhadap Tuhan: Sebagai makhluk ciptaan-Nya, sudah
selayaknya manusia melakukan hal yang dapat dipertanggungjawabkan kepada
Tuhan. Sesuai dengan sila pertama Pancasila, yakni Ketuhana Yang Maha Esa,

14 | P a g e
dan UUD Tahun 19845 yang menyatakan bahwa (1) Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun bentuk tanggung jawab seseorang terhadap
Tuhannya diwujudkan dengan beribadah sesuai dengan keyakinan masing-
masing.

VI. Nilai Kerja Keras


Kerja keras adalah sifat baik yang wajib dimiliki setiap orang yang ingin berhasil
dalam hidup. Kerja keras adalah wujud kesungguhan seseorang dalam
melaksanakan sesuatu yang ditekuni. Kerja keras biasanya mengeluarkan
kemampuan yang dimilikinya serta mengerahkan segenap daya dan kekuatan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.33
Terdapat 4 (empat) hal penting untuk memupuk semangat kerja keras, yaitu: (1)
Semangat, (2) kesabaran, (3) Ikhlas dan (4) berorientasi ke depan dan selalu
berprasangka baik34.
Berikut beberapa perilaku kerja keras yang dapat dilakukan dalam mewujudkan
Indonesia yang bersih dari Korupsi35:
1. Mengenali potensi diri dan mengembangkannya dan meraih apa yang diinginkan
tanpa melalui suap.
2. Bekerja dengan sungguh-sungguh tanpa mengenal putus asa.
3. Membuat situasi kerja menjadi senyaman mungkin agar hasil yang didapatkan
bisa maksimal.
4. Berkeyakinan teguh bahwa tugas yang diembannya dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Berusaha sebaik mungkin tanpa mengorbankan orang lain, kesehatan dan waktu
bersama keluarga.
VII. Nilai Kesederhanaan

33
David Wijaya., Op Cit.,hlm. 125
34
David Wijaya., Op Cit.,hlm. 127-128
35
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.79-80

15 | P a g e
Sederhana adalah kebiasaan seseorang untuk berperilaku sesuai kebutuhan dan
kemampuannya. Sederhana dapat pula berarti tidak berlebihan atau tidak
mengandung unsur kemewahan36.
Di Zaman serba modern seperti sekarang ini, banyak orang yang bergaya hidup
metropolitan. Sulit membedakan antara barang kebutuhan dan keinginan, karena
keinginan untuk menikmati barang dan jasa sangat tinggi. Tidak jarang pengeluaran
lebih tinggi dari pendapatan. Hingga kekurangan kebutuhan hidup ditutup dengan
cara berhutang, bahkan dapat mengakibatkan tindakan korupsi. Tidak sedikit orang
yang memilih hidup glamour, sementara masih banyak orang yang hidup serba
kekurangan. Oleh karena itu perlu adanya perubahan mindset terhadap pola hidup,
salah satunya dengan hidup sederhana. Hidup yang sederhana adalah seni
bagaimana untuk mengatur kepemilikan suatu barang dan jasa berdasarkan gunanya
yang bisa dikonsumsi dan dimanfaatkan.37
Beberapa langkah membangun hidup yang sederhana menurut Arifin, antara lain:
1. Menemukan hal penting.
2. Melepaskan hal yang tidak penting.
3. Jangan fokus kepada persepsi dan keinginan orang lain.
4. Berfokus pada kualitas, bukan kuantitas.
5. Melihat dunia secara sederhana.
6. Membiasakan pola konsumsi yang moderat.
VIII. Nilai Keberanian
Sifat berani sangat penting dimiliki oleh siapapun, termasuk kita sendiri. Maksud
berani disini adalah berani dalam hal kebaikan. Kita berani karena benar dan takut
jika salah.38 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berani adalah mempunyai hati
yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan
dan sebagainya.

36
David Wijaya., Op Cit.,hlm. 117
37
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.79-80
38
David Wijaya., Op Cit.,hlm. 149

16 | P a g e
Keberanian seseorang ditunjukan dengan bentuk dan cara yang berbeda-beda. Salah
satunya seperti kasus seseorang yang melakukan korupsi karena pengaruh orang lain
dan kondisi ekonomi yang menghimpitnya. Dalam hal ini, ia tidak mampu
menumbuhkan jiwa melawan hasutan orang lain. Sudah jelas ia telah gagal dalam
membangun keberanian diri melawan korupsi. Sebaliknya, jika ia menolak dan
mencari jalan lain untuk menghadapi permasalahannya, ia termasuk orang yang
berhasil dalam membangun keberanian untuk melawan korupsi. Perilaku antikorupsi
yang mencerminkan nilai keberanian misalnya menolak suap dari atasan untuk
melakukan hal-hal yang menyimpang39.
IX. Nilai Keadilan
Seorang Filusuf Yunani bernama Plato dalam bukunya Politeia melukiskan suatu
model tentang negara yang adil. Negara harus diatur secara seimbang menurut
bagian-bagiannya, supaya adil. Timbulah keadilan menurut Plato bila tiap-tiap
kelompok dan golongan (filsafat, tentara, pekerja) berbuat apa yang sesuai dengan
tempat dan tugasnya. Menurut Aristoteles, hukum positif yang dibuat oleh manusia
harus dimbimbing oleh rasa keadilan dan prinsip kesamaan (equity), yang kemudian
melahirkan keadilan distributive dan keadilan korektif. Keadilan distributif yaitu
pembagian barang dan jasa kepada setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam
masyarakat, serta perlakuan yang sama terhadap kesejahteraan di hadapan hukum.
Sementara itu, keadilan korektif merupakan ukuran teknis dari prinsip-prinsip yang
mengatur penerapan hukum. Aturan dalam hukum harus memiliki standar umum
untuk memperbaiki akibat setiap tindakan, tanpa memerhatikan pelakunya, dan
tujuan dari perilaku yang harus diukur dari sudut pandang objektif.
Banyak pandangan tentang konsep bertindak adil dan tidak adil. Hal ini tergantung
pada kekuatan dan kemauan yang dimiliki, menjadi adil terlihat mudah, namun tidak
dalam penerapannya. Orang yang melakukan perbuatan tidak adil biasanya sangat
dekat dengan kasus-kasus korupsi. Berikut beberapa contoh perilaku antikorupsi
yang mencerminkan nilai keadilan:

39
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.82

17 | P a g e
1. Memberikan orang lain sesuai dengan hak yang seharusnya diterimanya.
2. Tidak melakukan tindakan curang dengan mengambil jatah orang lain.
3. Melakukan pekerjaan yang telah menjadi tanggung jawab sebelum mendapatkan
hak.
4. Membuat keputusan tanpa memihak ataupun hal-hal yang mengandung unsur
nepotisme40.

BAB II
PENYEBAB TERJADINYA KORUPSI

40
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.82-83

18 | P a g e
Menurut Huntington (1968) korupsi adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang
dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini
ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi.41
Korupsi sudah terjadi berabad-abad yang lalu, dalam fakta yang sempat tercatat dalam
sejarah, antara lain sebagai berikut:42
1. Korupsi di Mesir Kuno
Di Mesir, seorang Pharaoh (raja Mesir kuno) yang bernama Horembeb, dalam
abad ke-14 sebelum masehi, telah mengeluarkan peraturan yang melarang
korupsi. Ancaman hukuman untuk kejahatan korupsi tersebut adalah hukuman
mati.
2. Korupsi di Yunani Kuno
Suatu keluarga terkenal di Yunani Kuno, yang bernama Alemaenoids diberi
kepercayaan untuk membangun sebuah rumah ibadah dengan batu pualam. Akan
tetapi ternyata dia melakukan korupsi dimana yang digunakan adalah semen
dengan lapisan batu pualam.
3. Korupsi di Romawi
Terdapat undang-undang yang dikenal dengan Lex Calpurnia de Repetundis
yang dibuat oleh L. Calpurnius Piso dalam tahun 149 SM di Romawi, dimana
dengan undang-undang tersebut telah dibentuk komisi khusus yang permanen,
yang bertugas seperti pengadilan pidana yang disebut dengan Quaestio Perpetua.
Undang-Undang yang disebut dengan Lex Calpurnia de Repetundis itu pernah
diterapkan ke dalam kasus white collar crime, yaitu kasus repetundarum
pecuniarum, yang merupakan tuntutan oleh pemerintah provinsi terhadap
gubernur jenderal atas penerimaan uang secara tidak sah (korupsi).
4. Penimbunan bahan makanan di Inggris
Di Inggris pada masa Raja Henry III (1216-1272), diancam dengan sanksi
pidana terhadap mereka yang menimbun bahan makanan untuk mempermainkan
harga dari bahan makanan tersebut.
5. Kasus tukang potong hewan di Jerman
Tercatat dalam sejarah di Jerman bahwa Wastel Pennas, seorang tukang potong
hewan telah dihukum gantung karena menjual daging aning yang dikatakannya
sebagai daging domba.

Jadi korupsi memang sudah membudaya dalam masyarakat, dimulai dari korupsi
kecil-kecilan sampai korupsi besar-besaran. Permasalahan utama adalah
meningkatnya korupsi itu seiring dengan kemajuan, kemakmuran dan teknologi.
Semakin maju suatu bangsa, semakin meningkat pula kebutuhan dan mendorong
orang untuk melakukan korupsi.

41
Josef M. Monteiro,.2016,.Hubungan Presiden dan Menteri dalam Pertanggungjawaban Beleid
yang Menimbulkan Korupsi,.Jurnal Hukum Yurisprudensia,.Volume 15 No.1,.hlm.58.
42
Jawade Hafidz Arsyad,.Op Cit,.hlm. 9-10

19 | P a g e
Kausa atau sebab orang melakukan korupsi sangat banyak dan beragam.
Menurut Andi Hamzah, penyebab terjadinya korupsi, antara lain43:
1) Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibandingkan dengan
kebutuhan yang makin hari makin meningkat
Mengenai masalah kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri di
Indonesia telah dikupas oleh B. Soedarso yang menyatakan antara lain.

“pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya


korupsi sebab yang paling gampang dihubungkan misalnya kurang gaji
pejabat-pejabat, buruknya ekonomi, mental pejabat yang kurang baik,
administrasi dan manajemen yang kacau yang menghasilkan adanya
prosedur yang berliku-liku dan sebagainya”

Kemudian B. Soedarso rupanya sadar bahwa semua sebab korupsi yang


disebutnya itu tidaklah mutlak sehingga ia merumuskan uraiannya di
alinea lain sebagai berikut.

“Banyak faktor yang bekerja dan saling memengaruhi satu sama lain
sampai menghasilkan keadaan yang kita hadapi. Tindakan yang dapat
dilakukan hanyalah mengemukakan faktor-faktor yang paling berperan.
causaliteits rederingen harus sangat berhati-hati dan dijauhkan dari
gegabah. Buruknya ekonomi, belum tentu dengan sendirinya
menghasilkan suatu wabah korupsi di kalangan pejabat kalau tidak ada
faktor-faktor lain yang bekerja. Kurangnya gaji bukanlah faktor yang
menentukan. Orang-orang yang berkecukupan banyak yang melakukan
korupsi. Prosedur yang berliku-liku bukanlah hal yang ditonjolkan
karena korupsi juga meluas di bagian-bagian yangs sederhana, di
kelurahan, di kantor penguasa-penguasa yang kecil, di kereta api, di
stasiun-stasiun, di loket-loket penjualan karcis kebun binatang dan
sebagainya”.

Namun demikian, kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri


memang faktor yang paling menonjol dalam arti merata dan meluasnya
korupsi di Indonesia. Hal ini dikemukakan oleh Guy J. Pauker dalam
tulisannya berjudul Indonesia 1979:The record of three decades, yaitu
sebagai berikut:

“Although corruption is widespread in Indonesia as a means of


supplementing excessively low governments salaries, the resource of the
nation are not being used primarily for the accumulation of fast private
fortunes, but for economic development and to some extent, for welfare”

43
Andi Hamzah,.2005.,Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional,,.RajaGrafindo Persada,.Jakarta,.hlm.13.

20 | P a g e
J.W Schroorl mengatakan bahwa di Indonesia di bagian pertama tahun
60-an situasinya negitu merosot sehingga untuk golongan-golongan
besar dari pegawai, gaji sebulan hanya sekedar cukup untuk makan du
minggu. Dapat dipahami bahwa situasi demikian itu, para pegawai
terpaksa mencari penghasilan tambahan dan bahwa banyak diantara
mereka mendapatkannya dengan meminta uang ekstra”.

2) Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia


Soedarso yang menunjuk beberapa penyebab dari korupsi selanjutnya
menguraikan panjang lebar tentang latar belakang kultur ini. Antara lain
sebagai berikut.

“dalam hubungan meluasnya korupsi di Indonesia apabila miliu itu


ditinjau lebih lanjut, yang perlu diselidiki tentunya bukan kekhususan
miliu orang satu per satu, melainkan yang secara umum meliputi,
dirasakan dan memengaruhi kita semua orang Indonesia. Dengan
demikian, mungkin kita bisa menemukan sebab-sebab masyarakat kita
dapat menelurkan korupsi sebagai way of life dari banyak orang,
mengapa korupsi itu secara diam-diam di-tolereer, bukan oleh penguasa
tetapi oleh masyarakat sendiri. Kalau masyarakat umum mempunyai
semangat antikorupsi seperti para mahasiswa pada waktu melakukan
demontrasi antikorupsi, maka korupsi sungguh-sungguh tidak akan
dikenal.”

B. Soedarso juga menjelaskan panjang lebar sejarah tentang kultur


Indonesia mulai zaman Multatuli berkaitan dengan penyalahgunaan
jabatan yang merupakan suatu sistem sebagai berikut.

“Selama dalam jabatannya (maksudnya Douwers Dekker sampai


Multatuli) ia telah melaporkan kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan
oleh Bupati Lebak dan Wedana Parangkujang (Banten Selatan) kepada
atasannya dan meminta supaya terhadap mereka ini dilakukan
pengusutan. Menurut Douwers Dekker, bupati tersebut telah
menggunakan kekuasaannya melebihi apa yang diperbolehkan oleh
peraturan untuk memperkaya diri. Dalam keadaan social seperti telah
dibentangkan di muka, dalam suasana ketololan pikiran tentang
hubungan penguasa dengan rakyat, kejahatan yang timbul di antara
penguasa dengan rakyat, kejahatan yang timbul diantara penguasa
dengan sendirinya adalah penyalahgunaan untuk memperkaya diri
dengan memanfaatkan kebodohan serta onderdanigheid penduduk. Tentu
saja disini perlu sekali lagi diingat bahwa yang dimaksud dengan
penyalahgunaan adalah menurut ukuran modern, ukuran kultur yang

21 | P a g e
telah menelurkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebab
dalam rangka pandangan kuno tidak ada pengertian penyalahgunaan
kekuasaan.”

Kemudian menurut Jawade Hafids Arsyad, korupsi itu terjadi berulang-


ulang karena telah menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat untuk
mempermudah dalam mendapatkan pelayanan dari pemerintah, dan
sebaliknya pejabat pemerintah menggunakan kesempatan itu untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Jadi, hal ini terkait
dengan perilaku dari anggota masyarakatdan pejabat pemerintah yang
korup, karena dalam kenyataannya masih ada masyarakat yang tidak mau
melakukan korupsi.44

3) Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang Efektif dan
Efisien
Terkenal ucapan Prof Soemitra Alm yang dikutip oleh media cetak
bahwa kebocoran mencapai 30% dari anggaran. Ternyata usaha
pendidikan dan pelatihan seperti P4 dan SESPA tidak mempan bukan
saja untuk memberantas korupsi, tetapi juga untuk menguranginya.
Korupsi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan seorang
widyaiswara di suatu Pusdiklat mengatakan di tanggal 20 Mei 2002
bahwa sesungguhnya 50% anggaran Pusdiklat dimakan oleh
penyelenggara. Korupsi terjadi bila ada niat dan kesempatan. Apabila
manajemen terkontrol dengan baik, maka keluar masuknya aliran dana
dapat terdeteksi. Namun demikian, tidak dapat menyalahkan manajemen
begitu saja, moral yang ada pada diri manusia sajalah yang dapat
membentengi seorang dari setiap perbuatan tercela.45

4) Modernisasi
Huntington menulis sebagai berikut46:
“Korupsi terdapat dalam masyarakat, tetapi korupsi lebih umum dalam
masyarakat yang satu daripada yang lain, dan dalam masyarakat yang
sedang tumbuh korupsi lebih umum dalam suatu periode yang satu dari
yang lain. Bukti-bukti dari sana sini menunjukan bahwa luas
perkembangan korupsi berkaitan dengan modernisasi social dan ekonomi
yang cepat.”

44
Jawade Hafidz Arsyad,.Op Cit,.hlm. 15.
45
Jawade Hafidz Arsyad,.Op Cit,.hlm. 15-16.
46
Samuel P. Huntington,.1977,.Modernisasi dan Korupsi.,karangan dalam buku Mochtar Lubis
dan James C. Scott,.Bunga Rampai Karangan Karangan Mengenai Etika Pegawai Negeri,.Bhratara
Karya Aksara,.hlm.133,.sebagaimana dikutip dalam Jawade Hafidz Arsyad,.Op Cit,.hlm. 16.

22 | P a g e
Menurut Jawade Hafids Arsyad, penyebab modernisasi yang
mengembangbiakan korupsi dapat disingkat dari jawaban Huntington
sebagai berikut:
a. Modernisasi membawa perubahan pada nilai dasar masyarakat
b. Modernisasi juga ikut mengembangkan korupsi karena modernisasi
membuka sumber-sumber kekayaan dan kekuasaan baru. Hubungan
sumber-sumber ini dengan kehidupan politik tidak diatur oleh norma
tradisional yang terpenting dalam masyarakat sedangkan norma-norma
baru dalam hal ini belum dapat diterima oleh golongan berpengaruh
dalam masyarakat.
c. Modernisasi merangsang korupsi karena perubahan-perubahan yang
diakibatkannya dalam bidang kegiatan system politik. Modernisasi
terutama di negara-negara yang memulai modernisasi lebih kemudian,
memperbesar kekuasaan pemerintah dan melipatgandakan kegiatan-
kegiatan yang diatur oleh peraturan-peraturan pemerintah.

Menurut Arya Maheka bahwa ada beberapa penyebab terjadinya


korupsi yaitu sebagai berikut:
1. Penegakan hukum tidak konsisten, penegakan hukum hanya sebagai make up
politik, sifatnya sementara selalu berubah setiap berganti pemerintahan.
2. Penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang, takut dianggap bodoh kalu tidak
menggunakan kesempatan
3. Langkanya lingkungan yang antikorup, sistem dan pedoman antikorupsi hanya
dilakukan sebatas formalitas.
4. Rendahnya pendapatan penyelenggara negara. Pendapatan yang diperoleh harus
mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara negara, mampu mendorong
penyelenggara negara untuk berprestasi dan memberikan pelayanan terbaik bagi
masyarakat.
5. Kemiskinan dan keserakahan. Masyarakat kurang mampu melakukan korupsi
karena kesulitan ekonomi, sedangkan mereka yang berkecukupan melakukan
korupsi karena serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan keuntungan.
6. Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah.
7. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi, saat
tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya
dibebaskan hukumannya. Rumus: keuntungan korupsi lebih besar dari kerugian
bila tertangkap.
8. Budaya permisif atau serba membolehkan, tidak mau tahu, menganggap biasa
bila ada korupsi karena sering terjadi. Tidak peduli orang lain, asal
kepentingannya sendiri terlindungi.
9. Gagalnya pendidikan agama dan etika. Ada benarnya pendapat Frans Magnis
Suseno bahwa agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam
mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang memeluk agam itu sendiri.
Pemeluk agama menganggap agama hanya berkutat pada masalah bagaimana

23 | P a g e
cara beribadah saja, sehingga agama nyaris tidak berfungsi dalam memainkan
peran sosial.47

Menurut Abdullah Hehamahua, berdasarkan kajian dan pengalaman setidaknya


ada 8 (delapan) penyebab terjadinya korupsi di Indonesia, yaitu sebagai berikut48:
1. Sistem Penyelenggaraan Negara yang Keliru.
Sebagai Negara yang baru merdeka atau Negara yang baru berkembang,
seharusnya prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Tetapi selama orde
lama, orde baru sampai orde reformasi, pembangunan difokuskan di bidang
ekonomi. Padahal setiap Negara yang baru merdeka, terbatas dalam memiliki
SDM, uang, manajemen, dan teknologi. Konsekuensinya, semuanya didatangkan
dari luar negeri yang pada gilirannya, menghasilkan penyebab korupsi.
2. Kompensasi PNS/ASN yang Rendah.
Wajar saja Negara yang baru merdeka tidak memiliki uang yang cukup untuk
membayar kompensasi yang tinggi kepada pegawainya, tetapi disebabkan
prioritas pembangunan di bidang ekonomi, sehingga secara fisik dan kultural
melahirkan pola konsumerisme, sehingga sekitar 90 % PNS melakukan KKN.
Baik berupa korupsi waktu, melakukan kegiatan pungli maupun mark up kecil-
kecilan demi menyeimbangkan pemasukan dan dan pengeluaran
pribadi/keluarga.
3. Pejabat yang Serakah.
Pola hidup konsumerisme yang dilahirkan oleh system pembangunan seperti di
atas mendorong pejabat untuk menjadi kaya secara instant. Lahirlah sikap
serakah di mana pejabat menyalahgunakan wewenang dan jabatannya,
melakukan mark up proyek-proyek pembagunan, bahkan berbisnis dengan
pengusaha.
4. Law Enforcement Tidak Berjalan.
Disebabkan para pejabat serakah dan PNS-nya KKN karena gaji yang tidak
cukup, maka boleh dibilang penegakan hukum tidak berjalan hampir di seluruh
lini kehidupan, baik di instansi pemerintahan maupun, di lembaga
kemasyarakatan karena segala sesuatu diukur dengan uang. Maka lahirlah
plesetan kata-kata seperti Kasih Uang Habis Perkara (KUHP) dan Ketuhanan
Yang Maha Esa diplesetkan menjadi Keuangan Yang Maha Kuasa.
5. Hukuman yang Ringan Terhadap Koruptor.
Disebabkan law enforcement tidak berjalan di mana aparat penegak hukum bisa
dibayar, mulai dari polisi, jaksa, hakim dan pengacara maka hukuman yang
dijatuhkan kepada para koruptor sangat ringan sehingga tidak menimbulkan efek
jera terhadap koruptor.
6. Pengawasan yang Tidak Efektif.
Dalam sistem manajemen modern selalu ada instrumen yang disebut internal
control yang disebut in build dalam setiap unit kerja, sehingga sekecil apapun
47
Jawade Hafidz Arsyad,.Op Cit,.hlm. 16-17
48
Ermansjah Djaja,,.2010,.Memberantas Korupsi Bersama KPK (Edisi Kedua),.Sinar
Grafika.,Jakarta.,hlm.48-51.

24 | P a g e
penyimpangan akan terdeteksi sejak dini dan secara otomatis pula dilakukan
perbaikan. Internal control disetiap unit tidak berfungsi karena pejabat atau
pegawai terkait ber-KKN.
7. Tidak Ada Keteladanan Kepemimpinan.
Kondisi ini terjadi pada saat kondisi ekonomi negara mengalami krisis di mana
tidak ada pemimpin negara yang memberikan teladan dalam kepemimpinannya
misalnya: pola hidup sederhana dan satunya kata dengan perbuatan.
8. Budaya Masyarakat yang Kondusif KKN.
Dalam negara agraris seperti Indonesia, masyarakat cenderung paternalistik.
Dengan demikian, mereka turut melakukan KKN dalam urusan sehari-hari—
mengurus KTP, SIM, STNK, PBB, SPP, pendaftaran anak sekolah atau
universitas, melamar kerja dan lain-lain—karena meniru apa yang dilakukan
oleh pejabat, elit politik, tokoh masyarakat, pemuka agama, yang oleh
masyarakat diyakin sebagai perbuatan yang tidak salah.

Secara umum, munculnya perbuatan korupsi didorong oleh 2 (dua) motivasi:


pertama, motivasi intrinsik, yaitu adanya dorongan memperoleh kepuasan yang
ditimbulkan oleh tindakan korupsi. Dalam hal ini pelaku merasa mendapatkan kepuasan
dan kenyamanan tersendiri ketika berhasil melakukannya. Pada tahap selanjutnya
korupsi menjadi gaya hidup, kebiasaan dan tradisi/budaya yang lumrah; kedua,
motivasi ekstrinsik, yaitu dorongan korupsi dari luar diri pelaku yang tidak menjadi
bagian melekat dari pelaku itu sendiri. Motivasi kedua ini misalnya melakukan korupsi
karena alasan ekonomi, ambisi untuk mencapai suatu jabatan tertentu, atau obsesi
meningkatkan taraf hidup atau karier jabatan melaluui jalan pintas. Secara agak rinci
terjadinya korupsi disebabkan oleh 3 (tiga) hal. Pertama, corruption by greeds
(keserakahan). Korupsi ini terjadi pada orang yang sebenarnya tidak butuh, tidak
mendesak secara ekonomi, bahkan mungkin sudah kaya. Jabatan tinggi, gaji besar,
rumah mewah, popularitas menanjak tetapi kekuasaan yang tak terbendung
menyebabkannya terlibat praktik korupsi; Kedua, corruption by need (kebutuhan),
korupsi jenis ini dilakukan karena keterdesakan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
hidup (basic needs). Misalnya korupsi yang dilakukan oleh seseorang karena gajinya
sangat rendah jauh dibawah upah minimum dan terdesak untuk memenuhi kebutuhan
dasar tertentu, seperti pembayaran SPP anak yang masih bersekolah. Korupsi ini banyak
dilakukan oleh pegawai/karyawan kecil, polisi/prajurit rendahan, buruh kasar, tukang
parker, sopir angkutan umum; Ketiga, corruption by chance (adanya peluang). Korupsi
ini dilakukan karena adanya peluang yang besar untuk melakukan korupsi, peluang
untuk cepat kaya melalui jalan pintas, peluang untuk cepat naik jabatan secara pintas,
peluang cepat naik jabatan secara instan, biasanya ini didukung oleh lemahnya sistem
organisasi, rendahnya akuntabilitas publik, longgarnya pengawasan masyarakat, dan
keroposnya penegakan hukum yang diperparah dengan sanksi hukum yang tidak
membuat jera49.

49
Alfitra,.2014.,Modus Operandi Pidana Khusus di Luar KUHP:Korupsi, Money Laundring dan
Trafficking.,Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Group).,Jakarta,.hlm.6-8.

25 | P a g e
Kemudian menurut GONE Theory, faktor-faktor penyebab korupsi, meliputi50:
1) Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara
potensial ada di dalam diri setiap orang ;
2) Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi
atau masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi
seseorang untuk melakukan kecurangan;
3) Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh
individu-individu untuk menunjang hidupnya yang wajar;
4) Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang
dihadapi oleh pelaku diketemukan melakukan kecurangan.

BAB III
DAMPAK KORUPSI

50
Tim SPORA Communication.,2016.,Semua BISA ber-AKSI:Panduan Memberantas Korupsi
dengan Mudah dan Menyenangkan.,(leaflet),.diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Republik Indonesia.

26 | P a g e
Sebagaimana arti harafiahnya yang berarti kebusukan, kebejatan, keburukan,
ketidakjujuran, tidak bermoral, korupsi berdampak sangat buruk terhadap kehidupan
bangsa. Dampak korupsi yang paling utama adalah runtuhnya akhlak, moral. Integritas
dan religiusitas bangsa. Korupsi yang telah membudaya mengakibatkan runtuhnya nilai-
nilai luhur seperti amanah, kejujuran, penghormatan pada eksistensi orang lain dan
penghargaan akan hak-hak orang lain. Korupsi juga menyuburkan ketamakan,
kerasukan ketidakjujuran, kelicikan, mental pencuri dan budaya malas berusaha.
Budaya korupsi dalam jangka panjang akan mendorong pengabaian terhadap ajaran
agama. Pada gilirannya, agama tidak lagi menjadi pedoman menjalani kehidupan sehari-
hari dan digantikan dengan kalkulasi untung rugi semata.
Dampak dari prilaku korupsi yang lainnya, yaitu:
1) Adanya efek buruk bagi perekonomian negara. Dalam kehidupan sehari har,
ekonomi adalah sector yang paling dominan. Seperti halnya tujuan seseorang
bekerja adalah untuk meningkatkan derajat atau ekonomi. Manusia selalu
berupaya memaksimalkan manfaat atas setiap aktifitas dengan biaya seminimal
mungkin. Para ekonom menyebut ini sebagai utility maximization, dalam banyak
kasus prinsip inisulit dibedakan dari selfish atau mengutamakan diri
sendiri/serakah. Dengan kata lain, dalam diri manusia sesungguhnya sudah ada
benih atau kecenderungan untuk melakukan tindakan korupsi. Kecenderungan di
bidang ekonomi inilah yang mengakibatkan seseorang melakukan berbagai cara
untuk meningkatkan ekonomi, salah satunya dengan korupsi terhadap uang
negara51. Korupsi mengurangi pendapatan dari sektor publik dan meningkatkan
pembelanjaan pemerintah untuk sektor publik. Korupsi telah menyebabkan
pendapatan dari sektor pajak dan dari keuntungan BUMN menjadi sangat kecil.
Selain itu, karena berbagai kebocoran, proyek-proyek dan program
pembangunan yang dilakukan pemerintah menjadi mahal jika dibandingkan
dengan kualitas yang dihasilkannya. Korupsi telah menurunkan produktifitas
dan investasi publik serta infrastruktur negara. Melemahnya investasi
menyebabkan pertumbuhan ekonomi terhambat, penciptaan peluang kerja
menjadi rendah, dan meningkatnya pengangguran. Ini semua akan menyebabkan
daya beli melemah dan kesejahteraan masyarakat menurut;
2) Korupsi juga memberikan kontribusi bagi matinya etos kerja masyarakat. Oleh
karena income inequality yang ditimbulkan korupsi, yaitu kesempatan individu
dalam posisi tertentu bisa mendapatkan keuntungan dari aktifitas pemerintah
pada biaya yang sesungguhnya ditanggung masyarakat, maka inisiatif
masyarakat akan terdistorsi. Mereka yang seharusnya melakukan kegiatan yang
produktif menjadi terdorong untuk melakukan peluang korupsi dan pada
akhirnya menyumbangkan negative value added. Pegawai negeri dan pejabat
negara yang seharusnya bisa bekerja dengan baik tanpa ada insentif, akan
menjadi malas;

51
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.41.

27 | P a g e
3) Terjadinya eksploitasi sumber daya alam oleh segelintir orang. Kebijakan
investasi yang diambil pemerintah dalam suasan penuh korupsi menyebabkan
tidak meratanya pengelolaan sumber daya alam. Oleh karena penguasaan uang
terpusat pada para konglomerat, maka aktor pembangunan didominasi oleh
kalangan elit yang menguasai modal besar dan memonopoli akses dana ke
lembaga-lembaga keuangan semacam bank melalui jalan kolusi dan suap. Ketika
sumber daya alam hamper habis, masyarakat di sekitarnya tetap hidup miskin.
Masyarakat di sekitar hutan misalnya, mereka tidak hidup makmur dari hasil
hutan. Hal ini karena mereka tidak memiliki akses untuk memanfaatkan hutan—
hanyalah orang-orang yang memiliki modal, yang mempunyai koneksi, yang
mampu membeli HPH, dan orang yang bisa membagi harta jarahan kepada para
pejabat;
4) Dampak sosial, korupsi mempunyai dampak yang sangat dahsyat terkait dengan
merosotnya human capital. Ketiadaan infrastruktur yang cukup bagi pelayanan
pendidikan dan kesehatan meyebabkan masyarakat kebanyakan rentan terhadap
berbagai penyakit dan rendah dalam kompetensi serta menjadi kalah profesional
dibanding sumber daya manusia dari kelas sosial yang lebih tinggi dan juga dari
negara lain. Oleh karena pemerintah tidak mampu menyediakan sekolah dan
balai pengobatan yang murah dan baik serta bermutu, maka sekolah-sekolah dan
rumah sakit yang dikelola swasta menjadi satu-satunya lembaga pendidikan dan
kesehatan berkualitas.52 Dampak sosial lainnya antara lain: kemisikinan
masyarakat meningkat, terjadi demoralisasi bangsa dan meningkatnya
kriminalitas;
5) Dampak korupsi bagi demokrasi, antara lain berupa pemberian “uang mahar”
dari para calon kepala daerah kepada partai politik, money politic yang terjadi
saat masa pemilihan umum atau biasa dikenal dengan istilah “serangan fajar”.
Selain itu, korupsi dapat menyebabkan persoalan lain dalam bidang perpolitikan
negara yakni :
a. Menguatnya sistem politik yang di kuasai oleh pemilik modal;
b. Biaya politik semakin tinggi;
c. Banyak pemimpin yang korup;
d. Kepercayaan masyarakat kepada lembaga negara hilang;
e. Kedaulatan rakyat hancur.
6) Dampak korupsi terhadap lingkungan. Praktek korupsi menyebabkan sumber
daya alam di negeri ini semakin tidak terkendali, eksploitasi secara besar-
besaran tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan menyebabkan
merosotnya kondisi lingkungan hidup yang sangat parah bahkan di beberapa
tempat sudah melebihi batas sehingga menyebabkan terjadinya bencana ekologis
yang berdampak pada lemahnya kemampuan warga dalam memenuhi kebutuhan
dasar. Eksploitasi tambang, hutan tanpa prosedur dan proses yang benar banyak
di izinkan tanpa melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

52
Alfitra,.2014…..Ibid., hlm.37-40.

28 | P a g e
dan persyaratan lain sebelumnya—semua ini dimungkinkan karena ada uang
sogok dan suap bagi pemberi izin. Hasilnya juga tidak masuk ke kas negara
karena sudah di gunakan untuk membayar "jatah" oknum-oknum pejabat53;
7) Dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamanan negara. Secara umum,
dampak korupsi terhadap pertahanan dan keamana negara berupa: kekerasan di
masyarakat semakin meningkat, lemahnya pertahanan negara di garis batas,
melemahnya (Alat Utama Sistem Pertahanan dan Keamanan (Alutsista) dan
Sumber Daya Tentara Nasional Indonesia. Di bidang pertahanan dan keamanan
negara inilah muara dari seluruh elemen yang terjadi di suatu negara. Begitu
juga dengan berbagai dampak korupsi yang terjadi yang pada akhirnya terjadi di
suatu negara—yang pada akhirnya juga berdampak pada ketahanan dan
kemanana nasional suatu negara. Lemahnya sistem pertahanan dan keamanan
nasional dapat memiskinkan rakyat. Dalam kondisi yangs serba rapuh, bisa saja
rakyat kehilangan arah hingga mengalami berbagai hal sebagai akibat korupsi
yang terus menerus melanda, seperti:
a. Krisis identitas diri, yang menganggap diri sendiri tidak memiliki arti;
b. Krisis bela negara;
c. Masyarakat mudah terintervensi oleh pihak-pihak yang ingin
menjatuhkan kredibilitas pemerintah;
d. Rakyat semakin miskin;
e. Ketegangan sering terjadi di daerah perbatasan;
f. Eksploitasi penduduk semaikin besar;
g. Kurangnya rasa cinta tanah air .

8) Dampak korupsi terhadap pelayanan kesehatan. Menurut hasil riset Indonesian


Corruption Watch (ICW) tahun 2008, kasus korupsi di bidang kesehatan yang
diusut hanya mampu menyeret kasus dan pelaku pada tingkat middle lower,
seperti Kadinkes dan Direktur Rumah Sakit. Sementara itu kasus korupsi tingkat
middle upper, seperti yang berpotensial melibatkan pejabat di Kementerian
Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta anggota DPR
masih belum satupun diusut. Padahal korupsi di tingkat ini memiliki dampak
yang besar bagi kualitas layanan kesehatan dan akses masyarakat terhadap
layanan kesehatan. Adapun korupsi di bidang pelayanan kesehatan, antara lain
sebagai berikut:
a. Tingginya biaya kesehatan;
b. Pelayanan masyarakat terhambat;
c. Teknologi kesehatan kurang memadai;
d. Masyarakat ekonomi menengah ke bawah akan terlantar;
e. Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi.54

9) Dampak korupsi terhadap birokrasi. Birokrasi pemerintahan Indonesia terus


berupaya dalam menciptakan pemerintahan yang bersih untuk memberantas
53
Dampak Korupsi di Indonesia,….Ibid,.diakses tanggal 12 Oktober 2017
54
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.48-49.

29 | P a g e
korupsi di kalangan birokrasi. Muncul pertanyaan, mengapa korupsi lekat
dengan birokrasi? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu saja kembali kepada
kekuasaan dan kewenangan pejabat. Salah satu faktor pendorong seseorang
melakukan korupsi adalah posisi dominan dalam birokrasi dalam pengadaan
barang, jasa dan lapangan kerja serta sebagai pengatur kegiatan ekonomi.
Implikasi ini membuat masyarakat tidak bisa melakukan kontrol terhadap peran
pemerintah yang dominan dalam birokrasi. Korupsi menghambat jalannya
fungsi pemerintah, sebagai pengampu kebijakan negara. Hambatan tersebut
terjadi karena negara kurang cepat dalam mengatur alokasi, pemerataan akses
dan asset serta memperlemah stabilitas ekonomi, sosial dan politik. Perilaku
korupsi juga dapat memengaruhi pandangan negara lain terhadap suatu negara.
Negara yang angka korupsinya tinggi akan memiliki citra negatif dari negara
lain.55
10) Dampak korupsi dalam bidang politik. Korupsi juga berdampak pada kehidupan
politik. Praktik korupsi tentu saja mengganngu sistem politik. Rakyat cenderung
akan meragukan citra kerja dan kredibilitas lembaga yang diduga terkait dengan
tindakan korupsi. Bagaimana tidak, koruptor selalu santer terdengar berasal dari
partai politik. Seperti pembajak, korupsi telah menyandera pemerintah. Dalam
perkembangannya pun terjadi plutokrasi, yaitu sistem politik yang dikuasai oleh
pemilik modal. Perusahaan-perusahaan besar pun tidak terlepas dari sangkut
paut partai yang ada di perpolitikan negeri ini. Kondisi perpolitikan yang carut
marut semacam inilah yang dimanfaatkan oleh para elektabilitas partai untuk
mengggiring masyarakat memilih pemimpin yang korup. Misalnya, konstituen
yang didapatkan karena adanya suap yang diberikan oleh calon-calon pemimpin-
pemimpin partai, bukan karena simpati atau percaya terhadap kemampuan dan
kepemimpinannya. Lalu yang akan terjadi pada wajah perpolitikan adalah
sebagai berikut:
 Kredibilitas pemerintah atas partai politik diragukan oleh masyarakat;
 Kinerja politik akan menjadi terganggu;
 Konflik kepentingan partai semakin merajalela;
 Melahirkan pemimpin-pemimpin yang korup.

11) Dampak korupsi terhadap penegakan hukum (law enforcement). Lemahnya


penegakan hukum membuat orang semakin berani melakukan tindakan korupsi.
Hukuman yang diperoleh masih tergolong ringan dibandingkan nilai dan akibat
dari perolehan korupsi. Dampak korupsi terhadap penegakan hukum antara lain:
adanya upaya pelemahan terhadap institusi penegak hukum (misalnya terhadap
KPK), rusaknya moral dan integritas aparat penegak hukum, hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap institusi hukum, dan semakin tersisihnya
masyarakat kecil di mata hukum.

55
Chatrina Darul Rosikah & Dessy Marliani Listianingsih.,Op Cit.,hlm.50-51.

30 | P a g e
31 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai