l
Rifyal Ka'bah
Abstrak
This article explains on corruption phenomenon in many approaches to
solve and also here be initiated elaborations regarding the definitions of
corruption as the systematic descriptions. Two recent's cases are both
tactical jimds of General Election Comission (KPU) and Dana Abadi Umat
(people 's escrow fimds) at Department of Religious Affairs. The author
suggested that law enforcement is as way 0111 /0 eliminate through corruption
practice in Indonesia. It does embark on law enforcement's thought which
recogni:es reward and punishment methods on both sides behaviour applied.
Alerted also here on the generol principle oj'preslime innocence which alight
/0 apply in corruption case's
I. Pendahuluan
I P~nuli s adalah Slat' Pcngnjar tidak tetap Program r()scas<l~j ana Ilmu Ilukulll
Fakuhas l-Iukulll Unin:rsitas Indonc sin . dan dos~n J lukum Islam <.Ii bcrbagai pcrgurllan tinggi.
scpcrti hi.llnya di LJ nin:rsilas Yarsi Jnkart~l. UL Unisha. Universitas Hamkn. Jan ]'lin-lain.
Bdiau atb lah ,1JUIllI1US lAIN imam l3onjol Padang (1973). Univ ~r:->ita s AI-A.dmr Ciliro Ml..!sir
(1976) . dan magi:->tcr (MA) lulusan S!udi I slam di Dcpartlll~1l1 or So.:ial SCi\.'!K~S Kairu dan
Doktor Ilmu Il ukll!1l diraihnya dari Program Pascasarjana UI Jakarta.
78 ./1//'111/1 HI/klilll dUll PC!lIlhallglilll/1I Tuillill Kc-J7 No. l.lalll/uri-Marel :lOO;
sopan -S3Il tUJ1 , telah hidup bak binatang buas di hutan balantara yang hany-a
illgin se lam at selldiri?
Budaya sebagai hasil lIsaha m31111sia yang sada!" selahl dibuclayakan
dari gellerasi ke generasi. Pembudayaan terseb ut biasanya d ilakukan melalui
pendidikan formal dan non formal, dari guru ke murid. dari orang tlIa ke
anak-cucu, dari tokoh ke khalayak ramai, dan seterllsnya. Bila benar, korllpsi
telah menjadi buda)'a bangsa Indonesia, maka berarti pembudayaan korupsi
sedang beljalan dalam masyarakat. Untuk mengllji kebe naran "teori"
Mukhtar Lubis ini memeriukall dllkllngan data lapa ngan. dari praktek yang
berlaku di tengah masyarakat Indo nesia pada waktu ini.
A. Pengertian Korupsi
B. Kenapa Korupsi
3Hendry Campbelll3lack. Black's Law DiclionOlY (St. Paul. Minn.: West Publishing
Co .. 11th reprint. 1997). him. 345.
Korllpsi di Indones ia, Ku 'hall
Permasalahan korupsi dapat kita lihat dari dua sumber korupsi yang
menarik perhatian publik akhir-akhir ini. Pertama adalah sek itar dana taktis
Komisi Pemilihan Umum KPU). dan kedua adalah dana abadi ummat (DAU)
di Departemen Agama.
Dana taktis tidak hanya ada di KPU. Dapat dikatakan bahwa hampir
semua badan resmi negara dan kantor-kantor pemerintah mempunyai dana
taktis dari sumber yang tidak sama. Dana taktis biasanya berasa l dari sebuah
kebijakan da ri sebuah badan atau kantor yang sllmber dan penggunaannya
hanya diketahui oleh para pentinggi di badan atau kantor tersebut. Dari
kasus-kasus korupsi KPU yang sedang diungkap sekarang, dana tersebut
berasal dari rekanan KPU yang berhubungan dengan perlengkapan pemilu
seperti pencetakan kartu suara, pembuatan kotak suara, pembelian tinta, jasa
transportasi, pembelian alat-alat elektronik se perti komputer, telefon, telefon
genggam, kendaraan dan lain-la in. Dana taktis dalam kasus KPU melibatkan
make-up harga. kwitansi fiktif, tender fiktif, ko lusi, sogokan kepada
lembaga-Iembaga terkait seperti DPR, KPK dan lain-lain.
Jadi pada kasus KPU , dana taktis berhubungan dengan pengadaan
barang. Dcngan demikian, salah satu pintu pengungkapan kasus korupsi
dapat dimulai dari masalah pengadaan barang di badan -badan resmi dan
kantor-kantor pemerintahan ya ng ada. Semua badan resmi dan kantor
pemerintahan mcmpunyai proyek pengadaan barang-barang set iap tahun dari
anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Kaslis pengadaan barang di KPU
adalah korupsi bani yang UI11UJ11nya dilakukan oleh ora ng-orang "'yang belulll
berpengalaman" karena mereka bukan berasal dari dunia birokrat seh ingga
lebih mudah tersingkap. Kasus pengadaan banll1g di badan dan kantor lain
mungkin Icbih s ulit terungkap karena dilakuka n ole h birokrat yang s ud ah
berpellgalaman bertahaUIl-lahull dalam proyek pengadaan barallg se perti ini
sehingga kemungkinan kejahatan yang dilakukan lebih rapih.
KorujJsi pada DAU berhubungan dengan kelebihan ongkos naik haji
yang disetor o leh calo n haji setiap tahun. Dari ONH yang ditetapkan
pemerintah setiap orang haji dalam prakteknya tidak semuanya terpakai. Haji
itll se ndiri dalam ist ilah agama adalah "tijaralan Ian tabura" (dagang yang
tidak pernah rugi). Pada zaman Tarmizi Tahir menjadi Menteri Agama
pernah terungkap o lch beliau bahwa sisa ONH tersebut sering mencapa i 50
milyar rupiah. Di negara telangga Malaysia, ONH diurlls o lch badan yang
disebut Tabung Haji. Sesuai namanya. dana tersebut adalah tabungan orang
haji dan bila ON H yang rea l kurallg dari yang mercka tabung, maka sisanya
kembali kepada orang haji yang bersangkutan berupa investasi alas nama
dirinya. Di zaman lampau. sebe lum adanya PP tentang DAU, pcnggunaan
f\orllpsi di Indol1C!sia. Ka '/Jah 81
dana orang haji Indonesia scmllanya tcrserah kepada Menteri Agama dan
Pemerintah. Konon kabarnya sisa dana ha.ii sering pula digunakan un\uk
mendllkllng kebijakan Pemerintah, mcmen<lngkan Golkar dalam pcmilu dan
lain-lain. Selama itu tidak ada pertanggllngjawaban penggunaannya kepada
jama'ah haji Indonesia sebagai pemilik dana.
Haji sebagai ibadah aga ma mendapatkan pahala sorga di akhirat, telapi
, sebagai bisnis yang menghasilkan liang kepada banyak orang di lin gkllllgan
Depag telah memberikan pahala dllnia kepada orang-orang lerlcnlu. Bila
bisnis ini dilakukan secm·a legal dan halal, tentu juga akan mendapalkan
pahala akhirat, tetapi belajar dari kasus KPU, susah dapat diyak ini bahwa
semuanya berjalan legal dan halal. Sebagai bisnis, haji melibatkan berbagai
proyek pengadaan barang dan alai se perti alat transportasi, akol11odasi,
kosumsi/katering, seragam, pakaian ihram dan lain-lain. Bila pendekatan
dana taktis dan pengadaan barang-barang di KPU juga diterapkan, maka bisa
jadi akan tersingkat berbagai kasus make-up, kolllSi, kwitansi fiktif, tender
fiktif, manipulasi dan lain-lain. Ini tentu di samping penyalahgunaan DAU
yang sekarang sed ang diperiksa oleh pihak terkait dan sebagiannya telah
ditetapkan sebagai tersangka dan dijatuhi vonis pengadilan.
Menarik dalam dua s umber korupsi ini karena keduanya melibatkan
pejabat dan pegawai pemerintah yang menjadi harapan rakyat. Pada kasus
KPU terdapat aktivis LSM dan kaum akademisi yang sebe lu mnya tidak
pe rnah dipertanyakan integritas kepribad ian mereka. Pada kasus DAU adalah
pejabat dan pegawai pemerintah yang menangani masalah agama yang dulu
pada masa Meneri Agama Mukti Ali disebut sebagai teknograt langit. Ibarat
langit yang mel indungi bumi dan memberi rezki dan kesegaran kepada
seluruh penduduk, maka para pejabat dan pegawai negeri di departemen ini
sebenarnya diharapkan rakyat akan menjadi suluh masyarakat dalam
penegakan ma'ruf dan pencegahan kemungkaran. Dengan kasus DAU, maka
harapan tersebut menjadi pudar di mata masyarakat.
Dari dua sumber korupsi ini , dapat diambil kesimpulan bahwa
integritas ilmiah dan pengetahuan agama serta mengurus urusan agama saja
tidak cukup untuk mencegah korupsi.
·1 Rilyal Ka·hah . "Penga\\asan Masyarakat"·. /JII/din DaHwoh. No. 08 TIm XXX II.
25 Februari 2005.
Karl/psi di Indonesia, Ka 'bah 83
'Philip Nicholls and Alan Sillitoe (eds.), Collins Die/anary of Sociology (Glasgow:
Harper Collins Publisher. 1995). him. 606.
8-1 JlIrnal HlIkllm dan Pembangunan Tahun Ke-37 No. I Januari-Maret 2007
Sungguhpun demikian, tidak ada perjal ana n ya ng terlalu panjang untuk suatu
cita-cita dan sebuah bangsa yang besar. Perjalanan beribu-ribll mi l se lalu
dimulai dari langkah penama.
V. Pendidikan Ketaqwaan 6
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa se lalLl merupakan sa lah satu
sya rat yang ditetapkan o leh undang-undang negara di Indonesia lIntuk
menjadi pejabat negara, pejabat tinggi atau pegawai negeri biasa, ba ik sipi l
maupun mi liter. Secara formal dapat d ikatakan bahwa tidak ada pejabat yang
dapat diangkat sebagai pejabat bila tidak memenuh i syarat taqwa.
Ini, misalnya, dapat dilihat dari UU No. 23 /2003 tentang Pemil ih an
Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pasa l 6a); UU No. 12 /2003 tentang
Pemil ih an Umum Anggota OPR, OPO, dan OPRD (Pasal 60b); UU No.
12004 tentang Mahkamah Agung (Pasal 7b); UU No. 2004 tentang
Kejaksaan; UU No. 2004 tentang Kepoli s ian Negara (Pasal 2b) dan lain-lain.
Penjelasan berbagai undang-undang di atas menyatakan bahwa: "Yang
dimaksud dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah da lam arti
taat menjalankan kewaj iban agamanya."
Oapat dipahami dari penjelasan ini bahwa pejabat negara yang tidak
me njalankan kewajiban agama yang ia anut tidak cukup syarat untuk pejabat
negara.
Memperhatikan sejarah perundang-u ndangan Indonesia, dapat
dipastikan bahwa kata taqwa masuk ke dalam ba hasa perundang-undangan
pada awa l pemerintahan Orde Baru sete lah kegagalan kaum komunis dalam
perebutan kekuasaan berdarah pad a tanggal I Oktober 1965. Begitu
khawatirnya pembuat undang-undan g Indonesia pad a waktu itu terhadap
bahaya ajaran komunisme atheisme yang anti agama bagi keselamatan
bangsa di masa di depan, maka setiap pejabat dan setiap warga negara
diharuskan memiliki sifat taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Taqwa
secara bahasa alltara lai n be rarti "takut" dan '"mawas diri", Seorallg yang
bertaqwa akan se lalu menjaga dirinya dari segala perbuatan yang dilarang
Tuhan. Sikap mawas diri tersebut merupakan pancaran rasa takutnya kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Sungguhpun demikiran, dari berbagai tingkah laku tidak terpuji
berbagai pejabat negara yang dilaporkan oleh media massa, terutama akhir-
6 Rifyal Ka'bah, "Pejabat Yang Bertaqwa", Bille/in DaJ.."1Vah, No, 18 Thn, XXXII .
06 Mei 2005.
86 Jurnal fillkuIII dan Pembangllnan TahzlIl Ke-37 No. I Januari-Marel 2007
akhir ini , sebenarnya banyak para pejabat negara yang tidak memahami kata
itu, atau kalaupun memahaminya, tetapi telah melanggarnya dengan sengaja
karena ketiadaan takut kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pengertian taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah dalam konteks
ajaran Islam dan tidak mungkin dalam konteks agama lain . Pemahaman
seperti ini juga pernah ditegaskan oleh beberapa o rang penandatangan
Piagam Jakarta dari kalangan ulama. Piagam Jakarta tidak lain adalah
Pembukaan UUD 1945 tanpa tujuh kata yang kemudian dihilangkan tanpa
alasan yang jelas. Tuhan Yang Maha Esa adalah inti kalimat tauhid bahwa
tidak ada Tuhan yang patut disembah dan diperhatikan suruhan serta
larangan-Nya kecuali Allah Yang Esa, yang tidak pernah menjadi anak atau
beranak.
Taqwa berasal dari bahasa Arab dan menjadi salah satu istilah al-
Qur'an. Banyak penjelasan tentang pengertian taqwa dalam a l-Qu r' an dan
as-Sunnah. Sebagai contoh, dalam ayat nomor 2 surah a l-Baqarah. orang
bertaqwa dijelaskan dalam ayat 3, 4 dan 5.
Dalam ayat-ayat ini, paling tidak ada lima cir i orang bertaqwa.
Pertama ada lah beriman atau meyakini soa l-soa l gha ib dalam agama seperti
su rga, neraka, malakat, jin, iblis, alam kubur, dan lain-l ain. Kedua adalah
mengerjakan shalat, terutama s halat wajib lima wak!u dan sha lat Jum'at bagi
kaum pria. Ketiga adalah menggunakan rezki pemberian Allah menurut yang
la kehendaki. Misalnya ada lah penggunaannya untuk keperIuan zakat,
sedekah, su mbangan, pembiayaan keluarga dan lain-lain. Keempat adalah
meyakini wahyu ya ng diturunkan kepada Nabi Muhammad dan nabi-nabi
berdahulu sebagai wahyu Allah. Kelima adalah keyakinan akan adanya hari
akhirat.
Sebagai contoh, dari ciri orang bertaqwa nomor dua, yak ni
melaksanakan shala!. Kita mendengar dan mengetahui banyak pejabat
beragama Is lam yang tidak s hala!. Malah konon kabarnya seorang Presiden
yang ahli agama di masa lalu tidak melakukan shalat-shalat wajib secara
teratur. Memang pada waktu ini cukup banyak para pejabat kita yang terlihat
melakukan shalat di tempat-tempat peribadatan umum, tetapi jumlah yang
tidak shalat juga cukup banyak. Ini, mi salnya, dapat kita lihat di kota-kota
besar Indones ia di mana banyak pejabat mus lim ya ng masih tetap berada di
kantor pemerintah atau berkeliaran dengan mobil di luar kantor pada setiap
hari Jum 'at.
Contoh lain adalah c iri nomor empa!, ya itu keyakinan terhadap wahyu
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan nabi-nabi terdahulu seperti
tercantlilTI dalam salah satll rukun iman. Hari ini banyak orang Illuslim ya ng
mempertanyakan kebenaran a l-Qur 'an sebagai wahyu iangsung dari Allah
kepada Nabi Muhammad dan kebenaran as-Sunnah sebaga i wa hyu tidak
Korupsi di Indonesia, Ku 'huh 87
VI. Penutup
Daftar Pustakn