Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Korupsi merupakan tindak kejahatan yang harus dibasmi karena dapat merugikan negara.
Mengapa demikian? Dengan melakukan korupsi, keuangan negara akan semakin berkurang dan
negara akan rugi. Itulah yang menjadi alasan saya mengapa memilih tema korupsi pada tugas
pembuatan karya tulis ini. Saya akan membahas seluk beluk tentang korupsi dengan maksud
menyindir para koruptor – koruptor yang kurang mempunyai rasa kemanusiaan. Tidak bisakah ia
mendahulukan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi? Jika semua ini terus berlanjut,
negara kita akan mengalami kemunduran. Apalagi ekonomi di Indonesia sangat jauh tertinggal
dari negara lain. Untuk itu marilah kita pelajari hal – hal yang berkaitan dengan korupsi serta
hukum.
Merebaknya korupsi dimana – mana merupakan fakta yang sudah jelas terbukti. Indonesia
merupakan negara ter-korup ketiga di dunia. Coba kita renungkan. Mengapa demikian?
Pembangunan di Negara Indonesia sangatlah kurang. Namun, mereka – mereka yang dipercaya
oleh rakyat untuk membangun negeri ini justru malah melakukan korupsi. Sungguh benar – benar
biadab. Memang saya sengaja mengkritik tajam para koruptor yang sangat merugikan Negara kita
ini. Bagaimana jadinya Indonesia nanti? Bahkan korupsi tidak hanya dilakukan oleh para pejabat
negara saja. Tetapi juga terjadi di perusahaan – perusahaan. Ada kalanya rakyat kecil juga
melakukan korupsi. Coba kita introspeksi pada diri kita sendiri. Apakah jiwa korupsi juga hidup
di dalam diri kita?
Mungkin, pada saat kita disuruh orang tua kita untuk membelanjakan uang yang ia berikan
pada kita. Harga totalnya kita bilang lebih dari yang sebenarnya, dan kembaliannya kita ambil. Itu
sama saja dengan korupsi. Hindarilah hal – hal semacam itu. Jika semua generasi muda bangsa ini
melakukan hal yang sama yakni korupsi, hancurlah bangsa kita nanti. Untuk itu, korupsi di negara
kita harus diberantas. Dan keadilan di negara kita harus ditegakkan. Serta para koruptor harus
mendapatkan hukuman yang berat.

1
B. Perumusan Masalah
Dalam penyelesaian karya tulis ini, metode yang digunakan oleh penulis adalah metode
kajian pustaka. Dengan perumusan sebagai berikut :
Berisi tentang segala yang berkaitan dengan korupsi dan hukum yang diuraikan secara urut dan
detail, yang telah dicoba untuk dianalisa oleh penulis mengenai hal tersebut. Disini akan dijelaskan
mulai dari pengertian korupsi, hubungan hukum dengan korupsi, sampai usaha pemberantasan
korupsi yang diterapkan di negara kita serta Contoh dari Kasus Korupsi itu sendiri.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan ini adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengetahui Pengertian Korupsi
b. Untuk mengetahui Faktor penyebab Korupsi
c. Untuk memahami salah contoh Kasus Korupsi yang ada di Indonesia..

2
BAB II
Landasan Teori

A. KORUPSI

Korupsi ( bahasa latin: courruptio dari kata kerja corrumpere, yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik,
baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.

Pada umumnya, korupsi adalah “benalu sosial” yang merusak struktur pemerintahan, dan
menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan negara. Selain itu,
Korupsi merupakan bagian dari gejala sosial yang masuk dalam klasifikasi menyimpang
(negative), karena merupakan suatu aksi tindak dan perilaku sosial yang merugikan individu lain
dalam masyarakat, menghilangkan kesepakatan bersama yang berdasar pada keadilan, serta
pembunuhan karakter terhadap individu itu sendiri. Makna korupsi, sebagai suatu tindakan amoral,
tidak memihak kepentingan bersama (egois), mengabaikan etika, melanggar aturan hukum, dan
terlebih melanggar aturan agama.

B. KOLUSI

Kolusi adalah suatu kerja sama melawan hukum antar penyelenggara negara atau antara
penyelenggara negara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau Negara.
Dan nepotisme adalah tindakan atau perbuatan yang menguntungkan kepentingan keluarganya
atau kroninya diatas kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara.

Di dalam bidang studi ekonomi, kolusi terjadi di dalam satu bidang industri disaat beberapa
perusahaan saingan bekerja sama untuk kepentingan mereka bersama. Kolusi paling sering terjadi
dalam satu bentuk pasar oligopoli, dimana keputusan beberapa perusahaan untuk bekerja sama,
dapat secara signifikan mempengaruhi pasar secara keseluruhan.

Kartel adalah kasus khusus dari kolusi berlebihan, yang juga dikenal sebagai kolusi
tersembunyi. Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan

3
secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang diwarnai dengan pemberian
uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi lancer.

C. NEPOTISME

Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya
bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks derogatori.
Sebagai contoh, kalau seorang manajer mengangkat atau menaikan jabatan seorang saudara,
bukannya seseorang yang lebih berkualifikasi namun bukan saudara, manajer tersebut akan
bersalah karena nepotisme. Pakar-pakar biologi telah mengisyaratkan bahwa tendensi terhadap
nepotisme adalah berdasarkan naluri, sebagai salah satu bentuk dari pemilihan saudara. Kata
nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang berarti “keponakan” atau “cucu”.

Korupsi, kolusi, dan nepotisme, disingkat KKN, telah mengakar dalam sendi- sendi
kehidupan bangsa Indonesia. Seakan ketiga hal tersebut merupakan bagian dari adat istiadat
mereka dan sudah biasa terjadi. Ironinya, bahkan telah muncul stigma yang menyatakan bahwa
KKN merupakan salah satu dari sekian pilihan menuju hidup lebih baik tanpa memperdulikan
akibatnya bagi orang lain.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya Indonesia termasuk negara yang cukup kaya.
Penghasilannya pun cukup melimpah. Hanya saja uang tersebut sebagian diserap oleh keegoisan
para pelaku tindak KKN. Alhasil mereka dapat memperkaya diri sedangkan rakyat menderita.
Diasumsikan seorang koruptor mengkorupsi uang senilai 1 milyar rupiah. Apabila saat itu
ia tidak jadi mengkorupsi uang, tentu saja uang itu akan lebih bermanfaat lagi untuk kesejahteraan
rakyat. Uang tersebut dapat digunakan untuk menggaji pegawai-pegawai negeri, memperbaiki
jalan yang rusak, atau untuk kepentingan bersama lainnya. Itu baru 1 milyar yang dikorupsi satu
koruptor.Padahal biasanya koruptor kelas teri sekalipun bisa menggaet uang sebesar puluhan
milyar rupiah. Dan jumlah koruptor lebih dari satu, bahkan banyak.
Belum ditambah dengan koruptor kelas kakap dan koruptor yang cuma ikut-ikut dapat
kucuran. Menimbang dari itu, dapat disimpulkan bahwa peberantasan KKN sangatlah penting.
Tanpa KKN Indonesia bisa menjadi negara yang kaya, makmur, dan sejahtera.Sebenarnya,
kesadaran bangsa Indonesia akan dampak negatif dari KKN sudah ada. Namun kesadaran dan
kemauan untuk menghapuskannya hanya dimiliki golongan minoritas saja sedangkan mayoritas
merasa baik-baik saja dengan berlangsungnya praktik KKN. Bahkan diantaranya ada pula yang

4
menginginkan dipertahankannya budaya KKN karena dapat memberikan beberapa keuntungan
dan keistimewaan.
Keuntungan dan keistimewaan tersebut diantaranya adalah kemudahan memperoleh
jabatan sesuai keinginan asalkan memiliki ataupun dapat membuat koneksi dengan orang dalam
(orang yang bersangkutan) atau memiliki modal untuk menyuap. Selain itu, masih banyak lagi
keuntungan bagi pelaku KKN (setidaknya menurut mereka KKN menguntungkan selama tidak
ketahuan).
Banyak cara telah diupayakan pemerintah untuk memberantas praktik KKN di Indonesia.
Akan tetapi masih saja KKN merajalela di negeri ini. Sebab pada akhirnya semua usaha tersebut
bergantung pada moral, mental, dan tingkat kesadaran masing-masing individu sedangkan keadaan
moral, mental, dan kesadaran bangsa Indonesia berada pada tingkat mengkhawatirkan.
Untuk mengoptimalkan usaha pemberantasan KKN, terlebih dulu harus diupayakan usaha-usaha
untuk memperbaiki moral dan mental serta mendongkrak kesadaran masyarakat terutama generasi
muda akan dampak negatif KKN juga kemauan dan kesadaran untuk beralih dari budaya KKN.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan pembelajaran dan penyusunan makalah mengenai
KKN dan implementasinya. Setelah itu, akan muncul upaya mempelajari seluk-beluk KKN
termasuk upaya-upaya penghapusannya. Melalui proses tersebut, diharapkan akan muncul
kesadaran serta terbentuk pribadi dengan moral dan mental yang baik.

5
BAB III
PEMBAHASAN

DAMPAK KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME ( KKN )

A. DAMPAK KORUPSI

Apapun alasannya, korupsi merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan dilihat dari
aspek manapun. Banyak kepentingan publik yang terbengkalai, juga kerugian negara yang sangat
besar akibat dari korupsi itu sendiri. Selain itu, korupsi juga memberikan dampak negatif di
berbagai bidang yang meliputi

 Bidang Demokrasi
Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di bidang demokrasi. Bagi Anda
yang pernah menjadi Dewan Pemilih Tetap (DPT) saat pesta demokrasi (pemilu) berlangsung
pasti pernah mengetahui yang disebut “serangan fajar”. Sejumlah calon tetentu memberikan
imbalan uang bagi siapa saja yang memilihnya saat pemilu, sehingga ia terpilih menduduki
jabatan tertentu. Pemberian imbalan uang tersebut sifatnya adalah sogokan. Beberapa memang
tidak memberikan uang untuk melancarkan jalannya menduduki suatu jabatan, namun ia
memberikan barang tertentu kepada masyarakat. Apapun bentuk sogokan yang diberikan
tersebut adalah salah satu bentuk korupsi. Sayangnya, masyarakat Indonesia kebanyakan tidak
cukup cerdas untuk memikirkan dampak jangka panjang jika mereka menerima sogokan
tersebut.

Saya contohkan sebuah kasus ringan yang sangat sering terjadi saat pemilu. Ada 2 orang
dari daerah yang sama yang mencalonkan diri mejadi anggota DPR. Sebut saja A dan B. Si A
memiliki kepribadian pemimpin yang baik, mampu mengayomi, memberikan bantuan untuk
kasus-kasus sosial yang terjadi di lingkungannya. Saat detik-detik menjelang berlangsungnya
pemilu, si A menggunakan cara yang jujur, sedangkan si B memberikan uang kepada para calon
pemilih agar ia terpilih menduduki kursi DPR. Karena para pemilih yang memilih sogokan dan
juga tidak memikirkan dampak panjang, akibatnya si B yang justru terpilih menduduki kursi
DPR, padahal dari segi kemampuan, si A lebih kompeten dibanding si B. Itulah salah satu

6
contoh dampak korupsi bagi berjalannya demokrasi di Indonesia. Maka jangan salah jika ada
semboyan “Jadilah masyarakat yang baik jika menginginkan pemimpin yang baik”.

 Bidang Ekonomi

Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat ekonomi negara tersebut. Dan
penelitian juga telah membuktikan, makin maju suatu negara biasanya diikuti dengan makin
rendahnya tingkat korupsu negara tersebut. Korupsi memang biasa terjadi di negara-negara
berkembang. Maka tidak heran pula, jika negara-negara berkembang memiliki perekonomian yang
tidak baik dan relatif tidak stabil. Bahkan pada beberapa kasus, sering ditemukan perusahaan-
perusahaan yang memiliki koneksi dengan pejabat mampu bertahan dan dilindungi dari segala
macam persaingan. Akibatnya, perusahaan-perusahaan yang tidak efisien bertahan dan justru
merugikan perekonomian negara.

Para ahli ekonomi juga menyebutkan bahwa buruknya perekonomian di negara-negara Afrika
ternyata disebabkan oleh tingginya tingkat korupsi negara tersebut. Para pejabat yang korup,
menyimpan uang mereka di berbagai bank di luar negeri. Bahkan ada data yang menyebutkan
bahwa besarnya uang simpanan hasil korupsi pejabat-pejabat Afrika yang ada di luar negeri justru
lebih besar dibandingkan hutang negaranya sendiri. Maka tidak heran jika ada beberapa negara di
benua Afrika yang sangat terbelakang tingkat ekonomi dan juga pembangunan insfrastrukturnya,
padahal jika dilihat dari kekayaan alam, mereka memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar
biasa.

 Bidang Keselamatan dan Kesehatan Manusia

Anda mungkin masih mengingat robohnya jembatan Kutai Kertanegara. Masih ada kasus-
kasus lain mengenai kerusakan fasilitas publik yang juga menimbulkan korban jiwa. Selain itu,
ada pula pekerja-pekerja fasilitas publik yang mengalami kecelakaan kerja. Ironisnya, kejadian
tersebut diakibatkan oleh korupsi. Bukan rahasia jika dana untuk membangun insfrastruktur publik
merupakan dana yang sangat besar jika dilihat dalam catatan. Nyatanya, saat dana tersebut
melewati para pejabat-pejabat pemerintahan, dana tersebut mengalami pangkas sana-sini sehingga
dalam pengerjaan insfrastruktur tersebut menjadi minim keselamatan. Hal tersebut terjadi karena
tingginya resiko yang timbul ketika korupsi tersebut memangkas dana menjadi sangat minim pada

7
akhirnya. Keselamatan para pekerja dipertaruhkan ketika berbagai bahan insfrstruktur tidak
memenuhi standar keselamatan karena minimnya dana.

 Bidang Kesejahteraan Umum

Dampak korupsi dalam bidang ekonomi lainnya adalah tidak adanya kesejahteraan umum.
Anda pasti sering memperhatikan tayangan televisi tentang pembuatan peraturan-peraturan baru
oleh pemerintah. Dan tidak jarang pula, ketika dicermati, peraturan-peraturan tersebut ternyata
justru lebih memihak pada perusahaan-perusahaan besar yang mampu memberikan keuntungan
untuk para pejabat. Akibatnya, perusahaan-perusahaan kecil dan juga industri menengah tidak
mampu bertahan dan membuat kesejahteraan masyarakat umum terganggu. Tingkat pengangguran
makin tinggi, diikuti dengan tingkat kemiskinan yang juga semakin tinggi.

 Pengikisan Budaya

Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada masyarakat umum. Bagi pelaku korupsi,
ia akan dikuasai oleh rasa tak pernah cukup. Ia akan terus-menerus melakukan upaya untuk
menguntungkan diri sendiri sehingga lambat laun ia akan menuhankan materi. Bagi masyarakat
umum, tingginya tingkat korupsi, lemahnya penegakan hukum, akan membuat masyarakat
meninggalkan budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh dari luar akan membentuk
kepribadian yang tamak, hanya peduli pada materi, dan tidak takut pada hukum.

 Terjadinya Krisis Kepercayaan

Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak adanya kepercayaan terhadap
lembaga pemerintah. Sebagai pengamat, masyarakat Indonesia saat ini sudah semakin cerdas
untuk menilai sebuah kasus. Berdasarkan pengamatan, saat ini masyarakat Indonesia tidak pernah
merasa puas dengan tindakan hukum kepada para koruptor. Banyak koruptor yang
menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak sedikit, namun hanya memperoleh hukuman
tidak seberapa. Akibatnya, rakyat tidak lagi percaya pada proses hukum yang berlaku. Tidak jarang
pula masyarakat lebih senang main hakim sendiri untuk menyelesaikan sebuah kasus. Hal tersebut
sebenarnya merupakan salah satu tanda bahwa masyarakat Indonesia sudah tidak percaya dengan

8
jalannya hukum, terutama dengan berbagai tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam
menangani kasus korupsi.

B. Bentuk-Bentuk Penyalahgunaan Korupsi

Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme,
juga penyalahgunaan yang menghubungkan sektor swasta dan pemerintahan seperti penyogokan,
pemerasan, campuran tangan, dan penipuan.

1) Penyogokan: penyogok dan penerima sogokan


Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok) dan penerima
sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup semua aspek hidup sehari-hari,
meniadakan kemungkinan untuk berniaga tanpa terlibat penyogokan.

Negara-negara yang paling sering memberikan sogokan pada umumnya tidak sama dengan negara-
negara yang paling sering menerima sogokan.

Duabelas negara yang paling kurang korupsinya, menurut survey persepsi (anggapan ttg korupsi
oleh rakyat) oleh Transparansi Internasional di tahun 2001 adalah sebagai berikut (disusun
menurut abjad): Australia, Kanada, Denmark, Finlandia, Islandia, Luxemburg, Belanda, Selandia
Baru, Norwegia, Singapura, Swedia, dan Swiss.

Menurut survei persepsi korupsi , tigabelas negara yang paling korup adalah (disusun menurut
abjad): Azerbaijan, Bangladesh, Bolivia, Kamerun, Indonesia,Irak, Kenya, Nigeria, Pakistan,
Rusia, Tanzania, Uganda, dan Ukraina.

Namun demikian, nilai dari survei tersebut masih diperdebatkan karena ini dilakukan berdasarkan
persepsi subyektif dari para peserta survei tersebut, bukan dari penghitungan langsung korupsi yg
terjadi (karena survey semacam itu juga tidak ada)

9
Sumbangan kampanye dan "uang lembek". Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan
korupsi, namun lebih sulit lagi untuk membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering banyak
ada gosip menyangkut politisi. Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk
meminta sumbangan keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat untuk bertindak
hanya demi keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, yang akhirnya menyebabkan
munculnya tuduhan korupsi politis.

2) Tuduhan korupsi sebagai alat politik


Sering terjadi di mana politisi mencari cara untuk mencoreng lawan mereka dengan tuduhan
korupsi. Di Republik Rakyat Cina, fenomena ini digunakan oleh Zhu Rongji, dan yang terakhir,
oleh Hu Jintao untuk melemahkan lawan-lawan politik mereka.

3) Mengukur korupsi
Mengukur korupsi - dalam artian statistik, untuk membandingkan beberapa negara, secara alami
adalah tidak sederhana, karena para pelakunya pada umumnya ingin bersembunyi. Transparansi
Internasional, LSM terkemuka di bidang anti korupsi, menyediakan tiga tolok ukur, yang
diterbitkan setiap tahun: Indeks Persepsi Korupsi (berdasarkan dari pendapat para ahli tentang
seberapa korup negara-negara ini); Barometer Korupsi Global (berdasarkan survei pandangan
rakyat terhadap persepsi dan pengalaman mereka dengan korupsi); dan Survei Pemberi Sogok,
yang melihat seberapa rela perusahaan-perusahaan asing memberikan sogok.

C. DAMPAK KOLUSI
 Pemborosan sumber-sumber, modal yang lari, gangguan terhadap penanaman modal,
terbuangnya keahlian, bantuan yang lenyap.
 Ketidakstabilan, revolusi sosial, pengambilan alih kekuasaan oleh militer, menimbulkan
ketimpangan sosial budaya.
 Pengurangan kemampuan aparatur pemerintah, pengurangan kapasitas administrasi,
hilangnya kewibawaan administrasi.
 Ketidakadilan di berbagai bidang.
 Penyalahgunaan kekuasaan yang menyebabkan kesengsaraan pihak lain.

10
 Ketidakselarasan antara fungsi, tujuan, dan mekanisme proses (sesuai prosedur dan
hukum) dengan praktiknya.
 Kesenjangan sosial.
 Mendapat hukuman bagi pelaku KKN.
 Pelanggaran hak-hak warga negara.
 Ketidakpercayaan rakyat pada aparat negara.
 Kesejahteraan umum Negara menjadi tergganggu.
 Demokrasi menjadi tidak lancar
 Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
 Menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.
 Sebagai akibat dampak pertama dan kedua, maka korupsi akan menghambat upaya
pengentasan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan.
 merugikan keuangan Negara dan atau perekonomian Negara.
 merangsang untuk ditiru dan menjalar di lapisan masyarakat sehingga memberikan dampak
negative

D. DAMPAK NEPOTISME
 Dampaknya secara luas adalah nepotisme ikut menjadi faktor pembentuk pragmatisme
pemikiran masyarakat. Jika orang menginginkan anak-anaknya di kemudian hari menjadi
pemimpin, maka idealismenya bukan untuk menjadi pengabdi bangsa, tetapi agar kelak
dapat menarik saudara-saudaranya ke dalam lowongan-lowongan dengan cara nepotisme
daripada harus bersaing ketat melalui prosedur.
 unsur keahlian atau kemampuan yang dimiliki, kalau nepotisme dilakukan dengan tidak
memperdulikan kualitas, maka pelakunya bisa dikategori sebagai orang yang dzalim dan
dapat merusak tatanan kehidupan, baik keluarga, masyarakat, negara, maupun agama.
 unsur kejujuran dalam menjalankan amanat, Jika nepotisme dijalankan dengan cara yang
tidak dibenarkan dalam suatu peraturan atau hukum tertentu, seperti menutup kesempatan
kepada orang lain yang sama-sama mempunyai hak, maka ia termasuk kelompok yang bisa
dikategorikan sebagai orang yang tidak jujur dan khianat terhadap amanat.
 Nepotisme dapat menimbulkan konflik loyalitas dalam organisasi, terutama bila salah
seorang anggota keluarga ditempatkan sebagai pengawas langsung di atas anggota

11
keluarga yang lain. Rekan sekerja tidak akan merasa nyaman dalam situasi seperti itu, oleh
karenanya hal seperti ini harus dihindari (Pope, 2003).

 Loyalitas yang tinggi kepada atasan sampai pada tahap tertentu mampu memberikan
perlindungan bagi karyawan dari intrik-intrik politik yang terus berlangsung (Susanto et
al, 2008). Para pegawai yang masih berkerabat ini mendapat prioritas dalam pengajuan
pengangkatan CPNS, serta mendapatkan berbagai kemudahan dalam berbagai kesempatan
pengembangan karier, seperti penugasan ke luar daerah, kepanitiaan acara-acara yang
diadakan oleh instansi (yang pastinya ada tambahan insentif), sampai keikutsertaan dalam
diklat, pelatihan dan seminar pengembangan diri. Sedangkan, pegawai yang lain jarang
atau hampir tidak pernah mendapatkan kesempatan yang sama.

 Diskriminasi dalam memperoleh kesempatan pengembangan diri dan karier berdampak


pada menurunnya motivasi dan semangat kerja, serta penurunan kinerja pegawai yang
masuk melalui jalur rekrutmen resmi. Tingkat perilaku politik yang tinggi dalam organisasi
dapat menjadi sumber stress bagi banyak karyawan. Politik kantor secara konsisten
dinyatakan sebagai stressor utama dalam organisasi. Aktivitas politik dan pergulatan
kekuasaan dapat menciptakan friksi, meningkatkan persaingan disfungsional antara
individu dan kelompok, dan meningkatkan stress (Ivancevich, Konopaske, dan Matteson,
2005).

E. UNDANG UNDANG TENTANG KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME di


INDONESIA

Peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mengatur mengenai tindak pidana


korupsi, saat ini sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya dengan dikeluarkannya UU No. 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari KKN, UU No. 31
Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No.
30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, serta terakhir dengan

12
diratifikasinya United Nations Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003) dengan UU No. 7 Tahun 2006. Menurut UU No. 31 Tahun
1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

F. CONTOH KASUS KKN DI INDONESIA


 Abdullah Puteh: korupsi APBD.

Gubernur Aceh Abdullah Puteh, yang menjadi terdakwa kasus pembelian helikopter Mi-2
Rostov buatan Rusia, dijatuhi hukuman 10 tahun penjara oleh majelis hakim Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi, dalam persidangan Senin (11/4). Putusan yang diambil kendati Puteh tidak hadir
dalam persidangan ini dua tahun lebih tinggi dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU). Selain
hukuman 10 tahun penjara, Puteh juga diharuskan membayar denda Rp 500 juta dan hukuman
subsider enam bulan penjara.

 Kasus Kuota Impor Daging Sapi

Penangkapan Ahmad Fathanah oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Januari 2013
lalu mendapat perhatian besar dari publik. Saat itu, KPK menangkap Fathanah ketika dirinya
tengah berada di sebuah kamar hotel bersama seorang perempuan muda bernama Maharani
Suciyono. Sebelumnya Fathanah dikabarkan bertemu Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
Luthfi Hasan Ishak pada pukul 12.30 di Komplek Parlemen, Senayan. Pada November 2013,
Fathanah yang didakwa gratifikasi penetapan kuota impor sapi dan pencucian uang, dijatuhi vonis
14 tahun penjara serta denda Rp1 miliar oleh Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Tak lama setelah penangkapan Ahmad Fathanah, KPK kembali mengumumkan penetapan status
tersangka terhadap Luthfi Hasan Ishak yang berujung pada pengunduran diri Luthfi dari posisi
Presiden PKS.

Ia kemudian dijatuhi vonis 16 tahun penjara karena dianggap melanggar Pasal 12 huruf a Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP.

13
 Kasus suap wisma atlet Palembang, M.Nazaruddin

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada 20 April 2012 menjatuhkan pidana empat tahun
sepuluh bulan penjara dan denda Rp. 200 juta kepada Nazaruddin. Vonis tersebut lebih ringan
dibandingkan tuntutan jaksa yang menuntut Nazaruddin dengan pidana penjara selama tujuh
tahun. Di persidangan, mantan bendahara umum partai Demokrat itu terbukti menerima suap Rp
4,6 miliar. Nazar juga dinilai memiliki andil membuat PT DGI menang lelang proyek senilai Rp.
191 miliar di Kementerian Pemuda dan Olahraga.

14
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai permasalahan dalam Pemberantasan KKN di Indonesia


dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

Korupsi, kolusi dan nepotisme yang terjadi Indonesia saat ini sudah dalam posisi yang
sangat parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan.

Praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak hanya dilakukan antar Penyelenggara Negara
melainkan juga antara Penyelenggara Negara dengan pihak lain yang dapat merusak sendi2
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta membahayakan eksistensi negara,
sehingga diperlukan landasan hukum untuk pencegahannya.

Good Governance merupakan suatu keharusan yang harus ditempuh dalam pelaksanaan
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam pelaksanaan pemberantasan KKN di Indonesia ditemukan beberapa masalah yakni,


Komitmen pemerintah yang kurang kuat dalam pemberantasan KKN, Penegakan hukum yang
masih lemah, Sistem Penggajian yang tidak sesuai, Sistem Pendidikan yang terimbas KKN.

Upaya Penanggulangan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

 Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansipemerintah


maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik pribadi dan milik
perusahaan atau milik negara.
 mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai negeri sesuai dengan
kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat dan pegawai saling menegakan
wibawa dan integritas jabatannya dan tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang
diberikan oleh wewenangnya.

15
 Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan
pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa mereka kaya dan melimpah,
akan tetapi mereka terhormat karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan negara.
 Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan
pandangan, penilaian dan kebijakan.
 menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk kontrol, koreksi
dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung disalahgunakan.
 hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan “sense ofbelongingness”
dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka merasaperuasahaan tersebut adalah
milik sendiri dan selalu berusaha berbuat yang terbaik.
 Meningkatkan moral dan mental diri. Memunculkan jiwa anti-KKN dalam diri dan
mempraktikkannya.
 Mempengaruhi orang lain agar memiliki kesadaran akan anti-KKN dan mempraktikkannya.
 Bekerja sama dan melakukan peran masing-masing dalam upaya pemberantasan KKN.
B. Saran
 Perlu dilakukan penyuluhan, workshop, dan pembinaan kesadaran diri akan jiwa anti-
KKN secara efektif dan efisien.
 Perlu kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan proyek penghapusan
KKN di Indonesia. Karenanya, perlu dilakukan upaya untuk menarik minat masyarakat
agar mau berpartisipasi.

Pada akhirnya pemerintah mempunyai peran penting dalam penanganan Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) ini sehingga bangsa kita bisa lebih menjadi lebih baik dan lebih maju.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://lindajuwita.blogspot.com/2011/02/tugas-mandiri-kewarganegaraan-semester.html

http://imliakawaii.blogspot.com/2012/02/makalahdampak-korupsi-bagi-masyarakat.html

http://srisetiawaty007.files.wordpress.com/2013/05/bab-i-pengantar-pendidikan-kewarganegaraan-
e2809cpemberantasan-korupsi-kolusi-dan-nepotisme-kkne2809d.pdf

http://ayatatc.blogspot.com/2014/05/tugas-makalah-pkn-tentang-dampak.html

http://jenemeks.blogspot.com/2012/10/kasus-korupsi-di-indonesia.html
http://www.tribunnews.com/nasional/2013/05/09/ada-tiga-alasan-pejabat-melakukan-
korupsi
https://tikachan.wordpress.com/korupsi/
http://masnurulhidayat.blogspot.com/2010/12/makalah-solusi-pemecahan-korupsi.html
http://infotercepatku.blogspot.com/2013/09/daftar-kasus-kasus-korupsi-di-
indonesia.html

17

Anda mungkin juga menyukai