Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DAMPAK PANDEMI COVID 19 TERHADAP FASILITAS/SARANA


KESEHATAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11

1. MUHAMMAD IHSAN YAHYA (K1A120109)


2. MUHAMMAD MUSTARI (K1A120110)
3. NADA SYFA SASYA ADELIA (K1A120111)
4. NIRMALASARI SYAMSU (K1A1201112)
5. NOVI (K1A120113)
6. NUR AN’NISA (K1A120114)
7. NUR HALIMAH FARISA (K1A120115)
8. NURFADILAH (K1A120116)
9. NURUL FITRI ROHMA (K1A120117)
10. NURUL RYDZKY FADLIAH (K1A120118)
11. RAFLI PRAYUDA (K1A120119)
12. RAHMA YULIANI ASLAM (K1A120120)

PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-Nya sehingga makalah kami dengan judul "Dampak Pandemi Covid 19
Terhadap Fasilitas/Sarana Kesehatan" dapat di selesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Kelompok dari dosen kami
Ibu Ida Mardhiah Afrini Kasman Arifin, SKM.,M.Kes pada bidang studi Non Blok Ilmu
Kesehatan Masyarakat (IKM) . Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang dampak COVID-19 yang mempengaruhi
fasilitas/sarana kesehatan selama Terjadinya pandemi.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen kami yang terhormat
Ibu Ida Mardhiah Afrini Kasman Arifin, SKM.,M.Kes selaku dosen pada Studi Non blok
Ilmu Kesehatan Masyarakat/IKM. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan. Kami juga mengucapkan terima
kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan dan
ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah
ini

Kendari, 28 September 2021

Kelompok 11

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1 Perkembangan dan Penyebaran COVID-19 di Indonesia..............................6
2.2 Dampak COVID-19 Terhadap Fasilitas Kesehatan.......................................7
2.3 Dampak dari Terbatasnya Pelayanan Kesehatan............................................8
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

COVID-19 yang saat ini sedang menjadi pandemi global, disebabkan oleh
virus SARS-CoV2, virus ini menginfeksi saluran pernapasan bagian bawah
dan menyebabkan gejala demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa
pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek,
nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman,
pembauan atau ruam kulit dan adapun laporan konfirmasi kasus yang tidak
bergejala (Kementerian Kesehatan RI, 2020b). COVID-19 menular dari
manusia ke manusia. Penularan virus dengan cepat akan berdampak terhadap
prevalensi kasus juga berkembang cepat.

Pemerintah Republik Indonesia telah melaporkan melalui SatuanTugas


(SATGAS) Penanganan COVID-19 tertanggal 19 November 2020 bahwa
terdapat 493.308 kasus terkonfirmasi dengan 15.774 kematian terkait COVID-
19 di Indonesia (SATGAS Penanganan COVID-19, 2020). Pemerintah
Indonesia telah mengeluarkan (Keputusan Presiden RI No 12 Tahun 2020
Tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran COVID-19 Sebagai
Bencana Nasional, 2020) pada tanggal 11 Maret 2020.

COVID-19 juga membunuh begitu banyak tenaga kesehatan, hingga


September 2020 sekitar 7 ribu tenaga kesehatan telah meninggal di seluruh
dunia akibat wabah (International Amnesty, 2020). Di Indonesia hingga 10
Desember 2020 sebanyak 342 tenaga kesehatan meninggal yaitu 136 perawat,
194 dokter dan 14 dokter gigi (PPNI, 2020; IDI, 2020). Tingginya tingkat
infeksi dan kematian terus bertambah setiap harinya. Hal ini mempengaruhi
berbagai sektor penting secara global.

Pandemi berdampak luas diberbagai aspek. Tidak hanya kesehatan,


pandemi juga berdampak pada sektor politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan, keamanan serta kesejahteraan masyarakat Indonesia (Respati dan
Rathomi, 2020). Sektor kesehatan terdampak signifikan akibat ketidakpastian
wabah ditambah dengan ketidaksiapan fasilitas kesehatan menjadikan sektor
ini berada dibawah tekanan yang besar (Mak et al., 2009).
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah penyebaran dan perkembangan COVID-19 di


Indonesia ?
2. Dampak pandemi covid 19 terhadap fasilitas/sarana kesehatan ?
3. Apa dampak dari terbatasnya pelayanan kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai


sejarah penyebaran dan perkembangan Covid 19 dan Bagaimana dampak pandemi
Covid 19 terhadap Fasilitas/Sarana kesehatan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan dan Penyebaran COVID-19 di Indonesia


Pada akhir tahun 2019, dunia dikejutkan oleh sebuah fakta
mengenai munculnya penyakit sangat menular yang menyerang organ
pernapasan dan mematikan di daratan Tiongkok. Kasus penyakit menular
yang terjadi pertama kali di Wuhan, Provinsi Hubei ini dengan cepat
menyebar ke seluruh Tiongkok dan seluruh dunia (WHO, 2020). Sumber
penularan diduga berasal dari hewan kelelawar tetapi ini masih belum
diketahui dengan pasti, akan tetapi kasus pertama kali dilaporkan berkaitan
dengan aktivitas pasar ikan di Wuhan yang juga menjual hewan kelelawar
(Beck & Tobin, 2020; Nishiura et al., 2020). Badan Kesehatan Dunia atau
WHO mengumumkan secara resmi pada 11 Februari 2020 bahwa penyakit
menular ini adalah Corona Virus Disease (COVID-19) yang disebabkan
oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-
CoV-2). Pada manusia, jenis coronavirus menyebabkan infeksi saluran
pernapasan seperti halnya penyakit SARS, MERS yang bersifat
mematikan, seperti halnya juga COVID-19. Virus ini dapat ditularkan dari
manusia ke manusia, dan telah menyebar luas di Tiongkok serta lebih dari
190 negara dan teritori lainnya (Susilo et al., 2020).
Dalam situasi saat ini, COVID-19 bukanlah wabah yang dapat
diabaikan. Penyebaran COVID-19 di Indonesia, Pemerintah
mengumumkan secara resmi kasus COVID-19 pertama di Indonesia pada
tanggal 2 maret 2020. Dua warga Indonesia yang positif mengatakan
bahwa melakukan kontak langsung dengan warga Negara Jepang yang
sedang berkunjung ke Indonesia. Tanggal 11 maret 2020, untuk pertama
kalinya ada kasus meninggal diakibatkan karena virus corona tersebut.
Korban yang meninggal adalah pria berusia 59 tahun warga asal solo.
Diketahui dia tertular setelah menghadiri seminar di Bogor pada bulan
Februari. Penyebaran virus corona di Indonesia ini tersebar di 34 provinsi
di Indonesia. Per hari ini, jawa timur mencatat kasus baru terbanyak di
Indonesia dengan jumlah 223 kasus, sehingga total 3.886 kasus.Dalam hal
ini, Penegakan Hukum di awal munculnya virus di Indonesia. Pemerintah
Indonesia di tinjau berdasarkan Pasal 154 Undang – Undang Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan, menyatakan Pemerintah wajib
mengumumkan bagian wilayah yang menjadi sumber terjangkitnya
penularan penyakit ke banyak masyarakat. Pemerintah wajib mengungkap
jenis dari penyakit yang penularannya menyebar dengan cepat. Fakta dari
Pemerintah dalam melindungi jaminan kesehatan masyarakat dikatakan
lamban untuk menyebarkan informasi terkait kasus yang memakan korban
banyak karena adanya virus yang sangat berbahaya ini.Sehingga dalam
Pelayanan Kesehatan yang dilakukan tenaga medis bisa dikatakan hampir
tidak mampu karena disebabkan banyaknya pasien yang dinyatakan Positif
COVID-19.
Di Indonesia penyebaran virus ini telah melalui transmisi lokal
secara signifikan atau penularan telah terjadi di dalam daerah tertentu.
Dalam rangka mengantisipasi dan mengurangi penyebaran virus serta
kasus infeksi di Indonesia, pemerintah telah mengambil salah satu
kebijakan yakni pembatasan aktivitas di ruang publik secara langsung.
Seperti pembatasan aktivitas di luar rumah, kegiatan sekolah dirumahkan,
bekerja dari rumah (work from home), serta kegiatan ibadah dilaksanakan
di rumah. Kebijakan ini merupakan bentuk implementasi dari
kekarantinaan kesehatan.

Menurut peta persebaran COVID-19 data terbaru prevalensi


perkembangan COVID-19 pada tanggal 28 September 2021 di Indonesia
pada gambar 1.1
(Gambar 1.1 Peta persebaran COVID-19 di Indonesia)

2.2 Dampak COVID-19 Terhadap Fasilitas Kesehatan

Dampak Pandemi covid-19 ini sangat berpengaruh terhadap


pengunjung yang hendak berobat ke layanan kesehatan rumah sakit karena
masyarakat banyak masyarakat berpikir jika mereka berobat/periksa ke
rumah sakit akan di diagnosis positif covid-19. Maka dari itu perlunya
diadakan promosi kesehatan via online seperti pamflet agar masyarakat
mengerti bahwa tempat pelayanan kesehatan tidak sebahaya yang
masyarakat pikirkan pada saat pandemic ini.
Selama pandemi COVID-19 sebanyak 83,9% pelayanan Kesehatan
dasar tidak bisa berjalan dengan optimal terutama Posyandu (Kemenkes,
2020). Banyak ibu hamil tidak mendapatkan pelayanan antenatal yang
memadai. Situasi ini terjadi di hampir diseluruh wilayah Indonesia. Hal ini
memberikan dampak sangat besar pada pelayanan Kesehatan masyarakat,
khususnya pada pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Saat negara menaruh perhatian besar pada upaya pemulihan sektor
ekonomi, masyarakat khususnya kelompok yang rentan justru terabaikan
dan berpotensi menimbulkan beban ekonomi yang lebih besar di masa
yang akan datang. Pelayanan fasilitas kesehatan yang terdampak pandemi,
termasuk layanan Posyandu, mengakibatkan 25 juta balita tidak
memperoleh imunisasi, suplementasi vitamin A, pemantauan tumbuh
kembang dan pelayanan rutin lainnya yang sangat diperlukan. Data
menunjukkan bahwa dalam kurun lima tahun terakhir lebih dari 15 ribu
anak Indonesia terdampak kejadian luar biasa antara lain polio, campak,
difteri, gizi buruk dan wabah lainnya yang mengakibatkan kualitas hidup
anak berkurang bahkan mengancam nyawa. Dampak pada anak ini
mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar pada keluarga, daerah
dan negara untuk jangka waktu pendek maupun panjang. Kasus anak di
Indonesia yang terinfeksi COVID-19 per 10 Agustus 2020 sudah
mencapai 3.928 anak, dan meninggal sebanyak 59 anak yang merupakan
kasus tertinggi di Asia
Kejadian COVID-19 pada ibu hamil, dampak terhadap pelayanan
pemantauan kehamilan memicu kenaikan angka kehamilan dengan
komplikasi. Jika hal ini tidak mendapatkan perhatian serius dan terjadi
dalam waktu 1 tahun, maka pengawasan terhadap ibu hamil dengan risiko
tinggi tidak dapat dilakukan dengan baik, kemungkinan terjadi kematian
ibu yang lebih tinggi dari 25% akibat kehamilan dengan hipertensi
(preeklamsia)

2.3 Dampak dari Terbatasnya Pelayanan Kesehatan

Lalu, apa dampak dari terbatasnya pelayanan kesehatan? Menurut survei


yang dilakukan oleh WHO pada 155 negara, pandemi ini menyebabkan
disrupsi dalam upaya pencegahan dan program screening publik untuk
penyakit tidak menular, termasuk hipertensi pada 53% negara, kegawatan
kardiovaskuler pada 31% negara, dan diabetes pada 49% negara. Disrupsi ini
berpotensi memperparah kesehatan masyarakat dengan kondisi medis
tertentu. Terlebih lagi, masyarakat berpenghasilan rendah dan tinggal di
daerah yang kurang terjangkau oleh fasilitas kesehatan akan semakin
kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan esensial. Tentunya hal ini
dapat secara langsung mempengaruhi kualitas hidup masyarakat.
Kondisi pelayanan kesehatan ini menjadi perhatian bagi pemerintah,
stakeholders, dan masyarakat. Banyak langkah yang telah diambil demi
mengatasi masalah ini terutama dengan mengeluarkan protokol dan regulasi-
regulasi yang bertujuan untuk memastikan bahwa pelayanan kesehatan
berkualitas tetap tersedia dan dapat diakses oleh semua. Kebijakan ini
beragam, mulai dari yang berdampak langsung seperti penguatan pelayanan
kesehatan berbasis komunitas, pemberian obat ARV secara gratis bagi ODHA
(Orang Dengan HIV/AIDS), himbauan penggunaan telemedicine, hingga
yang tidak langsung dengan memberlakukan PSBB.
Perlu dipahami bahwa PSBB yang kembali diberlakukan di ibu kota
Indonesia merupakan kebijakan rem darurat yang diambil karena
mempertimbangkan tingkat kematian dan okupasi rumah sakit yang semakin
mengkhawatirkan. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah tingginya kasus
positif di klaster kantor dan permukiman serta meningkatnya tren kasus
COVID-19 di klaster keluarga. Hal ini membuktikan bahwa setiap individu
bertanggung jawab tidak hanya atas kesehatannya sendiri, tetapi juga
kesehatan orang-orang di sekitarnya. Apabila protokol kesehatan diabaikan
oleh satu orang saja maka dampaknya akan membahayakan banyak orang,
terutama orang-orang terdekatnya. Harapannya dengan diberlakukannya
PSBB dengan pengawasan yang ketat maka tingkat kasus positif di Jakarta
akan menurun dan tuntutan pelayanan kesehatan tidak akan melampaui
kapasitas fasilitas yang tersedia.
Namun, semua kebijakan tadi tidak akan ada artinya jika tidak dipatuhi
oleh masyarakat. Sebagai garda terdepan untuk orang-orang yang kita
sayangi, salah satu kontribusi utama yang bisa kita lakukan dalam upaya
mengeradikasi pandemi ini adalah dengan berkooperasi dan patuh kepada
regulasi, protokol, dan himbauan kesehatan yang dikeluarkan oleh Kemenkes
maupun pihak berwajib lainnya. Dengan demikian, kita bisa menghambat
persebaran coronavirus dan memberikan kesempatan bagi tenaga kesehatan
juga fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengakomodasi kebutuhan
masyarakat dengan optimal.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
COVID-19 yang saat ini sedang menjadi pandemi global, disebabkan oleh virus
SARS-CoV2, virus ini menginfeksi saluran pernapasan bagian bawah dan
menyebabkan gejala demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin
mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis,
sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman, pembauan atau ruam kulit dan adapun
laporan konfirmasi kasus yang tidak bergejala (Kementerian Kesehatan RI, 2020b).
Dampak Pandemi covid-19 ini sangat berpengaruh terhadap pengunjung yang
hendak berobat ke layanan kesehatan rumah sakit karena masyarakat banyak
masyarakat berpikir jika mereka berobat/periksa ke rumah sakit akan di diagnosis
positif covid-19.
Kondisi pelayanan kesehatan ini menjadi perhatian bagi pemerintah,
stakeholders, dan masyarakat. Banyak langkah yang telah diambil demi mengatasi
masalah ini terutama dengan mengeluarkan protokol dan regulasi-regulasi yang
bertujuan untuk memastikan bahwa pelayanan kesehatan berkualitas tetap tersedia
dan dapat diakses oleh semua. Kebijakan ini beragam, mulai dari yang berdampak
langsung seperti penguatan pelayanan kesehatan berbasis komunitas, pemberian obat
ARV secara gratis bagi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), himbauan penggunaan
telemedicine, hingga yang tidak langsung dengan memberlakukan PSBB.
Namun, semua kebijakan tadi tidak akan ada artinya jika tidak dipatuhi oleh
masyarakat. Maka dari itu mari kita berupaya mengeradikasi pandemi ini dengan
berkooperasi dan patuh kepada regulasi, protokol, dan himbauan kesehatan yang
dikeluarkan oleh Kemenkes maupun pihak berwajib lainnya. Dengan demikian, kita
bisa menghambat persebaran coronavirus dan memberikan kesempatan bagi tenaga
kesehatan juga fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengakomodasi kebutuhan
masyarakat dengan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Amboro, Kian. "Kontekstualisasi Pandemi Covid-19 dalam Pembelajaran


Sejarah." Yupa: Historical Studies Journal 3.2 (2019): 90-106.
Sugeng Adji Soenarso.2020.”Survei Markplus Masyarakat Enggan Mengunjungi
Rumah Sakit Pada Saat Pandemi” Humas 2021.Tetap Aman Berobat ke Rumah
Sakit Selama Pandemi Covid-19.

Yunus, Rezki. (2020), “Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi


Penyebaran Corona Virus Covid-19”, Jurnal Sosial & Budaya UIN Syarif
aHidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai