Anda di halaman 1dari 18

PERTEMUAN 12.

PERAN METAFISIKA EKSAKTA DALAM MENCAPAI MEMANUSIAKAN MANUSIA


MENJADI MANUSIA (M.5)

Metafisika eksakta adalah: Suatu kajian dalam ilmu metafisika yang membahas masalah-
masalah metafisika yang bersifat abstrak, transenden dan ghaib keberadaannya melalui pendekatan
ilmu eksakta (fisika, kimia, matematika dll).
Hal ini disebabkan teori fisika yang banyak berkaitan dengan materi, gejala alam yang hidup
atau materi dalam lingkup ruang dan waktu dinyatakan dalam notasi matematis.
Perbedaan antara fisika dan matematika adalah: fisika berkaitan dengan materi, sedangkan
matematika berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tak selalu berhubungan dengan dunia materi.
Sehingga ruang lingkup metafisika eksakta dapat membantu dalam penggunaan untuk membahas
keseulitan yang dihadapi terhadap keberadaan sesuatu yang bersifat Metafisika (dibalik, sesudah
fisika), yaitu sesuatu yang abstrak atau ghaib.
Pencetus dan yang mempopulerkan metafisika eksakta dan sekali gus sebagai pelopornya,
adalah Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi Medan. Seorang Guru Besar dalam Ilmu Fisika,
Kimia, sekaligus pula Guru Besar dalam Bidang Ilmu Tasawuf dan Sufi. Disamping kedua guru besar
tersebut beliau juga merupakan Wali Qutub sebagai Sayidi Syeih dengan gelar yang melekat “Prof.
Dr. H. SS. Kadirun Yahya Msc”. Beliau seorang saidi syeikh yang benar-benar akhli dalam ilmu teori
dan peraktek bidang metafisika.
Dalam sebuah argumenya yang mencengangkan dunia agama beliau mengatakan “Believe in
God is no longer mere a believe but it has become to be a science’ Religion is secience of the highest
dimension”.
Kepercayaan kepada Tuhan, bukan lagi merupakan kepercayaan semata-mata, tetapi
kepercayaan telah bertukar ujud menjadi ilmiah yang setinggi-tinggi dimensinya.
Argumen yang mengagetkan duia Islam yang awam dan pantang terhadap kata ilmiah
terhadap agama, merasa elum sepenuhnya mengerti atas yang di ungkapkan beliau dalam bidang
metafisika eksakta merupakan satu-satunya di dunia yang diajarkan di universitas Pancabudi Medan.
Ayat-ayat alquran yang muhtasyabihat dapat diungkapkan maknanya yang sebenar-benarnya. Segala
aliran kebatinan yang tidak menetu dan menyesatkan yang selama ini oleh agama-agama diakui tidak
mampu membendungnya pasti akan lebur dengan sendirinya.
Dengan pendekatan formula serta rumus dalam ilmu eksakta seperti matematika, fisika, kimia
dll, membantu dan mendukung secara pasti dalam pembahasan atau uraian dan analisa bagi realitas
keberadaan sesuatu di alam meta/transenden. Kebenaran dan manfaat dari firman Tuhan ini, harus
mampu kita realisasikan setiap waktu yang diperlukan sampai hal ini terbukti, dapat merubah perilaku
kita setiap saat sudah mengaktualisasikan nilai-nilai kebaikan maka baru dapat dikatakan kita berhasil
menang sebagai manusia.
Nilai kebesaran dari suatu ilmu ialah, bila ilmu itu dapat menghasilkan dalam realitasnya
manfaat yang besar bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya. Contohnya saja seseorang
yang hanya mengetahui teori tentang llmu ketuhanan yang maha esa sebagai nilai pertama dari
Pancasila. Tanpa berlatih membuat simulasi-simulasi dalam peraktek bagaimana memaknai sikap
versi waktu dalam mempermulasikan Pancasila yang diridoi Tuhan tentulah tidak berhasil. walaupun
ia telah yakin (ilmul yakin) akan ilmu itu.
Memudahkan pemahaman ini kita ambil contoh sebuah logika seorang yang selalu ataupun
tiap hari melihat bela diri itu secara langsung, dilatih di mukanya sendiri, dipertontonkan dalam arena
adu tempur dengan macan dan ternyata pemerannya menang, dan walaupun ia sendiri barangkali telah
pula mempelajarinya dan melatihnya sendiri ilmu itu namun belum pernah bertanding dengan macan.
Maka besar sekali kemungkinannya ia pun akan kalah juga, kalau diserang macan walaupun ia telah
ilmul yakin dan ainal yakin sepenuhnya terhadap ilmu itu. Tetapi seseorang, yang telah menguasai
ilmu itu sepenuhnya dalam teori dan prakteknya, atau dalam hidupnya memang itu pulalah profesinya,
yaitu menangkap macan hidup-hidup dengan ilmu silatnya, maka barulah ilmunya itu dinamai haqqul
yakin
Perof. Dr H. Kadirun Yahya mengatakan, Menguasai ilmu bela diri sebagai senjata, sampai
pada haqqul-yakin sama sekali bukanlah sasaran dari tujuan metafisika eksakta ini bagi kita, tetapi
llmu untuk menguasai teknik BESERTA ALLAH sebagai pokok dan dasar segala ibadat, ini pastilah
wajib sekali bagi seluruh umat manusia ber agama! Karena kalau tidak dikuasainya kebesertaan
dengan ALLAH tersebut, tentulah manusia tersebut beserta dengan selain ALLAH.
Dalam pemakaian dan pemaknaan kehidupan sehari-hari metafisika eksakta diformulasikan
dengan menggunakan rumus matematis yang sederhana seperti:
+ x + = + (Mengatakan yang benar terhadap sesuatu yang benar = tindakan yang benar)
+ x - = - (Mengatakan yang benar terhadap sesuatu yang salah = tindakan yang salah)
- x - = + (Mengatakan yang salah terhadap sesuatu yang salah = tindakan yang benar)
1 x ∞ = ∞ (Ibadah yang dilakukan dengan benar beserta allah = dapat pahala dari Allah)
1 : ∞ = 0 (Dosa dibagi Ibadah yang dilakukan dengan benar beserta allah) = hapus
Kalimah yang dipakai oleh Nabi Isa disalurkannya melalui tangannya untuk mengusir Syetan,
Jin, Penyakit, Kematian dan lain-lain dengan: Rumus EVERYTHING :∞= 0
DESEASE : ∞ = 0 ; JIN. SYETAN + HANTU : ∞ = O ; dan DEATH : ∞ = 0
Dari rumus-rumus matematis yang sederhana diatas menjadikan untaian dan rangkaian
bahasa metafisika eksakta menjadi mudah, sehingga kepercayaan terhadap yang abstrak telah dapat
dipecahkan menjadi sangat ilmiah sehingga iman dan taqwa menjadi kuat. Kepercayaan dogmatik
pasti akan hilang lenyap khilafiah punakan musnah habis. Dengan metafisika eksakta dan rumusan-
rumusan yang mudah dicerna oleh generasi anak zaman melenial ini, mampu mengaflikasikan nilai
ketuhanan dari sila pertama Pancasila tersebut kepada diri masing-masing individu dengan sejelas-
jelsanya.
Sehingga dia mengenal dirinya yang sebenar-benar dirinya, dan dengan mengenal diri inilah
manusia mengenal akan Tuhannya. Degan mengenal Tuhan berarti menjadikan nilai KYME mudah
diserap dan diaflikasikan sehingga dengan sendirinya si pemeran nilai ketuhanan yang seperti inilah
yang mampu mengaflikasikan keempat nilai lain dari Pancasila tersebut.
Dengan sendirinya kesatuan paham dalam nilai-nilai KYME dapat terwujud dengan gemilang
sehingga melahirkan kesempurnaan hablum minannas dan kemurnian hablum minallah1. Dengan
tercapainya kesempurnaan hablum minannas dan hablum minallah kita dapat menjadikan sesama
manusia lebih terdidik, lebih bermartabat, lebih sukses, lebih pintar dan lebih baik hidupnya. Di situlah
baru seseorang benar-benar memperoleh ‘gelar kemanusiaannya’.
Dapat dibayangkan, bila konsep "Memanusiakan Manusia" ini kita terapkan dalam kehidupan
sehari - hari, baik dalam lingkup pertemanan ataupun di pekerjaan, akan tercipta hidup yang harmonis.
Sesama manusia saling menghargai. Tidak ada tindakan yang merendahkan, mencibir atau hal lainnya
yang membuat sakit hati dan sebagainya. Bila itu diterapkan dalam sebuah pelayanan publik, maka
pelayanan publik pun berjalan dengan baik. Memang tidak ada batasan atau ukuran pasti kita sudah
melakukan hal "Memanusiakan manusia". Tidak ada juga ukuran yang pasti kita melakukan hal yang
"Tidak Memanusiakan Manusia". Ukuran ini terkait dengan rasa perikemanusiaan yang ada dalam diri
kita. Namun ada baiknya rasa perikemanusiaan kita dipertebal akan kita semakin peduli terhadap
sesama. Kepedulian kita dalam bentuk nyata akan membawa kita ke arah tindakan "Memanusiakan
Manusia".

A. METAFISIKA EKSAKTA MAMPU MENGISI INTELEKTUAL JIWA DALAM


MENJAGA KEUTUHAN BERNEGARA
Kandungan ilmiah dalam Firman Tuhan yang mengandung unsur metafisika yang dimiliki
oleh keyakinan pemhaman ketuhanan jiwa bangsa, hendaknya menjadi tanggung jawab para ilmuawan
muslim untuk menjadikanya sebuah jawaban ilmiah, kepada mereka yang memerlukannya termasuk

1Ibid, h. 1.
seluruh anak bangsa yang berbeda agama dalam kehidupan yang diikat dengan nilai-nilai luhur
Pancasila.
Saat ini kepentingan dakwah dan seminar ilmiah harus mampu menggugah, dan merubah pola
pikir manusia dari yang belum terbuka hijabnya kepada Tuhan, untuk dapat menjadi terbuka hijabnya
kpd Tuhan, bukan untuk menghujat dan menyudutkan orang lain apalagi orang tersebut menganut
yang bukan seagama. Atau dengan kata lain metafisika harus dapat menggeser jiwa orang beriman
menjadi jiwa orang yang bertaqwa secara instan, dengan untaian bahasa yang kekinian, Dimana dalam
bahasa dakwah, kita harus mampu merangkai kata-kata agar kalimatnya menjadi sebuah bahasa yang
mendekatkan bahasa yang gaib yang metafisis menjadi bahasa ilmiah yang dapat diterima akal logika
manusia.
Dalam hal inilah Prof Dr. H. Kadirun Yahya yang merupakan suatu kajian dalam yang
membahas masalah-masalah yang dianggap khilafiah dan metafisik yang bersifat abstrak, transenden
dan gaib keberadaanya melalui pendekatan ilmu aksakta (fisika, kimia, matematika dll). Sehingga
manfaatnya dapat mengeser kemampuan manusia dari belum sadar akan agama dan etika bernegara
menjadi sadar agama dan sadar beretika negara, dari belum beriman menjadi ber iman, dan dari
beriman menjdi taqwa, dalam waktu yang relatif singkat (Ini mengingat bahwa akhir zaman ini
semuanya serba instan). Maksudnya kira-kira keinstanan timbulnya energi negative harus bisa di
imbangi dengan ke instanaan perbuatan energi positive agar dunia dapat langgeng.
Sayangnya masih ada juga orang yang menolak bidang metafisika, hal ini karena dakwah
Islam, yang mendominasi diseluruh penjuru dunia saat ini merupakan produk si'ar fiqih yang
berkembang di medsos (lihat, sekarang ini, di media sosial, sungguh luar biasa, berbondong-bondong
masyarakat Eropa masuk Islam. Walaupun zaman now ini medsos itu penuh degan berita fitnah.
Hoaks, kezoliman, dan segalahal yang sudah diluar ambang batas kepatutan). Sehingga effeknya
terjadilah perubahan-perubahan perilaku yang tak akan bisa kita tolak yang terus menerus sehingga
alam pun memperoses hukum-hukumnya secara outomatis mendatangkan pula hukum-hukum
negative juga yang sering dikatakan dengan yang merupakan bala dan mala petaka sebagai effek dari
perbuatan manusia itu sendiri. Hal ini dapat dilhat dalam Firman Tuhan Q.S. Asy-syura/42:30. Yang
artinya:
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
Untung ditengah-tengah kita ini, masih ada Aulia Allah, yang masih mau menegakkan
Kalimatullahil auliya. yang mampu menolak bala dan mala petaka tersebut. seperti yang selalu di
ungkapkan Prof. Dr. Kadirun Yahya, Lataqumus sa’atu hatta layabqa ala wajhil ardhi Maiyaqulu Alla,
Allah. Yang artinya; Tiada akan datang kiamat, kecuali tidak ad alai orang yang membaca Allah, Allah
(hadis riwayat Imam Muslim) (Tentu saja dengan metode yang tepat, kalau tak memenuhi syarat segala
sesuatu tentu tak laku, umpama, kalimat Allah yang semberono diucapkan asal, saja mana laku)
Ungkapan Prof. Dr Kadirun Yahya yang bersayap tersebut pernah terbukti dalam memenuhi
pertanyaan Presiden seperti yang diungkapkan dalam suatu dialog dengan presiden pertama RI sebagai
berikut;
Kutipan Dialog Bung Karno dengan Profesor Kadirun Yahya
Rusman Siregar
Senin, 30 Juli 2018 - 05:00 WIB
Suatu hari Presiden RI pertama Soekarno bertemu dengan seorang ahli fisika yang juga ulama
sufi, Prof Dr H Kadirun Yahya. Ada perbincangan menarik yang sarat hikmah dalam pertemuan itu.
Seperti dikutip dari Arrahmahnews,
Prof. Dr. H. Kadirun Yahya saat itu menjabat Rektor Universitas Panca Budi, Medan. Ia
bersama rombongan diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar Juli 1965) bersama Prof Ir
Brojonegoro (alm), Prof dr Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar,
Kapolri, Duta Besar Belanda.
Presiden Sukarno menyambut mereka dengan berkelakar “Wah, pagi-pagi begini saya sudah
dikepung oleh tiga profesor-profesor,” kelakar Bung Karno (panggilan akrab Presiden Soekarno)
ketika menyambut Prof Kadirun Yahya beserta rombongan. Kemudian Presiden Soekarno
mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk. “Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat
saya,” pinta presiden Soekarno kepada Prof KadirunYahya, terkesan khusus.

Foto/Istimewa
“Professor, ik horde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk
iets vragen (saya dengar tentang engkau sudah sejak 4 tahun, tapi baru sekarang aku ketemu engkau,
sebenarnya ada sesuatu yang akan aku tanyakan padamu),” kata presiden Soekarno dengan bahasa
Belanda.
“Ya, tentang apa itu Bapak Presiden?”. “Tentang sesuatu hal yang sudah kira-kira 10 tahun,
saya cari-cari jawabannya, tapi belum ketemu jawaban yang memuaskan. Saya sudah bertanya pada
semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak
memuaskan saya”. “Lantas soalnya apa bapak Presiden?”.“Saya bertanya terlebih dahulu tentang yang
lain, sebelum saya majukan pertanyaan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno.
“Baik Presiden,” kata Prof Kadirun Yahya. “Manakah yang lebih tinggi, Presiden atau
Jenderal atau Profesor dibanding dengan surga?” tanya Presiden. “Surga” jawab Prof Kadirun Yahya.
“Accord (setuju),” jawab Bung Karno. Bung Karno pun bertanya untuk soal berikutnya. “Lantas
manakah yang lebih banyak dan lebih lama pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yang tadi
dibanding dengan pangkat surga?” tanyanya.
“Untuk presiden, jenderal, profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan mengabdi
pada Negara, nusa dan bangsa atau pada ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk mendapatkan surga harus
berkorban untuk Allah segala-galanya. Berpuluh-puluh tahun terus menerus, bahkan menurut agama
Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup dan berabdi, baru barangkali dapat masuk Nirwana,”
jawab Prof Kadirun. “Accord,” kata Bung Karno.
“Nu heb ik je te pakken Professor (sekarang baru dapat kutangkap engkau Profesor),” lanjut
Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dengan senyumnya yang khas. Dan kelihatannya Bung
Karno belum ingin cepat-cepat bertanya untuk yang pokok masalah. “Saya cerita sedikit dulu” kata
Bung Karno. “Silakan Bapak Presiden”.
“Saya telah melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir
semuanya matinya jelek karena banyak dosa rupanya. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati jelek.
Maka saya selidiki Alquran dan Al-Hadis bagaimana caranya supaya dengan mudah hapus dosa saya
dan dapat ampunan dan bisa mati tersenyum.”
“Lantas saya ketemu dengan satu Hadis yang bagi saya berharga. Bunyinya kira-kira sebagai
berikut: Rasulullah SAW bersabda: Seorang wanita penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu
dengan seekor anjing dan kehausan. Wanita tadi mengambil gayung yang berisikan air dan memberi
minum anjing yang kehausan itu. Rasul lewat dan berkata: Hai para sahabatku. Lihatlah, dengan
memberi minum anjing itu, hapus dosa wanita itu dunia dan akhirat. Ia ahli surga”.
“Nah Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan surga harus berkorban segala-
galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah baru dapat masuk surga. Itupun barangkali. Sementara
sekarang seorang wanita yang berdosa dengan sedikit saja jasa, itupun pada seekor anjing pula,
dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli surga. How do you explain it Professor?” tanya Bung Karno
lanjut.
Profesor Kadirun Yahya terlihat tidak langsung menjawab. Ia hening sejenak. Lantas berdiri
dan meminta kertas. “Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we
zien (Presiden, tadi bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat), mudah-
mudahan dengan bantuan Allah dalam 2 menit saja saya coba memberikan jawabannya dan
memuaskan,” katanya.
Keduanya adalah sama-sama eksakta, Bung Karno adalah seorang insinyur dan Profesor
Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika. Di atas kertas Prof Kadirun Yahya mulai menuliskan
penjelasannya.
10/10 = 1 ;
“Ya” kata Presiden.
10/100 = 1/10 ; “Ya” kata sang Presiden.
10/1000` = 1/100 ;
“Ya” kata Presiden.
10/10.000 = 1/1000 ;
“Ya” kata Presiden.
10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
1000.000 … / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
(Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0;
“Ya” kata Presiden.
Dosa / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
Nah…” lanjut Prof,
1x∞=∞;
“Ya” kata Presiden
½x∞=∞;
“Ya” kata Presiden.
1 zarah x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
“ini artinya, sang wanita, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing
sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan yang Maha Akbar.”
“Mengikutsertakan yang Maha Besar dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya
itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa-dosanya, yang pada
saat itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh pahala yang Maha Besar itu.
1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0.
"Ziedaar hetantwoord, Presiden (Itulah dia jawabannya Presiden),” jawab Kadirun Yahya
meyakinkan. Bung Karno diam sejenak dan kemudian mengatakan “Geweldig (hebat)”.
Bung Karno pun semakin penasaran. Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan. “Bagaimana
agar dapat hubungan dengan Tuhan?” katanya.
Profesor Kadirun Yahya menjawabnya dengan lugas. “Dengan mendapatkan frekuensi-Nya.
Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan.” Lihat saja, walaupun 1
mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka
radio kita itu tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut.
Begitu juga dengan Tuhan, walaupun Tuhan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tak
mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tidak kita dapati,” jelasnya. “Bagaimana agar dapat frekuensi-
Nya, sementara kita adalah manusia kecil yang serba kekurangan?” tanya Bung Karno.
“Melalui isi dada Rasulullah SAW,” jawab Prof Kadirun. “Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang artinya:
Bahwasanya Alquran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah
kuat-kuat akan dia,” lanjutnya. Kemudian Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS Al-Hijr ayat 29,
Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian rohKu, rebahkanlah dirimu
bersujud kepadaNya”. “Nur Ilahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah
dengan Rasulullah.
Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka
jelas kita akan dapat frekuensi dari Allah,” kata Prof melanjutkan. “Lihat saja sunnatullah, hanya
cahaya matahari saja yang satu-satunya sampai pada matahari. Tak ada yang sampai pada matahari
melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang saringan-saringannya tak ada yang sampai matahari,
walaupun ‘edelgassen’ seperti Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain.
Semua vacuum!
Yang sampai pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit darinya dan tak bercerai siang
dan malamnya dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanyapun akan
berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya
dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak dapat dilihat”.
“Namun cahaya matahari, bukanlah matahari– cahaya matahari adalah
getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Huyangens),” jelas Prof Kadirun.Prof
Kadirun Yahya menyimpulkan, “Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia akhir zaman yang
mendapat Nur Ilahi dalam dadanya. Mutlak jika hendak mendapatkan frekuensi Allah, ujung dari nur
itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi.”
Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?” tanya
Bung Karno. Prof Kadirun Yahya menjawab, “Memperbanyak shalawat atas Nabi tentu akan
mendapatkan frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah. Tidak kukabulkan doa
seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang (HR. Abu Daud dan
An-Nasay). Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih: “Tidak engkau mendapat
frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku,” jelas Kadirun.
Mendengar itu, sontak Bung Karno berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Pada akhir
perbincangan tersebut, Bung Karno merangkul kedua tangan profesor sembari berkata: “Profesor,
doakan saya supaya dapat mati dengan tersenyum di belakang hari nanti"
Dari dialog tersebut Prof. Dr. Kadirun Yahya merupakan sosok yang dapat menyelasaikan
masalah yang pelik yang dirasakan Presiden Sukarno tentang sebuah hadis yang menyangkut hal yang
transenden/ abstrak yang belum dapat diselesaikan dengan jawaban kajian dalam ilmu syariat atau
teori sebagaimana yang berlangsung pada kebanyakan penganut agama sampai sekarang ini.
Konsepsi metafisika pada umumnya dapat menyelesaikan pada hal-hal yang bersifat ghaib
dalam pemikiran manusia pada hal metafisika mempunyai kebenaran yang relatif. Namun kebenaran
relatif ini diperbolehkan sepanjang tidak bertentangan dengan Alquran dan Sunnah Rasul. Selain itu
tujuan pembahasan metafisika dalam filsafat adalah untuk membangun sistem di alam semesta yang
dapat memadukan ajaran agama dengan tuntutan akal. Jika metafisika tidak diturut sertakan dalam
pembahasan yang abstrak atau transenden maka manusia tidak mungkin menemukan pembahasan
tentang Tuhan yang serealitanya.
Revolusi industri telah menggantikan manusia dengan mesin yang bisa diatur dengan aflikasi,
oleh sebab itu lengkapilah kemampuan jiwa yang berinteraksi dengan fisik kita dengan revolusi
tersebut. Namun harus diimbangi dengan kelengkapan kemampuan jiwa yang berinteraksi dengan
rohani agar kehidupan jasmani dan rohaninya dapat berjalan seimbang.
Dengan menciptakan inovasi aflikasi yang selama ini masih dalam bentuk teori menjadi yang
berbentuk aflikatif dalam peraktek kehidupan.
Dala firman Tuhan Q.S. As-sajadah/32:4 yang artinya: Allah lah yang menciptakan langit dan
bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy.
Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi
syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? Alam jagad raya ini diciptakan Allah Swt. setelah
selesai dengan semua undang undang atau dengan hukum sunatullahnya kemudian Allah bersemayam
di Arras.
Hukum sunatullah yang telah di ciptakan Allah Swt, seperti: fisika, kimia, dan lain-lain yang
tersedia dengan sangat sempurna, namun walau Allah menciptakan, mahluknya yang harus
menggerakkan dan menjolok nya agar peroses yang mau dibuat dapat berjalan sesuai dengan kehendak
manusia.
Semua proses fisika, kimia dan lain-lan dibumi ini diserahkan kepada mahluknya untuk
mengelolanya, Allah telah menciptakan dan menyempurnakan ciptaannya sesuai dengan hukum-
hukum sunatullahnya, seperti peroses panas, dingin, udara, angin, hujan cahaya, gelap, bermacam
lapisan energi dan lain-lain, semua itu diserahkannya pada manusia yang mengelolanya.
B. METAFISIKA EKSAKTA MAMPU MENJAGA PEMBANGUNAN NILAI-NILAI
KEBANGSAAN
Pembangunan jiwa lewat pembangunan infrastruktur nilai-nilai kebangsaan yang ter integrasi
dengan metafisika eksakta sangat mendesak dilakukan. Pelaksana negara harus berkejaran dengan
waktu untuk mengatasi degenerasi dalam karakter jati diri bangsa. Pemaknaan berpacu dengan waktu
saat ini sudah sangat mendesak jiwa bangsa harus di isi dengan mengedepankan sila pertama dari
Pancasila yakni dengan petunjuk Tuhan dari masing-masing kitab suci membutuhkan waktu yang
instan, sehingga sudah saatnya kita memakai metodologi yang ditawarkan oleh metafisika eksakta ini.
Dalam Islam pembangunan infrastruktur jiwa versi waktu tertuang dalam surah Al-Asri. Bagi
masyarakat yang beragama Islam budaya berpacu dengan waktu sudah menjadi suatu yang familiar,
namun masih banyak yang berpoya-poya dengan menghabiskan waktunya dengan maslahat yang lain
karena kekosongan jiwanya. Sehingga terlena dengan media sosial yang mencengangkan dengan
berbagai kehebohan dunia tanpa memperhatikan nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia menghadapi gempuran pasar internasional dan ideologi-ideologi
transnasional dalam situasi ketahanan kejiwaan bangsa ini yang kurangnya pelaksanaan mengisi
jiwanya dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Jika kondisi seperti ini berlanjut terus, kemudahan-
kemudahan interasi dan akses pasar yang ditimbulkan perbaikan infrastruktur fisik yang dibangun
dengan kerja keras tersebut tidak akan membawa kemaslahatan dan kesejahteraan bangsa dan negara.
Tanpa panduan nilai-nilai luhur Pancasila yang kuat yang selama ini dapat menghatarkan kita
dalam hidup kebersamaan, gerak langkah pembangunan fisik bisa tersesat salah arah, melenceng dari
tujuan nasional. Bila saat ini kehidupan bernegara diliputi kabut apatisme dan pesimisme, riuh
kegaduhan tanpa solusi, banyak gerakan jalanan tanpa tahu ke mana arah yang benar, rasa saling
percaya lenyap dalam pergaulan, hukum disalahgunakan, kebaikan dimusuhi, kejahatan diagungkan,
fitnah di publis dengan rasa tak bertanggung jawab sudah seperti tak mengenal dosa, tak mengenal
lagi nilai-nilai yang bai dan benar.
Hal ini disebabkan bangsa ini sudah mengalami kekosongan jiwa dari nilai-nilai luhur
Pancasila yang sudah lama ditinggalkan dalam pembangunan. Karakter bangsa harus mampu menjaga
moralitas bangsa memiliki sikap dan perilaku yang dapat diandalkan. Ini tidak lepas dari tanggung
jawab orang tua, guru, dan pemerintah. Walaupun beberapa solusi telah dilaksanakan pembelajaran,
pendidikan kewarganegaraan, bela negara yang berfokus pada pembinaan akhlak budi pekerti yang
hanya pada jiwa yang berinteraksi dengan otak dan fisiknya saja. Namun sudah saatnya lah kita ikut
sertakan pembinaan jiwa yang berinteraksi dengan metafisika.
Salah satu dampak cepatnya bergeser nilai budaya bangsa dikarenakan datangnya globalisasi
melenial dimana saling berkaitannya antara satu negara dengan negara lainnya. Baik dalam bentuk
kerjasama interaksi budaya dalam persaingan global. Donald Kennedy menyatakan bahwa fungsi
pendidikan adalah to teach, to mentor, to discover, to publish, to reach beyond the wall, to change, to
tell the truth, to inform, dan karakter buliding. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Prof. Dr.
KadirunYahya tentang Tasawuf pada ajaran Islam yang mengandung tenaga tersimpan, yang bila di
terapkan secara baik ternyata akan sangat bermanfaat bagi berhasilnya nation and characther building.
Indonesia sebagai Negara Islam terbesar di dunia, hendaknya kaum Musliminnya
menanamkan nilai-nilai Islam di kehidupan sehari-hari, dan menjalankan syariat Islam dengan baik
untuk menjadi contoh kepada umat lain dalam hal mempertahankan, menjaga Nilai-nilai luhur
Pancasila dengan baik dan benar. Kontribusi umat islam terhadap sila pertama dari Pancasila tampak
jelas pada Kitab suci Alquran yakni pada Q.S. Albaqarah/2:163, yang artinya Dan Tuhan kamu adalah
Tuhan yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Namun
sudah saatnya kita introspeksi diri ada apa dengan keadaan umat Islam akhir-akhir ini. Umat Islam
Indonesia merupakan umat Islam terbesar di dunia, memiliki pesantren, ustad dan pendakwah yang
terbanyak dan hebat-hebat, akan tetapi lihat kenyataan dan kuwalitas dari umat Islam yang
diperoduksinya belum mencapai nilai-nilai yang mendunia seperti yang diharapkan dan yang dicita-
citakan pejuang dan pendiri negara Republik Indonesia tercinta.
Karena selama ini pelaksanaan dakwah dalam mengisi jiwa umat Islam yang berlangsung
hanya dilaksnakan dengan kognitif saja, teorinya saja, syariatnya saja, tanpa mau memperhatikan jiwa
yang berinteraksi dengan yang metfisika sesuai dengan ugkapan Prof Dr. H. Kadirun Yahya “Bangsa
Indonesia dapat bangkit, membangun jiwa/jasmani secara horizontal harus terjaga keseimbanganya
dengan rohani menuju vertikal keatas kepada Tuhan yang maha esa. Pemerintah Indonesia harus
berupaya sekuat tenaga untuk memperjuangkan keadilan dan keseimbangan antar umatnya. Upaya
pemerintah tersebut harus selalu didorong dan didukung oleh setiap warga negaranya terutama warga
yang paling banyak umatnya, yakni umat Islam. Jika umat Islam dapat menjalankan kehidupan
beragamanya dengan benar, maka umat beragama lain akan terjaga dan terlindungi, hal ini sudah
terbukti dalam perjalanan sejarah dunia, dimana Islam adalah Rahmat bagi sekalian alam.
Sebagaimana yang kita ketahui, Indonesia merupakan satu diantara negara-negara yang
memberikan permohonan agar Israel menghentikan serangan ke Jalur Gaza. Ini membuktikan
kepedulian bangsa kita terhadap perdamaian dan peradilan antar bangsa.
Negara Indonesia Telah membuktikan sebagai negara yang berhasil memardekakan
negaranya dari penjajahan dan sekaligus penggagas dan sebagai seponsor besar kemerdekaan negara-
negara dunia lain untuk menjadi negara yang mardeka dari seluruh penjajahan diatas dunia. Bahkan
Negara Idonesia yang akan merdeka tersebut dengan tegas mengatakan untuk mengahpus penjajahan
diatas dunia sesuai alinea I “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Hal ini tak lain karena jiwa bangsa Indonesia pada saat itu tumbuh bersatu degan nilai-ilai
luhur yang sangat luar biasa yang tumbuh sejak lama dari nenek moyang kita yang terjajah berabad-
abad lamanya, sehingga menjadi alasan dan tekad kuat bangsa indonesia untuk Bersatu dengan
kebinekatunggalikannya berjuang memperoleh dan mempertahankan kemerdekaanya.
Kemudian dari pengalaman sejarah yang Panjang tersebut para Pahlawan mengukirkan
keinginan yang kuat tersebut sebagai pembukaan UUD 1945 yaitu bahwa penjajahan diatas dunia tidak
sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan dan kemerdekaan merupakan hak asasi semua bangsa
didunia.
Berikut adalah sebagian besar daftar dari negara-negara yang mengikut jejak semangat negara
Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaannya diseluruh dunia:

Tanggal Tahun
Negara Pesta dirayakan Nama libur
libur dirayakan

Indonesia 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan. Hari Ulang


Indonesia dari Belanda pada Tahun
1945. Belanda baru mengakui Kemerdekaan
kedaulatan RI pada 1949. Indonesia
Belanda akhirnya benar-
benar mengakui kemerdekaan
RI jatuh pada 17 Agustus
pada tahun 2008.[1]

Korea 15 Agustus 1945 Independence from Gwangbokjeol


Selatan the Empire of Japan in 1945.
The Provisional Government
of the Republic of Korea was
Tanggal Tahun
Negara Pesta dirayakan Nama libur
libur dirayakan

founded in 1919. Korean War


1950-1953.

Korea, 15 Agustus 1945 Pembentukan Republik Chogukhaeban


North Demokratik Korea pada gŭi nal
1948.

Vietnam 2 September 1945 Merdeka dari Perancis pada


1945.

Yordania 25 Mei 1946 Merdeka dari Kerajaan


Bersatu pada 1946.

Suriah 17 April 1946 Pembubaran Mandat Perancis


atas Suriah pada 1946.

India 15 Agustus 1947 Merdeka dari Kerajaan


Bersatu pada 1947.

Pakistan 14 Agustus 1947 Merdeka dari Kerajaan Youm-e-Azadi


Bersatu pada 27 Ramadan
atau 14 Augustus&nbsp
1947.

Myanmar 4 Januari 1948 Merdeka dari Kerajaan


Bersatu pada 1948.

Israel 5 Iyar (1948) Merdeka dari Mandat Yom


(tepat atau Britania atas Palestina pada Ha'atzmaut
antara 15 April 14 Mei 1948 atau 5 Iyar 5708
dan 15 Mei
tergantung kal
ender Ibrani).

Sri Lanka 4 Februari 1948 Merdeka dari Kerajaan


Bersatu pada 1948.
Tanggal Tahun
Negara Pesta dirayakan Nama libur
libur dirayakan

Libya 24 Desember 1951 Merdeka dari pendudukan


militer Perancis dan Britania
Raya pada 1951.

Kamboja 9 November 1953 Merdeka dari Perancis pada


1953.

Laos 22 Oktober 1953 Merdeka dari Perancis pada


1953.

Austria 26 Oktober 1955 Restorasi kedaulatan dan Hari Nasional


penandatanganan Deklarasi
Netralitas pada 1955.

A. METAFISIKA EKSAKTA MAMPU MENJAGA PESAN MEMBANGUN


JIWA DALAM LAGU KEBANGSAAN
Lagu Indonesia Raya dengan jelas mengingatkan terhadap bangunlah jiwanya, bangunlah
badannya. Jiwa dan badan manusia, sebagai bangsa Indonesia ialah apa yang dapat disebut kepribadian
manusia, sebagai bangsa Indonesia dalam keberadaanya. Manusia merupakan objek metafisika dan
sekaligus merupakan pemeran dari bagian metafisika tersebut. Di dalam metafisikalah terungkap
kesatuan manusia ditemukan dalam eksistensi dan substansinya sebagi satu kesatuan sebagai manusia
yang seutuhnya, baik dalam dalam hakikat atau dalam pribadi manusia. Fungsi jiwa hanya mempunyai
kenyataan sejauh ia memandang dan jiwa hanya menjadi real sejauh ia mendengar. Serta jiwa juga
hanya menjadi sejauh dia berfikir. Kesatuan mereka sedemikian erat, sehingga yang satu tidak dapat
dipisahkan dari yang lainnya.
Dalam konsepnya, jiwa menginklusi kepribadian, dan kepribadian meliputi pula perilaku dan
kebudayaan pribadi. Oleh karena kesatuan substansialnya dalam manusia memiliki kompleksivitas
yang sangat rumit. jiwa dan fisik manusia itu sama dan sebangun atau sama rata dan seukuran, dan
saling dukung mendukung namun dimensinya berlainan.
Untuk membangun jiwa dan badan bangsa Indonesia haruslah memperhatikan juga faktor
hati, qalbu atau batin yang berintekasi dengan rohnya. Keempat dari bagian yang sama dan sebangun
itu merupakan dari satu kesatuan utuh yang saling terkait satu samalainnya. Sehingga hakikat manusia
seutuhnya dapat diperjelas dengan suatu gambaran yang jelas sebagai berikut.
Membangun jiwa yang berinteraksi dengan fisik haruslah memperhatikan juga faktor hati,
qalbu atau batin yang berintekasi dengan rohnya. Keempat dari bagian yang sama dan sebangun itu
merupakan dari satu kesatuan utuh yang saling terkait satu samalainnya. Integrasi dimensi yang
dikatakan sebagai bangunlah jiwanya bangunlah badanya yang terdapat didalam lagu Indonesia raya
tersebut masih merupakan dalam membangun badan atau fisik yang berinteraksi dengan jiwa. Belum
lagi sampai dengan membangun jiwa yang berinteaksi dengan dimensi roh, yang merupakan bagian
dari manusia secara utuh. Dari integrasi tersebut yakni jiwa yang yang berinteraksi dengan badan
(fisik) dan hati atau batin yang berinteraksi dengan roh. Atau juga dalam pandangan umum sering juga
dikatakan dengan tubuh yang berjiwa dan jiwa yang ber hati dan hati yang memiliki sepiritual.
Jiwa bangsa ini perlu dibangun dengan menyemai kembali nilai-nilai keindonesiaan. Dalam
kaitan ini, Presiden Soekarno pernah mengingatkan, "Tidak ada dua bangsa yang cara berjoangnya
sama. Tiap-tiap bangsa mempunyai cara berjoang sendiri, mempunyai karakteristik sendiri. Oleh
karena pada hakikatnya bangsa sebagai individu mempunyai kepribadian sendiri. Kepribadiaan yang
terwujud dalam pelbagai hal, dalam kebudayaannya, dalam perekonomiannya, dalam wataknya dan
lain-lain."
Usaha yang bersunguh-sungguh untuk melakukan pembangunan nilai-nilai keindonesiaan
yang berkaitan erat dengan budaya khas dengan nilai-nilai luhur bangsa dan basis legitimasi dari
negara Indonesia, haruslah memperhatikan sejarah dan keberadaan serta keberlangsungan adat istiadat
masyarakatnya. Pembangunan nilai-nilai suatu negara bukan saja ditentukan kemampuannya
menampung aspirasi dan melayani kepentingan rakyatnya, melainkan juga oleh kesanggupannya
untuk bertindak sebagai pendidik dan pembimbing bagi rakyatnya tentang hak dan kewajibannya
sebagai warga negara, dengan mengembangkan budaya kewargaan (citizenship).
Demikian juga keanggotaan dalam suatu bangsa memerlukan apa yang disebut kebajikan
dalam penyerahan individua tau penyerahan sivilitas (the virtue of civility), yakni rasa pertautan dan
kebersmaan di antara ragam perbedaan serta kesediaan untuk berbagi substansi bersama, melampaui
kepentingan kelompok-kelompok, untuk kemudian melunakkannya dan bersedia menyerahkannya
secara toleran kepada tertib sipil.
Salah satu kepentingan dari misi negara ialah mencerdaskan kehidupan bangsa agar sesuai
dengan lagu kebangsaannya tersebut, yakni bangunlah jiwanya bangunlah badannya. Usaha negara
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini tidak hanya terbatas pada ukuran-ukuran kecerdasan diri
yang bersifat personal (seperti dalam ukuran IQ), kecerdasan diri yang bersifat publik yang
bersemayam dalam jiwa yang berinteraksi dengan fisik saja. Tetapi juga harus di isi mencerdaskan
kehidupan kebangsaan ini dengan membangun jiwa yang berinteraksi dengan hati sanubari yang
metafisik, sehingga dalam lagu Indonesia raya yang mengatakan bangunlah jiwanya tersebut
merupakan membangun jiwa yang berupa interaksi pada badannya, tubuhnya, otak kecerdasanya saja,
namun juga membangun jiwa yang berinteraksi dengan hati nya yang suci bersih.
Sehingga nilai-nilai luhur Pancasila sesuai butir sila pertama dapat terwujud pada segenap
bangsa Indoneia tanpa kecuali. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh lingkungan adalah dengan
pendidikan nilai dan karakter.
Pendidikan karakter menurut David Elkind dan Freddy Sweet didefiniskan sebagai berikut:
Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act
upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is
clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do
what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within.
Pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu orang memahami, peduli,
dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita
inginkan untuk anak-anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka dapat menilai apa yang benar, sangat
peduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini benar, bahkan di
menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam
Karakter bangsa harus mampu menjaga moralitas bangsa memiliki sikap dan perilaku yang
dapat diandalkan, yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila yang kita banggakan. Ini tidak lepas
dari tanggung jawab orang tua, guru, dan pemerintah. Salah satu solusi yang sudah terlakasana seperti
melaksanakan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. bela negara, akhlak budi pekerti dan lain-
lain. Namun nilai-nilai luhur Pancasila tersebut harus terjaga juga dari dampak globalisasi yang terjadi
yakni saling berkaitannya antara satu negara dengan negara lainnya. Baik dalam bentuk kerjasama
ataupun persaingan global. Oleh sebab itu upaya yang luar biasa dengan memasukkan bidang
metafisika dalam merekonstruksi karakter jiwa bangsa agar mendapat pereoritas perhatian negara
untuk segera dilaksanakan.
Donald Kennedy menyatakan bahwa fungsi pendidikan adalah to teach, to mentor, to
discover, to publish, to reach beyond the wall, to change, to tell the truth, to inform, dan charakter
buliding. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Prof. Dr. KadirunYahya tentang Tasawuf dan
metafisika pada ajaran Islam yang mengandung tenaga tersimpan, yang bila di terapkan secara baik
ternyata akan sangat bermanfaat bagi berhasilnya nation and characther building.
Hendaklah di ingat bahwa karakter jiwa manusia terdiri atas beberapa bagian: karakter jiwa
yang bersifat privat (private self), karakter jiwa yang bersifat personal dan khusus dan karakter jiwa
yang bersifat publik (public-self), karakter jiwa yang melibatkan relasi sosial. Karakter jiwa tersebut
bisa dibedakan, tapi tak bisa dipisahkan. Kelemahan utama kecerdasan jiwa bangsa Indonesia sangat
mencolok pada aspek jiwa dengan nilai-nilai kekinian yang bersifat publik.
Hal ini dengan mudah dilihat, bagaimana orang-orang dengan latar pribadi yang baik terseret
arus negatif begitu mengemban jabatan-jabatan publik. Kita juga bisa menyaksikan, hampir semua hal
yang bersifat kolektif (partai politik, lembaga perwakilan, birokrasi, aparatur penegak hukum, bahkan
organisasi-organisasi keagamaan) mengalami masalah integritas diri yang merupakan benteng
pertahanan jiwa dalam mengaktualkan perilaku atau akhlak.
Krisis pada jiwa yang bersifat publik ini mencerminkan kelemahan proses pendidikan dan
pembudayaan dalam mengembangkan kecerdasan jiwa kewargaan (civic intelligence quotient).
Pendidikan terlalu menekankan kecerdasan personal, dengan mengabaikan usaha mempertautkan
keragaman kecerdasan personal itu ke dalam kecerdasan kolektif kewargaan. Setiap individu dibiarkan
menjadi deret huruf alfabet, tanpa disusun secara kesatuan dalam perbedaan (Bhinneka Tunggal Ika)
ke dalam kata, dan kalimat bersama. Akibatnya, banyak manusia yang baik dan cerdas tidak menjadi
warga negara dan penyelenggara negara yang baik dan cerdas (sadar akan kewajiban dan haknya, sadar
pula terhadap nilai-nilai luhur Pancasila).
Bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, dengan suku-suku yang banyak
jumlahnya, tidak mungkin bisa disatukan menjadi memiliki kebaikan bersama kalau tidak kehendak
bersama. Oleh karena itu, pendidikan kecerdasan kewargaan berlandaskan Pancasila merupakan jurus
pemungkas yang paling dibutuhkan. Bukan saja di Indonesia Dunia pun sangat membutuhkannya.
Karena mayarakat yang majemuk dapat dibersatukan dengan memiliki niali-nilai yang sama yakni
nilai-nilai lihur Pancasila.
Pengembangan kecerdasan jiwa dengan memilih nilai-nilai luhur Pancasila lebih fundamental
bagi suatu bangsa yang ingin membebaskan diri dari cengkeraman individualisme. Berbeda dengan
individualisme, Pancasila memandang bahwa dengan segala kemuliaan eksistensi dan hak asasinya,
setiap pribadi manusia tidaklah bisa berdiri sendiri terkucil dari keberadaan yang lain, kebersamaan
yang lain, seperti ang contohkan nabi Muhammad untuk umat Islam agar senetiasa berjemaah dalam
menegerjaka sholatnya.
Cerminan berjemaah ini mengemplementasikan untuk setiap pribadi membentuk dan
dibentuk jaringan relasi sosial kepada semua manusia. Oleh karena itu, pengembangan jati diri
manusia bukan saja harus diberikan kepada setiap individu untuk mengenali siapa dirinya sebagai
perwujudan khusus yang bersifat alami. Pengembangan jati diri bangsa juga harus memberi wahana
setiap orang untuk mengenali dan mengembangkan kebudayaan sebagai sistem nilai, sistem
pengetahuan, dan sistem perilaku bersama yang tercermin dalam nilai-nilai luhur Pancasila. Pancasila
sebagai inti dari nilai-nilai, pengetahuan, dan perilaku ini secara keseluruhan membentuk lingkungan
sosial yang dapat menentukan apakah disposisi karakter perseorangan berkembang menjadi lebih baik
atau lebih buruk dalam kehidupan bersama.

Anda mungkin juga menyukai