Teknologi kitab suci kedengaranya seperti suatu istilah baru, namun isinya adalah
lama, selama adanya kitab suci itu sendiri. Istilah ini dicetuskan Prof. Dr. Kadirun Yahya
dalam kuliah dan seminarnya dengan istilah teknologi Alquran. Istilah teknologi Alquran
dalam kuliah metafisika tersebut hanya menyesuaikan dengan perkembangan ilmu teknologi
mutakhir yang relatif berubah berkembang dengan cepat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai "kemampuan
teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan berdasarkan proses teknis."
Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi
kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Manusia harus menghindari cara berpikir tentang
bidang-bidang yang tidak menghasilkan manfaat, apalagi tidak memberikan hasil kecuali
menghabiskan energi.
Rasulullah saw sering berdoa, "Wahai Tuhan, Aku berlindung kepada-Mu dari ilmu
yang tidak bermanfaat". Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan
kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah
terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih
dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Technology is ways of
making or doing things (encylopedia Americana). Teknologi adalah jalan atau cara (metode)
untuk membuat sesuatu. Tanpa teknologi air tidak akan mengeluarkan energi. Namun dengan
penerapan rangkaian teknologi, air akan mengeluarkan energi sehingga dapat dipergunankan
manfaatnya oleh menusia.
Dunia teknologi saat ini dihantui dengan teknologi komunikasi canggih yang mampu
memerintahkan sebuah nuklir yang dahsyat untuk berubah menjadi peredikat tugas malaikat.
Teknologi nuklir kini berkembang terus hingga mampu membunuh ribuan dan jutaan
manusia sekaligus dalam waktu yang sama. Bahkan mampu menghancurkan apa saja sesuai
dengan keinginan manusia yang memeritahkannya.
Oleh hal tersebut, kini menjadi suatu persoalan besar bagi manusia mengenai
cara memadukan kemampuan penciptaan teknologi, dengan pemeliharaan nilai-nilai
fitrahnya. Bagaimana mengarahkan teknologi yang dapat berjalan seiring dengan nilai-nilai
ketuhanan, atau dengan kata lain bagaimana memadukan kemajuan teknologi yang setinggi-
tingginya dengan tujuan tunduk pada kebesaran yang menciptakannya atau keseimbangan
ilmu dan iman?
Teknologi kitab suci adalah suatu kajian dan pembahasan dalam ilmu metafisika
yang mencoba memperkenalkan informasi-infomasi dari kitab suci yang dapat diberdayakan
secara teknologi, untuk semua amal perbuatan di dalam hidup dan kehidupan untuk
keberhasilan maksimal. Menelusuri pandangan Alquran tentang teknologi, mengundang kita
melirik sekian banyak sekali firmanya yang berbicara tentang alam raya.
Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Alquran yang berbicara tentang
alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan
memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-ulang firman Tuhan menyatakan bahwa
alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia. Dalam Q.S Al-Jatsiyah/45:13
yang artinya: Dan dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya (sebagai anugerah) dari-Nya
Penundukan tersebut secara potensial terlaksana melalui hukum-hukum alam yang
ditetapkan Allah dan kemampuan yang dianugerahkan-Nya kepada manusia. Alquran
menjelaskan sebagian dari ciri tersebut, antara lain: dalam Q.S Al-Ra'd/13:8 yang artinya:
Segala sesuatu di alam raya ini memiliki ciri dan hukum-hukumnya Segala sesuatu di sisi-
Nya memiliki ukuran1. Kemudia dalam Q.S. YaSin/36:38 yang artinya: Matahari dan bulan
yang beredar dan memancarkan sinar, hingga rumput yang hijau subur atau layu dan kering,
semuanya telah ditetapkan oleh Allah sesuai ukuran dan hukum-hukumnya. Demikian antara
lain dijelaskan oleh Alquran mengenai ayat-ayat yang menyinggung tentang teknologi yang
perlu mendapat perhatian dari ummat manusia. Diantaranya teknologi antariksa
(Arrahman/55:33, Alanam/7:125, Yaasin/36:39-40), teknologi kelautan (arrahman/55:20,
Alfuqon/25:53) taknologi embriologi (Almukminun/q:12-14) tekologi ilmu kebumian
(Annaba/78:6-7) teknoloi material (Alhadid/57:25) relativitas waktu (Alhaj/22:47),
(Assajadah/32:5), (Q.S Al-Ra'd/13:15), dan lain-lain.
Di sisi lain, manusia diberi kemampuan untuk mengetahui ciri dan hukum-hukum
yang berkaitan dengan alam raya, sebagaimana di informasikan oleh firman-Nya dalam Q.S.
1158Departeman Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Surabaya, Fajar Mulya, Edisi 2002, h
Al-Baqarah/2:31 yang artinya: Allah mengajarkan Adam nama-nama semuanya. Yang
dimaksud nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti
manusia berpotensi mengetahui rahasia alam raya.
Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta
ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum-hukum Tuhan,
menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam.
Karenanya, semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam yang
telah ditundukkan Tuhan. Keberhasilan memanfatkan alam itu merupakan buah teknologi.
Al quran memuji sekelompok manusia yang dinamainya ulil albab. Ciri mereka
antara lain disebutkan dalam Q.S. Ali-'Imran/3:190-191, yang artinya: Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
ulil albab. Yaitu mereka yang berzikir (mengingat) Allah sambil berdiri, atau duduk atau
berbaring, dan mereka yang berpikir tentang kejadian langit dan bumi.
Dalam ayat-ayat di atas tergambar dua ciri pokok ulil albab, yaitu tafakkur dan
dzikir. Kemudian keduanya menghasilkan natijah yang diuraikan pada Q.S Ali-Imron/3:195,
yang artinya: Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan mereka dengan berfirman,
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal yang beramal di antara kamu, baik lelaki
maupun perempuan. Sedangkan Natijah bukanlah sekadar ide-ide yang tersusun dalam benak,
melainkan melampauinya sampai kepada pengamalan dan pemanfaatannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Muhammad Quthb dalam bukunya Manhaj At-Tarbiyah Al-Islamiyah mengomentari
ayat Ali 'Imran tadi sebagai berikut: Maksudnya adalah bahwa ayat-ayat tersebut merupakan
metode yang sempurna bagi penalaran dan pengamatan Islam terhadap alam. Ayat-ayat itu
mengarahkan akal manusia kepada fungsi pertama di antara sekian banyak fungsinya, yakni
mempelajari ayat-ayat Tuhan yang tersaji di alam raya ini. Ayat-ayat tersebut bermula
dengan tafakur dan berakhir dengan amal.
Lebih jauh dapat ditambahkan bahwa "Khalq As-samawat wal Ardh" di samping
berarti membuka tabir sejarah penciptaan langit dan bumi, juga bermakna "memikirkan
tentang sistem tata kerja alam semesta". Karena kata khalq selain berarti "penciptaan", juga
berarti "pengaturan dan pengukuran yang cermat". Pengetahuan tentang hal terakhir ini
mengantarkan ilmuwan kepada rahasia-rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkan
kepada penciptaan teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi umat manusia.
Jadi, dapatkah dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh
Alquran. Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada dua catatan yang perlu diperhatikan.
Pertama, ketika Alquran berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas
bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Perhatikan misalnya uraian Alquran tentang kejadian alam dalam Q.S Al-Anbiya/21:30, yang
artinya: Dan Apakah orang-orang ingkar tidak mengetahui bahwa sesungguhnya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka apakah mereka tidak
beriman?
Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat tentang teori Big
Bang (Ledakan Besar), yang mengawali terciptanya langit dan bumi. Para pakar boleh saja
berbeda pendapat tentang makna ayat tersebut, atau mengenai proses terjadinya pemisahan
langit dan bumi. Yang pasti, ketika Alquran berbicara tentang hal itu, dikaitkannya dengan
kekuasaan dan kebesaran Allah; serta keharusan beriman pada-Nya.
Pada saat mengisyaratkan pergeseran gunung-gunung dari posisinya, sebagaimana
kemudian dibuktikan para ilmuwan informasi itu dikaitkan dengan Teknologi,
hal ini seperti yang terdapat pada QS Al-Naml/27: 88 yang artinya: Kamu lihat gunung-
gunung, yang kamu sangka tetap di tempatnya, padahal berjalan sebagaimana halnya awan.
Begitulah perbuatan Allah, yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ini berarti bahwa teknologi dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia
terhadap Kehadiran dan Kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi manfaat
bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi Rabbik. Alquran sejak dini memperkenalkan
istilah sakhkhara yang maknanya bermuara kepada "kemampuan meraih dengan mudah dan
sebanyak yang dibutuhkan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui
keahlian di bidang teknologi". bagaimana memadukan pikir dan zikir, ilmu dan iman?.
Kitab suci memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan
kemampuan ilmiahnya. Manusia memiliki naluri selalu haus akan pengetahuan. Dua
keinginan manusia yang tidak pernah puas, keinginan menuntut ilmu dan keinginan
menuntutharta, tahta". Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan
teknologi dengan memanfaatkan anugerah Tuhan yang dilimpahkan kepadanya. Karena itu,
laju teknologi memang tidak dapat dibendung. Hanya saja manusia dapat berusaha
mengarahkan diri agar tidak memperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan ilmu
teknologi yang dapat membahayakan dirinya. Agar ia tidak menjadi seperti kepompong yang
membahayakan dirinya sendiri karena kepandaiannya.
Hal ini diungkapkan dalam Q.S. Yunus/10:24 yang artinya: Sesungguhnya
perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti (hujan) yang Kami turunkan dan langit,
lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang
dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya
dan memakai (pula) perhiasannya dan penghuni-penghuninya telah menduga bahwa mereka
mampu menguasainya (melakukan segala sesuatu), tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami
di waktu malam atau siang, maka kami jadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanaman-
tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami
menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir
Teknologi ini perlu diketahui agar teknologi yang selama ini dipelajari yang berasal
dari akal sebagai produk otak dapat didampingi dan dikontrol dengan teknologi Alquran yang
bertumpu pada akal sebagai produk hati, tempat bersemayamnya iman. Cara pelaksanaan
teknis iniah disebut ilmu taknologi dalam Alquran. Kitab suci Alquran adalah wahyu dari
Allah SWT, disamping kitab suci yang mengandung Petunjuk untuk ummat manusia juga
mengandung energi Metafisika KeTuhanan yang terpendam dan tersembunyi yang perlu
diriset, diselidiki dan digali teknologinya. Sehingga dengan pemahaman ini cerminan sikap
hidup yang dilakonkan bangsa dalam memperaktekkanya pada ruang versi waktu pada
kehidupan sehari-hari berkeluarga, bertetangga, ber bangsa dan bernegara tercapai.
Para pejuang dan pendiri negara terdahulu atas dasar iman, takwa, mental yang
tinggi dan luhur telah berhasil memakai pada beberapa keperluan dan bahkan yang paling
utama yakni dapat juga dipergunakan menghancurkan kekuatan jahat dari perbuatan keji dan
mungkar bahkan mampu mengalahkan kehebatan Iblis di hati manusia. Walaupun dulu belum
dikenal ilmu eknologi seperti sekarang ini, mereka hanya mengamalkan ayat-ayat dari kitab
suci dari masing-masing agama yang diterimanya sebagai waris dari pendahulunya.
Prof Dr H Kadirun Yahya mengatakan dengan tergalinya teknologi alquran tergali
pulalah teknologi dari segala kitab-kitab suci yang sebelumnya. karena alquran menghimpun
isi segala ilmu para rasul yang terdahulu, yang maha dahsyat yang mampu menguasai,
mengatur tenaga apa sajapun di alam maya pada ini. Menemukan ilmiah dahsyatnya
teknologi Alquran adalah dengan menggali Alquran dengan metode, yang kuncinya adalah
dengan menggunakan metafisika eksakta
Inilah senjata yang maha dahsyat yang dimiliki para Rasul, Nabi-Nabi dan para
Warisatul anbiya. Yang dapat mengontrol dan menjaga keseimbangan, mencegah tenaga
raksasa dari alam fisika. Didalam teknologi Alquran terdapat kekuatan metafisik yang sangat
dahsyat yang dapat di transfer para ahlinya menjadi tenaga fisika yang sangat besar.
Para ahli terdahulu atasdasar iman, takwa, mental yang tinggi dan luhur telah
berhasil memakainya pada beberapa keperluan dan bahkan yang paling utama yakni dapat
juga dipergunakan menghancurkan kekuatan jahat dari kehebatan Iblis di hati manusia. Iblis
dalam alquran pernah berdialog langsung kepada Tuhan, dia memiliki ilmu yang sangat
tinggi, Dialah satu-satu nya yang tidak setuju atas keberadaan manusia di muka bumi. Dia
meminta kuasa kepada tuhan untuk mengalahkan manusia dalam mengemban misi tuhan
dimuka bumi Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara
Malaikat Jibril. Hal ini merupakan suatu hal yang bersifat metafisik, karena Jibril yang tak
dapat dilihat, akan tetapi dalam proses penyerahan wahyu tersebut Jibril mengadakan
pertemuan langsung dengan Nabi Muhammad. Proses terjadinya penyampaian wahyu
tersebut tak dapat dipungkiri oleh seluruh para Ulama dan cendikiawan muslim, bahwa
proses tersebut adalah merupakan pertemuan antara manusia dengan malaikat. Pertemuan
manusia yaitu Nabi Muhammad, dengan Malaikat Jibril, yang merupakan makhluk gaib atau
metafisika, yang mana malaikat menjadi bisa terlihat oleh manusia tentunya dalam keyakinan
umat Islam hal ini merupakan kehendak Tuhan.
Tujuan utama kitab suci adalah membangkitkan kesadaran manusia yang lebih tinggi
dalam hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta. Namu kitab suci tidak memuat
makna secara detail maka manusialah yang dituntut untuk mengembangkannya.
Di dalam kitab suci Alquran terdapat beberapa ayat yang menyatakan sejarah
kehidupan para Nabi dan Rasul yang mengungkapkan tentang hal yang metafisika,
diantaranya Dari kisah Nabi Musa A.S sewaktu berhadapan dengan Fir’aun seperti dalam
Firman Tuhan: Q.S. Al-A’raf/ 7: 118,
Artinya: “Dan kami wahyukan kepada Musa lemparkanlah tongkatmu, maka tiba-
tiba ia menelan habis segala kepalsuan mereka”.
Dan Firman Tuhan, Q.S. Al-A’raf/ 7: 118
Artinya: “Maka terbuktilah kebenaran, dan segala. Yang mereka kerjakan jadi sia-
sia”.
Artinya: “Kemudian Musa melemparkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan
benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu (Asy-syu’ara/ 26: 45)”
Demikian juga dengan tentang hal metafisika para nabi seperti nabi Nuh, Ibrahim,
Yakub, Yusuf, Sulaiman, yang begitu dahsyat hingga nabi Isa Dan Muhammad, serta para
khalifah dan para wali-walinya yang sangat luar biasa telah terbukti mengeluarkan
kehebatan-kehebatan energi yang berbuahkan dalam bentuk metafisika.
Demikian juga perspektif Tentang Al-Hadis seperti: Tak akan datang kiamat, kecuali
kalua dimuka bumi tidak ada lagi orang yang membaca Allah, Allah (H. R. Muslim). Sejak
dulu Hadis memang selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji. Baik umat Islam
maupun kalangan orientalis. Tentu saja maksud dan titik berangkat dari kajian tersebut
berbeda pula. Umat Islam didasarkan pada rasa tanggung jawab yang begitu besar terhadap
ajaran dibawah naungannya.
bahwa umat Islam perlu melakukan studi mendalam terhadap literatur Hadis dengan
berpedoman langsung kepada Nabi sendiri selaku orang yang mempunyai otoritas untuk
menafsirkan wahyunya. Hal ini sangat besar faedahnya dalam memahami nilai-nilai hidup
dari prinsip-prinsip hukum Islam sebagaimana yang dikemukakan Alquran dan Hadis, yaitu
cara Nabi dalam menyampaikan dakwah Islam dengan memperhatikan perikemanusian yang
mendunia yakni menjamin keamanan, kesejahtraan, kebahagiaan, kemesraan didunia dan
akhirat.
Selain itu juga para ulama mengajak untuk mencontoh cara Nabi sangat
memperhatikan sekali adat istiadat penduduk setempat. Dalam penyampaiannya Nabi lebih
menekankan pada prinsip-prinsip dasar kehidupan sosial bagi seluruh umat manusia, tanpa
terkait oleh ruang dan waktu.
Jadi peraturan-peraturan tersebut khusus untuk umat yang dihadapi Nabi. Untuk.
Jangan sampai generasi selanjutnya, dalam menyelaesaikan pelaksanaan yang menyangkut
kemaslahatan, jatuh dari dari pandangan seorang filosof seperti Iqbal menganggap wajar saja
kalau Abu Hanifah lebih banyak mempergunakan konsep istihsan dari pada Hadis yang
masih meragukan kualitasnya. Sikap ini diambil Abu Hanifah karena ia memandang tujuan-
tujuan universal Hadis banyak yang dipajang sebagai koleksi saja.
Dengan ilmu metafisika jelas bahwa agama tidak lain berdiri dari hukum-hukum
yang secara konseptual riil seperti juga alam jagad raya yang tidak lain terdiri dari hukum-
hukum fisika, kimia dan biologi. Hanya saja martabat dan dimensi hukum-hukum agama itu
lebih tinggi dan bersifat hakiki, absolut serta jika dilihat secara filosofis nampaklah sangat
sempurna alam ini. membangun suatu sistem alam semesta yang dapat memadukan ajaran
agama dengan tuntutan akal. Sehingga dengan pemahaman jiwa terhadap teknologi dalam
kitab suci diharapkan jiwa bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai sila ketuhanan dapat
menggali kembali kehebatan-kehebatan para nabi dan para wali-wali yang telah ikut berperan
mendirikan Negara Republik Indonesia yang tercinta ini.