Anda di halaman 1dari 7

  

Pengertian Teknologi

Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang
dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu
secara rasional”. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda
atau konsep, pembatasan cara yaitu secara rasional adalah penting sekali dipahami disini sedemikian
pembuatan atau pewujudan sesuatu tersebut dapat dilaksanakan secara berulang (repetisi).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang
berlandaskan pengetahuan ilmu, eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Teknologi adalah ilmu
atau cara tentang menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan
kenyamanan manusia.

Teknologi adalah pengembangan dan penggunaan dari alat, mesin, material dan proses yang
menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Kata teknologi sering menggambarkan penemuan
dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Akan
tetapi, penemuan yang sangat lama seperti roda dapat disebut teknologi.

Definisi lainnya (digunakan dalam ekonomi) adalah teknologi dilihat dari status pengetahuan
kita yang sekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk
yang diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi). Oleh karena itu, kita dapat
melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan teknik kita meningkat.

Menelusuri pandangan Al-Qur’an tentang teknologi, mengundang kita untuk menengok


sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat
sekitar 750 ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan
memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas Al-Qur’an
menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia.

“Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya
(sebagai anugrah) dari-Nya”.

Jadi, dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh Al-Qur’an.
Sebelum menjawab pertanyaan, ada dua catatan yang perlu diperhatikan.

Pertama, ketika Al-Qur’an berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas
bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Misalnya
uraian Al-Qur’an tentang kejadian alam.

“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
satu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan keduanya, dan dari air Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?
Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat tentang teori Big
Bang  (Ledakan Besar) yang mengawali terciptanya langit dan bumi. Para pakar boleh saja berbeda
pendapat tentang makna ayat tersebut, atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan
bumi. Yang pasti, ketika Al-Qur’an berbicara tentang kekuasaan dan kebesaran Allah, serta
keharusan beriman kepada-Nya.

Ini berarti sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran
dan kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai
dengan prinsip bismi rabbik.

Kedua, Al-Qur’an sejak dini memperkenalkan istilah sakhara  yang maknanya bermuara pada
kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik.

Ketika Al-Qur’an memilih kata sahkara yang arti harfiahnya menundukkan atau
merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya
harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.

           Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat
yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di
dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani
techne) manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu
yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan
satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan
barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan
telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan
lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan
manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “dayapencipta” yang berdiri di luar kemampuan
manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia
yang lain.

Teknologi juga penerapan keilmuan yang mempelajari dan mengembangkan kemampuan


dari suatu rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang. Teknologi merupakan
Aplikasi ilmu dan engineering untuk mengembangkan mesin dan prosedur agar memperluas dan
memperbaiki kondisi manusia atau paling tidak memperbaiki efisiensi manusia pada beberapa
aspek.

Dewasa ini telah lahir teknologi khususnya di bidang rekayasa genetika yang dikhawatirkan
dapat menjadikan alat sebagai majikan. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal “majikan” yang
akan diperbudak dan ditundukkan oleh alat. Jika begitu. ini jelas bertentangan dengan kedua catatan
yang disebutkan di terdahulu.
Berdasarkan petunjuk kitab sucinya, seorang Muslim dapat menerima hasil-hasil teknologi
yang sumbernya netral, dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur “debu tanah” manusia maupun unsur “ruh
Ilahi”manusia.

Al Qur’an tidak akan berubah sejak diturunkan hingga akhir zaman, sedangkan sains dapat
berubah temuannya dari masa kemasa karena bertambahnya informasi/data yang diperoleh sebagai
akibat makin canggihnya peralatan/teknologi dan berkembangnya fisika dan matematika. Dan
pendapat bahwa mempercayai kebenaran Al Qur’an adalah sikap yang tidak bisa ditawar. Apabila
sains tampak menemukan suatu yang tidak serasi dengan Al Qur’an, ada dua kemungkinan
penyebabnya: sains belum lengkap datanya dan belum terungkap semua gejala yang berkaitan
sehingga kesimpulannya meleset, atau pemahaman terhadap ayat yang bersangkutan kurang benar.

 ·         Tafsir Ayat tentang teknologi

Surat Al-Baqarah ayat 20

Thahir ibn ‘Asyur memahami ayat ini sebagai gambaran tentang orang-orang munafik
ketika  menghadiri majlis Rasulullah saw. dan mendengar ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung
ancaman serta berita-berita yang menggembirakan. Dengan demikian ayat-ayat Al Qur’an
diibaratkan dengan hujan yang lebat, apa yang dirasakan oleh orang-orang munafik diibaratkan
dengan aneka kegelapan, sebagaimana dialami pejalan diwaktu malam yang diliputi oleh awan tebal
sehingga menutupi cahaya bintang dan hujan. Guntur adalah kecaman dan peringatan Al Qur’an.
Kilat adalah cahaya petunjuk al Qur’an yang dapat ditemukan dicelah peringatan-peringatan itu.
( dan listrik keduanya adalah cahaya, cahaya berguna untuk penerangan.  

Penerangan yang berupa listrik dapat dipakai untuk alat belajar/membaca ilmu pengetahuan
pada waktu gelap. Listrik dan qalam/alat tulis merupakan teknologi, keduanya sangat penting dan
dapat dipergunaka oleh manusia khususnya bagi orang Islam untuk belajar/mencari ilmu sehingga
dapat mengetahui ilmu-ilmu yang lain yang sebenarnya juga sudah diisyaratkan oleh Allah dalam Al
Qur’an.

1. Pengertian Teknologi Informatika Dan Kaitannya Dengan Islam

Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Informatika


merupakan salah satu cabang keilmuan yang cukup luas karena hampir mencakup dan terkait
dengan berbagai hal tentang kehidupan ini, dimana kumpulan disiplin informatika ini meliputi sains
maupun teknik yang secara spesifik mengolah data menjadi informasi dengan memanfaatkan
seoptimal mungkin teknologi informasi atau komputerSedang teknologi adalah pengetahuan dan
ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Perkembangan teknologi informatika adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan teknologi informatika. Peran Islam dalam
perkembangan teknologi informatika, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar
pemanfaatan teknologi informatika. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolak ukur dalam pemanfaatan teknologi informatika, bagaimana pun juga bentuknya.
Teknologi informatika yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam.
Sedangkan teknologi informatika yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan
syariah Islam. Oleh sebab itu Umat Islam sangat perlu menumbuhkan kesadaran akan pentingnya
teknologi informatika tanpa mengenyampingkan al-Quran dan al-Sunah, karena kedua hal itu
menjadi tolok ukur dalam kehidupan. Kepentingan ini tidak lain hanyalah untuk meninggikan
kalimah Allah Swt, karena -suka tidak suka- jeleknya citra umat Islam saat ini disebabkan kesalahan
informasi dan penyalahgunaan teknologi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sebut
misalnya, tragedi WTC yang menyebabkan umat Islam Amerika di isolir dan mengecap Islam sebagai
teroris dunia, walaupun penjajahan atas negeri Palestina tidak dianggap teroris yang jelas-jelas
melanggar HAM, dan Denmark kembali mempublikasikan karikatur Nabi Muhammad Saw ke seluruh
dunia, tetapi karena kelambanan informasi yang diterima umat Islam sehingga aksi yang digelar pun
hanya dilakukan oleh beberapa pihak yang mengetahui. 

2. Teknologi Informatika sebagai sarana Dakwah Islam

Teknologi Informatika sebagai Sarana Dakwah, Pertentangan antara yang hak dan yang batil
telah lama berlangsung dan akan tetap ada selama manusia itu hidup di muka bumi ini. Kehadiran
Islam merupakan asset yang besar bagi manusia, dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw sebagai
pengemban risalah suci. Dakwah merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mukalaf, oleh karena
dakwahlah, Islam masih tetap eksis hingga saat ini. Allah Swt berfirman dalam surat Ali Imran ayat 20
yang artinya seperti ini :

Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), Maka Katakanlah: “Aku
menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku”. dan
Katakanlah kepada orang-orang yang Telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi[190]:
“Apakah kamu (mau) masuk Islam”. jika mereka masuk islam, Sesungguhnya mereka Telah
mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, Maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan
(ayat-ayat Allah). dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.(QS Ali Imran ayat 20).

Tidak disangkal lagi bahwasannya sektor teknologi informatika merupakan sektor yang
paling dominan dalam kehidupan manusia nantinya, dalam artian siapa saja yang menguasai
teknologi ini, akan ada kemungkinan baginya untuk menguasai dunia. Maka, sebagai seorang muslim
sudah menjadi kewajiban dalam mengemban dakwah untuk menguasai sarana teknologi informasi
ini, sebagaimana dalil qâidah ushûliyah “sesuatu yang menyempurnakan kewajiban maka hal
tersebut menjadi wajib”.

·         KETERKAITAN KOMPUTER DALAM AL QURAN

Kita sekarang sedang mengkaji ayat-ayat Quran yang menjelaskan tentang ICT (wireless
communication technology) iaitu 11 ayat berturut dalam surah Az-Zaariyat (surah Makiyyah, 60
ayat). Di bawah ini adalah petikan dari terjemahan Fi-Zilalil Quran karangan Syed Qutb ayat 51:1-4.

Ayat 51:1 “Demi Elektron Yang Menabur”


            Pada ayat 51:1 kita mengkaji perkataan-akar (root word/jazru kalimah) “Zara” yang bermakna
“terbang dan menabur” (to scatter/disperse) iaitu asas kepada perkataan “Az-Zaariyat” dan “Zarwa”.
Pada ayat ini Allah SWT telah bersumpah dengan “Az-Zaariyat” untuk menunjukkan betapa penting
dan hebatnya makhluk ciptaan Allah ini. Nahu “Al-Maf’ulul mutlaq” digunakan untuk menjelaskan
“Zarwa” untuk memberi makna kesan semulajadi yang melampau dari perbuatan “Az-Zaariyat”.
Pada hari ini ahli sains telah menjumpai satu makhluk yang sama dengan penjelasan ayat 51:1 iaitu
“elektron” apabila ia terbang keluar dari orbitnya maka berlaku satu penaburan foton yang teramat
banyak dan yang terbang dengan teramat laju.

Ayat 51:2 “Dan Demi Foton Yang Membawa Data”


            Ayat 51:2 disambung dengan “Fa” maksudnya berlaku kesinambungan yang segera/cepat
atau perubahan (tranformasi) dari “Az-Zaariyat” kepada “Al-Haamilat”. Perkataan ini berasal dari
“Hamala” yang bermakna membawa (to bear/carry/lift) dan “Al-Haamilat” bermakna “Pembawa”.
Perhatikan perkataan “hamil/pembawa” di sini adalah seperti ibu mengandung (wanita hamil) di
mana ibu dan anak adalah satu jasad yang tidak boleh dipisahkan.

Dari segi ICT, “Al-Haamil” dan “Data” memang tidak dapat dipisahkan sebab kedua-duanya
merupakan satu benda yang sama, yang tidak dapat dipisahkan.

Perkataan “wiqra” bermakna muatan yang banyak (burden, to be heavy, could not be
heard), dan nahunya ialah “Maf’ulumbih” yang menjelaskan objek yang dibawa iaitu muatan yang
banyak tetapi tidak boleh didengar oleh telinga manusia. Maha hebat! Lihat, Al-Quran mengajar
manusia supaya membezakan antara gelombang bunyi (berbentuk mekanikal, bergerak melalui
perlanggaran molekul udara), dan gelombang elektromagnetik (fotonik, bergerak melalui
gelombang).

Gelombang bunyi bergerak pada kelajuan kira-kira 0.34 km/saat, sedangkan gelombang
cahaya pada kelajuan 300,000 km.
Ayat 51:3 “Demi Elektromagnetik meluncur dengan teramat mudah”

            Ayat 51:3 juga disambung dengan “Fa” untuk menunjukkan berlaku kesenambungan atau
perubahan (transformasi) dari “Al-Haamilat” kepada “Al-Jaariyat”. Perkataan “Jara” bermakna
berlari atau meluncur (to flow, glide, run, be current), maka “Al-Jariyat” bermakna peluncur atau
pelari. Perkataan “Yusra” bermakna “kemudahan atau kesenangan” (with ease), dan nahunya adalah
“Al-maf’ulul mutlaq” untuk menunjukkan semudah-mudahnya, sesenang-senangnya (tanpa
sebarang halangan).

Di sini Al-Quran memastikan bahawa gelombang ini adalah gelombang elektromagnetik


(cahaya), dan bukannya gelombang bunyi. Gelombang bunyi tidak dapat bergerak/meluncur dengan
semudah-mudahnya sebab ianya berbentuk mekanikal. Ia bergerak melalui perlanggaran jasad
(molekul udara), tanpa jasad (seperti vakuum) bunyi tidak boleh bergerak. Bunyi juga tidak boleh
bergerak melalui penghadang seperti dinding.

Ayat 51:4 “Demi Transceiver/Komputer yang membahagi arahan”


            Ayat 51:4 “Dan Demi Pembahagi yang membahagi arahan”. Ayat ini juga mengandungi 3
patah perkataan “Fa”, “Al-Muqassimat”, dan “Al-Amra”. “Fa” adalah penyambung dari ayat 51:3.
Perkataan “Muqassim” adalah perkataan pembuat (ismul fa’il/active participle) dari perkataan-akar
qasama yang bermakna pembahagi (to apportion, divide, distribute). Maka “Al-Muqassimat”
bermakna “Pembahagi” (distributors). “Amra” adalah masdar (verbal noun) yang bermakna
urusan/arahan/berita (matter/affair, news, cammand), yang berasal dari kata-kerja “amara” yang
bermakna mengarah (commanded). Dari segi nahu “amra” adalah objek yang kena buat
(maf’ulumbih).

Kita telah mengkaji dari segi makna, kesinambungan, hukum, dan sifat ke-empat-empat
makhluk kejadian Allah SWT iaitu Az-Zaariyat, Al-Haamilat, Al-Jaariyat, dan Al-Muqassimat. Dari segi
nahu, kita ketahui “Zarwa” adalah “almaf’ulul mutlaq”, “Wiqra” adalah “Maf’ulumbih”, “Yusra”
adalah “Al-maf’ulul mutlaq”, dan akhir sekali “Amra” adalah “maf’ulumbih”. Sudah tentu ianya amat
menarik untuk kita sama-sama mengkaji kenapa ianya berpasang-pasangan.

·         Metamorfosis 4 Makhluk Ciptaan Allah

Di dalam ayat 51:1-4, Allah SWT telah bersumpah dengan 4 makhluk penting Az-Zaariyat, Al-
Haamilat, Al-Jaariyat, dan Al-Muqassimat. Setelah dikaji dari segi Saintifik/ICTifik kita rumuskan ke
empat-empat makhluk ini ialah Elektron, Foton, Gelombang Elektromagnetik, dan Transceiver.

Al-Quran menjelaskan Allah SWT telah mencipta satu makhluk yang dipanggil “Az-Zaariyat”
yang mematuhi satu hukum (peraturan) iaitu akan membuat penaburan yang teramat banyak
apabila ia terbang (keluar dari orbitnya). Hasil dari penaburan ini, maka terjadilah makhluk ke-dua
“Al-Haamilat”, iaitu yang bersifat boleh membawa muatan yang banyak.
Makhluk ke-3, “Al-Jaariyat” terbentuk setelah makhluk ke-dua membawa muatan, dan ianya pula
mematuhi satu hukum iaitu meluncur dengan teramat mudah (tanpa ada sebarang benda yang
boleh menghalang pergerakkan atau perjalanannya). Dan akhir sekali Al-Quran menjelaskan makhluk
ke-4 “Al-Muqassimat” yang bersifat membahagi data atau arahan.

Insyaallah di siri akan datang kita akan bincangkan bagaimana elektron boleh melompat keluar dari
orbitnya untuk menghasilkan tenaga foton, bagaimana tenaga foton ini menghasilkan gelombang
elektromagnetik (EM), bagaimana data dibentuk, dikumpulkan, dan dibahagi-bahagikan, dan
seterusnya kesan baik dan buruk EM kepada manusia dan alam sekitar.

·         Tertib Susunan (chronology/sequence of events)

Oleh kerana Allah SWT menggunakan penyambung ‘Fa’ dalam ayat-ayat ini, maka ia
bermakna terdapat metamorfosis (perubahan bentuk/sifat) atau transformasi (peralihan keadaan)
yang hendak dijelaskan kepada manusia.

Chronology

Az-Zariyat ==> Al-Hamilat ==> Al-Jariyat ==> Al-Muqassamat


Penabur ==> Pembawa data/muatan ==> Peluncur ==> Pembahagi data/arahan
Elektron ==> Foton ==> Gelombang Elektromagnetik ==> Transciver

Mungkinkah Nabi Muhammad SAW sudah mempunyai pengetahuan tentang makhluk-


makhluk ini? Mungkinkah Baginda Nabi SAW tahu kronologi atau tertib-susunan mahkluk ini supaya
ianya bermakna dan dapat digunakan oleh manusia? Tidakkah ini membuktikan Al-Quran itu kalam
Allah?

Bolehkah Foton terhasil sekiranya elektron tidak terbang/melompat keluar dari orbitnya?
Boleh gelombang elektromagnetik meluncur sekiranya tidak ada tenaga foton? Dan bolehkah
“transceiver” mengumpul dan membahagi data/arahan sekiranya gelombang tidak ada?

Ke empat-empat ayat ini MESTI disusun dalam tertib sebegini, kalau tidak komunikasi tanpa wayar
tidak boleh berlaku. Misalnya tidak boleh kita luncurkan foton terlebih dahulu kemudian baru kita
cuba mengisi (mengkod) data. Begitu juga foton tidak akan bertabur sekiranya elektron tidak
melompat keluar orbit. Tidakkah susunan 4 ayat ini amat menakjubkan.

Anda mungkin juga menyukai