Anda di halaman 1dari 22

NAMA : RISKIANI

No Urut : 5

HAKIKAT IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM

konsep IPTEKS dan peradaban Muslim

Ilmu pengetahuan dan teknologi (selanjutnya disebut iptek) padaera sekarang ini,
telah dapat menciptakan kemakmuran dankemudahan di segala sendi kehidupan
manusia, tidak terkecuali padapelaksanaan ritual keagamaan. Hal ini dapat dilihat,
misalnya begitumudah umat Islam sekarang ini melaksanakan ibadah haji,
denganberbagai fasilitas yang tercipta dari ekplorasi iptek tersebut, terlebihlagi bila
kita membandingkan pelaksanaan ritual ibadah haji zamandulu, yang masih berjalan
seadanya dan hanya mengandalkankeramahan alam.

Pada sisi lain, tidak dapat disangkal pula bahwa kemajuan iptektersebut telah
mendorong manusia ke arah kehidupan yang sangatkonsumtif, terlebih lagi dengan
kemajuan itu, tindakan manusiasebagai pribadi (ego) untuk menguasai manusia lain,
tampak begitusangat mudah sehingga kita dapat melihat dalam berbagai
peran,manusia berekspresi di dunia ini semakin mengasyikan dan membawakita
menjadi terpesona, terperanjat, atau ikut tertawa bahkan mungkin pula menangis,
karena harkat manusia di mata manusia lainnyadianggap sepele dan mungkin tak
bermakna lagi.

Peran agama dalam kemajuan Iptek, apalagi yang berdampakburuk sangat


tertantang, tetapi antisipasi dari para tokohnya hampirselalu mengalami
keterlambatan, karena para tokohnya 'kerap kali'terasa hanya berposisi sebagai
'komentator' dari pada sebagai 'juruselamat' yang secara langsung mengetahui
permasalahannya dan turunke gelanggang pertandingan, atau hanya mencari
alasan-alasan logisketika sesuatu telah terjadi untuk mendukung ketidaktahuannya,
ibaratnasi telah menjadi bubur, dan segera menyerahkan semuanya sebagai suatu
takdir yang harus diterima

Itulah eksistensi dari kemajuan iptek pada zaman ini, dengansegala model, ia
dapat dibentuk, tetapi dengan segala akibatnya pula iaharus diterima sebagai
sebuah kenyataan yang tak dapat dipungkiri,ibarat sebuah koin mata uang, kedua
sisinya tidak dapat diambil danditolak secara bersamaan, ikhtiar kita adalah dengan
cara mensiasatiuntuk memunculkan sisi baiknya lebih sering, sehingga yang
lebihdominan muncul adalah maslahatnya daripada mafsadatnya.Alquran sebagai
salah satu kitab suci, tidak terlepas dalammembicarakan hal itu, bahkan di masa
Nabi telah dikumandangkanurgensi ilmu pengetahuan. Tetapi dalam konteks
kekinian, "peranAlquran semakin sulit". Sebagian umat Islam hanya
menjadikannyasebagai salah satu alat justifikasi kemajuan Iptek, bukan
dijadikansarana pemicu dan pemacu untuk menciptakan yang baru (mutaakhir),agar
dapat merubah image akan keapologian umat Islam terhadapAlquran atas kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karenaitu, dalam artikel ini dibahas
bagaimana konsep ilmu pengetahuan danteknologi serta bagaimana pula
keterpaduannya dalam Alquran(https://www.studocu.com/id/document/universitas-
negeri-yogyakarta/pendidikan-agama-islam/ipteks-dan-peradaban-islam/44818864)

ISLAM mendorong umatnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan


teknologi (iptek). Berbeda dengan pandangan dunia Barat yang melandasi
pengembangan ipteknya untuk kepentingan materiel, Islam mementingkan
pengembangan dan penguasaan iptek untuk menjadi sarana ibadah. Selain itu iptek
juga sebagai pengabdian muslim kepada Allah (spiritual) dan mengembangkan
amanat khalifatullah (wakil Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada
kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin).

Suprodjo Pusposutardjo dalam tulisannya, Posisi Alquran terhadap Ilmu dan


Teknologi, mengatakan bahwa bagi umat Islam yang beriman kepada Alquran,
belajar mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan atribut dari
keimanannya. Secara jelas juga telah ditunjukkan bahwa orang-orang berilmu akan
memperoleh pahala yang tidak ternilai di hari akhir.

Belajar dan mengembangkan iptek merupakan bentuk keimanan seseorang dan


menjadi daya penggerak untuk menggali ilmu. Memandang betapa pentingnya
mempelajari ilmu-ilmu lain (selain ilmu syariat, yakni iptek) dalam perspektif Alquran,
Mehdi Golshani dalam bukunya, The Holy Qur'an and The Science Of Nature
(2003), mengajukan beberapa alasan.

 Petama, jika pengetahuan dari suatu ilmu merupakan persyaratan


pencapaian tujuan Islam sebagaimana dipandang oleh syariat, mencarinya
merupakan sebuah kewajiban karena ia merupakan kondisi awal untuk
memenuhi kewajiban syariat. Contohnya, kesehatan badan bagi seseorang
dalam satu masyarakat adalah penting. Oleh sebab itu, sebagian kaum
muslim harus ada yang mempelajari ilmu mengenai pengobatan.
 Kedua, masyrarakat yang dikehendaki Alquran adalah masyarakat yang
agung dan mulia, bukan masyarakat yang takluk dan bergantung pada
nonmuslim (QS An-Nisa’: 141). Agar dapat merealisasikan tujuan yang
dibahas Alquran itu, masyarakat Islam benar-benar harus menemukan
kemerdekaan kultural, politik, dan ekonomi.Pada gilirannya, hal itu
membutuhkan pelatihan para spesialis spesifikasi tinggi di dalam segala
lapangan dan penciptaan fasilitas ilmiah dan teknik dalam masyarakat Islam.
Sebab, pada abad modern, kehidupan manusia tidak dapat dipecahkan
kecuali dengan upaya pengembangan ilmiah dan kunci sukses seluruh
urusan bersandar pada ilmu.
 Ketiga, Alquran menyuruh manusia mempelajari sistem dan skema
penciptaan, keajaiban-keajaiban alam, sebab-sebab, akibat-akibat seluruh
benda, dan organisme hidup. Pendek kata, seluruh tanda kekuasaan Tuhan
di alam eksternal dan kedalaman batin jiwa manusia, seperti tersirat dalam
Alquran, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna
bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda
(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (QS Al-
Baqarah: 164).
 Keempat, alasan lain untuk mempelajari fenomena-fenomena alam dan
skema penciptaan adalah bahwa ilmu tentang hukum-hukum alam dan
karakteristik benda serta organisme dapat berguna untuk perbaikan kondisi
manusia. Ini misalnya yang tersirat dalam Alquran, “Dan Dia menundukkan
untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berpikir”. (QS Al-Jatsiyah: 13)(https://m.lampost.co/amp/iptek-dalam-
perspektif-islam.html)

Sementara itu konsep IPTEK terungkap dalam kenyataan bahwa Al-Qur’an


menyebut-nyebut kata akar dan kata turunannya tidakkurang dari 800 kali (Trianto,
2007). Dalam sejarah peradaban Muslim, konsep IPTEKS secara mendalam
meresap ke dalam seluruh lapisan masyarakat dan mengungkapkan dirinya dalam
sejarah semua intelektual. Gambaran Al-Qur’an tentang spirit pengembangan
IPTEKS termaktub dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 33:,“Hai jama'ah jin dan
manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka
lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (sains dan
teknologi).” (Q.S. Ar-Rahman [55]: 33),seruan Allah di atas, merupakan tantangan
dan anjuran untuk terus-menerus memajukan IPTEK dengan maksud memahami
rahasia-rahasia Allah pada apa yang ada di langit dan di bumi. Melalui penemuan-
penemuan akan rahasia Allah tersebut diharapkan tumbuhnya kesadaran akan
kekuasaanNya.Trianto (2007), IPTEKS tersebut hakikatnya adalah alat yang
diberikan kepada manusiauntuk mengetahui dan mengenal rahasia-rahasia alam
ciptaan Allah sebagai khalifah Allah di bumi.Tujuan akhir dari IPTEKS tersebut
menurut Islamadalah dalam rangka pengabdian total kepada Allah SWT. Hal ini
sesuai firman Allahberikut : “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-An’am [6]:
162)

Berdasarkan konsepsi tesebut di atas, jelaslah bahwa manifestasi dan muara


seluruh aktivitas IPTES bersifat teosentris. Sebaliknya dalam epistemologi ilmu
modern dan kontemporer lebih cenderung bersifat antro sentries (Azra dalam
Saridjo, 1999).

Epistemologi Islam tersebut hakikatnya menghendaki, bahwa IPTEKS harus


mengakui adanya nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Intisari dari tawaran
epistemologi Islam ini adalah bahwa mengaitkan disiplin IPTEKS dengan ideologi
Islam sangat mungkin dilakukan, yaitu; dengan jalan membenarkan teori, metode,
dan tujuan IPTEKS secara Islami, Bahkan Mulkhan (1998), menilai bahwa
epistemologi Islam sangat diperlukan, karena umat Islam merasa ketertinggalan
terhadap penguasaan ilmu alat (metodologi) terutama dalam pengertian filosofis.
Oleh sebab itu kajian mengenai Islam dalam hubungannya pengembangannya
IPTEKS harus dikaji dan diperkanalkan sebagai suatu paradigm baru dalam
memandang bahwa antara agama dan IPTEKS merupakan satu kesatuan yang utuh
dan bulat.

Sebenarnya tidak ada pertentangan antara Islam dan IPTEKS, ketika IPTEKS
diartikan sebagai metode yang rasional dan empiris untuk mempelajari ilmu
fenomena alam. Pertentangan itu hanya bisa terjadi, jika IPTEKS dan metodologinya
dibuat dalam sebuah nilai trasenden yang mencakup secara menyeluruh dengan
mengorbankan nilai-nilai Islam (Butt, 2001)

. Menggali ilmu adalah satu-satunya alat untuk mencapai pemahaman yang


lebih mendalam tentang sang Pencipta, dan menyelesaikan persoalan masyarakat
Islam. Oleh sebab itu IPTEKS dipelajari bukan untuk IPTEKS itu sendiri, akan tetapi
untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT dengan mencoba memahami ayat-
ayatNya. Kondisi demikian menurut Butt (2001), yang tidak berada dalam konteks
IPTEKS modern, yang memisahkan akal dan wahyu. Akal sering dianggap sebagai
segala-galanya, dengan penisbian etika dan nilai yang tidak dapat dielakkan.

. Al-Qur'an menekankan bahwa manusia merupakan bagian integral dari alam


semesta dan telah dikaruniai dengan kemampuan untuk menguasai kekuatan alam
dalam batas- batas tertentu. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah berikut:

ِ ْ‫وإلي آمُو َد َأ َخاهُم صخا قان يقوم أع ُب ُدوا هللا ما لكم من إله غير ه َُو أنشأ ُكم م َِّن اَأْلر‬
ْ ‫ض َواسْ َتعْ مْ َر ُك ْم فِي َما َف‬
ُ‫ َت ْغفِرُوه‬R ‫اس‬
‫" ُث َّم لونوا ِإلَيْه ِإن َربِّي قريب مجيب‬

Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:

"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya,
sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya)." (QS. Huud [11]: 61)

Dengan demikian semakin jelas, bahwa Al-Qur'an menempatkan IPTEKS dalam


konteksnya yang layak, yaitu dalam rangka pengalaman manusia secara total.
Alhasil, anjuran menuntut ilmu memiliki tempat yang penting dalam masyarakat
Islam, tetapi tetap tunduk pada nilai-nilai dan etika Islam

. Salah satu prestasi keilmuan dalam peradaban muslim, dapat ditemui dalam
berbagai bidang, yaitu bidang matematika, kedokteran, fisika dan astronomi. Bidang
matematika dengan tokohnya al-Khawarizmi (w. 833 M) dengan penemuan angka
nol yang disebutnya shifr. Al-Khawarizmi juga perumus utama "al-Jabar". Nama al-
Khawarizmi juga diabadikan dalam nama "logaritma yang diambil dari kata linggris
algorithm dan merupakan transliterasi dari al-Khawarizmi. Dalam bidang kedokteran
prestasi umat Islam terlihat dari konstribusi salah seorang ilmuwannya, Ibn Sina
(Avicenna) melalui sebuah karya medisnya, al-Qanun fit-Thibb (The Canon). Karya
ini bukan hanya membahas persoalan-persoalan medis, melainkan juga farmasi,
farmakologi, dan zoology; di samping ilmu bedah dan saraf. Bidang fisika, terdapat
dua tokoh muslim yang menonjol, yaitu al-Biruni (w. 1038 M) dan Ibn Haitsam (w.
1041 M). Al-Biruni dengan penemuannya tentang hukum gravitasi. Selain itu juga
berhasil mengukur keliling bumi secara matematis dengan menggunakan rumus-
rumus trigonometri. Sementara Ibn Haitsam menemukan bidang optik yang ditulis
dalam dalam karyanya al-Manazhir. Ibn Haitsam berhasil menemukan teori
penglihatan yang memastikan dalam temuannya bahwa sesorang bisa melihat
disebabkan objek yang memantulkan cahaya pada kornea mata. Prestasi lainnya
bisa dilihat dalam bidang(http://eprints.umsida.ac.id/2914/1/aik-4.pdf)

Dalam konteks Islam, agama yang diturunkan kepada Nabi Mu memang


terdapat dua kelompok ajaran tersebut, yaitu ajaran dasar dan ajaran dala
penafsiran dan penjelasan tentang perincian dan pelaksanaan ajaran - ajaran dasar
it Allah SWT menciptakan alam semesta dengan karakteristik khusus untuk tiap ci
sendiri. Sebagai contoh, air diciptakan oleh Allah dalam bentuk cair mendid
dipanaskan 100 C pada tekanan udara normal dan menjadi es bila didinginkan san
Ciri-ciri seperti itu sudah lekat pada air sejak air itu diciptakan dan manusia secar
memahami ciri-ciri tersebut. Karakteristik yang melekat pada suatu ciptaan itu
dinamakan "sunnatullah". Allah SWT, secara bijaksana telah memberikan isyarat
tentang ilmu, baik dalar uraian maupun dalam bentuk kejadian, seperti kasus
mu'jizat para Rasul. Manu berusaha meningkatkan daya keilmuannya mampu
menangkap dan mengembangk itu, sehingga teknologi Ilahiyah yang transenden
ditransformasikan menjadi t manusia yang imanen. Studi Al Qur'an dan Sunnah
menunjukkan bahwa karena dua alasan fundament mengakui signifikansi sains:

1. Peranan sains dalam mengenal Tuhan

2. Peranan sains dalam stabilitas dan pengembangan masyarakat Islam

(https://www.scribd.com/doc/259029272/hakikat-ipteks-dalam-pandangan-
Islam)

A.PengertianIPTKES

IPTEKS adalah sumber daya informasi yang dapat menambah


pengetahuanatau wawasan seseorang yang berhubungan dengan bidang
teknologi dan seni.Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
seperti transportasi,telekomunikasi, informasi dan lain-lain, telah terbukti
memberikan banyakkemudahan (manfaat) positif bagi masyarakat. Di sisi lain,
dengan kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi, juga membawa kemudahan
melakukan hal-hal negatif. Ituberarti tak terelakkan bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologimemberikan dampak positif bagi manusia, tetapi
juga banyak dampak negatifnyauntuk kemanusiaan. Pengetahuan adalah
sesuatu yang diketahui, biasanya merupakanpendapat umum yang belum teruji
secara empiris dan belum (biasanya) sistematis.Sains adalah pengetahuan yang
bersifat ilmiah, yang diciptakan melalui prosespenelitian, pembuktian,
eksperimen, dan eksperimen yang intensif, sistematis,objektif, dan
komprehensif, dengan menggunakan berbagai metode dan metodepenelitian
yang berbeda. Ilmu yang berkembang di dunia barat saat ini berdasarkan akal
dan pancaindera, jauh dari wahyu dan arah ilahi. Meskipun dia menghasilkan
teknologi bergunabagi manusia. Di sisi lain, perbudakan datang dan sumber daya
alam dieksploitasi.Contoh ilmu yang kebarat-baratan, inilah yang terjadi pada
dunia pertanian yangmenggunakan bahan kimia yang berlebihan, seperti
meluasnya penggunaan pestisida,herbisida, pupuk nitrogen sintetis, dan lain-lain.
Bahkan racun tanah dapat membunuhsatwa liar, bahkan meracuni hasil panen dan
dampaknya terhadap Kesehatan petani. ( https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=konsep+IPTEKS+dalam+peradaban+muslim&btnG= -
d=gs_cit&t=1689479619547&u=%2Fscholar%3Fq%3Dinfo%3AqdSbmd2-_7YJ
%3Ascholar.google.com%2F%26output%3Dcite%26scirp%3D0%26hl%3Did)

B.IPTEKS Sebagai Peradaban Islam

Peradaban Islam turut mewarnai sejarah perkembangan peradaban dunia.


Sempat mempengaruhi arus kemajuan sains dan teknologi, peradaban Islam
perlahan semakin surut dominasinya hingga digantikan zaman Renaisans Barat.
Pasang surutnya Islam sebagai peradaban dapat dilihat dari implementasi keimanan
(akidah dan akhlak), politik (siyasah), ekonomi (iqtishadiyah), kehidupan sosial (al-
hayah al-ijtimaiyyah), dan hubungan antar bangsa dan budaya. Hal ini masih
menjadi bahan kajian menarik bagi masyarakat. https://www.uii.ac.id/peradaban-
islam-mundur-karena-abai-terhadap-ipteks/()

Secara harfiyah, peradaban slam adalah terjemahan daribahasa Arab al-


hadharah al-Isiamiy^h, atau al-madaniyah al-Islamiyah (Syalaby, 1978:10).
Beberapa pakar mengatakan bahwa peradaban berasal dari kata adab yang
mengandung pengertian tata krama, perilaku atau sopan santun (Karim, 2007:33).
Maka Peradaban Islam adalah kesopanan, akhlak, tata krama, dan juga sastra
yangdiatur sesuai syariat Islam(Muntohadkk,2002:13)

Kata peradaban seringkali dikaitkan dengan kebudayaan. Padahal keduanya


dapat dibedakan Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan
karsa manusia yang mewujud dalam tiga bentuk yaitu: 1) wujud ideal berupa ide,
gagasan, nilai, dan norma, 2) wujud perilaku berupa aktivitas manusia dalam
masyarakat, dan 3) wujud benda berupa benda-benda hasil karya manusia.
Sementara peradaban adalah istilah yang sering dipakai untuk menunjukkan
perkembangan kebudayaan yang mencapai puncaknya, yang berwujud unsur-unsur
kebudayaan yang halus, indah, tinggi, luhur, sehingga masyarakat yang memilikinya
disebut masyarakat yang berperadaban tinggi. Istilah peradaban juga sering dipakai
untuk menyebut hasil-hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu pengetahuan, dan
teknologi (Koentjaraningrat, 1985: 5). Oleh karena itu, tinggi rendahnya peradaban
suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan atau perkembangan dunia
intelektualnya, kemajuan teknologi dan seni yang telah dicapainya. Sementara
menurut Effat Syarqawi kebudayaan adalah apa yang kita rindukan (idealitas),

sementara peradaban adalah apa yang kita pergunakan (realitas). Dengan


demikian, peradaban meliputi semua pengalaman praktis yang diwarisi dari satu
generasi ke generasi lain. Peradaban tampak dalam bidang fisika, kimia,
kedokteran, astronomi, ekonomi dan semua bentuk kehidupan yang berkaitan
dengan penggunaan ilmu terapan dan teknologi (al- Syarqawi, 1986: 5).

Kaitannya dengan berbagai definisi tersebut di atas, yang dimaksud peradaban


Islam adalah peradaban orang-orang muslim atau peradaban manusia yang diilhami
dan dilandasi oleh nilai-nilai ajaran Islam yang universal, dalam lapangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan kesenian, yang didedikasikan bagi kepentingan dan
kemaslahatan umat manusia di muka bumi ini. Peradaban Islam merupakan bagian
dari kebudayaan Islam yang bertujuan memudahkan dan menyejahterakan hidup
manusia di dunia dan di akhirat kelak(.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-yogyakarta/pendidikan-
agama-islam/ipteks-dan-peradaban-islam/44818864)

Maju mundurnya suatu peradaban berkaitan erat dengan maju mundurnya


ilmu pengetahuan, sebab substansi peradaban adalah ilmu pengetahuan. Wujud
sebuah peraaban merupakan produk dari akumulasi 3 elemen penting yaitu sebagai
berikut :

1. Kemampuan manusia untuk berpikir sehingga menghasilkan sains dan


teknologi

2. Kemampuan berorganisasi dalam bentuk kekuatan politik dan militer

3. Kesanggupan berjuang untuk hidup

Prinsip-prinsip peradaban Islam merujuk pada sumber ajaran Islam, yaitu:

1. Menghormati akal
2. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu

3. Menghindari taklid buta

4. Tidak membuat pengrusakan

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni hingga seperti sekarang


ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan melalu proses bertahap dan
evolutif. Dalam sejarah umat manusia, bangsa yang diduga dapat menciptakan ilmu
dan teknologi pertama kali adalah bangsa Sumeria yang hidup kurang lebih 3000
tahun sebelum Masehi(http://sitimustikaayu.blogspot.com/2019/01/konsep-ipteks-
dan-peradaban-islam.html?m=1.)

C.Islam Sebagai Sumber Ilmu Peradaban

Sumber peradaban islam adalah Al – Quran dan Hadist. Sebagai sumber


peradaban, Al – Quran mengilhami lahirnya berbagai pemikiran dari para pemikir
muslim. Dalam menciptakan pemikiran, mereka menggunakan Al – Quran sebaga
sumber inspirasi.. Al – Quran mengandung ayat – ayat yang merupakan sumber
ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu contoh dari kebenaran Al – Quran yaitu
cerita tentang Nabi Musa yang membawa Bani Israel kelua dari Mesir menuju
palestina dengan menyebrangi laut meah karena menghindari Raja Fir’aun. Nabi
Musa memukulkan tongkatnya ke laut dan lautnya terbelah dan membentuk jalan
yang dilewati oleh musa dan kaumnya. Saat Raja Fir’aun mengejarnya dan berada d
tengah – tengah laut itu menutup kembali dan dan Raja Fir’aun tenggelam.
Kemudian ditemukan mayat Fir’aun dan dijadikan mumi. Kemudian Prof. Bucaille
melakukn penelitian dan membelah jasadny dan memang Fir’aun mti karena
tenggelam dilaut dan mengalam shock yang hebat. Hal ini sesuai dengan surat
Yunus,10 : 92.

Al – Quran membantu manusia mengungkapkan peradaban masa lalu untuk


dijadikan pelajaran dan agar manusia senantiasa melakukan dialog dengan
peradaban – eradaban sebelumnya. Dialog antar peradaban meruoakan sesuatu
yang niscaya sebab sebuah bangsa ketika sedang mengalam kejayaan terkadang
memberikan pengaruh pada peradaban lain, sebaliknya ketika mengalami
kemunduran, cenderung dipengaruhi oleg peradaban lain. bangsa yang kuat hanya
akan mengambil pengaruh positif dari peradaban lain, sedangkan bangsa yang
lemah akan cenderung mengambil sesuatu dari peradaban lain baik positif maupun
negative. Agar dapat berinteraks dengan peradaban lain maka harus mengenal
identitas peradabanya sendiri terlebih dahulu.

Tauhid merupakan perbuatan yang menegaskan bahwa Allah itu esa, pencipta
utama, Tuhan semesta alam, merupakan intisari peradaban islam. Melalui
pengamatan, kajian, dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sebi.
Allah menghendaki manusia agar dapat lebih merasakan kebesaran, kehebatan
dan keagunga-Nya. Dalam beraktifitas manusia dituntut untuk mematuhi rambu -
rambu yang telah ditentukan oleh Allah sesua Al - Quran dan Hadist. Manusia
dipersilahkan mebgembankan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
merupakan wujud kreativitasnya, sesuai dengan nilai ajaran islam.
(http://sitimustikaayu.blogspot.com/2019/01/konsep-ipteks-dan-peradaban-
islam.html?m=1(

Seorang muslim harus mampu memelopori dan membimbing terwujudnya


peradaban yang berlandaskan Islam, yaitu dengan memelihara dan
mempertahankan peradaban yang sudah ada selama menunjukkan nilai yang positif
dan berguna bagi kehidupan manusia, membuang nilai-nilai yang bertentangan
dengan ajaran Islam dan menggantikannya dengan yang baru sesuai dengan ajaran
Islam (al-muhafadzatu ala al-qadim ash-shalih wa al- akhdzu bi al-jadid al-ashlah).

 • Dinamika peradaban menuntut dialog dengan peradaban lain. Sehingga


tidak ada salahnya umat Islam menerima sebagian dari hasil peradaban lain,
misalnya Barat moderen
 . • Asalkan kita tidak terjebak menerima basic ideologi yang sesungguhnya
bukan bagian dari ilmu itu sendiri. Misalnya, ateisme adalah basic ideology
yang kadang "mencemari" ilmu-ilmu alam. Padahal menguasai biologi-fisika-
kimia tidak selalu harus ateistik.
 • Umat Islam harus mewarnai dan mengembangkan ilmu dengan karakter
universal ajaran Islam seperti memelihara hidup, memelihara alam, harta,
dan keturunan(https://www.slideshare.net/ayub99/8-ipteks-dan-peradaban-
islam.(
Islam adalah hidayah Allah, agama semua nabi, dan kitab suci Al-Quran adalah
sumber utama ajaran Islam yang dianut oleh hampir seperempat penduduk dunia
hari ini.

 Al-Quran menyuruh manusia belajar dari sejarah dan mengambil


perbandingan dari kejayaan dan kejatuhan umat-umat terdahulu dalam
rangka menghadapi masa depan. Pesan-pesan samawi dalam Al-Quran
sejalan dengan semua tingkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban. Umat Islam di masa lalu mencapai zaman kejayaan dan menjadi
trendsetter kemajuan peradaban dunia dalam abad 7 - 13 M adalah karena
mengamalkan Api Islam, menurut istilah Presiden RI Pertama Soekarno, yang
bersumber dari Al-Quran.
 •Al-Quran mendorong manusia agar mengembangkan kemampuan berpikir
seimbang dengan kemampuan berzikir, mengingat Allah. Al-Quran
menginspirasi perkembangan ilmu pengetahuan dan mengajarkan peran dan
tanggungjawab manusia yang diberi amanah ilmu. Al-Quran sebagai
pedoman hidup (manhaj al-hayah) menuntun umat manusia agar
memperoleh keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ada empat fakta seputar Al-Quran sesuai surat Al-Israa [17] ayat 105 dan Al-Hijr [15]
ayat 9 sebagaimana disimpulkan oleh H.S.M. Nasaruddin Latif dalam tulisannya
Fakta dan Data Al Quran (1391 H).

 Pertama, Kitab Suci Al-Quran adalah benar-benar Wahyu Ilahi yang


diwahyukan-Nya kepada Nabi/Utusan-Nya, Muhammad SAW.
 Kedua, Kitab Suci Al-Quran itu berisi kebenaran mutlak dari Allah yang Maha
Kuasa dan Maha Mengetahui.
 Ketiga, Nuzul/turunnya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW adalah benar
dan tepat, selaku penerima pertama dan pemegang amanat dari Tuhan SWT
yang akan menyampaikannya kepada umat manusia.
 keempat, Kitab Suci Al-Quran itu, senantiasa dipelihara keaslian dan
keutuhan (authenticitasnya) dari tangan-tangan yang hendak merusak
keaslian dan keutuhan serta keabadiannya sepanjang kurun zaman, sampai
datang waktunya Iradat Ilahiyah akan mengangkatnya kelak di akhir zaman,
menjelang pergantian kehidupan duniawi yang fana dengan Hari Akhirat yang
kekal abadi.

Dr. Abdurrazaq Naufal dalam buku Baina Dien Wa Ilmi (Antara Agama dan Ilmu
Pengetahuan) mengemukakan tiga pertanyaan dan jawaban ketika mengurai konflik
agama dan ilmu pengetahuan di dunia Barat semenjak abad ke-17, yaitu: (1) kapan
dimulainya ilmu dan kapan agama? (2) apa tujuan ilmu dan tujuan agama? (3) dari
mana sumber ilmu dan sumber agama? Abdurrazaq Naufal lalu menjelaskan
berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 30-39 yang berbicara tentang sejarah Nabi
Adam

 Pertama, ilmu maupun agama dimulai dari nenek-kakek manusia pertama


Nabi Adam, yang diturunkan ke muka bumi ini untuk menjadi khalifah
dengan tugas meramaikan, memakmurkan dan menguasai bumi dengan
segala isinya. Adam dianugerahi ilmu pengetahuan dan juga diberi agama
yang akan menjadi way of life baginya.
 Kedua, tujuan ilmu dan tujuan agama adalah satu ialah menciptakan
kebahagiaan, jasmani dan ruhani manusia, sebagaimana tercantum dalam
ayat-ayat Al Quran itu. Ketiga, sumber ilmu dan sumber agama ialah satu
yang tidak terpisahkan yaitu Allah SWT.
 Keempat, karena semuanya satu, maka akhirnya antara ilmu dan agama
tidak mungkin ada konflik. Jika diciptakan pertentangan antara keduanya
dan masing-masing menempuh jalannya sendiri, niscaya hidup manusia
akan rusak dan dunia akan kacau.
 Kelima, oleh karena itu, Islam memanggil segala macam ilmu
pengetahuan supaya mempersatukan diri dengan agama, dan para ahli,
baik ahli ilmu pengetahuan dan ahli agama agar bersatu mengabdikan diri
kepada Tuhan dan mempersatukan tekadnya untuk kebahagiaan manusia
dan alam seluruhnya(https://kemenag.go.id/opini/al-quran-dan-ilmu-
pengetahuan-eeubhf)

C.Islam menyikapi IPTKES


Iptek dan agama Islam merupakan komponen yang saling melengkapi
antara satu sama lain bagi seorang Muslim yang hidup di zaman modern
seperti sekarang ini. Kita bisa melihat dengan jelas bahwa tidak ada
kontradiksi antara agama Islam dengan ilmu pengetahuan. Keduanya
bersifat integral dan tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain.
Hubungan tersebut bisa menunjukkan kepada kita bagaimana Islam
memandang ilmu pengetahuan dan hal-hal yang berkaitan dengan
sesuatu yang ilmiah dengan sangat positif. Islam sebagai sebuah agama
tidak menjadi sebuah portal penghalang terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi. Islam justru sangat terbuka dan mendukung adanya
perkembangan iptek selama tidak bertentangan dengan akidah-akidah
Islam yang tercantum pada Al-Qur’an dan hadis. Tinggal kita sebagai
umat Muslim yang harus bisa menyeimbangkan antara keduanya agar
hidup kita tetap seimbang dalam mencapai tujuan hidup di dunia dan di
akhirat.( Paradigma Qur'ani Islam terhadap Perkembangan IPTEK |
kumparan.com )

Islam adalah agama yang sangat menghormati IPTEKS, terbuk- ti


banyak ayat-ayat al-Qur'an dan hadits Nabi SAW yang menunjuk- kan
bahwa islam adalah agama yang menghormati IPTEKS. Meksim
Rodorson (penulis yang berhaluan Marxis) ketika menelaah Q.S. Ali
Imrân/3: 190-191 dan Q.S. Al-Baqarah/2: 164. menyatakan bahwa, kata
'aqala (menunjukkan manusia harus berpikir secara rasional). Al-Qur'an
memerintahkan agar, manusia banyak melakukan kajian ilmiyah, seperti
afala ta'qiluun "Apakah kamu tidak berakal?"; nazhara (menganalisa),
tatafakkaruun (memikirkan), faqiha (memahami), 'alima (mengerti,
menyadari), burhan (bukti, argumentasi) dan lain-lain, apa- bila ini
dilakukan oleh umat islam niscaya akan menemukan banyak sekali nilai-
nilai ilmiyah yang terdapat dalam al-Qur'an. Maka dapat dikatakan bahwa
ilmu itu membutuhkan pembuktian (dalil, hujjah atau argumen) sebagai
hasil dari sebuah pencarian, dan al-Qur'an mengis- yaratkan mengenai hal
ini, tergantung bagaimana kita memikirkannya(https://repository.um-
surabaya.ac.id/4530/1/Modul_AIK_4_Hukum.pdf.)
D.Konsep IPTKES dalam islam
‫َأ‬
Allah SWT berfirman: ‫ت‬ ِ ‫يا معشر الجن واإلنس إن استطعم أن تنفذوا مِنْ ْق َط‬
ِ ‫ار ال َّس َم َاوا‬
ِ ْ‫َواَأْلر‬
َ ‫ض َفانفُ ُذوا اَل َت َت َف ُذ‬
‫ون ِإاَّل بسلطان‬
Artinya: Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan. (QS 55:33)
seruan Allah SWT dalam ayat diatas, adalah merupakan tantangan
bahwa manusia harus secara terus menerus megembangkan IPTEKS di
segala bidang kehidupan manusia, agar dapat memahami raha- sia-
rahasia Alloh SWT baik yang di langit maupun di bumi. Dan melalui
penemuan-penemuan diharapkan manusia semakin yakin akan ke-
beradaan dan kebesaran Alloh SWT.
Toronto (2007), Hakekat IPTEKS sebenarnya adalah alat yang diber-
ikan kepada manusia untuk mengetahui dan mengenal rahasia-rahasia
alam ciptaan Alloh sebagai khalifatullah fil ard, dan tujuan akhir dari
IPTEKS adalah pengabdian manusia secara total kepada Alloh SWT.
Alloh SWT berfirman
: ‫صالتِي َو ُنسُكي ومحياي ومماتي هلل َربِّ العلمين‬
َ َّ‫قُ ْل ِإن‬
Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidup-
ku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (QS 6:162).
Pada hakekatnya IPTEKS harus mengakui adanya nilai-nilai kema-
nusiaan yang universal. Artinya mengaitkan IPTEKS dengan ideologi
Islam sangatlah mungkin untuk dilakukan, yaitu dengan menanamkan
teori, metode dan tujuan IPTEKS secara Islami. Mulkan (1998), me- nilai
bahwa epistemologi islam sangat diperlukan karena Islam sudah jauh
ketinggalan dari golongan orang-orang non Islam. Oleh karena itu kajian-
kajian tentang IPTEKS yang dihubungkan dengan Islam harus menjadikan
paradigm baru dan secara terus menerus harus dilakukan. Karena pada
dasarnya IPTEKS dan Islam bisa bisa berjalan bersama demi untuk
kemaslahatan umat manusi secara universal dalam rangka untuk mencari
ridho Alloh SWT dengan cara menghubungkan antara IPTEKS dengan
ayat-ayat al-
Qur'an(https://repository.um-surabaya.ac.id/4530/1/Modul_AIK_4_Hukum.
pdf.)
E .IPTKES tidak bertentangan dengan islam

Banyak orientalis barat yang mengatakan bahwa yang menghambat


kemajuan IPTEKS adalah agama, sehingga mereka harus memisah- kan
antara ilmu pengetahuan dan teknologi dengan agama. Memang banyak
bukti yang mengarah pada pernyataan itu, sehingga mereka yang
umumnya beragama nasrani semakin mempelajari IPTEKS mer- eka akan
semakin jauh dari agamanya sendiri. Berbeda dengan Islam, semakin
maju IPTEKS akan semakin membuktikan akan kebenaran Islam,
sehingga Islam adalah satu-satunya agama yang bisa berjalan selaras
dengan kemajuan teknologi. Posisi Islam semakin jelas dalam
menempatkan IPTEKS pada konteks yang layak, artinya menuntut ilmu
memiliki tempat tinggi, tetapi tetap tnduk pada norma-norma dan nilai- nilai
Islam.
Dalam perspektif Islam, IPTEKS tidak boleh dipandang sebagai
sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama. Sebaliknya, IPTEKS
harus digunakan untuk mengembangkan kehidupan manusia secara
harmonis dengan agama dan nilai-nilai moral. IPTEKS juga harus
dipergunakan untuk mengembangkan kebaikan dan memperbaiki kualitas
hidup manusia secara umum.Namun, dalam menggunakan IPTEKS, umat
Islam harus berhati-hati dan memperhatikan batasan-batasan yang
ditetapkan dalam agama
. IPTEKS tidak boleh digunakan untuk merugikan orang lain atau
merusak lingkungan. IPTEKS juga tidak boleh digunakan untuk
menggantikan posisi Tuhan dalam mengatur alam
semesta(https://maryamsejahtera.com/index.php/Education/article/downlo
ad/155/160.)

F.Peradaban Islam mendukung IPTKES

Islam sangat mendukung umatnya untuk menemukan dan


mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Dalam hal
pengembangan Iptek, umat Islam dapat mempelajarinya dari orang-orang
no-Islam, disamping juga dapat mengembangkan Iptek dari spirit ajaran
Islam sendiri. Oleh karena produk keilmuan yang datang dari orang-orang
non-Islam –secara umum- bersifat sekuleristik, maka setelah dipelajari,
sebelum diadopsi dan diterpkan di dunia Islam, penting untuk terlebih
dahulu diberikan nilai-nilai keislaman, agar tidak bertentangan dengan
ajaran-ajaran hukum Islam
. Ajaran hukum Islam secara normatif dan empirik sangat
memulyakan orang-orang yang beriman dan berilmu dengan beberapa
derajat. Dalam ajaran hukum Islam, ditegaskan bahwa tidak sama antara
orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu
jelas lebih baik dan lebih utama daripada orang yang tidak berilmu.
Dengan demikian, pengembagan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan ragam modelnya (misal dengan bahasa Islamisasi Iptek) sangat
dianjurkan oleh ajaran hukum
Islam(https://www.neliti.com/id/publications/117316/pengembangan-iptek-
dalam-tinjauan-hukum-islam)
Banyak bukti bahwa peradaban Islam yang bersumber dari al- Qur'an
dan As Sunnah adalah pendukung utama IPTEKS. Al-Qur'an mendorong
perkembangan IPTEKS, hal ini dibuktikan dengan banyak- nya ayat al-
Qur'an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, pujian dan kedudukan
yang tinggi bagi orang-orang yang berilmu serta pahala bagi yang
menuntut ilmu. Alloh berfirman
:ِ‫ِين ُأو ُتوا ْالع ِْل َم َد َر َجات‬ َ ‫ش ُزوا َفا ْن َش ُزوا َيرْ َف ِع هَّللا ُ الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا مِن ُك ْم َوالَّذ‬ ُ ‫َفا ْف َسحُوا َي ْف َسح هللاُ لَ ُك ْم َوِإ َذا قِي َل ا ْن‬
َ ُ‫َوهَّللا ُ ِب َما َتعْ َمل‬
‫ون َخ ِبي ٌر‬
Artinya: Niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat (QS Al Mujadilah: 11)
Ibnu 'Abbas menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para
ahli ilmu dan orang mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat
sejauh perjalanan 500 tahun.
Dengan memberikan keleluasan dan penghargaan yang tinggi ke-
pada orang-orang berilmu, maka banyak prestasi yang ditorehkan oleh
para ilmuwan muslim di berbagai bidang kehidupan seperti : bidang
matematika, fisika, kimia, kedokteran, sosial dan lain-lain. Al-Khwarizmi
(833M) adalah ahli matematika yang menemukan rumus Al Jabar dan
angka nol dalam matematika yang sampai saat ini masih digunakan oleh
manusia. Nama Al-Khawarizmi juga di abadikan dalam matem- atika yaitu
logaritma yang berasal dari bahasa inggris algorithm yang ditransliterasi
dari Al-Khawarizmi. Di bidang kedokteran ada Ibnu Sina (oleh orang barat
disebut Avicena) melalui sebuah karya medisnya yang berjudul The
Canon "Al-Qanun fit thibb" yang bukan hanya membahas masalah medis
saja, tapi juga membahas tentang farmasi, farmakologi dan zoology. Di
bidang fisika ada Al-Biruni (1038M) menemukan hukum gravitasi bumi,
dan rumus trigonometri untuk mengukur keliling bumi. Al-Haitsam (1041M)
dalam karyanya Al-Manazir menemukan bidang optic dan teori
penglihatan yaitu seseorang bisa melihat karena adanya obyek yang
memantulkan cahaya pada kornea mata. Banyak lahirnya ilmuwan Muslim
tersebut menunjukkan tingginya peradaban muslim, yang salah satu
dirinya adalah perhatian yang serius terhadap perkem- bangan ilmu
pengetahuan dan
teknologihttps://repository.um-surabaya.ac.id/4530/1/Modul_AIK_4_Huku
m.pdf.)

Adapun tujuan manusia terus meningkatkan ilmu pengetahuan


sejatinya adalah untuk meningkatkan harkat kemanusiaannya, meredam
rasa kesombongan, dan juga memperbanyak berbuat kebajikan melalui
karunia akal yangdimilikinya. Jika ditilik dalam pemikiran sekuler,
pengetahuan memiliki tiga karakteristik utama, yakni objektif, netral, dan
juga bebas nilai.
Sedangkan dalam agama Islam, pengetahuan tidak boleh bebas begitu
saja. Di zaman sekarang ini, ilmu pengetahuan berkembang pesat
sehingga semakin banyak teknologi bermunculan di kehidupan manusia.
Teknologi memang memiliki dampak positif bagi manusia. Misalnya,
memberi kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia.

Sayangnya, kehadiran teknologi juga dapat memberi dampak negatif


berupa ketimpangan dalam kehidupan. Sedangkan makna seni sendiri
adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala
prosesnyahttps://maryamsejahtera.com/index.php/Education/article/downl
oad/155/160.)

G.Peran IPTKES dalam perkembangan peradaban islam


Islam mendorong umatnya untuk berdakwah dengan mengikuti
perkembangan zaman, salah satunya dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek). Berbeda dengan pandangan dunia Barat
yang melandasi pengembangan ipteknya untuk kepentingan materiel, Islam
mementingkan pengembangan dan penguasaan iptek untuk menjadi sarana
ibadah. Selain itu iptek juga sebagai pengabdian muslim kepada Allah
(spiritual) dan mengembangkan amanat khalifatullah (wakil Allah) di muka
bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan dan menyebarkan rahmat bagi
seluruh alam (rahmatan lil alamin). Digitalizing Muslim Life ini sangat penting
digelar bagi umat Islam di Indonesia dan dunia pada umumnya. “Umat islam
hari ini hidup dalam era digital yang sangat cepat dan tidak mungkin ditolak.
Umat Islam harus sadar dan berpacu dengan waktu dalam menyiapkan diri.
Jika tidak, umat Islam akan tertinggal oleh zaman”. umat Islam terombang-
ambing arus perubahan karena tak adaptif. Perkembangan teknologi
dikaitkan dengan konsep Masyarakat 5.0 atau smart society dengan tujuan
menciptakan keseimbangan antara manusia, alam dan teknologi.
umat Islam harus bisa menyesesuaikan diri dan beradaptasi menghadapi
perubahan itu. Ma’ruf Amin menyinggung masalah teknologi dalam Kongres
Nasional ke-41 Syarikat islam beliau mengatakan “Teknologi selalu berevolusi
dengan cepat yang dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan
kesejahteraan. Umat Islam harus siap dan adaptif menghadapi tantangan
[perubahan] ini. Kita harus memiliki cita-cita tinggi agar kita tidak terombang-
ambing dalam arus perubahan, bahkan dapat menjadi pemimpin dalam
perubahan,” Saat mengikuti acara daring bertema “Penguatan Dakwah
Ekonomi Menghadapi Era Masyarakat 5.0 ”itu, Wapres menjelaskan
perkembangan teknologi ini turut memberikan manfaat dalam pembangunan
ekonomi sejak revolusi industri yang terjadi pada abad ke-18 hingga saat ini
telah memasuki era Masyarakat 5.0”. Saat ini sedang terjadi perubahan yang
luar biasa dalam pembangunan ekonomi, salah satunya dipicu oleh
perkembangan teknologi. Dari waktu ke waktu pemanfaatan teknologi makin
besar dalam kegiatan ekonomi. Ahmad Fatan membagi empat poin utama
dalam kajiannya yaitu hukum asal teknologi, hukum menggunakan teknologi,
hukum mengembangkan teknologi, dan yang terakhir yaitu bagaimana cara
kita dalam memanfaatkan teknologi.

Teknologi secara hukum fiqih tentu berkaitan dengan masalah duniawi


dan hukumnya adalah boleh. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa beliau
menyerahkan urusan duniawi kepada umatnya, sedangkan urusan agama
maka Rasulullah yang lebih memahaminya. Pada poin kedua yaitu
menjelaskan bahwa pada dasarnya teknologi ini memiliki dua sisi mata
pedang tergantung siapa yang menggunakannya. Teknologi pada dasarnya
merupakan sarana atau wasilah yang memiliki kaidah fiqihnya sendiri. Hukum
wasilah bergantung pada tujuannya. “Jadi misalnya dalam penggunaan
laptop, gawai apapun teknologinya itu dihukumi berdasarkan tujuannya. Kalau
digunakan untuk tujuan yang buruk maka menjadi haram tetapi jika digunakan
untuk kebaikan maka hukumnya bisa menjadi mubah”, jelasnya. Misalkan
ketika kita hendak naik pesawat terbang untuk menunaikan ibadah haji maka
pesawatnya itu merupakan wasilah atau teknologi. Kemudian menggunakan
pesawat itu hukumnya menjadi boleh karena digunakan sebagai sarana untuk
beribadah. Sedangkan terkait hukum dalam mengembangkan teknologi sama
halnya dengan hukum mempelajari ilmu yang terkait teknologi. Hukumnya
adalah fardhu kifayah. Itu tidak termasuk ke dalam ilmu agama akan tetapi
ilmu tersebut dibutuhkan oleh Umat Islam. pengembangan iptek akan
mendorong orang untuk lebih mendalami dan menghayati ajaran agama dan
pendalaman serta penghayatan ajaran agama akan mendorong orang untuk
mengembangkan iptek. Adapun alasan mengapa kita sebagai umat islam
harus menguasai IPTEK, terdapat alasan pokok diantaranya: Ilmu
pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-
negara barat, yang berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di
negara negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.

dengan adanya upaya-upaya ini untuk melemahkan umat Islam dari


pemikiran kemajuan IPTEK, misalnya umat Islam disodori persoalan-
persoalan klasik agar umat Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya
bertengkar sendiri. Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan
pemikiran untuk memperluas, memperdalam,dan mengembangkan iptek. Dari
uraian di atas dapat dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam
perkembangan iptek setidaknya ada 2 yaitu
 pertama menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan
ilmu pengetahuan.
 kedua menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek.

Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang


seharusnya dijadikan tolak ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.
Iptek yang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah
Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah
diharamkan syariah Islam contoh penyebaran berita hoax yang dapat
memecah belah islam serta saking mudahnya melakukan pencarian dan
informasi membuat banyak umat yang menyalah gunakanya. sebaiknya
menjadikan IPTEK menjadi sarana media dakwah bagi umat Islam. Sudah
ada pemanfaatan teknologi dalam bidang keislaman. Beberapa di antaranya
adalah digitalisasi kitab klasik sehingga bisa diakses dengan gampang. Lalu,
ada pula aplikasi pengingat shalat, Al-Qur’an digital, doa-doa dan beragam
cara penunjang ibadah ubudiyah yang bisa diakses secara praktis melalui
perangkat mobile. Media sosial juga telah dimanfaatkan untuk melakukan
koordinasi pengajian rutin yang dikenal dengan sebutan one day one juz
(ODOJ). Kini juga telah tersedia aplikasi kalkulator zakat, pengingat shalat,
aplikasi halal, dan lainnya. Sebenarnya masih banyak potensi yang belum
dimanfaatkan. Adapun dampak negatif maupun positif dalam perkembangan
iptek, Kemajuan dalam bidang iptek telah menimbulkan perubahan sangat
cepat dalam kehidupan umat manusia. Perubahan ini, selain sangat cepat
memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada segi-segi kehidupan
yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah
menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk
di dalamnya nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan. ( Peran Pentingnya
IPTEK dalam penyebaran Agama Islam (republika.co.id)

Anda mungkin juga menyukai