No Urut : 5
Ilmu pengetahuan dan teknologi (selanjutnya disebut iptek) padaera sekarang ini,
telah dapat menciptakan kemakmuran dankemudahan di segala sendi kehidupan
manusia, tidak terkecuali padapelaksanaan ritual keagamaan. Hal ini dapat dilihat,
misalnya begitumudah umat Islam sekarang ini melaksanakan ibadah haji,
denganberbagai fasilitas yang tercipta dari ekplorasi iptek tersebut, terlebihlagi bila
kita membandingkan pelaksanaan ritual ibadah haji zamandulu, yang masih berjalan
seadanya dan hanya mengandalkankeramahan alam.
Pada sisi lain, tidak dapat disangkal pula bahwa kemajuan iptektersebut telah
mendorong manusia ke arah kehidupan yang sangatkonsumtif, terlebih lagi dengan
kemajuan itu, tindakan manusiasebagai pribadi (ego) untuk menguasai manusia lain,
tampak begitusangat mudah sehingga kita dapat melihat dalam berbagai
peran,manusia berekspresi di dunia ini semakin mengasyikan dan membawakita
menjadi terpesona, terperanjat, atau ikut tertawa bahkan mungkin pula menangis,
karena harkat manusia di mata manusia lainnyadianggap sepele dan mungkin tak
bermakna lagi.
Itulah eksistensi dari kemajuan iptek pada zaman ini, dengansegala model, ia
dapat dibentuk, tetapi dengan segala akibatnya pula iaharus diterima sebagai
sebuah kenyataan yang tak dapat dipungkiri,ibarat sebuah koin mata uang, kedua
sisinya tidak dapat diambil danditolak secara bersamaan, ikhtiar kita adalah dengan
cara mensiasatiuntuk memunculkan sisi baiknya lebih sering, sehingga yang
lebihdominan muncul adalah maslahatnya daripada mafsadatnya.Alquran sebagai
salah satu kitab suci, tidak terlepas dalammembicarakan hal itu, bahkan di masa
Nabi telah dikumandangkanurgensi ilmu pengetahuan. Tetapi dalam konteks
kekinian, "peranAlquran semakin sulit". Sebagian umat Islam hanya
menjadikannyasebagai salah satu alat justifikasi kemajuan Iptek, bukan
dijadikansarana pemicu dan pemacu untuk menciptakan yang baru (mutaakhir),agar
dapat merubah image akan keapologian umat Islam terhadapAlquran atas kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karenaitu, dalam artikel ini dibahas
bagaimana konsep ilmu pengetahuan danteknologi serta bagaimana pula
keterpaduannya dalam Alquran(https://www.studocu.com/id/document/universitas-
negeri-yogyakarta/pendidikan-agama-islam/ipteks-dan-peradaban-islam/44818864)
Sebenarnya tidak ada pertentangan antara Islam dan IPTEKS, ketika IPTEKS
diartikan sebagai metode yang rasional dan empiris untuk mempelajari ilmu
fenomena alam. Pertentangan itu hanya bisa terjadi, jika IPTEKS dan metodologinya
dibuat dalam sebuah nilai trasenden yang mencakup secara menyeluruh dengan
mengorbankan nilai-nilai Islam (Butt, 2001)
ِ ْوإلي آمُو َد َأ َخاهُم صخا قان يقوم أع ُب ُدوا هللا ما لكم من إله غير ه َُو أنشأ ُكم م َِّن اَأْلر
ْ ض َواسْ َتعْ مْ َر ُك ْم فِي َما َف
ُ َت ْغفِرُوهR اس
" ُث َّم لونوا ِإلَيْه ِإن َربِّي قريب مجيب
Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.
Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya,
sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya)." (QS. Huud [11]: 61)
. Salah satu prestasi keilmuan dalam peradaban muslim, dapat ditemui dalam
berbagai bidang, yaitu bidang matematika, kedokteran, fisika dan astronomi. Bidang
matematika dengan tokohnya al-Khawarizmi (w. 833 M) dengan penemuan angka
nol yang disebutnya shifr. Al-Khawarizmi juga perumus utama "al-Jabar". Nama al-
Khawarizmi juga diabadikan dalam nama "logaritma yang diambil dari kata linggris
algorithm dan merupakan transliterasi dari al-Khawarizmi. Dalam bidang kedokteran
prestasi umat Islam terlihat dari konstribusi salah seorang ilmuwannya, Ibn Sina
(Avicenna) melalui sebuah karya medisnya, al-Qanun fit-Thibb (The Canon). Karya
ini bukan hanya membahas persoalan-persoalan medis, melainkan juga farmasi,
farmakologi, dan zoology; di samping ilmu bedah dan saraf. Bidang fisika, terdapat
dua tokoh muslim yang menonjol, yaitu al-Biruni (w. 1038 M) dan Ibn Haitsam (w.
1041 M). Al-Biruni dengan penemuannya tentang hukum gravitasi. Selain itu juga
berhasil mengukur keliling bumi secara matematis dengan menggunakan rumus-
rumus trigonometri. Sementara Ibn Haitsam menemukan bidang optik yang ditulis
dalam dalam karyanya al-Manazhir. Ibn Haitsam berhasil menemukan teori
penglihatan yang memastikan dalam temuannya bahwa sesorang bisa melihat
disebabkan objek yang memantulkan cahaya pada kornea mata. Prestasi lainnya
bisa dilihat dalam bidang(http://eprints.umsida.ac.id/2914/1/aik-4.pdf)
(https://www.scribd.com/doc/259029272/hakikat-ipteks-dalam-pandangan-
Islam)
A.PengertianIPTKES
1. Menghormati akal
2. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu
Tauhid merupakan perbuatan yang menegaskan bahwa Allah itu esa, pencipta
utama, Tuhan semesta alam, merupakan intisari peradaban islam. Melalui
pengamatan, kajian, dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sebi.
Allah menghendaki manusia agar dapat lebih merasakan kebesaran, kehebatan
dan keagunga-Nya. Dalam beraktifitas manusia dituntut untuk mematuhi rambu -
rambu yang telah ditentukan oleh Allah sesua Al - Quran dan Hadist. Manusia
dipersilahkan mebgembankan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
merupakan wujud kreativitasnya, sesuai dengan nilai ajaran islam.
(http://sitimustikaayu.blogspot.com/2019/01/konsep-ipteks-dan-peradaban-
islam.html?m=1(
Ada empat fakta seputar Al-Quran sesuai surat Al-Israa [17] ayat 105 dan Al-Hijr [15]
ayat 9 sebagaimana disimpulkan oleh H.S.M. Nasaruddin Latif dalam tulisannya
Fakta dan Data Al Quran (1391 H).
Dr. Abdurrazaq Naufal dalam buku Baina Dien Wa Ilmi (Antara Agama dan Ilmu
Pengetahuan) mengemukakan tiga pertanyaan dan jawaban ketika mengurai konflik
agama dan ilmu pengetahuan di dunia Barat semenjak abad ke-17, yaitu: (1) kapan
dimulainya ilmu dan kapan agama? (2) apa tujuan ilmu dan tujuan agama? (3) dari
mana sumber ilmu dan sumber agama? Abdurrazaq Naufal lalu menjelaskan
berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 30-39 yang berbicara tentang sejarah Nabi
Adam