Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKHLAK

AKHLAK PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak


Dosen Pengampu: Mahmudatus Sadiyah ,S.E., Sy., M.E.Sy.
Kelas Akuntansi A

Di Susun Oleh:

1. Dina Rohmadhani (201120002382)


2. Nur Laila Khoirotullatifah (201120002383)

3. Muthiatur Rohmah (201120002390)

PROGAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam masyarakat Islam, ilmu merupakan bagian yang tak


terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan, karena sumber ilmu yang
hakiki adalah Allah SWT. Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang
paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan mahluk yang lain,
karena manusia diberi daya berfikir, daya berfikir inilah yang
menemukan teori-teori ilmiah dan teknologi. Pada waktu yang
bersamaan, daya pikir tersebut menjadi bagian yang tak dapat
dipisahkan dari keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT. Oleh
karenanya, manusia tidak hanya bertanggung jawab kepada sesamanya,
tetapi juga kepada pencipta-Nya.
Meski begitu, perlu diingat bahwa ikatan agama yang
terlalu kaku dan terstruktur kadang kala dapat menghambat
perkembangan ilmu. Oleh karena itu, perlu kejelian dan kecerdasan
memperhatikan sisi kebebasan dalam ilmu dan sistem nilai dalam
agama agar keduanya tidak saling bertolak belakang. Di sinilah perlu
rumusan yang jelas tentang ilmu secara filosofis, akademik dan
agama agar ilmu dan teknologi tidak menjadi bagian yang lepas dari
nilai-nilai agama dan kemanusiaan serta lingkungannya.
Disamping itu, perlu dipertanyakan, apakah ilmu selalu
merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia? Apakah sudah
terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat
menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya, pembuatan bom
yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun
kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang
menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Di sinilah ilmu
harus diletakkan secara proposional dan memihak pada nilai-nilai
kebaikan dan kemanusiaan. Mengingat, jika ilmu tidak berpihak
kepada nilai-nilai kebaikan, maka yang terjadi adalah bencana dan
malapetaka.

1
Ide Islamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)
merupakan bagian dari upaya memberikan nilai-nilai Islam pada
beragam keilmuan dengan ragam model pengembangan- nya. Beragam
keilmuan dikembangkan dengan memberikan pandangan keislaman di
dalamnya. Ide ini melahirkan pihak- pihak yang pro dan kontra. Ada
yang setuju dan ada yang kurang setuju. Dengan begitu, tidak ada
salahnya jika ide Islamisasi Iptek ini ditinjau dari sisi hukum Islam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi?

2. Bagaimana Pandangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Menurut


islam?

3. Bagaimana Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi Menurut Islam?

4. Bagimana Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Di Bidang


Agama?

5. Bagaimana Sikap Muslim Terhadap Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Tentang Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

2. Mengetahui Tentang Pandangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Menurut islam

3. Mengetahui Tentang Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan


dan Teknologi Menurut Islam

4. Mengetahui Tentang Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Di Bidang Agama

5. Mengetahui Tentang Sikap Muslim Terhadap Ilmu Pengetahuan


dan Teknologi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Iptek singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kata


ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode metode tertentu yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di (bidang pengetahuan) itu.
Pengetahuan berasal dari kata “tahu” atau disebut juga mengerti.
Dalam pandangan Al- Quran, ilmu adalah keistimewaan yang
menjadikan manusia unggul terhadap makhluk- makhluk lain guna
menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini tercermin dari kisah kejadian
manusia pertama yang dijelaskan dalam QS. 2 (Al-Baqarah): 31 dan
32:

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian Dia mengemukakannya kepada para Malaikat,
lalu berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua benda itu, jika
kamu memang benar orang orang yang benar!
Mereka menjawab,’Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguh,
Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha bijaksana”. (QS.2Al-
Baqarah :31-32).
Teknologi, adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya
yang utuh dan menyeluruh, bertopang kepada pengetahuan ilmu-ilmu
alam yang bersandar kepada proses teknis tertentu. Menurut sebagian
ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang

3
alam materi dan fenomenanya. Al-Quran menyatakan bahwa alam
raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia. Dalam QS.45
(Al-Jatsiyah) :13 Allah Swt berfirman:

“Dan Dia telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang di
bumi untukmu semuanya, (sebagai rahmat) dariNya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang orang yang berfikir.”
Perkembangan IPTEK disamping bermanfaat untuk kemajuan
hidup Indonesia juga memberikan dampak negatif. Hal yang perlu
diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk menekan dampaknya
seminimal mungkin antara lain:
1. Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.
2. Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat
mencegahtimbulnya permasalahan di tempat itu.
3. Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang ada.
4. Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya
pemanfaatan dan penguataniptek mutlak diperlukan untuk mencapai
kesejahteraan bangsa.

2.2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Menurut Islam

Peran Islam dalam perkembangan iptek adalah bahwa


Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan
halal-haram (hukum-hukum syariah islam) wajib dijadikan tolak
ukur dan pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek
yang bolehdimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah
islam. Sedangkan Iptek yang tidak boleh dimanfaatkan adalah yang
telah diharamkan. Akhlak yang baik muncul dari keimanan dan

4
ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan,
dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
hanya akan muncul bila diawali dengan pemahaman ilmu
pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah SWT dan
terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat
KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
Islam sebagai agama penyempurna dan paripurna bagi
kemanusiaan, sangat mendorong dan mementingkan umatnya untuk
mempelajari, mengamati, memahami dan merenungkan segala
kejadian di alam semesta. Dengan kata lain Islam sangat
mementingkan pengembangan ilmu pengetahuandan teknologi.
Berbeda dengan pandangan Barat yang melandasi pengembangan
Ipteknya hanya untuk mementingkan duniawi, maka Islam
mementingkan penguasaan Iptek untuk menjadi sarana ibadah atau
pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat
Khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk
berkhidmat kepada manusia dan menyebarkan rahmat bagi seluruh
alam. Ada lebih dari 800 ayat dalam Al- Quran yang mementingkan
proses perenungan, pemikiran, dan pengamatan tehadap berbagai
gejala alam, untuk di tafakuri dan menjadi bahan dzikir kepada Allah.
Bila ada pemahaman atau tafsiran ajaran agama Islam yang
menentang fakta ilmiah, maka kemumgkinan yang salah adalah
pemahaman dan tafsiran terhadap ajaran agama tersebut. Bila ada
ilmu pengetahuan yang menentang prinsip pokok ajaran agama
Islam maka yang salah adalah tafsiran filosofis atau paradigma
materialisme yang beradadi balik wajah ilmu pengetahuan modern
tersebut.
Karena alam semesta yang dipelajari melalui ilmu
pengetahuan dan ayat-ayat suci Tuhan (Al-Quran) dan Sunnah
Rasulullah SAW yangdipelajari melalui agama adalah sama-sama
ayat (tanda-tanda dan perwujudan) Allah SWT,maka tidak mungkin
satu sama lain saling bertentangan dan bertolak belakang, karena

5
keduanya berasal dari satu sumber sama, Allah Yang Maha Pencipta
dan Pemelihara seluruh Alam Semesta.

A. Kewajiban Mencari Ilmu


Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah
untuk beribadah kepada Allah. Tentunya beribadah dan beramal
harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan
sungguh sungguh perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari
seorang muslim ada 3, sedangkan yang lainnya akan menjadi
fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah ayatun
muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun
qoimatun (sunnah dari Al-hadist yang menegakkan) dan
faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh yang adil)
Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “mencari ilmu itu wajib
bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain
yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan emas pada
babi hutan.”
(HR. Ibnu Majah dan lainya) Juga pada hadist rasulullah yang lain,
“carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”. Dalam hadist ini kita
tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini
rasulullah menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru
dunia. Walau jauh ilmu haru tetap dikejar.
Dalam kitab “Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang
wajib dituntut terlebih dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang
dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan bagi setiap orang
yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila
kedua bidangilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu
lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika, matematika, dan lainya.
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga
lebih mengutamakan ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama.
Maka anak menjadi orang yang buta agama dan menyepelekan

6
kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu
sekali memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya
mempelajari ilmu-ilmu umum. Dalam hadist yang lain Rasulullah
bersabda,“sedekah yang paling utama adalah orang islam yang
belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.
“(HR. Ibnu Majah) Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi
orang yang mau menuntut ilmu kemudian ilmu itu diajarkan
kepada orang lain.
Inilah sedekah yang paling utama dibanding sedekah harta
benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama,
berarti menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang
manfaatnya bukan hanya dikenyam orang yang diajarkan itu
sendiri, tetapidapat dinikmati orang lain.

B. Interaksi iman, ilmu dan amal


Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang
harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem
yang disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga unsur
pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlakdengan kata lain iman,
ilmu dan amal shaleh. Islam merupakan ajaran agama yang
sempurna, karena kesempurnaannya dapat tergambar dalam
keutuhan inti ajarannya. Di dalam al-Qur’an dinyatakan yang
artinya “Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti
sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh (menghujam ke bumi)
dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan
buahnya setiap muslim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan- perumpamaan itu untuk manusia agar mereka
ingat”.
Dari penjelasan tersebut di atas menggambarkan
keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah dan akhlak
dengan menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon

7
yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan
amal merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan
antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah
phon yang menupang tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan
batang pohon yang mengeluarkan dahan. Dahan dan cabang-
cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari
pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni. IPTEK yang
dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan
menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.

C. Keutamaan orang yang berilmu


Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi
dan mulia di sisi Allah dan masyarakat. Al-Quran menggelari
golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat yang
menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka
di sisi Allah SWT dan makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai
“al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran: 7), “Ulul al-Ilmi” (Al Imran:
18), “Ulul al-Bab” (Al Imra: 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “
(Hud: 24), “al-A'limun” (al-An’kabut: 43), “al-Ulama” (Fatir:
28), “al-Ahya' “(Fatir: 35) dan berbagai nama baik dan gelar
mulia lain. Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT
berfirman:
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu
bahwa mereka amat istimewa di sisi Allah SWT. Mereka
diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi saksi
Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat
keras terhadap kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu,
sebagaimana firman-Nya:

8
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang
telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas)
dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia
dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula
oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159)
Rasulullah saw juga bersabda:
"Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali
mulutnya oleh Allah pada harikiamat dengan kendali dari api
neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau. Juga
diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi
berpendapat bahwa hadits ini sahih) Jadi setiap orang yang
berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia peroleh
dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau
mengamalkan pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat.

D. Penyikapan terhadap Perkembangan IPTEK


Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah SWT
berupa “alat” untuk mencapai dan membuka kebenaran.
Hidayah tersebut adalah:
a. indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
b. naluri, untuk mempertahankan hidup dan kelangsungan
hidup manusia secara probadimaupun sosial
c. pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu
mengembangkan kemampuan tiga jenis pengetahuan akali
(pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga
merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi
d. imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan
kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya hati
nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap
kebenaran tingkah laku manusia sebagai makhluk yang
harus bermoral.
Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia
dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat, dirasakan

9
perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-
norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi
Ghulsyani (1995), dalam menghadapi perkembangan IPTEK
ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok:
Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan
berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan
mencari ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai;
Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi
berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat
menyaring elemen-elemen yang tidak islami, Kelompok yang
percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya.
Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang
mengintrodusir istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam
konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas
antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya
ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan
“jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri.
Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna
ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-
bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia
meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara
alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan
membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya.
Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam
kehidupan sehari-hari yang islami adalah memanfaatkan
perkembangan IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia
danmeningkatkan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Kebenaran
IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya
IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila:
a. Mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan
menjauhkannya
b. Dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya

10
(yang baik),
c. Dapat memberikan pedoman bagi sesama,
d. Dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep
Islam sesuatu hal dapat dikatakan mengandung
kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti
luas.

2.3. Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Untuk meningkatkan kualitas ketakwaannya kepada Allah,


usaha pengembangan IPTEK merupakan bagian dari pengabdian
kepada Allah, agar tidak ada kegiatan yang sia- sia yang berakhir di
kehidupan dunia semata saja. Pengembangan IPTEK harus
memenuhi ketentuan seperti :
1. Niat karena Allah.
Karena menuntut ilmu sebagai kewajiban untuk umat muslim, maka
mengembangkan IPTEK merupakan ketaatan seorang muslim
terhadap kewajiban tersebut. Dan setiap usaha yang didasari karena
Allah akan iklas dan ketundukan pada aturan Allah.
2. Mengintegrasikan pengetahuan yang disediakan oleh Allah.
Dalam bentuk ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat tanziliah. Ayat
kauniliah adalah pengetahuan yang terhampar di alam kehidupan
dan ayat tanziliah adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada
Rasulullah saw berupa Al-Qur’an.
3. Berorientasi pada kemaslahatan umat manusia.
Rasulullah saw mengingatkan bahwa sebaik-baiknya manusia
adalah orang yang paling tinggi kebaikannya terhadap orang lain.
Karena itu Iptek jangan sampai menimbulkan kerugian bagi
kehidupan umat manusia.
4. Menjaga keseimbangan alam.
Dalam kegiatan meneliti (iptek) jangan sampai menimbulkan
kerusakan yang dapat mengganggu keseimbangan alam yang justru
akan merugikan manusia sendiri.

11
5. Menyadari bahwa Iptek adalah hasil kerja manusia yang tidak
menghasilkan kebenaran mutlak. Karena kebenaran yang mutlak
hanya lah datang dari Allah Yang Maha Mutlak. Maka dari itu
kebenaran iptek berada di bawah kebenaran mutlak yang
ditunjukkan oleh Allah.
6. Berorientasi pada ridha Allah.
Tujuan tertinggi dari setiap amal usaha manusia adalah tercapainya
ridha Allah terhadap amal usahanya tersebut.

2.4. Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Di Bidang Agama

A. Dampak Positif IPTEK di Bidang Agama


Ada beberapa dampak positif yang bisa kita lihat dalam
perkembangan atau kemajuan Iptek dalam bidang agama di
kehidupan masyarakat sehari hari yaitu :
1. Peningkatan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam mempunyai sesuatu kekuatan yang sangat
signifikan dipertahankan atau dikembangkan. Hal ini mungkin
dapat dilihat dari tataran filosofis atau konseptual dan
pengalaman selama ini dari lembaga-lembaga pendidikan
Islam. Yang dari waktu ke waktu telah mampu tumbuh di
tengah-tengah dinamika masyarakat. Tentunya dengan
hadirnya IPTEK dapat mempertahankan hingga mampu untuk
mengembangkan pendidikan Islam.
2. Meningkatkan Akses terhadap Informasi Keagamaan
Teknologi dapat membantu orang mengakses Alquran dengan
lebih mudah. Faktanya dibanding tahun lalu, terdapat
peningkatan sebesar 45 persen terhadap akses penelusuran
terkait dengan agama.
3. Sebagai Penyedia Konten Video Ceramah Keagamaan
Saat Ramadan, pencarian YouTube naik 40 persen. Masih dari
hasil survei yang sama, saat Ramadan. Maka pengguna
internet lebih banyak mencari konten video yang berisi tentang

12
keagamaan. Ceramah dari para ustaz yang dilihat melalui
video akan membuat ramadan menjadi lebih menyejukkan.
4. Dapat mencari informasi seputar kajian ibadah
Perkembangan IPTEK memudahkan kita dalam mencari
informasi. Dalam bidang agama, kita dapat mencari dengan
mudah kajian-kajian tentang ibadah. Seperti mencari hadist
tentang puasa, zakat, ataupun sebagainya.
5. Dapat berbagai ilmu terhadap sesama
Kita dapat berbagai ilmu dengan teman-teman kita seputar
keagaamaan. Tentunya dengan menyebarkan kebaikan. Pahala
akan terus mengalir sebab menyampaikan kebaikan kepada
orang banyak akan memberikan perubahan bagi mereka.

B. Dampak Negatif IPTEK di Bidang Agama


Ada beberapa dampak negatif yang bisa kita lihat dalam
perkembangan atau kemajuan Iptek dalam bidang agama di
kehidupan masyarakat sehari hari yaitu :
1. Mudahnya tersebar berita tentang perselisihan agama
Umat beragama di Indonesia rawan kehilangan kontrol diri
dalam menggunakan teknologi. Hal itulah yang memicu
masyarakat saling menghujat, menebar ujaran kebencian, dan
hoaks di media sosial. Pertentangan itu seringkali merusak
relasi sesama umat beragama di Indonesia.
2. Menghilangnya norma dan nilai serta sopan santun akibat dari
teknologi membuat masyarakat tidak lagi mengindahkan
moral yang ada di Indonesia.
Untuk menghadapi persoalan tersebut maka bidang
komunikasi Islam punya peranan yang penting sebagai filter
pengaruh negatif komunikasi dan informasi. Nilai-nilai
komunikasi islam yang sarat dengan akhlak dan adab dapat
menjadi filter penyebaran informasi yang bermuatan
prasangka. Dan kesalahpahaman yang akan menyebabkan
terjadinya perpecahan.

13
3. Ada pergeseran identitas banyak dipengaruhi oleh siaran
televisi, radio, media massa, dan yang mengalami ledakan
dahsyat dalam dasawarsa belakangan ini yaitu internet.
Perkembangan IPTEK di bidang agama yang semakin pesat
menyebabkan pegerseran identitas yang dipengaruhi internet.
4. Menurunnya budi luhur umat islam atau umat muslimin
dikalangan umat yg beragama lain dikarnakan banyaknya
umat muslim yang juga ikut ikutan budaya barat.
Tak bisa dipungkiri memang perkembangan globalisasi juga
turut andil dalam perubahan budi luhur umat islam terhadap
umat beragama yang lain. Tentunya ini dilatarbelakangi oleh
berkembanganya budaya barat dalam kehidupan sehari-hari.
5. Kurangnya perkembangan potensi dan kreatifitas individu
muslim akibat tidak adanya kemerdekaan dan kebebasan
pemikiran di tengah kaum muslim

2.5. Sikap Muslim Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sikap kita sebagai muslim dalam menanggapi IPTEK,


tentunya kita harus menanggapi dengan bijak. Cara menanggapi
IPTEK diantaranya :

1. Resesif, kita harus menerimanya dengan bijak, jangan sampai kita


menolaknya terhadap perkembangan IPTEK.
2. Selektif, setelah menerima kita harus memilah dan memilih mana
yang baik dan mana yang tidak. Dengan dasar Al-Quran, hadist
dan sunnah tentu kita bisa melakukan hal ini.
3. Digasif, IPTEK perlu kita arahkan tentunya untuk amal ma’ruf
nahi munkar.
4. Adaftif, perlu juga kita sesuaikan dengan jatri diri kita sebagai
muslim yang pasti sesuai dengan dasar islam.
5. Transmitif, kembangkanlah IPTEK untuk menyiarkan agama
islam sebagi contoh: dengan adanya Al-Quran seluler, Al-Quran
digital dan sebagainya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran


untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek itu sendiri.
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa Islam sangat mendukung umatnya
untuk menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek). Dalam hal pengembangan Iptek, umat Islam dapat mempelajarinya
dari orang-orang no-Islam, disamping juga dapat mengembangkan Iptek dari
spirit ajaran Islam sendiri. Oleh karena produk keilmuan yang datang dari
orang-orang non-Islam -secara umum- bersifat sekuleristik, maka setelah
dipelajari, sebelum diadopsi dan diterpkan di dunia Islam, penting untuk
terlebih dahulu diberikan nilai-nilai keislaman, agar tidak bertentangan
dengan ajaran-ajaran hukum Islam.
Ajaran hukum Islam secara normatif dan empirik sangat
memulyakan orang-orang yang beriman dan berilmu dengan beberapa
derajat. Dalam ajaran hukum Islam, ditegaskan bahwa tidak sama antara
orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu
jelas lebih baik dan lebih utama daripada orang yang tidak berilmu. Dengan
demikian, pengembagan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ragam
modelnya (misal dengan bahasa Islamisasi Iptek) sangat dianjurkan oleh
ajaran hukum Islam.

3.2.Saran

Pada bagian ini penulis ingin mengajak pembaca agar mengetahui


tentang materi ini. Adapun yang ingin disampaikan atas partisipasinya
pembaca, agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Dengan adanya kritik
dan saran dari pembaca, penulis bisa mengoreksi diri dan menjadikan
makalah kedepan menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat
memberikan manfaat bagi pemakalah juga pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. (2018). Kontribusi Islam Terhadap Perkembangan IPTEK.


Unisia, 33-40.
Arsyam, M. (2020). Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Menurut
Pandangan Islam. Jurnal Sekolah Tinggi Agama Islam, 45-49.
Dwijo, A. (2014). Pengembangan IPTEK dalam Tinjauan Hukum
Islam. UIN Sunan Ampel Journal of Islamic Education 2, 144-
166.
Fadilah, N. (2019). Kontribusi Pengembangan Ilmu Pengeathuan dan
Teknologi(IPTEK) dalam Islam. Jurnal Pemikiran dan Hukum
Islam 5, 43-50.
Maslaha, A., & Suryani, Y. J. (2018). Urgensi IPTEK dalam
Pengembangan Islam. Jurnal penelitian Pengembangan IPTEK,
47-55.

16

Anda mungkin juga menyukai