DISUSUN OLEH :
1.GILANG YULIO
(200203066)
2.RAFLI HERMAWAN
(200103024)
3.YUDHA IRVANA
(200103029)
4.SURYA PUTRA .R
(200203060)
5.SINGGIH BAGUS .P (200203071)
6.ZULFANI KHARISMA P (200103028)
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perkembangan dari permesinan material benda kerja yang semakin keras serta desain
produk yang semakin kompleks juga tuntutan produktivitas yang semakin tinggi
mengakibatkan timbulnya anggapan bahwa proses permesinan konvensional dengan
menggunakan perkakas potong dan perautan secara mekanis menjadi tidak ekonomis lagi dan
ketinggalan dalam ketelitian serta kualitas permukaan hasil pengerjaannya untuk jenis
material dan tuntutan tersebut diatas. Penggunaan material yang semakin keras untuk suatu
produk akan berkakibat terhadap kenaikan biaya permesinan yang semakin tinggi. Apabila
tidak dilakukan penerapan hasil penelitian pengembangan teknologi permesinan khususnya
pada perautan logam, maka kenaikan biaya permesinan tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu,
penggunaan mesin-mesin non konvensional dibutuhkan dalam proses produksi yang
menggunakan material yang lebih kompleks lagi. Penggunaan proses permesinan non
konvensional yang efisien diperlukan dipahami mengenai seluk-beluk dari permasalahan
permesinan. Metode proses permesinan non konvensional yang akan dipakai tidak dapat
digantikan oleh proses permesinan konvensional. Metode yang dipilih cocok atau tepat untuk
kondisi yang diberikan serta tidak akan efesien untuk kondisi yang lain. Macam-macam
mesin non konvensional terdiri dari Abrasive Jet Machining (AJM), Chemical Machining
(CHM), Electrochemical Machining (ECM), Electrical Discharge Machining (EDM), dan
Laser Beam Machining (LBM).
1.2.Ruang Lingkup
Pada pembahasan ini terfokus pada :
1.3.Tujuan
Tujuan makalah ini dibuat adalah untuk
1. Memberikan pengertian dan contoh tentang mesin non-konvensional.
2. Mengetahui prinsip kerja dari mesin non-konvensional.
BAB II
POKOK PEMBAHASAN
2.1. Pengertian mesin non-konvensional
Mesin non-konvensional adalah suatu proses pemotongan atau pembentukan material
menggunakan berupa pahat non-konvensional,berupa energi. Berdasarkan energi yang
digunakan, proses pemesinan nonkonvensional dapat dibagi kepada empat katagori yaitu :
Pemotongan pancaran air (WJC); menggunakan aliran air halus dengan tekanan dan
kecepatan tinggi, yang diarahkan pada permukaan bendakerja sehingga menyebab-
kan bendakerja terpotong seperti ditunjukkan dalam gambar.3. Proses pemotongan ini
juga disebut pemesinan hidrodinamik.
2. Pemotongan Pancaran Air Abrasif (Abrassive Water Jet Cutting)
Pemotongan pancaran air abrasif (AWJC); bila WJC digunakan untuk pemotongan
bendakerja logam, maka biasanya harus ditambahkan partikel abrasif kedalam aliran
pancaran. Partikel abrasif yang sering digunakan adalah oksida aluminium, dioksida silikon,
dan garnet (mineral silikat). Partikel abrasif yang ditambahkan kedalam aliran air sekitar 0,5
lb/min (0,23 kg/min) setelah keluar dari nosel.
Parameter dalam proses AWJC sama dengan pada proses WJC, yaitu :
diameter pembukaan nosel, tekanan air, dan jarak antara pembukaan nosel dan permukaan
bendakerja. Diameter pembukaan nosel berkisar antara 0,010 in. (0,25 mm) sampai 0,025 in.
(0,63 mm), sedikit lebih besar daripada WJC. Tekanan air yang digunakan hampir sama
seperti WJC, sedang jarak antara pembukaan nosel dengan permukaan bendakerja sedikit
lebih kecil, untuk meminimalkan dampak dari percikan cairan pemotong, yang sekarang
mengandung partikel abrasif. Jarak tersebut sekitar seperempat dan setengah dari jarak yang
biasa dipakai pada WJC.
3. Pemesinan Pancaran Abrasif (Abrassive Jet Machine)
Untuk mengarahkan nosel pada bendakerja biasanya dilakukan secara manual oleh
seorang operator. Jarak antara ujung nosel dengan permukaan bendakerja sekitar 1/8 in.
sampai beberapa in. Tempat kerja harus disiapkan dengan ventilasi yang cukup memadai
untuk operator. AJM pada umumnya digunakan untuk proses penyelesaian seperti pemangkasan,
pembersihan, pemolesan, dan sebagainya. Pemotongan dapat dilakukan untuk material yang keras dan
getas ( sebagai contoh gelas, silikon, mika, dan keramik) yang berbentuk rata dan tipis. Abrasif yang
sering digunakan adalah oksida aluminium (untuk aluminium dan kuningan), karbida silikon (untuk
baja tahan karat dan keramik), dan butir gelas (untuk pemolesan). Ukuran diameter butir sangat halus,
berkisar antara 15 sampai 40 mm, dan untuk dapat digunakan ukuran tersebut harus seragam.
Abrasive jet machine adalah sebuah proses pemesinan yang menggunakan bahan abrasive
yang di dorong oleh gas kecepatan tinggi atau air yang bertekanan tinggi untuk mengikis
bahan dari benda kerja. Prinsip Kerja AJM Adanya pemusatan aliran fluida dan partikel
abrasif dengan kecepatan dan tekanan tinggi / ultra high preasure (UHP) pada benda kerja.
Metal removal pada benda kerja terjadi karena adanya efek abrasi dan erosi oleh aliran fluida
dan partikel. Abrasive Jet Machining (AJM) menggunakan,aliran butiran abrasive halus
dicampur dengan udara atau gas pembawa lainnya pada tekanan tinggi. Aliran ini diarahkan
oleh nosel yang didesain cocok untuk keperluan tersebut kepada permukaan benda kerja yang
dikerjakan. Pengelupasan material terjadi disebabkan oleh tumbukan partikel abrasive pada
permukaan benda kerja dengan kecepatan tinggi. Dalam praktek yang sebenarnya, diameter
dalam nozzle biasanya berkisar dari 0.075 sampai 0,4 mm sedangkan kecepatan keluar dari
abrasive dari mulut adalah dipelihara antara 200 dan 400 m / detik. jarak dari ujung nosel dari
permukaan bekerja pada saat mesin dikenal sebagai 'berdiri dari jarak jauh' (atau nozzle jarak
ujung) yang biasanya bervariasi 0,7-1,0 mm. ukuran partikel abrasif biasanya diambil sebagai
1-50 mikron.
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Lebih baik jika mahasiswa tidak hanya mempelajari teori dari pemesinan non-
konvensional saja, tetapi juga mencoba mengoperasikan mesin non-konvensional agar teori
yang didapat dikelas dapat diperkuat dengan pengalaman praktik mesin non-konvensional.
Diharapkan dengan cara ini mahasiswa memiliki pemahaman yang kuat tentang pemesinan
non-konvensional.