Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bioteknologi adalah teknik-teknik yang menggunakan organisme hidup
atau substansi dari organisme-organisme tersebut untuk membuat atau mengubah
sebuah produk untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat bagi
kesejahteraan manusia. Dalam definisi yang lain, bioteknologi merupakan aplikasi
dari prinsip-prinsip ilmiah dan teknis dalam pemrosesan materi dengan
menggunakan agen biologis untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna
bagi kesejahteraan manusia.
Bioteknologi telah banyak diterapkan dalam kehidupan manusia mulai dari
penerapan bioteknologi yang masih tradisional hingga bioteknologi modern.
Selama kurang lebih empat dasawarsa terakhir, kita melihat begitu pesat
perkembangan bioteknologi di berbagai bidang (Nalley, 2002). Pesatnya
perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia di
muka bumi. Terlebih dengan adanya teknik rekayasa genetika, semakin pesat
berkembang bioteknologi dalam berbagai bidang untuk menciptakan produk yang
diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Hal ini dapat dipahami mengingat
bioteknologi menjanjikan suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan
manusia, mulai dari bidang pertanian, peternakan, farmasi. kedokteran.
lingkungan, hingga industri.
Manfaat bioteknologi sangat dirasakan dalam kehidupan, yaitu dalam
peningkatan sejahteraan dan perbaikan hidup manusia. Manfaat-manfaat tersebut
antara lain untuk memerangi kelaparan, tersedianya obat-obatan untuk penyakit,
mengatasi kelangkaan sumber daya energy, mengurangi pencemaran lingkungan,
dan masih banyak lagi. Di samping bioteknologi dapat memberikan dampak
positif, bioteknologi juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia.
Menghadapi pesatnya kemajuan bioteknologi ini diharapkan kita dapat
melakukan antisipasi terhadap dampak negatif yang mungkin ditimbulkan.
Pengkajian mendalam melalui dasar-dasar pengetahuan, penalaran, logika, moral,
agama, serta criteria kebenarannya tentu akan sangat membantu. Penguasaan
manusia terhadap teknologi hendaklah menuntut perkembangan moral manusia itu
juga (Nalley, 2002). Maka, sangat perlu untuk memperhatikan etika dalam
penerapan bioteknologi di berbagai bidang.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, kami menyusun sebuah
makalah yang membahas tentang etika dalam bioteknologi, khususnya di bidang
rekayasa genetika yaitu tanaman transgenik. kloning dan penggunaan stem cell.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian etika dalam bioteknologi?
2. Bagaimanakah pendekatan-pendekatan terhadap pembuatan keputusan etis
pada bioteknologi?
3. Bagaimanakah aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi?
4. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang rekayasa genetika pada tanaman
transgenik ditinjau dari segi etika?
5. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang penggunaan stem cell ditinjau
dari segi etika?
6. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang kloning ditinjau dari segi etika?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian etika dalam bioteknologi.
2. Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan terhadap pembuatan keputusan
etis
3. pada bioteknologi.
4. Untuk mengetahui aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi.
5. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang rekayasa
genetika pada tanaman transgenik.
6. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang
pemanfaatan stem cell.
7. Untuk mengetahui bagaimana etika bioteknologi dalam bidang kloning.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika mengidentifikasikan sekumpulan nilsai untuk tindakan kita.
khususnya terhadap orang lain. Secara sederhana, etika dapat dianggap sebagai
petunjuk untuk memisahkan yang salah dan yang benar, yang baik dan yang
buruk. Bidang etika terutama yang berikaitan dengan implikas-implikasi
penelitian biologis dan bioteknologi, khususnya berkaitan dengan pengobatan,
disebut bioetika. Beberapa pertanyaan penting untuk setiap orang untuk
dipetimbangkan, khususnya di bidang bioteknologi dimana penemuan-penemuan
dan aplikasinya dapat memiliki dampak yang luas pada kesehatan manusia dan
lingkungan.
Penggunaan bioteknologi sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya kadang
bersifat ambigu, yakni di satu sisi dapat bermanfaat untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia, tetapi di sisi lain dapat dimanipulasi untuk tujuan
destruktif. Dalam penerapan bioteknologi, kita harus dapat mengantisipasi
dampak bahaya dari teknologi maupun bioteknologi. Nasution (1999) dalam
Nalley (2002) mengatakan bahwa sebagai manusia yang bertuhan, setiap kali
seorang ilmuwan akan mengadakan penelitian ia harus sadar akan kedudukannya
sebagai manusia di bumi ini. Ia harus sadar bahwa pengetahuan yang dikuasainya
hanyalah sebagian kecil saja dari ilmu yang dikuasai oleh Tuhan yang Maha
Kuasa.
Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus mendapat
perhatian yang utama. Bagaimanapun juga, perkembangan dalam bioteknologi
tidak terlepas dari tanggung jawab manusia sebagai perilaku sekaligus makhluk
etis. Maka refleksi etis terhadap apa yang sedang dilakukan manusia menjadi
sangat diperlukan. Manusia hendaknya dapat merefleksikan prinsip-prinsipnya
sendiri dalam aktivitasnya termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bioetika, merupakan tuntutan etis yang berciri menampung segala
pemikiran tentang kehidupan, yang bersumber pada akal, budi, filsafat, agama.
tradisi, tanpa harus terikat dengan agama tertentu (Nalley, 2002).
Menurut Van Potter (1970) dalam Darmanto (2009), bioetika adalah suatu disiplin
yang menggabungkan pengetahuan biologi dengan pengetahuan mengenai sistem
nilai manusia, yang akan menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan
kemanusiaan, membantu menyelamatkan kemanusiaan, dan mempertahankan dan
memperbaiki dunia beradab. Sedangkan menurut Hoenderich Oxford (1995).
Bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral dan social dari teknik-teknik
yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati.
Berdasarkan pengertian pengertian tersebut. Darmanto (2009)
menyimpulkan bahwa bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab dan
menawarkan pemecahan masalah dari konflik moral. Konflik moral yang
dimaksud meliputi konflik moral yang timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu
pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh penerapan teknologi yang
terkait di dalamnya.
Telah dikemukakan oleh Mukaromah (2010) bahwa terdapat tiga etika
dalam bioetika, yaitu:
1. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau
suatu kelompok sebagai pegangan bagi tingkah laku
2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas.
(apa yang dianggap baik atau buruk). Contohnya: kode etik kedokteran,
kode etik.rumah sakit.
3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut
norma dan nilai-nilai moral.

B. Pendekatan-pendekatan Terhadap Pembuatan Keputusan Etis pada


Bioteknologi
Hipocrates dapat dianggap sebagai tokoh bioetik yang pertama. Beliau
menekankan pada pasien lebih daripada penyakit di dalam praktik pengobatan.
memandang nilai individu dan kesucian kehidupan manusia menjadi hal yang
paling penting. Selama bertahun-tahun, para dokter telah menetapkan aturan untuk
mengikuti keyakinan pokok dari sumpah Hipocrates "jangan membunuh, untuk
membantu, atau paling tidak, tidak membahayakan di dalam tugas mereka. kepada
pasien dan profesi mereka.
Pemikiran dan metode teknis untuk mendekati masalah-masalah i
bioteknologi dapat dibagi menjadi dua sudut pandang. Pertama pendekatan
utilitarian menurut filosof Skotlandia Jeremy Bentham dan John Stuart Mill yaitu
pendekatan yang menyatakan bawha sesuatu adalah baik jika ia berguna, dan
bahwa suatu tindakan adalah bermoral jika ia memaksimalkan kesenangan di
antara manusia. Pendekatan kedua adalah pendekatan deontologi menurut filosof
Jerman Immanuel Kant. Pendekatan ini memfokuskan pada perintah tertentu, atau
prinsip-prinsip yang absolut, yang kita harus mengikutinya di luar keharusan..
Pendekatan ini sering dikaitkan dengan keagamaan.

C. Aturan Pemerintah Tentang Etika Bioteknologi


Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat kita ketahui bahwa etika
diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi, serta
penerapannya secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan destruktif
bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Yang penting pula perlu diterapkan aturan
resmi pemerintah dalam pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga ada
mekanisme pengawasan yang intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin
timbul akibat kemajuan bioteknologi (Ranika, 2012).
Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan
Undang-Undang terkait dengan Etika dalam bioteknologi..
a. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan; Pasal 13 yang
mengantisipasi produk pangan yang dihasilkan melalui rekayasa genetika.
b. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman:
c. Keputusan Bersama Menristek. Menkes, dan Mentan Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Komisi Bioetika Nasional;
d. UU No 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan
dan Penerapan IPTEK: Pasal 22 (1) Pemerintah menjamin kepentingan
masyarakat, bangsa, dan negara serta keseimbangan tata kehidupan
manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup. (2) untuk
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pemerintah mengatur perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berisiko tinggi dan berbahaya dengan memperhatikan standar nasional dan
ketentuan yang berlaku secara internasional.
Sebagaimana dinyatakan oleh Darmanto (. Komisi Bioetik Nasional
memiliki tugas sebagaimana diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 7 antara lain:
1.memajukan telaah masalah yang terkait dengan prinsip-prinsip bioetika.
2.memberi pertimbangan kepada Pemerintah mengenai aspek bioetika dalam
penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek yang berbasis pada ilmu
pengetahuan hayati.
3.menyebarluaskan pemahaman umum mengenai bioetika
4.penelaahan prinsip-prinsip bioetika dalam memajukan iptek serta
mengkaji dampaknya pada masyarakat
5.peninjauan etika terhadap arah perkembangan iptek, khususnya ilmu-ilmu
hayati.

D. Etika dalam Bioteknologi Bidang Rekayasa Genetika pada Tanaman


Transgenik Banyak pertanyaan yang timbul ketika rekayasa genetika
digunakan pada keseluruhan organisme dibandingkan sel tunggal. Salah satu
manfaat dari adanya rekayasa genetika dan juga yang menyebabkan kontroversi
terbesar adalah adanya produksi dari organisme yang secara genetic dimodifikasi
(GM organism). terutama hasil panen tanaman GM. Tujuan dari diciptakannya
tanaman transgenic adalah untuk mendapat tanaman yang tahan terhadap
pestisida, penyakit, iklim. yang buruk, dan produksi panen yang lebih baik.
Banyak hal yang perlu diperhatikan dengan adanya tanaman yang
dimodifikasi secara genetic. Area pertama yang perlu kita perhatikan adalah dari
sisi tanaman itu sendiri, apakah ia akan menjadi tanaman yang lebih baik atau
setidaknya tidak bertambah jelek. Kita yang harus menentukan apakah integritas
spesies tersebut penting atau tidak. atau dengan kata lain menciptakan tanaman
yang lebih baik" lebih diinginkan dibandingkan mempertahankan tanaman
"lama". Dalam melaksanakan hal ini, kita harus menentukan apakah modifikasi
genetic pada suatu organisme, dalam kasus ini tanaman, akan melanggar kode etik
atau tidak. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apakah dengan adanya
tanaman transgenic tersebut akan mempengaruhi ekosistem dan keseluruhan
biodiversitas.
Contoh yang dapat kita kemukakan di sini adalah adanya tanaman
transgenik Roundup-ready soybean yang tahan terhadap herbisida. Contoh lain
adalah tanaman jagung Bt yang dimodifikasi untuk memproduksi racun dari
bakteri Bacillus thuringiensis sehingga dengan kemampuan memproduksi racun
itu tanaman tersebut dapat membunuh larva corn borer yang sedianya sangat
merusak bagi tanaman jagung. Tanaman-tanaman transgenic tersebut berinteraksi
dengan ekosistem dan interaksi tersebut harus kita perhatikan.
Dalam kasus jagung Bt tersebut, beberapa penelitian juga menunjukkan
bahwa tanaman jagung Bt juga memproduksi pollen yang beracun bagi kupu-kupu
Monarch. Di samping organisme target yaitu larva corn borer, racun tanaman ini
juga berdampak pada serangga non target yaitu kupu-kupu Monarch. Efek yang
dapat ditimbulkan oleh tanaman transgenic terhadap lingkungan juga harus
diperhatikan, yaitu kemungkinan terjadinya penyerbukan silang tanaman
transgenic dengan tanaman lain, sehingga gen penghasil racun dimiliki oleh
tanaman yang baru dan membunuh lebih banyak serangga. Terkait dengan
sifatnya yang beracun bagi serangga, hal lain yang harus diperhatikan dengan
adanya tanaman transgenic adalah apakah tanaman tersebut berbahaya bagi hewan
dan manusia.
Di samping perhatian pada aspek lingkungan dan kesehatan, juga ada
aspek social dan ekonomi. Adanya kemampuan memodifikasi tumbuhan yang
lebih baik dengan biaya yang lebih rendah akan mengubah industri agrikultur
dengan drastis (Thieman, 2004).

E. Etika dalam Bioteknologi Bidang Stem Cell


Stem cell merupakan suatu sel prekursor yang berpotensi untuk
berkembang menjadi berbagai macam sel yang berbeda. Sel stem dapat dibedakan
menjadi sel stem embrionik dan sel stem dewasa. Sel stem embrionik adalah sel
yang diambil dari inner cell mass-suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi
blastocyst yang berumur 5 hari dan terdiri dari 100 sel. Sel stem ini mempunyai
sifat dapat berkembang biak secara terus menerus dalam media kultur optimal dan
pada keadaan tertentu dapat diarahkan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai sel
yang terdiferensiasi seperti sel jantung, sel kulit, neuron. hepatosit dan
sebagainya.
Sel stem dewasa (Adult stem cells) adalah sel stem yang terdapat di semua
organ tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi melakukan
regenerasi untuk mengatasi berbagai kerusakan yang selalu terjadi dalam
kehidupan. Sel stem dewasa dapat diambil dari fetus (fetal stem cells), sumsum
tulang (bone marrow stem cells), darah perifer atau tali pusat (umbilical cord
blood stem cells, UCB).
Sel stem embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi
berbagai macam jaringan sel, seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast
dan sebagainya.. sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak.
Lagipula immunogenicity nya rendah, selama belum meng-alami diferensiasi. Sel
stem dewasa juga bisa dipakai untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif.
tetapi plastisitasnya sudah berkurang. Mengingat masalah etik, maka banyak
negara lebih mengutamakan penelitian pemanfaatan sel stem dewasa pada
berbagai penyakit degeneratif, sehingga tidak dihadapkan pada masalah dan
kontroversi etika (Setiawan, 2006).
Dilihat dari manfaatnya, sel stem memang sangat menjanjikan sebuah
solusi bagi kesehatan manusia. Namun, melihat dua proses stem sel tadi yaitu
stem sel embrionik dan stem sel dewasa. Stem sel embrioniklah yang sampai saat
ini masih menjadi kontroversi karena stem sel embrionik mengambil bagian sel
dari embrio. dimana embrio merupakan calon makhluk hidup. Pada penggunaan
sel stem embrionik terdapat beberapa isu moral yaitu pandangan agama yang
menyatakan bahwa embrio dianggap sebagai kehidupan baru yang harus
dihormati.. Penggunaan embrio untuk sel stem dapat disamakan dengan tindakan
membunuh atau aborsi. Embrio memiliki status sama dengan anak atau manusia
karena memiliki genom manusia secara lengkap, dan berpotensi untuk
berkembang menjadi manusia (Darmanto, 2009). Menurut Thieman (2004) sel
stem embrio secara teoritis dapat digunakan untuk membentuk jaringan lain,
dengan transplantasi untuk memperbaiki atau mengganti jaringan yang rusak atau
sakit. Hal ini memberi kesan menggunakan sel stem embrio manusia untuk
penelitian. Jika dari proses tersebut memungkinkan untuk melakukan penelitian
yang potensial dapat mengobati penyakit pasien.

F. Etika dalam Bioteknologi Bidang Kloning


Klon embrio dihasilkan dengan mentransfer embrio ke uterus, dianjutkan
proses implantasi dan penyempurnaan tubuh dengan resiko dan faktor keamanan
dalam perkembangan dan pertumbuhan, baik sebelum maupun sesudah kelahiran.
Tingkat keberhasilan hidup saat lahir dan ketahanan hidup organisme hasil
kloning rendah dan tengah diperdebatkan apakah hasil kloning manusia secara
nyata dapat hidup secar sehat dan normal. Pertanyaan masyarakat tentang
peneitian kelahiran kloning manusia juga harus dipikirkan. Sebagai contoh, jika
suatu pasangan memutuskan untuk mendapatkan anak dengan teknik kloning.
dengan menggunakan sel donor dari istri, klonnya secara genetik tidak akan
menjadi anak perempuan melainkan menjadi saudar dari istri, seperti saudara
kembar yang lahirnya terlambat, dan bukan keluarga dari suami. Pemikiran secara
etis tentang hubungan keluarga dari hasil klon berisi tentang bagaimana dengan
adanya ketiadaan hubungan keluarga dengan orang tua mungkin akan mengubah
hubungan keluarga.
Bagi pihak yang pro akan adanya kloning. kloning dianggap
menguntungkan karena bagi manusia yang ingin punya keturunan, tapi karena
satu dan lain hal tidak bisa mendapat anak dengan cara yang biasa. Memungut
anak adalah satu solusi, tapi anak itu secara biologis adalah anak orang lain.
Dengan kloning, bisa dipastikan sang anak secara biologis berasal dari ayah atau
ibunya, yaitu orang yang menyumbangkan sel DNA-nya. Alasan kedua adalah
dengan kloning merupakan suatu cara sempurna untuk mendapatkan anak, sebab
mereka tidak harus menikahi seorang lain dari lawan jenis. Alasan ketiga adalah
merupakan suatu anugrah besar bagi masyarakat bila diciptakan kloning diri
sendiri jika diri mereka begitu cerdas dan hebat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus mendapat
perhatian yang utama. Bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral dan
social dari teknik-teknik yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati.
2) Pemikiran dan metode teknis untuk mendekati masalah-masalah
bioteknologi dapat dibagi menjadi dua sudut pandang. Pertama pendekatan
utilitarian dan pendekatan deontology.
3) Etika diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi, serta
penerapannya secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan
destruktif bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Pemerintah Indonesia juga
telah menetapkan Undang-Undang terkait dengan Etika dalam bioteknologi.
4) Ada beberapa hal dalam tanaman transgenic yang perlu diperhatikan. antara
lain dari sisi lingkungan dan kesehatan yaitu dengan adanya tanaman
transgenik dapat mempengaruhi ekosistem dan biodiversitas. Selain itu,
tanaman transgenik juga mempengaruhi sisi sosial dan ekonomi.
5) Sel stem embrionik sangat bermanfaat dalam pengobatan penyakit
degeneratif. Namun penggunaan sel stem embrionik merupakan kontroversi
terkait dengan masalah etika karena embrio merupakan calon makhluk
hidup dan memiliki hak untuk hidup.
6) Ada pihak yang setuju dan menentang adanya kloning. Pemikiran secara etis
tentang hubungan keluarga dari hasil klon berisi tentang bagaimana dengan
adanya ketiadaan hubungan keluarga dengan orang tua mungkin akan
mengubah hubungan keluarga. Bagi pihak yang pro akan adanya kloning,
kloning dianggap menguntungkan karena bagi manusia yang ingin punya
keturunanAlasan kedua adalah dengan kloning merupakan suatu cara
sempurna untuk mendapatkan anak, sebab mereka tidak harus menikahi
seorang lain dari lawan jenis. Alasan ketiga adalah merupakan suatu
anugrah besar bagi masyarakat bila diciptakan kloning diri sendiri jika diri
mereka begitu cerdas dan hebat.
B. Saran
1) Dalam melakukan penelitian yang memanfaatkan bioteknologi hendaknya
kita benar-benar memperhatikan aspek etika.
2) Sebaiknya dilakukan kajian lebih lanjut mengenai etika dalam bioteknologi.
3) Sebaiknya dilakukan kajian tentang etika yang terkait dengan bioteknologi
di bidang-bidang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Darmanto, Win. 2009. Etika Bioteknologi. (online).


http://www.ppt2txt.com/r/753ed34f/. Diakses tanggal 31 Maret 2012.
Mukaromah, Aenul. 2010. Bioteknologi. (online). http://acena
acnulmukaromah.blogspot.com/2010/03/bioteknologi-bioteknologi-adalah
cabang.html. Diakses tanggal 31 Maret 2012.
Nalley, Marlene W. 2002. Tinjauan Filosofis Bioteknologi. (online).
http://www.rudyct.com/PPS702-iph/02201/wm_nalley.htm.Diakses
tanggal 31 Maret 2012.
Ranika, 2012. Bioteknologi dalam Kehidupan. (online).
http://my.opera.com/greatranika/blog/2012/02/01/bioteknologi-dalam
kehidupan. Diakses tanggal 31 Maret 2012.
Setiawan. Boenjamin. 2006. Cermin Dunia Kedokteran: Aplikasi Terapeutik Sel
Stem Embrionik pada Berbagai Penyakit Degeneratif (online).
http://www. kalbefarma.com/cdk. Diakses tanggal 31 Maret 2012.
Thieman, Willian J, dan Michael A. Palladino, 2004. Introduction to
Biotechnology. San Fransisco: Pearson Education, Inc.

Anda mungkin juga menyukai