Sedang ekologi gabungan dari kata oikos dan logos. Oikos berarti ’rumah
tangga‘, logos berarti ‘perkataan, pemahaman dan pengertian.’
Hubungan antara ekonomi dan ekologi tergabung dalam pemahaman
bahwa kita tidak bisa menata masyarakat dan alam ini tanpa mengerti
dan memeliharanya. Dengan kata lain, maka usaha untuk melakukan
housekeeping harus dibarengi naturekeeping.
Penafsiran ini sama sekali tidak sesuai dengan teks Alkitab. Manusia
diakui sebagai yang utama, sebagai penguasa, tetapi pengakuan ini oleh
penafsir tertentu di kemudian hari diberi penekanan berlebih-lebihan,
sehingga akhirnya “menguasai” berarti “mengeksploitasi.”
Teologi Keutuhan Ciptaan
Ada model lain yang laten, yakni model organis. Menurut model organis,
dunia ini berhubungan secara organis dengan Tuhan. Bahkan Tuhan
berada di dalam dunia ini. Model ini tidak menganjurkan panteisme yang
berpandangan Allah = Dunia, tetapi model organis menuntut agar paling
tidak Tuhan dilihat secara integral, sebagai yang transenden sekaligus
yang imanen. Model organis menaikkan derajat alam dan menurunkan
derajat manusia, sehingga hasil akhir adalah suatu keseimbangan.
Manusia dan alam, kedua-duanya bersumberkan Tuhan.
Teologi Keutuhan Ciptaan
Dengan demikian, apa peran kisah penciptaan bagi masa kini yang
sedang mengalami krisis ekologis?
Pertama, kita menekankan bahwa ciptaan itu baik adanya. Kita
bertanggung jawab untuk mengontrol dan membatasi pelbagai usaha kita
untuk mengelola dan memanfaatkan alam ini, sehingga kebaikan alam
ciptaan tetap terjaga.
Kedua, kisah penciptaan di dalam Kitab Kejadian mengungkapkan dunia
ini sebagai dunia yang teratur. Alam dibagi-bagi atas fungsi dan jenis.
Ketiga, kerangka Kejadian 1 menunjukkan tempat manusia. Manusia
adalah manusia apabila ia berada pada tempatnya di dalam alam.
Tempatnya adalah tempat yang utama, tetapi sebagai pemelihara alam.
Bumi ini milik Allah sekaligus milik manusia. Bumi adalah milik Allah
sebab Ia yang menciptakannya, milik kita sebab Ia telah memberikannya
kepada kita (lih. Mzm. 115:16). Jelas Allah memberikannya kepada kita
supaya kita menguasainya atas nama Dia. Itulah sebabnya penguasaan
kita atas bumi ini adalah berdasarkan hak pakai, bukan berdasarkan hak
milik. Kita hanya penggarap saja, Allah sendiri tetap “Tuan tanahnya,”
Tuan atas semua tanah.
Sikap Manusia terhadap Alam
Kita perlu menyajikan satu batasan istilah “alam”. Manusia adalah bagian
dari “alam” dalam arti kita ikut serta dalam proses-proses biologis dan
fisiologis, sama seperti binatang dan makhluk hidup lainnya. Sebaliknya,
manusia juga “terpisah” dari alam karena kita memiliki kesadaran dan
sanggup mengambil keputusan secara sadar tentang cara mengubah
alam di sekitar kita. Oleh sebab itu, istilah alam yang dimaksud dalam
bagian ini dibatasi pada ciptaan bukan manusia.
Nilai alam bagi manusia tidak bisa disangkal. Makanan yang dimakan
manusia, minuman yang diminumnya, udara yang dihirupnya, serta
bahan untuk pakaiannya, perumahannya, alat-alatnya dan tenaga yang
menjalankan mesin- mesinnya semuanya disediakan dari alam.
Namun demikian, perlu ditambah bahwa alam juga bernilai terlepas dari
nilainya bagi manusia. Allah menganggap ciptaan-Nya baik sebelum
manusia dijadikan (Kej. 1:10, 12, 18, 21, 25). Salah satu alasan
mengapa Allah menciptakan manusia adalah untuk memelihara kebaikan
alam. Sesudah air bah Allah membuat perjanjian bukan saja dengan Nuh
dan keturunannya tetapi juga “dengan segala makhluk hidup” (Kej. 9:10).
Walaupun perjanjian dinyatakan kepada Nuh sebagai wakil makhluk-
makhluk lain, tetapi Allah mempunyai hubungan dengan semua makhluk.
Bahkan Ia mempunyai kewajiban kepada makhluk-makhluk itu
berdasarkan perjanjian-Nya.
Sikap Manusia terhadap Alam
Kita perlu mengingat dasar nilai alam. Alam tidak bernilai karena keramat
atau karena mempunyai kepribadian seperti manusia, tetapi karena sifat-
sifatnya sebagai alam. Suatu pohon bernilai bukan karena penuh dengan
zat ilahi atau karena mempunyai perasaan atau kebajikan manusiawi
tetapi karena diciptakan oleh Tuhan dengan ciri khasnya sebagai pohon,
dan sebagai pohon ia mempunyai fungsi dalam maksud Tuhan.
Sikap Manusia terhadap Alam
Ada juga orang-orang yang menganggap bahwa ciri khas manusia terletak
dalam keinsafan dirinya yaitu kemampuannya untuk menyadari proses
pemikirannya dan menujukan proses itu sesuai dengan kehendak-Nya.
Sikap Manusia terhadap Alam
Umumnya ada tiga sikap manusia terhadap alam (Brownlee 1993, 152-
157). Pertama, orang dapat memandang alam sebagai ruang kuasa-
kuasa yang menakutkan sehingga manusia perlu tunduk kepada alam dan
menyenangkan kuasa-kuasa alam dengan sesajen, kenduri atau
upacaraupacara. Kedua, sebaliknya dari yang pertama, alam dipandang
bukan sebagai subjek (dan manusia sebagai objek) yang menentukan
nasib manusia, alam dipandang sebagai objek (dan manusia sebagai
subjek) yang dapat diselidiki dan dipergunakan oleh manusia. Alam
berada untuk kita, bukan kita untuk alam. Ketiga, baik alam maupun
manusia dilihat sebagai dua subjek yang saling memengaruhi. Manusia
dan alam perlu berjalan bersama dalam hubungan yang selaras karena
manusia adalah satu dengan alam.
Sikap ketiga lebih lazim di Indonesia, terutama di Jawa. Dalam
kebudayaan Jawa, alam merupakan suatu keseluruhan yang sakral. Tentu
tidak semua bagian dari alam sama kesuciannya. Ada bagian-bagian alam
misalnya puncak bukit tinggi, jurang yang curam, kuburan dan pohon-
pohon (beringin, bunga gading, pohon aren) yang lebih indah daripada
bagian-bagian yang lain. Seluruh alam bersifat sakral tetapi sifat itu
terserak, bukan homogen, tetapi heterogen. Dalam pandangan ini
manusia bersatu dengan alam. Ia tidak berdiri berhadapan dengan
kosmos, melainkan ia sebagian daripadanya.
Sikap Manusia terhadap Alam
Ada dua tugas manusia dalam alam. Pertama, manusia diberi tugas untuk
menggunakan alam dan berkuasa atas alam. Tugas kedua, ialah
memelihara alam. Tugas manusia dalam dunia diberikan kepadanya oleh
Allah, dan ia bertanggung jawab kepada Allah atas pelaksanaan tugas itu.
Prinsip utama yang mendasari pandangan orang Kristen tentang
lingkungan ialah bahwa dunia adalah milik Tuhan. Manusia tidak
mempunyai hak milik yang mutlak atas bumi. Ia hanya menjadi pengurus.
Bumi dipercayakan kepada manusia untuk mengolah dan mengurusnya.
RANGKUMAN
John Macquarrie dan James Barr berusaha membuktikan bahwa tuduhan
mengenai Alkitab sebagai pokok gara-gara yang menyebabkan
kerusakan alam bukan merupakan tuduhan yang kuat.
Ketiga, baik alam maupun manusia dilihat sebagai dua subjek yang saling
memengaruhi. Manusia dan alam perlu berjalan bersama dalam
hubungan yang selaras karena manusia adalah satu dengan alam.
Pendidikan Agama Kristen