Anda di halaman 1dari 37

PENJAGA CIPTAAN ALLAH

Pendidikan Agama Kristen


Materi Pembelajaran

1 Hubungan Ekonomi dan Ekoloiogi

2 Manusia dan Alam

3 Dasar Teologi mengenai Keutuhan Ciptaan

4 Sikap Manusia terhadap Alam


Pengantar
 Teknologi canggih yang diterapkan dalam dunia bisnis tidak semuanya
bersahabat dengan lingkungan alam. Sejak tahun 1960-an, kita sudah
sangat sering mendengar teriakan tentang menipisnya sumber alam,
pengotoran udara, air dan tanah, pemanasan bumi, musim yang berubah
tanpa aturan lagi, hutan- hutan menjadi gundul, efek rumah kaca dan lain-
lain.
 Semuanya itu membuat kita berpikir untuk menemukan suatu relasi yang
benar dalam perspektif hubungan manusia dan alam lingkungan.Gereja
saat ini menyerukan agar upaya kita tidak berorientasi lagi kepada
manusia (man oriented) tetapi kepada kehidupan (life oriented). Manusia
diserukan supaya sadar bahwa dia bukanlah tujuan penciptaan.
 Upaya-upaya untuk mengeksploitasi bumi bagi kepentingannya sendiri
harus diganti oleh sikap dasar bahwa manusia pada hakikatnya tidak
mempunyai arti apa-apa bila dilepaskan dari makhluk-makhluk lainnya
dalam suatu lingkaran ekologis yang tidak putus-putusnya.
 Melalui bab ini, Anda diharapkan mahasiswa peduli dan bertanggung
jawab memelihara ciptaan Tuhan dan menerapkan tanggung jawab etis
Kristen dalam pemeliharaan lingkungan hidup;
Hubungan Ekonomi dan Ekologi

 Hubungan antara ekonomi dan ekologi menjadi pusat perhatian, sebab


pada dasarnya masalah ekologi timbul sebagai akibat serta menjadi
korban dari kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang menjadi tulang
punggung pembangunan sering diutamakan sebegitu rupa dan kurang
diawasi. Hubungan antara ekonomi dan ekologi kemudian menampakkan
wajah yang buruk yaitu kerusakan alam.

 Perilaku para pencari untung menganggap seolah-olah mereka hidup


tanpa tetangga, tanpa orang lain, tidak mau tahu bahwa perilaku mereka
telah amat merugikan orang lain, merusak lingkungan hidup. Hubungan
antara ekonomi dan ekologi dalam praktik dipertentangkan satu terhadap
yang lain. Inilah awal dari malapetaka itu.

 Sebenarnya hubungan antara ekonomi dan ekologi bisa dijabarkan dari


pengertian etimologis yang justru bisa saling membantu dan membina.
Ekonomi berasal dari kata oikos dan nomos. Oikos berarti ’rumah
tangga‘ dan nomos berarti ’aturan, hukum.’ Ekonomi bisa diartikan
sebagai upaya untuk mengatur atau penatalayanan rumah tangga
(housekeeping).
Hubungan Ekonomi dan Ekologi

 Sedang ekologi gabungan dari kata oikos dan logos. Oikos berarti ’rumah
tangga‘, logos berarti ‘perkataan, pemahaman dan pengertian.’
Hubungan antara ekonomi dan ekologi tergabung dalam pemahaman
bahwa kita tidak bisa menata masyarakat dan alam ini tanpa mengerti
dan memeliharanya. Dengan kata lain, maka usaha untuk melakukan
housekeeping harus dibarengi naturekeeping.

 Berbicara tentang ekonomi dan ekologi, akar masalahnya memiliki


sejarah yang cukup panjang. Selama lebih dari 200 tahun, pertumbuhan
industri yang menjadi sakaguru pertumbuhan ekonomi, telah didukung
oleh tersedianya bahan bakar yang murah, sumber alam yang melimpah
ruah serta lingkungan yang seakan-akan tanpa batas mampu menyerap
semua limbah.

 Selama dasawarsa pertama pembangunan di Indonesia, kita juga dibuai


oleh asumsi yang sama: persediaan minyak dan gas bumi yang
melimpah, simpanan sumber alam yang kaya raya, dan tidak sedikit pun
terpikirkan bahwa limbah industri akan menjadi masalah.
Hubungan Ekonomi dan Ekologi

 Kesadaran bahwa industrialisasi juga menciptakan masalah datangnya


amat lambat. Mereka mungkin telah mulai menyadari terjadinya
degradasi lingkungan yang disebabkan oleh industrialisasi. Namun
demikian, pada waktu itu, mereka masih yakin bahwa teknologi pada
akhirnya pasti akan mampu memecahkan masalah tersebut. Baru
kemudian, sebelum dasawarsa itu berakhir, mereka menyadari bahwa
walaupun teknologi mampu membantu dalam menemukan sumber daya
alternatif, teknologi menciptakan masalah lingkungan yang amat serius.
 Indonesia juga mempunyai cerita yang hampir sama. Fokus
pembangunan Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi. Baru kemudian
kita terkejut menyadari betapa tingginya harga yang harus dibayar untuk
itu: kelestarian ekologi yang telah kita kurbankan demi pertumbuhan
ekonomi. Didorong oleh kesadaran ini lahirlah konsep
“Pembangunan Berwawasan Lingkungan,” “Amdal” (Analisis dampak
atas lingkungan), dan sebagainya.
 Alasan yang paling banyak dikemukakan untuk mengendurkan aturan-
aturan mengenai lingkungan hidup adalah ekonomi: demi pertumbuhan
ekonomi, penanaman modal asing, industrialisasi, menciptakan lapangan
kerja, persaingan global dan sebagainya.
Hubungan Ekonomi dan Ekologi

 Alasan-alasan itu ada benarnya. Namun demikian, harus dipertanyakan


alasannya yang paling dasar: apakah memang dapat dibenarkan bila kita
mengurbankan ekologi demi ekonomi? Mengurbankan sesuatu hanya
sah apabila: kita harus melakukannya demi tujuan yang lebih luhur dan
kita yakin bahwa manfaatnya lebih besar daripada yang kita kurbankan.
 Tampak jelas bahwa di balik isu ekonomi dan ekologi, sesungguhnya ada
konflik-konflik kepentingan, konflik-konflik kekuasaan, dan konflik-konflik
nilai- nilai yang pelik. Betapa sulitnya menentukan kebijakan yang secara
seimbang sekaligus menjamin baik lingkungan hidup, pertumbuhan
ekonomi, tersedianya lapangan kerja, maupun kesehatan manusia.
 Di satu sisi, tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia membutuhkan
pertumbuhan ekonomi dan industri untuk menciptakan lapangan kerja.
Indonesia juga membutuhkan teknologi pertanian yang baru untuk
memproduksi bahan pangan yang lebih banyak, bahkan teknologi tinggi
untuk mampu bertahan dalam persaingan global. Pada sisi lain, kita
mengetahui bahwa semua itu juga akan menguras habis sumber daya
alam kita, menciptakan polusi terhadap lingkungan hidup kita, serta
membahayakan kesehatan manusia, dan sebagainya.
Hubungan Ekonomi dan Ekologi

 Kompleksitas masalah ini penting kita sadari terus-menerus, agar kita


tidak terjerembab pada penyederhanaan masalah yang berlebihan.
Namun demikian, untuk mampu bertindak secara benar dan tepat, kita
perlu melakukan analisis biaya dan manfaat.

 Analisis biaya dan manfaat mengasumsikan bahwa semuanya dapat


dihitung dengan pasti. Di dalam beberapa kasus, kalkulasi seperti itu
memang mungkin. Misalnya, kita dapat menghitung dengan hampir pasti
berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membersihkan air laut dari
tumpahan minyak mentah dari sebuah kapal tanker yang tenggelam.
Dalam banyak kasus yang lain, terutama apabila polusi itu melibatkan
kerugian bagi kesehatan manusia atau kematian, kerugian itu tidak
pernah dapat diukur dengan angka. Berapakah harga sebuah kehidupan?

 Masalah pokoknya adalah bagaimana memperkirakan dan menghitung


risiko. Penghitungan risiko merupakan masalah karena ada begitu
banyak teknologi mutakhir yang tidak pernah dapat kita perkirakan
risikonya dengan tepat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi
generasi yang akan datang.
Hubungan Ekonomi dan Ekologi

 Contohnya penggunaan teknologi nuklir. Misalnya diasumsikan bahwa


kita dapat membuktikan manfaat dari teknologi tertentu memang jauh
lebih besar dari kerugiannya. Apakah ini dengan sendirinya
memperbolehkan kita memaksakannya kepada semua orang, termasuk
kepada mereka yang berkeberatan? Bagaimana dengan hak-hak moral
mereka yang paling dasar?
 Ketika analisis biaya dan manfaat tidak mampu memberikan petunjuk
yang pasti mengenai bagaimana harus bertindak, keputusan mengenai
hal itu haruslah diserahkan kepada masyarakat yang bersangkutan. Ini
tentu saja benar! Namun demikian, di dalam kenyataan, prinsip ini amat
sulit diterapkan. Orang akan dapat memberikan persetujuannya hanya
apabila ia sebelumnya mengetahui benar apa yang harus disetujuinya
dan apa saja risiko dari persetujuannya itu.
 Harus diingat bahwa teknologi mutakhir itu sering begitu kompleksnya
sehingga masyarakat awam tidak mungkin menguasai seluk-beluk
persoalannya, apalagi risiko-risiko yang mungkin dapat ditimbulkannya.
Bahkan di kalangan para ahli pun, ketidaksepakatan mengenai ini adalah
sesuatu yang lazim. Bila kita tidak mampu mengetahui, bagaimana kita
harus mengambil keputusan?
Hubungan Ekonomi dan Ekologi

 Kita memerlukan pendekatan yang lain, yakni pendekatan yang tidak


sepenuhnya cuma bergantung pada analisis biaya dan manfaat.
Kehidupan, pada akhirnya, selalu melampaui kalkulasi angka-angka.
Dalam hal ini, yang kita butuhkan adalah sebuah komitmen moral.
Komitmen moral yang menghormati kehidupan di atas segala-galanya,
termasuk melampaui keuntungan ekonomi.

 Bukan bermaksud untuk mengatakan bahwa keuntungan ekonomi itu


tidak penting bagi kehidupan. Sebaliknya, ekonomi adalah bagian
kehidupan yang amat penting. Ekonomi mempunyai fungsi yang amat
vital bagi kehidupan, dan oleh karena itu jangan kita meremehkannya.
Yang hendak dikatakan adalah ekonomi itu penting sepanjang menopang
kehidupan. Oleh sebab itu, persoalan kita bukanlah ekonomi atau
kehidupan, melainkan ekonomi untuk kehidupan.

 Walaupun bermanfaat, suatu tindakan tidak dapat digantungkan


sepenuhnya pada kalkulasi untung rugi. Ketika biaya atau risiko tidak
dapat dipastikan sebelumnya, kehidupan harus ditempatkan di depan,
menjadi pertimbangan kita satu-satunya.
Hubungan Ekonomi dan Ekologi

 Beberapa ahli mengusulkan bahwa ketika risiko tidak mungkin


diperkirakan dengan pasti, jalan terbaik adalah memilih proyek-proyek
yang tidak mengandung risiko kerusakan yang tidak mungkin diperbaiki.
Sekalipun sebuah teknologi baru dapat diharapkan memberikan manfaat
yang maksimum, tetapi bila ia juga mengandung risiko penghancuran
yang fatal, proyek ini harus mutlak kita tolak.
 Beberapa ahli lain mengusulkan cara lain, demi keadilan diidentifikasikan
siapa-siapa yang akan paling dibahayakan atau menanggung risiko yang
terbesar sekiranya kemungkinan yang paling buruk terjadi, dan kemudian
direncanakan langkah-langkah untuk memastikan bahwa mereka
terlindungi. Generasi mendatang dan anak-anak, misalnya, termasuk
dalam kategori yang mesti dijamin perlindungannya.
 Bisnis memang bertujuan untuk mencari untung. Dan harus diakui bahwa
mencari untung tidak haram. Namun, ada batasan moral mengenai
keuntungan, sebab jual beli manusia, jual beli obat terlarang, jual beli
minuman keras, jual beli pornografi, sekalipun mungkin amat
menguntungkan; jelas-jelas bertentangan dengan moral masyarakat.
Semuanya bisa menguntungkan, akan tetapi bukan itu bisnis yang
bercorak etis.
Hubungan Ekonomi dan Ekologi

 Dalam kaitan dengan ekologi, ekonomi sering berjalan sendiri. Ekonomi


sering dikelola dengan naluri atau dorongan ketamakan,
ketidaksabaran, kerakusan, kebodohan dan kecerobohan. Kalangan
bisnis sering menganggap bahwa alam ini adalah suatu aset modal yang
didapat dengan gratis.
 Di pihak lain, tenaga manusia yang melimpah menyebabkan sumber
daya manusia itu dihargai seminimal mungkin, ditekan serendah mungkin
sebagai “faktor produksi.” Bisnis dijalankan seolah-olah “tidak ada hari
esok,” mengeruk dan mengeruk keuntungan, seolah-olah manusia tidak
mempunyai anak-anak yang harus tetap hidup. Cara kita mengeksploitasi
alam dan sesama manusia, dilakukan dengan pengurasan habis-habisan
terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia.
 Kebebasan dalam berbisnis, ternyata ada batas-batasnya. Kebebasan itu
berakhir ketika ia mengancam kehidupan orang lain dan kelestarian
lingkungan. Hubungan antara ekonomi dan ekologi berkenaan dengan
batas-batas ini. Kebebasan kita berakhir ketika kebebasan itu sudah
mulai mengancam hak hidup orang lain dan lingkungan. Karena yang
dipertaruhkan bukan hanya kehidupan orang lain belaka, akan tetapi
seluruh umat manusia dalam seluruh sejarahnya.
Hubungan Ekonomi dan Ekologi

 Untuk menghadapi destruksi alam dan kemanusiaan di masyarakat,


pendekatan etika ekologis dimulai dari asumsi mengenai keterikatan yang
menyatu antara semua unsur kehidupan di muka bumi. Kehidupan ini
bukan hanya kehidupan untuk manusia, akan tetapi semuanya
merupakan sebuah komunitas, yaitu “komunitas biotik.”
 Dilihat dari perspektif ekologis, setiap individu berada dalam suatu
jaringan kehidupan yang saling bergantung satu dengan yang lain.
Keseluruhan kehidupan itu merupakan satu kesatuan organis yang
memberikan kepada setiap “warganya” hak yang sama untuk hidup. Ada
saling ketergantungan antara ekonomi dan ekologi, antara manusia dan
alam.
Manusia dan Alam
 Kita harus berusaha berpikir dan bertindak ekologis. Kita bertobat dari
segala tindakan yang bersifat menghambur-hamburkan sumber daya
alam, mencemarkan dan merusak tanpa alasan. Kita sadar bahwa bagi
manusia lebih mudah menaklukkan bumi daripada menaklukkan dirinya
sendiri.

 Allah memberi alam kepada manusia dan memberi manusia kepada


alam. Dari satu segi, hasil bumi diberikan kepada manusia sebagai
makanan dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang lain (Kej. 1:29).
Dari segi yang lain, manusia diberi tugas untuk berkuasa di bumi dan
memelihara bumi (Kej. 2:15) sesuai dengan kehendak Tuhan. Hubungan
ini berfaedah bagi manusia dan juga bagi alam.

 Tugas pertama adalah manusia diberi tugas untuk menggunakan


alam dan berkuasa atas alam. Waktu Allah menciptakan manusia, Ia
berkata kepada mereka, “Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
segala binatang yang merayap di bumi” (Kej.1:28). Manusia diberi tugas
untuk membimbing dan menjinakkan alam.
Manusia dan Alam
 Perlu diingat bahwa perintah untuk menaklukkan dunia diberikan kepada
manusia sebagai wakil Allah. Manusia diletakkan dalam dunia sebagai
sarana pemerintahan Allah. Manusia dimaksudkan untuk berkuasa
sesuai dengan kehendak Allah, bukan dengan sewenang-wenang. Dia
bertanggung jawab untuk menggunakan alam bukan dengan
mengutamakan dirinya sendiri tetapi dalam pelayanan kepada
sesamanya dan penghargaan kepada alam.

 Tugas kedua ialah memelihara alam. Manusia harus menjaga alam


sehingga tidak rusak. Menurut Alkitab alam tanpa pemeliharaan manusia
tidak lengkap. Manusia dibutuhkan untuk mengatur alam bukan demi
keuntungan manusia saja tetapi juga demi kebaikan alam. Manusia
bertanggung jawab untuk memelihara alam sebagai karunia dari Allah,
yang juga mencintai alam itu.
Manusia dan Alam
 Tugas manusia untuk menggunakan alam dan berkuasa di atas alam
perlu dipisahkan dari tugasnya untuk memelihara alam. Tugas
menaklukkan alam sering diutamakan dengan mengabaikan tugas
menjaga dan merawat alam. Sebagai akibat teknologi dan industri,
penaklukan alam sering disertai sikap yang terlalu keras dan eksploitatif
terhadap alam. Manusia modern sering kehilangan sikap yang lembut
dan ramah terhadap alam.

 Prinsip utama yang mendasari pandangan orang Kristen tentang


lingkungan ialah bahwa dunia adalah milik Tuhan. Ia yang menciptakan
dan memelihara dunia juga memiliki alam dan mempunyai kewibawaan
tertinggi atasnya. “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya dan
dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya
di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai” (Mzm. 24:1-2).
Manusia tidak mempunyai hak milik yang mutlak atas bumi. Ia hanya
menjadi pengurus atau manajer. Bumi dipercayakan kepada manusia
untuk diolah dan diurusnya
Teologi Keutuhan Ciptaan

 Seorang sejarawan Amerika Serikat yang bernama Lynn White, Jr.


pernah mengajukan pernyataan bahwa ada kesalahan yang dibuat di
dalam sistem ajaran Kristen mengenai manusia dan dunia sehingga
menyebabkan orang Kristen mengeksploitasi dunia ini sehabis-habisnya.

 kesalahan itu terdapat dalam doktrin penciptaan di dunia yang


membedakan tajam sekali di antara manusia sebagai gambar Allah
(imago Dei) dan dunia sebagai ciptaan yang bukan gambar Allah.
Penghayatan terhadap doktrin ini menghasilkan rasa superioritas dan
transenden dari manusia terhadap alam, sehingga manusia dilihat
sebagai penguasa alam, sedangkan alam hanya menjadi objek untuk
kepentingan manusia.

 Penafsiran ini sama sekali tidak sesuai dengan teks Alkitab. Manusia
diakui sebagai yang utama, sebagai penguasa, tetapi pengakuan ini oleh
penafsir tertentu di kemudian hari diberi penekanan berlebih-lebihan,
sehingga akhirnya “menguasai” berarti “mengeksploitasi.”
Teologi Keutuhan Ciptaan

 Menurut Macquarrie, ada kecenderungan untuk melihat hubungan antara


Allah – manusia – dunia sebagai hubungan penguasaan. Model ini
disebut model monarkhis. Model ini dominan, ditekankan secara berlebih-
lebihan. Menurut model monarkhis Allah tanpa dunia = Allah. Sebaliknya
dunia tanpa Allah = nol. Kita bisa setuju bahwa dunia tanpa Allah = nol,
namun kita tidak bisa setuju bahwa Allah tanpa dunia = Allah. Tanpa
dunia/bumi/ciptaan, Allah tidak bermakna apa-apa. Allah berada dalam
hubungan dengan bumi sejak semula. Hakikat Allah adalah bahwa Ia
pencipta. Tanpa hakikat-Nya sebagai Pencipta, Ia bukan Allah.

 Ada model lain yang laten, yakni model organis. Menurut model organis,
dunia ini berhubungan secara organis dengan Tuhan. Bahkan Tuhan
berada di dalam dunia ini. Model ini tidak menganjurkan panteisme yang
berpandangan Allah = Dunia, tetapi model organis menuntut agar paling
tidak Tuhan dilihat secara integral, sebagai yang transenden sekaligus
yang imanen. Model organis menaikkan derajat alam dan menurunkan
derajat manusia, sehingga hasil akhir adalah suatu keseimbangan.
Manusia dan alam, kedua-duanya bersumberkan Tuhan.
Teologi Keutuhan Ciptaan

 Menurut James Barr perlu ada penafsiran baru terhadap pemahaman


manusia mengenai “gambar Allah.” Istilah gambar Allah sebenarnya mau
memberi jalan keluar bagi permasalahan di Israel, sampai seberapa jauh
kemiripan manusia dengan Allah.

 Memang ada hubungan antara gambar Allah dan penguasaan alam,


tetapi bukan dalam arti bahwa gambar itu semata-mata terdiri dari
penguasaan. Relasinya lebih bersifat konsekuential: oleh karena manusia
adalah gambar Allah, biarlah ia berkuasa. Jadi kata rada, ‘berkuasa’
diartikan sebagai ’menaungi,’’mengayomi.’ Kata kabasy, ‘menaklukan’
konteksnya di sini berhubungan dengan mengusahakan bumi/tanah.

 Justru menurut Barr, eksploitasi habis-habisan terhadap alam dilakukan


di dalam alam humanisme liberal yang berpandangan manusia tidak lagi
menganggap diri sebagai berada di bawah naungan sang Pencipta.
Teologi Keutuhan Ciptaan

 Dengan demikian, apa peran kisah penciptaan bagi masa kini yang
sedang mengalami krisis ekologis?
 Pertama, kita menekankan bahwa ciptaan itu baik adanya. Kita
bertanggung jawab untuk mengontrol dan membatasi pelbagai usaha kita
untuk mengelola dan memanfaatkan alam ini, sehingga kebaikan alam
ciptaan tetap terjaga.
 Kedua, kisah penciptaan di dalam Kitab Kejadian mengungkapkan dunia
ini sebagai dunia yang teratur. Alam dibagi-bagi atas fungsi dan jenis.
 Ketiga, kerangka Kejadian 1 menunjukkan tempat manusia. Manusia
adalah manusia apabila ia berada pada tempatnya di dalam alam.
Tempatnya adalah tempat yang utama, tetapi sebagai pemelihara alam.

 Bumi ini milik Allah sekaligus milik manusia. Bumi adalah milik Allah
sebab Ia yang menciptakannya, milik kita sebab Ia telah memberikannya
kepada kita (lih. Mzm. 115:16). Jelas Allah memberikannya kepada kita
supaya kita menguasainya atas nama Dia. Itulah sebabnya penguasaan
kita atas bumi ini adalah berdasarkan hak pakai, bukan berdasarkan hak
milik. Kita hanya penggarap saja, Allah sendiri tetap “Tuan tanahnya,”
Tuan atas semua tanah.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Kita perlu menyajikan satu batasan istilah “alam”. Manusia adalah bagian
dari “alam” dalam arti kita ikut serta dalam proses-proses biologis dan
fisiologis, sama seperti binatang dan makhluk hidup lainnya. Sebaliknya,
manusia juga “terpisah” dari alam karena kita memiliki kesadaran dan
sanggup mengambil keputusan secara sadar tentang cara mengubah
alam di sekitar kita. Oleh sebab itu, istilah alam yang dimaksud dalam
bagian ini dibatasi pada ciptaan bukan manusia.

 Nilai alam bagi manusia tidak bisa disangkal. Makanan yang dimakan
manusia, minuman yang diminumnya, udara yang dihirupnya, serta
bahan untuk pakaiannya, perumahannya, alat-alatnya dan tenaga yang
menjalankan mesin- mesinnya semuanya disediakan dari alam.

 Yang menjadi pertanyaan ialah apakah alam mempunyai nilai terlepas


dari gunanya bagi manusia. Jawaban pertama kepada pertanyaan ini
ialah bahwa nilai alam yang utama dalam rencana Allah ialah nilainya
untuk manusia. Alam bernilai tetapi nilai manusia jauh lebih tinggi
daripada tumbuh-tumbuhan atau binatang-binatang. Dalam Kejadian 2
semua makhluk diciptakan untuk dinikmati dan digunakan oleh manusia.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Orang lebih berharga daripada pohon atau binatang. Walaupun


keindaham alam itu penting, kebutuhan manusia lebih penting. Setiap
orang unik dan tidak dapat diganti. Keselarasan alam perlu dijaga
terutama demi kesejahteraan manusia. Pencemaran udara dan air
merugikan manusia. Penghanyutan tanah dan penghabisan pohon-pohon
di hutan menghambat usaha untuk menyediakan makanan dan
perumahan untuk manusia. Nilai alam yang utama ialah gunanya untuk
manusia.

 Namun demikian, perlu ditambah bahwa alam juga bernilai terlepas dari
nilainya bagi manusia. Allah menganggap ciptaan-Nya baik sebelum
manusia dijadikan (Kej. 1:10, 12, 18, 21, 25). Salah satu alasan
mengapa Allah menciptakan manusia adalah untuk memelihara kebaikan
alam. Sesudah air bah Allah membuat perjanjian bukan saja dengan Nuh
dan keturunannya tetapi juga “dengan segala makhluk hidup” (Kej. 9:10).
Walaupun perjanjian dinyatakan kepada Nuh sebagai wakil makhluk-
makhluk lain, tetapi Allah mempunyai hubungan dengan semua makhluk.
Bahkan Ia mempunyai kewajiban kepada makhluk-makhluk itu
berdasarkan perjanjian-Nya.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Walaupun alam dimaksudkan untuk digunakan manusia, alam tidak


semata-mata untuk maksud itu. Hutan lebih dari sekadar sumber kayu
bagi manusia. Binatang-binatang lebih dari sekadar sumber daging untuk
dimakan. Setiap unsur alam mempunyai nilai dalam dirinya sebagai
ciptaan Tuhan. Dalam alam semesta ada banyak bintang yang begitu
jauh dari bumi sehingga tidak dapat dilihat manusia. Astronom
mengatakan bahwa mungkin sekali di planet yang lain dalam alam
semesta ada makhluk-makhluk hidup lainnya. Karena itu menjadi nyata
bahwa alam memiliki nilai terlepas dari gunanya bagi manusia. Meskipun
manusia mempunyai tempat yang terpenting dalam maksud Allah bagi
dunia, tidak bisa dikatakan bahwa alam semesta berada semata-mata
bagi manusia.

 Kita perlu mengingat dasar nilai alam. Alam tidak bernilai karena keramat
atau karena mempunyai kepribadian seperti manusia, tetapi karena sifat-
sifatnya sebagai alam. Suatu pohon bernilai bukan karena penuh dengan
zat ilahi atau karena mempunyai perasaan atau kebajikan manusiawi
tetapi karena diciptakan oleh Tuhan dengan ciri khasnya sebagai pohon,
dan sebagai pohon ia mempunyai fungsi dalam maksud Tuhan.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Dalam Alkitab manusia adalah bagian dari alam. Ia terikat dalam


kesatuan dengan bagian-bagian alam yang lain. Manusia juga berbeda
dengan makhluk- makhluk yang lain. Ia mempunyai kedudukan khas di
atas alam.
 Pada satu segi manusia itu sebagian dari ciptaan Tuhan. Seperti unsur-
unsur ciptaan yang lain, ia tidak ilahi dan tidak mahakuasa. Seperti
makhluk- makhluk yang lain, manusia ialah makhluk biologis-alamiah. Ia
harus takluk kepada hukum-hukum alam. Ia harus makan, minum dan
tidur. Ia memeroleh keturunan melalui proses kehamilan dan kelahiran
seperti binatang menyusui yang lain. Akhirnya manusia seperti binatang-
binatang yang lain akan mati.
 Alkitab menggambarkan kesatuan manusia dengan alam dalam cerita
tentang penciptaan. “Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu
tanah” (Kej. 2:7) seperti Ia juga “membentuk dari tanah segala binatang
hutan dan segala burung di udara” (Kej. 2:19). Dalam bahasa Ibrani kata
untuk manusia, yaitu adam, mempunyai akar yang sama dengan kata
untuk tanah yaitu adamah. Manusia, adam, dibentuk dari tanah, adamah.
Manusia “mengusahakan tanah” (Kej. 3:23) dan hidup dari tanah, dan
manusia kembali menjadi tanah (Kej. 3:19).
Sikap Manusia terhadap Alam

 Dengan demikian Alkitab menggambarkan manusia sebagai makhluk


yang mempunyai tempat bersama dengan makhluk-makhluk yang lain
dalam ciptaan. Pandangan ini sesuai dengan pandangan ekologi. Manusia
dan makhluk- makhluk yang lain terikat bersama dalam hubungan timbal
balik. Dalam ekosistem ini binatang-binatang, tanam-tanaman, air, udara,
cuaca serta manusia dan kebudayaannya saling memengaruhi. Kalau
satu faktor diganggu, semua faktor ikut terganggu. Karena itu manusia
tidak bisa merusak alam tanpa merugikan dirinya sendiri.

 Walaupun demikian manusia juga berbeda dengan unsur-unsur alam


yang lain. Ia mempunyai kuasa lebih besar daripada makhluk-makhluk
yang lain. Sama seperti Allah ialah Raja di sorga, manusia dinobatkan
sebagai raja di dunia.

 Manusia diciptakan dalam gambar Allah (Kej. 1:26-27). Walaupun ia


tidak ilahi, ia mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan Allah sendiri. Ia
menjadi wakil Allah di antara makhluk-makhluk yang lain. Ia hidup di dunia
ini sebagai duta dari Allah. Sebagai duta dari Allah itu ia diberi tugas untuk
mengatur dunia sesuai dengan kehendak Allah.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Apakah ciri khas manusia yang membedakannya dari semua makhluk


yang lain? Secara jasmani ia mempunyai otak yang lebih besar, dan ia
mampu berjalan lebih tegak daripada binatang-binatang yang lain. Tetapi
ciri-ciri jasmani ini bukan hal yang menentukan statusnya.

 Banyak orang merasa bahwa keunggulan manusia terletak dalam


kemampuannya untuk berpikir secara rasional dan membentuk konsep-
konsep yang abstrak.

 Orang-orang lain menekankan kemampuan manusia untuk berbahasa,


membuat dan menggunakan alat-alat dan membentuk kebudayaan
sehingga ia tidak hanya hidup dalam lingkungan alam tetapi juga
menciptakan lingkungannya sendiri dan bisa belajar dari manusia yang
lain.

 Ada juga orang-orang yang menganggap bahwa ciri khas manusia terletak
dalam keinsafan dirinya yaitu kemampuannya untuk menyadari proses
pemikirannya dan menujukan proses itu sesuai dengan kehendak-Nya.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Secara teologis perlu dikatakan bahwa manusia hanya sungguh-sungguh


menjadi manusia jikalau ia menyadari hubungannya dengan Tuhan dan
dapat berdoa. Menurut cerita penciptaan, walaupun manusia seperti
binatang-binatang yang lain diciptakan dari debu dan tanah, tetapi hanya
manusia mempunyai nafas hidup yang dihembuskan ke dalam hidungnya
langsung dari Allah sendiri (Kej. 2:7).
 Seperti makhluk-makhluk yang lain, kehidupan biologis manusia
bergantung kepada tanah dan Allah. Berbeda dengan makhluk-makhluk
yang lain manusia mempunyai kehidupan khusus yang datang langsung
dari Allah. Manusia memerlukan roti dan nasi, tetapi makanan itu tidak
cukup. Ia juga hidup dari firman Allah (Mat. 4:4). Hanya manusia bisa
berdoa dan beribadah kepada Allah. Hanya manusia bisa mentaati atau
tidak mentaati Allah. Hanya manusia bisa berbicara dengan Allah dan
mengerti kehendak Allah.
 Singkatnya manusia mempunyai dua segi. Sebagai ciptaan Allah ia
bersatu dengan makhluk-makhluk yang lain. Ia juga dapat bersatu
dengan Allah. Ia terlibat dalam alam tetapi ia berwibawa atas alam.
Sebagai gambar Allah ia mewakili Allah dalam ciptaan. Sebagai makhluk
termulia ia mewakili ciptaan di depan Allah.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Karena alam bernilai, manusia perlu menghargai alam. Penghargaan ini


disertai dengan rasa kagum terhadap alam. Manusia perlu mengindahkan
keajaiban alam. Menghargai alam tidak sama dengan menyembah alam.
Karena alam tidak ilahi, alam tidak layak disembah. Penghargaan kita
kepada alam disertai dengan rasa syukur kepada Penciptanya.
 Kalau kita memperlakukan alam seolah-olah alam itu tidak bernilai, kita
mengurangi nilai diri kita sendiri. Kalau kita mengabaikan arti yang ada
dalam alam, kehidupan kita kehilangan sebagian artinya. Kalau kita
memperlakukan alam seperti mesin, kehidupan kita menjadi lebih seperti
mesin. Kalau kita hanya melihat alam sebagai sumber keuntungan bagi
kita sendiri, kehidupan kita menjadi lebih egois dan kering.
 Penghargaan kepada alam tidak berarti bahwa kita tidak boleh
menggunakan alam, tetapi penggunaan kita jangan merosot sehingga
menjadi eksploitasi. Kita boleh saja menebang pohon untuk membangun
rumah, tetapi kita jangan menebang pohon-pohon tanpa memikirkan
bagaimana hutan dapat dipelihara. Kita boleh saja membunuh binatang
untuk makanan, tetapi kita jangan membunuh binatang-binatang dengan
membabi buta. Kita boleh saja memakai hewan untuk membajak tanah
tetapi kita wajib memerhatikan kebutuhan hewan itu.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Manusia juga perlu bersahabat dengan alam. Ia mencintai alam. Allah


memberi binatang- binatang dan burung-burung untuk manusia supaya
manusia dapat hidup dalam persekutuan dengan binatang-binatang dan
burung-burung itu. Tentu persekutuan itu kurang memenuhi kebutuhan
manusia untuk persahabatan dan persekutuan, karena di antara binatang-
binatang dan burung-burung tidak ada “penolong yang sepadan dengan”
manusia (Kej. 2:20). Persekutuan manusia yang lengkap hanya mungkin
dengan Allah dan manusia yang lain. Namun demikian, persahabatan
manusia dengan alam juga penting.

 Istilah “sesama makhluk” patut dipakai dalam membicarakan hubungan


kita dengan makhluk-makhluk yang lain. Sesama makhluk berbeda
dengan sesama manusia. kita harus menyayangi sesama makhluk kita.
Kita perlu merasakan kesatuan antara kita dan makhluk-makhluk lain
berdasarkan penciptaan kita oleh Allah.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Umumnya ada tiga sikap manusia terhadap alam (Brownlee 1993, 152-
157). Pertama, orang dapat memandang alam sebagai ruang kuasa-
kuasa yang menakutkan sehingga manusia perlu tunduk kepada alam dan
menyenangkan kuasa-kuasa alam dengan sesajen, kenduri atau
upacaraupacara. Kedua, sebaliknya dari yang pertama, alam dipandang
bukan sebagai subjek (dan manusia sebagai objek) yang menentukan
nasib manusia, alam dipandang sebagai objek (dan manusia sebagai
subjek) yang dapat diselidiki dan dipergunakan oleh manusia. Alam
berada untuk kita, bukan kita untuk alam. Ketiga, baik alam maupun
manusia dilihat sebagai dua subjek yang saling memengaruhi. Manusia
dan alam perlu berjalan bersama dalam hubungan yang selaras karena
manusia adalah satu dengan alam.
 Sikap ketiga lebih lazim di Indonesia, terutama di Jawa. Dalam
kebudayaan Jawa, alam merupakan suatu keseluruhan yang sakral. Tentu
tidak semua bagian dari alam sama kesuciannya. Ada bagian-bagian alam
misalnya puncak bukit tinggi, jurang yang curam, kuburan dan pohon-
pohon (beringin, bunga gading, pohon aren) yang lebih indah daripada
bagian-bagian yang lain. Seluruh alam bersifat sakral tetapi sifat itu
terserak, bukan homogen, tetapi heterogen. Dalam pandangan ini
manusia bersatu dengan alam. Ia tidak berdiri berhadapan dengan
kosmos, melainkan ia sebagian daripadanya.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Karena alam bersifat keramat, manusia ingin mencari keselarasan dengan


alam. Ia cenderung lebih menyesuaikan diri dengan alam daripada
menguasai dan menggarap alam. Tentu kecenderungan ini tidak mutlak
karena setiap bangsa harus menggunakan alam. Namun dalam
kebudayaan-kebudayaan Indonesia, terutama kebudayaan Jawa, ada
kecenderungan yang kuat untuk lebih mencari keselarasan dengan alam
daripada menaklukkan alam.

 Dalam pandangan modern manusia berusaha menguasai dan


mempergunakan alam sama dengan sikap kedua di atas. Bagi
pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, alam perlu dilihat bukan
sebagai kosmos yang sakral tetapi sebagai bidang untuk diselidiki dan
digarap oleh manusia. Manusia tidak menyesuaikan diri dengan alam
yang keramat tetapi berhasrat mengerti hukum-hukum alam dan
menaklukkan alam. Dalam pandangan Barat umumnya manusia berdiri di
luar alam sebagai subjek yang dapat mengatur dan menguasai alam.
Manusia bukan sebagian dari alam tetapi pengolah dan penguasa alam.
Manusia membentuk peradaban, yaitu suatu lingkungan yang tidak
alamiah untuk mempertahankan manusia melawan kekerasan alam.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Pandangan tradisional itu menekankan keselarasan manusia dengan


alam tetapi kurang mendorong manusia untuk mengembangkan dirinya
sendiri serta kebudayaannya dan masyarakatnya. Pandangan itu kurang
menolong manusia mengatasi kesulitan-kesulitan dan halangan-halangan
yang disebabkan oleh alam. Pada pihak lain pandangan modern
mendorong kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sehingga manusia
dapat mengatur alam dan menggunakan sumber-sumber alam untuk
membangun masyarakat yang lebih sejahtera.
 Namun dengan mengabaikan kesatuan manusia dengan alam,
pandangan modern membuka pintu bagi perusakan alam oleh manusia.
Manusia yang menganggap dirinya sebagai penakluk alam merasa bebas
untuk memperlakukan alam dengan sewenang-wenang demi keuntungan
manusia itu. Karena ia tidak lagi menghormati alam sebagai lingkungan
keramat, maka ia merasa bebas untuk memperkosa alam. Karena ia
dibebaskan dari keharusan untuk menyesuaikan diri dengan alam, ia
menghancurkan dan memeras alam. Ia hanya melihat alam sebagai
sumber keuntungan. Masalah-masalah ekologi masa kini, seperti misalnya
pencemaran air dan udara serta pengurasan sumber-sumber alam,
menunjukkan bahwa pandangan modern tentang lingkungan alam,
walaupun penting bagi pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan,
disertai dengan kelemahan- kelemahan yang perlu diperbaiki.
Sikap Manusia terhadap Alam

 Sikap terhadap alam yang seharusnya dipunyai manusia disimpulkan


dalam Kejadian 2:15: “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan
menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan
memelihara taman itu.” Manusia harus mengusahakan alam tetapi ia juga
harus memeliharanya. Walaupun alam bukan Allah, alam menunjukkan
Allah. Walaupun alam tidak mempunyai kuasa keramat, alam bernilai.
Walaupun manusia harus menaklukkan alam, manusia harus menghargai
alam.
RANGKUMAN
 Hubungan antara ekonomi dan ekologi bisa dijabarkan dari pengertian
etimologis yang justru bisa saling membantu dan membina. Ekonomi
berasal dari kata oikos dan nomos. Oikos berarti ’rumah tangga‘ dan
nomos berarti ’aturan, hukum.’ Ekonomi bisa diartikan sebagai
upaya untuk mengatur atau penatalayanan rumah tangga (housekeeping).
Sedang ekologi gabungan dari kata oikos dan logos. Logos berarti
perkataan, pemahaman dan pengertian. Sehingga hubungan antara
ekonomi dan ekologi tergabung dalam pemahaman bahwa kita tidak bisa
menata masyarakat dan alam ini tanpa mengertinya dan memeliharanya.
Dengan kata lain, usaha untuk melakukan housekeeping harus
dibarengi naturekeeping.

 Ada dua tugas manusia dalam alam. Pertama, manusia diberi tugas untuk
menggunakan alam dan berkuasa atas alam. Tugas kedua, ialah
memelihara alam. Tugas manusia dalam dunia diberikan kepadanya oleh
Allah, dan ia bertanggung jawab kepada Allah atas pelaksanaan tugas itu.
Prinsip utama yang mendasari pandangan orang Kristen tentang
lingkungan ialah bahwa dunia adalah milik Tuhan. Manusia tidak
mempunyai hak milik yang mutlak atas bumi. Ia hanya menjadi pengurus.
Bumi dipercayakan kepada manusia untuk mengolah dan mengurusnya.
RANGKUMAN
 John Macquarrie dan James Barr berusaha membuktikan bahwa tuduhan
mengenai Alkitab sebagai pokok gara-gara yang menyebabkan
kerusakan alam bukan merupakan tuduhan yang kuat.

 Tetapi sekaligus kedua orang ini bersedia mengakui bahwa dalam


perkembangan sejarah ada penafsiran tertentu terhadap manusia
sebagai penguasa yang eksploitatif, dan bahwa gambaran ini tidak cocok
dengan apa yang terdapat dalam teks Alkitab itu sendiri. Dalam
penafsiran ini, manusia diakui sebagai yang utama, sebagai penguasa.
Pengakuan ini oleh penafsir tertentu di kemudian hari diberi penekanan
berlebih-lebihan, sehingga akhirnya “menguasai” berarti
“mengeksploitasi” dan mereka melupakan fungsi memeliharanya.

 Dalam Alkitab manusia adalah bagian dari alam. Ia terikat dalam


kesatuan dengan bagian-bagian alam yang lain. Manusia berbeda
dengan makhluk- makhluk yang lain. Ia mempunyai kedudukan khas di
atas alam.
RANGKUMAN
 Umumnya ada tiga sikap manusia terhadap alam :

 Pertama, orang dapat memandang alam sebagai ruang kuasa-kuasa


yang menakutkan sehingga manusia perlu tunduk kepada alam dan
menyenangkan kuasa-kuasa alam dengan sesajen, kenduri atau upacara-
upacara.

 Kedua, sebaliknya dari yang pertama. Alam dipandang bukan sebagai


subjek (dan manusia sebagai objek) yang menentukan nasib manusia.
Alam dipandang sebagai objek (dan manusia sebagai subjek) yang dapat
diselidiki dan dipergunakan oleh manusia. Alam berada untuk kita, bukan
kita untuk alam.

 Ketiga, baik alam maupun manusia dilihat sebagai dua subjek yang saling
memengaruhi. Manusia dan alam perlu berjalan bersama dalam
hubungan yang selaras karena manusia adalah satu dengan alam.
Pendidikan Agama Kristen

Anda mungkin juga menyukai