Anda di halaman 1dari 19

RMK ETIKA BISNIS KELAS C7

ETIKA LINGKUNGAN HIDUP

KELOMPOK 3

9 KADEK ARISTA DWI PRATAMA 1607531054


12 IDA AYU JIVA MAHESWARI 1607531061
13 MADE SAWITRI KUMALA DEWI 1607531062

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
REGULER
SMT GANJIL 2017/2018
Latar Belakang
Masalah kerusakan lingkungan merupakan masalah bersama yang harus
dipecahkan secara bersama-sama pula. Merebaknya kasus-kasus kerusakan
lingkungan mulai dari yang kecil sampai ke tahap yang bersifat serius
di indonesia merupakan dampak dari terakumulasinya kerusakan dalam jangka
waktu yang relatif lama. Berbagai faktor menjadi penyebab terjadinya kerusakan
lingkungan tersebut, mulai dari prilaku individu yang tidak care terhadap alam
sampai pada masalah yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang
mengekploitasi alam untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Masalah-masalah terkait antara bisnis dan kerusakan lingkungan
merupakan masalah kekinian yang patut diselesaikan sesegera mungkin, khususnya
di indonesia. Berbagai persoalan menyangkut kerusakan lingkungan yang
dilakukan oleh kalangan pebisnis kerap kali memiliki sangkut paut dengan cara dan
etika dalam menjalankan bisnisnya. Binis yang baik (good business) adalah bisnis
yang membawa banyak keuntungan jika di tinjau dari sektor ekonomi, bisnis yang
baik adalah bisnis yang menaati hukum serta peraturan yang berlaku, juga
merupakan bisnis yang baik jika baik secara moral dan etika dalam aktivitas
bisnisnya.
Maksimalisasi keuntungan merupakan salah satu prinsip dalam kapitalisme,
dalam pijakan teori ini segala cara dapat dilakukan untuk memperoleh keuntungan
yang sebenarnya (sesuai dengan prinsip ekonomi, dengan pengorbanan yang
sekecil-kecilnya berusaha memperoleh hasil yang sebesar-besarnya). Efek dari
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya adalah terjadinya eksploitasi tenaga
kerja, ekploitasi lingkungan, serta konsumen.

1
1. DIMENSI POLUSI DAN PENYUSUTAN SUMBER DAYA

Ancaman lingkungan berasal dari dua sumber: polusi dan penyusutan sumber
daya. Polusi mengacu pada kontaminasi yang tidak diinginkan terhadap lingkungan
oleh pembutan atau penggunaan komoditas. Penyusutan sumber daya mengacu
pada konsumsi sumber daya yang terbatas atau langka.

1. Polusi Udara, Air, dan Tanah


Polusi udara bermula sejak terjadinya revolusi industri dunia, dan
semakin meningkat secara besar-besaran saat industri mulai meluas.Isu
lingkungan yang terkait dengan polusi udara diantaranya pemanasan global,
penyusutan ozon, hujan asam, racun udara, dan kualitas udara.
Bahan pencemar air saat ini sangat beragam dan tidak hanya terdiri dari
sampah organik, namun juga garam, logam, bahan-bahan radioaktif, bakteri,
virus serta endapan. Semua jenis kontaminasi ini dapat merusak bahkan
menghancurkan kehidupan air, mengancam kesehatan manusia serta
mencemari air.
Tanah saat ini juga telah tercemar dengan zat-zat beracun, limbah padat
serta limbah nuklir. Zat beracun dapat memberikan pengaruh buruk bagi
kesehatan dan lingkungan. Jumlah sampah atau limbah padat yang dihasilkan
manusia naik setiap tahun, namun fasilitas untuk menanganinya justru semakin
sedikit. Reaktor nuklir mengandung bahan-bahan radioaktif yang diketahui
bersifat karsinogen. Radiasi tingkat tinggi dapat menyebabkan kematian,
sedangkan dosis lebih rendah dapat menyebabkan kanker dan kerusakan
genetika pada generasi selanjutnya.
2. Penyusutan Spesies dan Habitat, Bahan Bakar Fosil, dan Mineral
Manusia menyebabkan punahnya ribuan spesies binatang dan
tumbuhan begitu pula dengan semakin sedikitnya jumlah habitat hutan yang
hilang karena digunduli oleh industri kayu, dan dijadikan permukiman.
Disamping itu penggunaan bahan bakar fosil dan mineral meningkat terus
sedangkan ketersediaannya semakin menipis.Ketersediaan bahan-bahan

2
pengganti bahan bakar fosil dan mineral pun terbatas, sehingga hanya dapat
menunda sebentar habisnya ketersediaan bahan bakar fosil dan mineral.

2. ETIKA PENGENDALIAN POLUSI

Tidak adanya upaya pengeendalian polusi dikarenakan para pelaku bisnis


menganggap udara dan air itu barang gratis, dan melihat lingkungan sebagai barang
tak terbatas.

1. Etika Ekologi

Etika ekologi adalah sebuah etika yang mengklaim bahwa kesejahteraan


dari bagian-bagian non-manusia di bumi ini secara intrinsik memiliki nilai
tersendiri dan bahwa, karena adanya nilai intrinsik ini, kita manusia memiliki
tugas untuk menghargai dan mempertahankannya. Etika ekologi didasarkan
pada gagasan bahwa bagian-bagian lingkungan yang bukan manusia perlu
dijaga demi bagian-bagian itu sendiri, tidak masalah apakah itu menguntungkan
manusia atau tidak.Namun hingga kini untuk memperluas hak-hak moral
terhadap hal-hal non-manusia masih sangat kontroversial. Untuk hal tersebut
dibutuhkan pendekatan lagi dalam menghadapi masalah lingkungan yang
berdasarkan hak-hak asasi manusia maupun pertimbangan utilitarian.

2. Hak Lingkungan dan Pembatasan Mutlak

William T. Blackstone menyatakan bahwa kepemilikan atas lingkungan


yang nyaman tidak hanya sangat diinginkan, namun merupakan hak bagi setiap
manusia. Masalah utama dari pandangan Blackstone adalah pandangan ini
gagal memberikan petunjuk tentang sejumlah pilihan yang cukup berat
mengenai lingkungan.

3. Utilitarianisme dan Pengendalian Parsial

Utilitarianisme memberikan suatu cara guna menjawab pertanyaan


yang tidak dapat dijawab teori hak-hak lingkungan Blackstone. Pendekatan

3
utilitarian menyatakan bahwa seseorang perlu berusaha menghindari polusi
karena dia juga tidak ingin merugikan kesejahteraan masyarakat.

 Biaya Pribadi dan Biaya Sosial

Ketika suatu perusahaan mencemari lingkungan maka biaya pribadi


selalu lebih kecil dibanding dengan biaya sosialtotalnya(biaya pribadi
ditambah biaya eksternal). Polusi selalu melibatkan biaya eksternal, yaitu
biaya yang tidak perlu dibayar oleh pihak yang memproduksi polusi
tersebut. Saat biaya pribadi untuk menghasilkan suatu produk berbeda dari
biaya sosial yang terkait dengan proses produksinya, maka pasar tidak lagi
memberikan harga yang tepat atas komoditas yang dihasilkan.

 Penyelesaian: Tugas-Tugas Perusahaan

Penyelesaian untuk masalah biaya eksternal, jika menurut utilitarian


yang dapat dilakukan dengan memasukkan biaya polusi atau pencemaran
ke dalam perhitungan,sehingga biaya-biaya ini ditanggung oleh produsen
dan diperhitungkan untuk menentukan harga komoditas mereka. Ada
beberapa cara untuk menginternalisasi biaya eksternal polusi, yaitu
meminta pihak yang menyebabkan polusi untuk membayar ganti rugi secara
suka rela atau secara hukum kepada pihak-pihak yang dirugikan, serta
mewajibkan perusahaan yang menjadi sumber polusi untuk menghentikan
polusi dengan memasang alat indicator pengendali polusi.

 Keadilan

Cara utilitarian menangani polusi (dengan menginternalisasikan


biaya) tampak konsisten dengan persyaratan keadilan distributif sejauh
keadilan distributif tersebut mendukung kesamaan hak. Internalisasi biaya
eksternal juga terlihat konsiten dengan persyaratan keadilan retributif dan
kompensatif. Dengan adanya pandangan keadilan retributif dan keadilan
kompensatif, maka muncul biaya pengendalian polusi harus ditanggung

4
oleh pihak yang menyebabkan polusi dan yang memperoleh keuntungan
darinya, serta keuntungan pengendalian polusi wajib diberikan kepada
pihak-pihak yang menanggung biaya eksternal polusi.

 Biaya dan Keuntungan

Thomas Klein memberikan ringkasan prosedur analisis biaya-


keuntungan dengan mengidentifikasi biaya dan keuntungan, mengevaluasi
biaya dan keuntungan, dan menambahkan biaya dan keuntungan

 Ekologi Sosial, Ekofeminisme, dan Kewajiban untuk Memelihara

Ekologi sosial menyatakan bahwa apabila pola-pola hierarki dan


dominasi sosial belum berubah , maka kita tidak akan bisa menghadapi
krisis lingkungan. Jadi kerusakan lingkungan yang terjadi secara luas tidak
bisa dihentikan sampai masyarakat kita menjadi tidak terlalu hierarkis, tidak
terlalu mendominasi dan tidak terlalu menindas.

Ekofeminisme digambarkan dengan adanya beberapa hubungan


penting (historis, eksperensial, simbolis,teoritis)antara dominasi atas kaum
perempuan dan dominasi atas alam, sebuah pemahaman yang sangat
penting baik bagi etika feminism ataupun etika lingkungan.Kaum
ekofeminis meyakini bahwa meskipun konsep utilitarianisme, hak, dan
keadilan memiliki peran terbatas dalam etika lingkungan, namun etika
lingkungan yang baik harus memperhitungkan perspektif-perspektif etika
memberi perhatian.

3. ETIKA KONSERVASI SUMBER DAYA YANG BISA HABIS

Konservasi sebagian besar mengacu pada masa depan: kebutuhan untuk


membatasi konsumsi saat ini agar cukup untuk besok. Konservasi lebih tepat
diterapkan pada masalah-masalah penyusutan sumber daya dibandingkan polusi.

5
1. Hak Generasi Mendatang

Tindakan menghabiskan sumber daya berarti mengambil apa yang


sebenarnya menjadi milik generasi mendatang dan melanggar hak-hak mereka
atas sumber daya tersebut, namun sejumlah penulis menyatakan bahwa salah
bila kita berpikir generasi mendatang juga punya hak. Jadi salah apabila kita
membatasi diri untuk mengonsumsi sumber daya alam, karena khawatir
mengambil hak generasi mendatang.

2. Keadilan bagi Generasi Mendatang

Keadilan mewajibkan kita untuk menyerahkan dunia ini pada generasi


mendatang dalam kondisi yang tidak lebih buruk dibandingkan dengan yang
kita terima dari generasi sebelumnya.

3. Pertumbuhan Ekonomi

Sejumlah penulis menyatakan bahwa jika kita menghemat sumber daya


alam yang langka agar generasi mendatang bisa memperoleh kualitas
kehidupan yang memuaskan, maka kita perlu mengubah sistem perekonomian
secara substansial, khususnya dengan menekan usaha-usaha untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi.

4. MENINGKATKAN PERHATIAN BISNIS TERHADAP ETIKA


LINGKUNGAN

Meningkatnya perhatian bisnis terhadap etika lingkungan dikarenakan persepsi bahwa


:

1. Lingkungan hidup sebagai “the commons“


Sebelumnya kita lihat bahwa bisnis modern mengandaikan begitu saja
status lingkungan hidupsebagai ranah umum. Dianggapnya disini tidak ada
pemilik dan tidak ada kepentingan pribadi.Pengandaian ini adalah keliru.

6
Kekeliruan itu dapat kita mengerti dengan lebih baik jika kitamembandingkan
lingkungan hidup dengan the commons. The commons adalah ladang umum
yangdulu dapat ditemukan dalam banyak daerah pedesaan di Eropa dan
dimanfaatkan secara bersama-sama oleh semua penduduknya. Sering kali the
commons adalah padang rumput yang dipakai oleh semua penduduk kampung
tempat pengangonan ternaknya. Di jaman modern dengan bertambahnya
penduduk sistem ini tidak dipertahankan lagi dan ladangumum itu diprivatisasi
dengan menjualnya kepada penduduk perorangan. Masalah lingkungan hidup
dan masalah kependudukan dapat dibandingan
dengan proses menghilangnya the commont. Jalan keluarnya adalah
terletak pada bidang moralnya yakni dengan membatasi kebebasan. Solusi
ini memang bersifat moral karena pembatasan harus dilaksanakan dengan adil
. Pembatasan kebebasan itu merupakan suatu tragedi karena kepentingan
pribadi harus dikorbankan kepada kepentingan umum. Tetapi tragedi ini tidak
bisa dihindari. Membiarkan kebebasan semua orang justru akan mengakibatkan
kehancuran bagi semua.

2. Lingkungan hidup tidak lagi eksternalitas. Dengan serentak juga harus


ditinggalkan pengandaian kedua tentang lingkungan hidup dalam bisnis
modern yakni bahwa sumber-sumber daya alam itu tak terbatas. Mau tak mau
kita perlu akui lingkungan hidup dan komponen komponen yang ada didalam
nya tetap terbataswalaupun barangkali tersedia dalam kuantitas besar. Sumber
daya alam pun ditandai dengankelangkaan. Jika para peminat berjumlah besar
maka air, udara dan komponen komponen yang ada didalamnya akan menjadi
barang langka dan karena itu tidak dapat dipergunakan lagi secaragratis.
Akibatnya faktor lingkungan hidup pun merupakan urusan ekonomi karena
ekonomi adalah usaha untuk memanfaatkan barang dan jasa yang langka
dengan efisien sehingga dinikmati oleh semua pihak. Dasar Hukum Kewajiban
Perusahaan Menjaga Lingkungan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1984 tentang Perindustrian. Perusahaan industri mempunyai kewajiban

7
dalam upaya pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap
lingkungan hidup sebagaimana telah diatur dalam Pasal 21 UU Perindustrian
yang berbunyi: (1)Perusahaan industri wajib melaksanakan upaya
keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya
kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri
yang dilakukannya (2)Pemerintah mengadakan pengaturan dan pembinaan
berupa bimbingan dan penyuluhan mengenai pelaksanaan pencegahan
kerusakan dan penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat
kegiatan industri. (3)Kewajiban melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dikecualikan bagi jenis industri tertentu dalam kelompok
industri kecil. Menurut Penjelasan Pasal 21 ayat (1) UU Perindustrian,
perusahaan industri yang didirikan pada suatu tempat, wajib memperhatikan
keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam yang dipergunakan dalam
proses industrinya serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran
terhadap lingkungan hidup akibat usaha dan proses industri yang dilakukan.
Pasal 87 ayat (1)Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup : Setiap penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan
tindakan tertentu.

Selain itu untuk berhadapan dengan alam kit ajug aperlu memperhatikan beberapa
prinsip. Prinsip ini menjadi pegangan dan tuntutan bagi perilaku kita dalam
berhadapan dengan alam, baik perilaku terhadap alam secara langsung
maupunperilaku terhadap sesama manusia yang berakibat tertentu terhadap
alam (Keraf, 2002):

1 Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)

Pada dasarnya semua teori etika lingkungan mengakui bahwa alam


semesta perlu untuk dihormati. Secara khusus sebagai pelaku moral, manusia

8
mem-punyai kewajiban moral untuk menghormati kehidupan, baik pada
manusia maupun makhluk lain dalam komunitas ekologis seluruhnya.
Hormat terhadap alam merupakan suatu prinsip dasar bagi manusia
sebagai bagian dari alam semesta seluruhnya.

2 Prinsip Tanggung Jawab (Moral Responsibility for Nature)

Setiap bagian dan benda di alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan
dengan tujuannya masing-masing, terlepas dari apakah tujuan itu untuk
kepentingan manusia atau tidak. Oleh karena itu, manusia sebagai bagian
dari alam semesta bertanggungjawab pula untuk menjaganya. Tanggung
jawab ini bukan saja bersifat individual tetapi juga kolektif. Kelestarian dan
kerusakan alam merupakan tanggungjawab bersama seluruh umat
manusia. Semua orang harus bisa bekerjasama bahu membahu untuk
menjaga dan meles-tarikan alam dan mencegah serta memulihkan
kerusakan alam, serta saling mengingatkan, melarang dan menghukum siapa
saja yang merusak alam.

3 Solidaritas Kosmis (Cosmic Solidarity)

Dalam diri manusia timbul perasaan solider, senasib


sepenanggungan dengan alam dan sesama makhluk hidup lain. Prinsip ini
bisa mendorong manusia untuk menyelamatkan lingkungan dan semua
kehidupan di alam ini. Prinsip ini berfungsi sebagai pengendali moral untuk
mengharmonisasikan manusia dengan ekosistemnya dan untuk
mengontrol perilaku manusia dalam batas-bats keseimbangan kosmis.
Solidaritas ini juga mendorong manusia untuk mengutuk dan menentang
setiap tindakan yang menyakitkanbinatang tertentu atau bahakn
memusnakan spesies tertentu.

9
4 Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian (Caring for Nature)

Prinsip ini tidak didasarkan pada pertimbangan kepentingan pribadi, tetapi


semata-mata demi kepentingan alam. Dengan semakin peduli terhadap
alam, maka manusia menjadi semakin matang dengan identitas yang kuat.

5 Prinsip ”No Harm”

Terdapat kewajiban, sikap solider dan kepedulian, paling tidak dengan


tidak melakukan tindakan yang merugikan atau mengancam eksistensi
makhluk hidup lain di alam semesta ini (no harm). Jadi kewajiban dan
tanggung jawab moral dapat dinyatakan dengan merawat, melindungi,
menjaga dan melestarikan alam, dan tidak melakukan tindakan seperti
membakar hutan dan membuang limbah sembarangan.

6 Prinsip Hidup Sederhana dan Selaras dengan Alam

Prinsip ini menekankan pada nilai, kualitas, cara hidup yang baik,
bukan menekankan pada sikap rakus dan tamak. Ada batas untuk hidup
secara layak sebagai manusia, yang selaras dengan alam.

7 Prinsip Keadilan

Prinsip ini menekankan bahwa terdapat akses yang sama bagi


semua kelompok dan anggota masyarakat untuk ikut dalam menentukan
kebijakan pengelplaan dan pelestarian serta pemanfaatan sumber daya
alam.

Dalam prinsip ini kita perlu memerhatikan kepentingan masyarakat adat


secara lebih khusus, karena dalam segi pemanfaatan sumber daya alam
dibandingkan dengan masyarakat modern akan kalah dari segi
permodalan, teknologi, informasi dan sebagainya, sehingga kepentingan
masyarakat sangat rentan dan terancam.

10
8 Prinsip Demokrasi
Prinsip ini terkait erat dengan hakikat alam, yaitu keanekaragaman
dan pluralitas. Demokrasi memberi tempat seluas-luasnya bagi
perbedaan, keanekaragaman dan pluraritas. Prinsip ini sangat relevan
dengan pengam-bilan kebijakan di bidang lingkungan, dan memberikan
garansi bagi kebijakan yang pro lingkungan hidup.
Dalam prinsip ini tercakup beberapa prinsip moral lainnya, yaitu,
a. Demokrasi menjamin adanya keanekaragaman dan pluralitas
yangmemungkinkan nilai lingkungan hidup mendapat tempat
untuk diperjuangkan sebagai agenda politik dan ekonomi yang
sama pentingnyadengan agenda lain.

b. Demokrasi menjamin kebebasan dalam mengeluarkan pendapat


dan memperjuangkan nilai yang dianut oleh setiap orang dan
kelompok masyarakat dalam bingkai kepentingan bersama.

c. Demokrasi menjamin setiap orang dan


kelompok masyarakat ikut berpartisipasi dalam menentukan
kebijakan publik dan memperoleh manfaatnya.

d. Demokrasi menjamin sifat transparansi.

e. Adanya akuntabilitas publik.

9 Prinsip Integritas Moral


Prinsip ini terutama untuk pejabat publik, agar mempunyai sikap
dan perilaku moral yang terhormat serta memegang teguh prinsip-prinsip
moral yang mengamankan kepentingan publik, untuk menjamin
kepentingan di bidang lingkungan.
Sedangkan para penganut deep ecology menganut delapan
prinsip,diantaranya yaitu:
a. Kesejahteraan dan keadaan baik dari kehidupan manusiawi
ataupun bukan di bumi mempunyai nilai intrinsik.

11
b. Kekayaan dan keanekaragaman bentuk-bentuk hidup
menyumbangkan kepada terwujudnya nilai-nilai ini dan merupakan
nilai-nilai sendiri.

c. Manusia tidak berhak mengurangi kekayaan dan keanekaragaman


ini, kecuali untuk memenuhi kebutuhan vitalnya.

d. Keadaan baik dari kehidupan dan kebudayaan manusia dapat


dicocok-kan dengan dikuranginya secara substansial jumlah
penduduk.

e. Campur tangan manusia dengan dunia bukan manusia kini terlalu


besar

f. Kebijakan umum harus dirubah, yang menyangkut struktur-


strukturdasar di bidang ekonomis, teknologis, dan ideologis.

g. Perubahan ideologis terutama menghargai kualitas kehidupan da


n bukan berpegang pada standar hidup yang semakin tinggi.

h. Mereka yang ifltjiyetujui buur-butir sebelumnya berkewajiban secara


langsung dan tidak iangsung untuk berusaha mengadakan perubahan-
perubahan yang perlu.

Prinsip-prinsip etika lingkungan perlu diupayakan dan diimplemen-


tasikan dalam kehidupan manusia karena krisis, persoalan ekologi dan
bencana alam yang terjadi pada dasamya diakibatkan oleh pemahaman
yang salah.

Yaitu bahwa alam adalah obyek yang boleh diberlakukan dan di


eksploitasi sekehendak kita. Pola pembangunan yang berlangsung saat ini perlu
diubah dan diimplementasikan secara jelas. Aspek pembangunan tidak semata-
mata hanya pemenuhan kebutuhan aspek ekonomi namun juga perlu
memberikan bobot yang setara pada aspek-aspek sosial, budaya dan
lingkungan. Kerusakan yang terjadi pada masa sekarang, tidak hanya dirasakan

12
oleh kita sekarang ini, namun juga akan dirasakan pula oleh generasi yang akan
datang.Pembangunan yang dilakukan harus merupakan
pembangunan membumi yang selalu selaras dengan keseimbangan alam.
Pembangunan membumi dapat dikatakan identik dengan pembangunan yang
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

13
KESIMPULAN

Masalah-masalah terkait antara bisnis dan kerusakan lingkungan merupakan


masalah kekinian yang patut diselesaikan sesegera mungkin, khususnya di indonesia.
Berbagai permasalahan ini dapat diatasi dengan berbagai cara :

1. Mengurangi perusakan lingkungan dengan menerapkan berbagai etika dalam


bisnis. :

a. Etika Pengendalian Polusi


 Etika Ekologi
 Hak Lingkungan dan Pembatasan Mutlak
 Utilitarianisme dan Pengendalian Parsial
 Biaya Pribadi dan Biaya Sosial
 Penyelesaian: Tugas-Tugas Perusahaan
 Keadilan
 Biaya dan Keuntungan
 Ekologi Sosial, Ekofeminisme, dan Kewajiban untuk Memelihara
b. Etika Konservasi Sumber Daya Yang Bisa Habis
 Hak Generasi Mendatang
 Keadilan bagi Generasi Mendatang
 Pertumbuhan Ekonomi

2. Mengurangi perilaku penyusutan spesies dan habitan atau pengeksploitasi


sumber daya yang berakibat buruk bagi kelangsungan lingkungan.

3. Memperhatikan dampak polusi dari bisnis yang dilakukan yang memungkinkan


mencemari ligkungan dalam hal polusi air, udara maupun tanah

4. Menghapus pandangan bahwa alam adalah obyek yang boleh diberlakuka


dan dieksploitasi sekehendak kita. Pola pembangunan yang berlangsung saat ini
perlu diubah dan diimplementasikan secara jelas. Aspek pembangunan tidak
semata-mata hanya pemenuhan kebutuhan aspek ekonomi namun juga perlu

14
memberikan bobot yang setara pada aspek-aspek sosial, budaya dan
lingkungan. Kerusakan yang terjadi pada masa sekarang, tidak hanya
dirasakan oleh kita sekarang ini, namun juga akan dirasakan pula oleh generasi
yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/12188771/Bisnis_Lingkungan_Hidup_dan_Etika

http://endahsoksibuk.blogspot.co.id/2011/09/outline-etika-bisnis-bab-5-
velasquez.html

16
LAMPIRAN

KASUS

Pembakaran Limbah Medis RSUD Bangli

Dunia medis biasanya identik dengan lingkungan yang bersih dan jauh dari
pencemaran atau polusi. Tetapi bagaimana apabila pencemaran tersebut justru
dilakukan sendiri oleh pihak medis. Kasus inilah yang terjadi di daerah bangli, dimana
pembakaran limbah medis yang dilakukan oleh rumah sakit umum daerah bangli
berdampak buruk terhadap masyarakat sekitar. Kepulan asap hitam dan disusul dengan
debu yang berjatuhan di areal pemukiman membuat masyarakat terkadang mengunci
putra-putri mereka di kamar agar tidak menghirup asap atau pun debu yang berjatuhan
akibat adanya pembakaran limbah.
Mesin incinerator yang digunakan untuk melakukan pembakaran jaraknya juga
sangat dekat dengan pemukiman warga sekitar 3 meter dan bau yang ditimbulkan oleh
asap dan debu hasil pembakaran sangatlah menyengat sehingga warga tidak dapat
melakukan aktivitas di pekarangan/halaman rumah serta tidak jarang pula debu-debu
hasil pembakaran yang berupa gumpalan-gumpalan hitam mengotori lingkungan
termasuk jemuran warga.

Solusi

Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak
positif bagi masyarakat sekitarnya tetapi juga mungkin dampak negatif itu berupa
cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang
benar. Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya
kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pasien yang lain maupun dari
dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh kerna itu untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada dilingkungan
rumah sakit dan sekitarnya perlu kebijakan sesuai manajemen keselamatan dan

17
kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah
rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit
sebagai institusi yang sosial ekonominya kerena tugasnya memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah
yang ditimbulkan.

18

Anda mungkin juga menyukai